Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global8 (2020) 1272-1276
Pengaruh pijat kaki dalam menurunkan tekanan darah intradialitik di Unit Hemodialisis di Rumah Sakit Indonesia
Hayyu Sitoresmi
a,b, Andi Masyitha Irwan
a,∗, Elly Lilianty Sjattar
a, Suharno Usman
aa Program Studi Ilmu Keperawatan Pasca Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM 10, Tamalanrea, Makassar, 90245, Indonesia
b Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Barat, Jalan R.E Marthadinata, Sulawesi Barat, 91512, Indonesia
A R T I K L E I N F O Kata kunci:
Pijat kaki Intervensi keperawatan Hemodialisis Hipertensi intradialitik
A B S T R A C T
Tujuan: Untuk mengetahui efek pijat kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi intradialitik.
Metode: Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak (RCT). Subjek penelitian adalah 32 pasien hemodialisis (HD) yang dialokasikan secara acak ke dalam dua kelompok: kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pijat kaki dilakukan tiga kali pada fase intradialitik selama 5-10 menit pada jam HD pertama, kedua, dan ketiga. Pengukuran tekanan darah (TD) menggunakan sphygmomanometer portabel. Pengukuran dilakukan setiap jam.
Hasil: Terdapat perbedaan pengaruh pijat kaki terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan p <0,05. Perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sistolik antara kedua kelompok adalah 25 mmHg, dan diastol 10 mmHg.
Kesimpulan: Pijat kaki bermanfaat dalam mengendalikan hipertensi intradialitik dan dapat diterapkan dalam pengelolaan pasien hemodialisis oleh perawat.
1. Pendahuluan
Penderita penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki angka kematian yang relatif tinggi. Diungkapkan dalam Hallan et al. bahwa negara- negara di Asia, Eropa, dan Amerika memiliki angka kejadian PGK yang tinggi dengan persentase 15%, terutama pada orang dewasa.1 Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah penderita PGK di dunia melebihi 500 juta jiwa, dengan 1,5 juta jiwa diantaranya menjalani hemodialisis (HD).2 Di Indonesia, diperkirakan populasi dialisis pada tahun 2011 adalah
15.353 orang dan pada tahun 2012 sebanyak 19.621 orang.3 Dengan tingginya prevalensi pasien HD yang terus meningkat, maka perlu untuk fokus pada salah satu komplikasi kardiovaskular yang paling sering terjadi selama proses HD, yaitu hipertensi intradialitik (IDH).
(lihat Gbr. 1)
Hipertensi intradialitik didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg yang terjadi selama periode HD.
Insiden IDH adalah 15% dari seluruh populasi pasien HD.4 Pasien dengan hipertensi intradialitik memiliki risiko kematian dalam waktu enam bulan.5 Faktor usia, kenaikan berat badan interdialitik (IDWG), rasio pengurangan urea (URR), fungsi ginjal sisa (RRF), durasi HD, kondisi psikologis, dan jumlah obat anti-hipertensi disinyalir berhubungan dengan kejadian IDH.6 Dalam layanan HD, menurunkan darah cepat (Qb) dan ul- trafiltrasi (Uf) dengan menghentikan HD, dilakukan sebagai tindakan pencegahan untuk
risiko hipertensi intradialitik. Oleh karena itu, proses HD tidak dilakukan sesuai dengan yang ditentukan (tidak memadai). Jika IDH tidak diatasi, dapat menyebabkan kejang, mual, kram, nyeri dada, kehilangan kesadaran, dan sakit kepala.7
Oleh karena itu, perlu diterapkan terapi komplementer dalam mengurangi komplikasi dan meningkatkan kualitas perawatan HD sehingga pasien dapat terbebas dari gejala uremia.8 Dengan tercapainya adekuasi, perawat HD dapat menjamin kenyamanan pasien sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan intervensi keperawatan. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat selama HD adalah pijat kaki.
Pijat kaki telah digunakan secara luas selama dekade terakhir dalam perawatan kesehatan dan telah dikenal untuk meningkatkan sirkulasi perifer, membantu perpindahan cairan vena dan limfatik, dan menstimulasi saraf, pembuluh darah, dan sel-sel dalam jaringan pertukaran.9,10 Pijat kaki dipilih karena efek sampingnya yang relatif kecil, ekonomis dan nyaman untuk diaplikasikan.9,11 Pijat kaki telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi primer.12 Namun, pada populasi HD, pijat kaki hanya diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas tidur dan kelelahan.13,14 Pengaruh pijat kaki untuk mengontrol IDH belum diteliti, padahal berdasarkan teori, dengan terkendalinya IDH, risiko komplikasi yang mengancam jiwa dapat
∗ Penulis korespondensi.
Alamat e-mail: [email protected] (H. Sitoresmi), [email protected] (A. Masyitha Irwan), [email protected] (E.L. Sjattar), Daftar isi tersedia di ScienceDirect
Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global
beranda jurnal: www.elsevier.com/locate/cegh
Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.
