Korupsi Dan Integritas
Dosen : AHMAD ARIFIN ZAIN, M.Pd.
Kompetensi yang diharapkan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan arti kata dan definisi korupsi;
2. Mahasiswa mampu menganalisis perbuatan korupsi dan perilaku koruptif di masyarakat serta mampu menjelaskan bentuk-bentuk korupsi dengan benar;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian integritas;
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sejarah perkembangan korupsi di Indonesia.
Sub Pokok Bahasan
A. Korupsi dan Perilaku Korupsi 1. Korupsi
2. Perilaku Korupsi
3. Bentuk-bentuk Korupsi dan Perilaku Koruptif B. Integritas
C. Sejarah Korupsi di Indonesia
Pengantar
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Di lain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan, dan (2) pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari.
A. Korupsi dan Perilaku Koruptif
1. Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin “corruption” atau “corruptus’” yakni berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur mnejadi kondisi yang sebaliknya.
Adapun kata “corruption” berasal dari kata “corrumpere” bahasa latin yang lebih tua, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok, otak yang rusak, diipikat atau disuap.
Dengan demikian arti korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi dalam Bahasa arab disebut juga “risywah” yang artinya dalam kamus umum Arab- Indonesia sama dengan korupsi, secera terminologi berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk memperoleh kedudukan.
Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, bahkan perbuatan ini termasuk dosa besar, sebagaimana yang telah disyaratkan beberapa Nash Qur’aniyah dan Sunnah Nabawiyah yang antara lain menyatakan : “Mereka ini adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram “ (QS. Al Maidah 42).
Pengertian Korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara
Dari beberapa pengertian di atas, pada dasarnya menjelaskan korupsi memiliki 5 (lima) komponen :
1. Korupsi adalah suatu perilaku
2. Perilaku tersebut terkait Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan 3. Dilakukan untuk mendapat keuntungan pribadi atau kelompok
4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma atau moral
5. Terjadi atau dilakukan dalam public office setting (Lembaga-lembaga pemerintah) maupun private office setting (korporasi-korporasi swasta)
Selanjutnya mengutip pendapat Amien Rais, yang mengklasifikasikan korupsi, sebagai berikut (Anwar, 2006 : 18)
1. Korupsi Ekstortif, berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha kepada penguasa 2. Korupsi Manipulatif seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan ekonomi
kepada eksekutif atau legislative untuk membuat peraturan atau kebijakan yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3. Korupsi Nepotistik, terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan, pertemanan dan sebagainya.
4. Korupsi Subversif, mereka yang merampok kekayaan negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.
1. Perilaku Koruptif
Dalam pemahaman Sosiologi perilaku seseorang dapat digolongkan ke dalam tiga hal : 1. Sikap
2. Tindakan
3. Pengetahuan
Hubungan dengan makna perilaku koruptif adalah segala hal yang berkaitan dengan sikap, Tindakan dan pengetahuan seseorang atau sekelompook orang yang menjebakkan dirinya pada perbuatan korupsi.
Banyak sekali perilaku koruptif, namun karena ini terlalu sering dilakukan di masyarakat maka seakan-akan keadaan ini menjadi hal biasa, misalnya :
1. Pelanggaran Lalu Lintas
2. Suap menyuap untuk kelancaran izin 3. Peraturan yang dibuat-buat.
4. Memberikan tips kepada Aparat pelayanan public
Secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7 kelompok pidana korupsi dan Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, yakni sebagai berikut :
1. Merugikan keuangan negara
• Melawan hukum dan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan keuangan negara
• Menyalahgunakan kewenangan untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan keuangan negara
2. Suap-menyuap
• Menyuap pegawai negeri
• Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
• Pegawai negeri menerima suap
• Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
• Menyuap Hakim
• Menyuap advokat
• Hakim dan advokat menerima suap
Bentuk-Bentuk Korupsi
3. Penggelapan dalam jabatan
• Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau membantu melakukan perbuatan itu
• Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
• Pegawai negeri merusakkan bukti
• Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
• Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti 4. Pemerasan
• Pegawai negeri menyalahgunakan kekuasaan untuk memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu untuk dirinya
• Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain 5. Perbuatan curang
• Pemborong/ahli bangunan berbuat curang
• Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
• Rekanan TNI/Polri berbuat curang
• Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
• Penerima barang untuk keperluan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
• Pegawai negeri menyerobot tanah negara, sehingga merugikan orang lain 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
• Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya 7. Gratifikasi
• Pegawai negeri yang berhubungan dengan jabatan/kewenangangannya menerima gratifikasi dan tidak Lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari.
Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi
• Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
• Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
• Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
• Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
• Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
• Saksi yang membuka identitas pelapor
Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang sering terjadi dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah
• Mark up harga
• SPPD fiktif
• Pengurangan fisik bangunan
• Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa
• Pelanggaran lainnya yang merugikan pemerintah daerah
B. Integritas
Kata Integritas berasal dari Bahasa latin imteger yang berarti keutuhan, Kesehatan, tak tersentuh dan seluruh. Secara harfiah Integritas dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi lain bisa diartikan suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara Tindakan dengan nilai dan prinsip.
Seorang pribadi yang memiliki integritas, dalam dirinya terdapat ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki fisik yang sehat dan bugar, memiliki kemampuan hidup sosial yang semakin baik, memiliki kekayaan rohani yang semakin mendalam, dan memiliki mental yang kuat dan sehat.
2. Kadar konflik dirinya rendah, Ia tidak berperang melawan dirinya sendiri (pribadinya menyatu).
Dengan demikian, dia memiliki lebih banyak energi untuk tujuan produktif.
3. Memiliki kemampuan dalam menata batin sampai mencapai tahap kebebasan batin dalam arti tidak mudah diombang-ambing oleh gejolak emosi dan perasaan sendiri.
4. Semakin memiliki cinta yang personal/kedekatan hidup pada Tuhan sehingga mampu menanggung risiko dan konsekuensi dari pilihan hidup religiusnya.
5. Seorang yang tidak mudah bingung tentang mana yang benar atau salah, baik atau buruk, demikian pula persepsinya tentang tingkah laku yang benar tidak mengalami banyak keraguan.
6. Memilik kemampuan melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya, dan bukan menurut keinginannya. Seseorang tidak bersikap emosional, melainkan bersikap lebih objektif terhadap hasil pengamatannya.
7. Orang ini juga dapat membaktikan tugas, kewajiban atau panggilan tertentu ia pandang penting. Karena berminat pada pekerjaannya itu, ia bekerja keras. Baginya, bekerja memberikan kegembiraan dan kenikmatan. Rasa tanggung jawab atas tugas penting merupakan syarat utama bagi pertumbuhan, aktualisasi diri, serta kebahagiaan.
C. Sejarah Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonesia sudah terjadi sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi dua, periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
1. Pra Kemerdekaan
a. Masa Pemerintahan Kerajaan b. Masa Kolonial Belanda
2. Masa Kemerdekan a. Masa Orde Lama b. Masa Orde Baru c. Masa Reformasi