Visit www.DeepL.com/pro for more information.
https://doi.org/10.1016/j.cegh.2020.04.026
Diterima 17 September 2019; Diterima dalam bentuk revisi 23 April 2020; Diterima 29 April 2020 Tersedia secara online19Mei2020
2213-3984/©2020INDIACLEN.Diterbitkan oleh Elsevier, divisidariRELXIndia, Pvt.Ltd.Semua hak dilindungi undang-undang.
H. Sitoresmi, et al. Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global8 (2020) 1272-1276
1273
diminimalkan. Oleh karena itu, para peneliti bermaksud untuk menentukan efek pijat kaki pada penurunan tekanan darah intradialitik.
2. Metode 2.1. Desain
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, Indonesia. Subjek penelitian adalah pasien PGK yang menjalani HD di unit HD dan mengalami intradialytic hy- pertension. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling.15 Pengacakan dilakukan dengan memasukkan nama pasien berdasarkan jadwal HD hari itu ke dalam amplop tertutup dan dilakukan pengundian untuk menentukan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Para peneliti juga menggunakan rekam medis untuk menentukan prognosis subjek.
2.2. Perekrutan subjek
Tiga puluh dua subjek direkrut dan diacak menjadi dua kelompok, kelompok kontrol, dan kelompok intervensi berdasarkan jadwal HD mereka. Diagram alir peserta dalam penelitian ini disajikan pada Gbr.
1. Kriteria inklusi subjek adalah pasien dengan PGK atau penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), hipertensi intradialitik, berusia ≥ 18 tahun, compos mentis, HD > 3 bulan dengan frekuensi tiga kali seminggu, tidak ada perubahan resep terapi HD (Qb, Uf, target pengeluaran cairan UFg, dan dialisis yang diperpanjang selama 4 jam), interdialitik
kenaikan berat badan (IDWG) 1-4 Kg, dan tidak mengalami gangguan tidur pada malam sebelumnya. Karakteristik klinis responden dengan IDH selain peningkatan SBP > 10 mmHg per sesi HD adalah jantung berdebar, sakit kepala, pegal-pegal, dan juga disertai dengan kulit kering yang tampak kehitaman akibat sindrom uremia.
Kriteria eksklusi adalah pasien dengan kondisi yang tidak direkomendasikan oleh perawat karena sesak napas, akses femoralis, gangguan pembuluh darah perifer, dan gangguan mental. Penghentian dalam proses HD karena kondisi pasien yang tidak stabil dipertimbangkan untuk dikeluarkan dari penelitian. Data awal pasien dikumpulkan selama tiga hari dengan menelusuri informasi rekam medis untuk mengetahui data demografi. Setelah data awal terkumpul, intervensi pijat kaki diberikan pada kelompok intervensi sesuai dengan jadwal HD.
2.3. Pertimbangan etika
Protokol penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Indonesia dengan nomor rekomendasi: 412/UN4.6.4.5.31/PP36/2019. Semua subjek menandatangani persetujuan sebelum berpartisipasi dalam penelitian ini.
2.4. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah (TD) menggunakan sphygmomanometer portabel ABN ( Padalarang, Indonesia) dan Littmann Classic
Global8 (2020) 1272-1276
H. Sitoresmi, et al. Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global8 (2020) 1272-1276
1275 Tabel 1
Distribusi frekuensi berdasarkan data demografi responden.
Karakteristik Kelompok kontrol (n = 16) Kelompok intervensi (n = 16) p *
Rata-rata ± SD Min-Maks Rata-rata ± SD Min-Maks
Usia 44.75 + 16279 47.06 + 16 192 0.836
Karakteristik N % N % p **
Jenis kelamin
Pria 5 31.3 5 31.3 1.000
Wanita 11 68.8 11 68.8
HD ke
< 100 2 12.5 3 18.8 0.312
100-200 5 31.3 2 12.5
201-300 5 31.3 4 25.0
301-400 2 12.5 3 18.8
401-500 0 0 1 6.3
> 500 2 12.5 3 18.8
Obat anti-hipertensi
Dua jenis 15 93.8 12 75.0 0.154
> 3 jenis 1 6.3 4 25.0
Pertambahan berat badan intradialitik (IDWG)
1 Kg 4 25.0 4 25.0 1.000
2 Kg 7 43.8 7 43.8
3 Kg 4 25.0 4 25.0
4 Kg 1 6.3 1 6.3
Darah Cepat (Qb)
220 ml/menit 1 6.3 1 6.3 1.000
230 ml/menit 8 50.0 8 50.0
240 ml/menit 4 25.0 4 25.0
250 ml/menit 2 12.5 2 12.5
280 ml/menit 1 6.3 1 6.3
Sasaran ultrafiltrasi
1 L 4 25.0 4 25.0 1.000
2 L 7 43.8 7 43.8
3 L 5 31.3 5 31.3
SD (standar deviasi), *Uji Mann U Withney, **Uji Homogenitas Varians, Chi Square.
Stetoskop (3 M Science, St. Paul, Minnesota, USA). Pengukuran tekanan darah dilakukan pada saat sebelum HD, jam ke-1, ke-2, ke-3, dan setelah HD.
2.5. Intervensi pijat kaki
Intervensi pijat kaki dilakukan oleh peneliti yang telah tersertifikasi dalam melakukan pijat kaki setelah 32 jam pelatihan. Pijat kaki dilakukan pada jam ke-1, ke-2, dan ke-3 selama 10 menit (dimulai dari menit ke-51 - 60) diikuti dengan pengamatan tekanan darah. Prosedur pijat kaki diadaptasi dari penelitian Joachim dan dikembangkan oleh Puthusseril16,17 sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan air hangat atau gunakan minyak zaitun hangat 2. Tempatkan pasien di tempat yang tenang saat melakukan
pemeriksaan kaki untuk memeriksa kontraindikasi pijat kaki, 3. Berikan sentuhan lembut pada kedua kaki, lalu mulailah dengan
menggosok kaki kanan dari arah dalam ke luar menggunakan telapak tangan selama ± 15 detik,
4. Putar pergelangan kaki searah jarum jam, lalu ke arah yang berlawanan, masing-masing tiga kali selama ± 15 detik,
5. Gerakkan jari kaki bolak-balik sebanyak tiga kali selama ± 15 detik,
6. Gerakkan kaki ke depan dan belakang masing-masing tiga kali selama ± 15 detik (kedua ibu jari menekan telapak kaki dan jari-jari lainnya pada kaki belakang selama ± 15 detik)
7. Tangan kiri menopang pergelangan kaki, dan tangan kanan memijat jari-jari kaki selama ± 15 detik,
8. Pegang bagian belakang kaki, berikan pijatan lembut selama ± 15 detik,
9. Sangga kaki, beri tekanan dan pijat pada ruang di antaranya dengan gerakan ke atas dan ke bawah selama ± 15 detik,
10. Tangan kanan memegang jari kaki, dan tangan kiri dengan lembut memberikan tekanan
11. Lakukan hal yang sama pada kaki kiri,
12. Akhiri intervensi dengan menggenggam kaki pasien dan biarkan rileks selama 2 detik.
2.6. Analisis statistik
Variabel-variabel tersebut dianalisis menggunakan statistik deskriptif setelah proses entri data dan tabulasi data. Distribusi frekuensi diuji dengan menggunakan Shapiro Wilk menggunakan SPSS 24.0 for Windows bersama dengan uji Friedman dan uji post hoc Wilcoxon. Perbandingan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney. P ≤ 0,05 adalah ambang batas kemaknaan atau derajat kebebasan (degree of freedom/DF) dengan tingkat kepercayaan 95%.
3. Hasil
Tabel 1 menunjukkan karakteristik demografis subjek. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh perempuan (68,8%). Jumlah subjek yang sama, yaitu 9 orang (28,2%) berada pada rentang usia 51-60 tahun dan 201-300 kali HD. Hampir semua subjek (84,4%) mengkonsumsi dua jenis obat anti hipertensi. Untuk kenaikan berat badan interdialitik, sekitar 14 orang (43,8%) subjek mengalami kenaikan 2 kg. Setengah dari subjek memiliki target darah cepat 230 ml/menit, dan hampir setengahnya (43,8%) subjek memiliki target ultrafiltrasi 2 L. Uji homogenitas menunjukkan bahwa setiap variabel karakteristik dari kedua kelompok adalah homogen.
Selain itu, nilai p dari variabel-variabel tersebut > 0,05.
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistolik yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah intervensi pertama pada jam ke-1 HD hingga pasca HD (p <0,05). Perbedaan tekanan darah diastolik ditemukan pada jam ke-2 HD ke
H. Sitoresmi, et al. Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global8 (2020) 1272-1276
1277
pasca HD (p <0,05). Nilai kisaran median untuk tekanan darah sistolik pada kedua kelompok selama sebelum HD meningkat masing-masing 20 mmHg pada jam pertama HD. Setelah pijat kaki, perbedaan tekanan darah sistolik yang terlihat pertama kali adalah 10 mmHg pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 15 mmHg pada jam kedua. Dengan penerapan pijat kaki setiap jam, nilai median pada kelompok intervensi tetap stabil pada 140 mmHg pada jam ke-2 HD hingga pasca HD atau hanya mengalami peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik dibandingkan sebelum HD. Pada kelompok kontrol, tekanan darah sistolik 175 mmHg pada jam ke-2 dan ke-3 HD, dan pada post HD, tekanan darah menurun menjadi 165 mmHg atau meningkat 25 mmHg tekanan darah sistolik dibanding pre HD. Dapat dihitung bahwa perbedaan tekanan darah sistolik antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi adalah 15 mmHg. Tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi stabil pada 80 mmHg dari jam pertama HD hingga pasca HD - tidak ada perubahan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi selama aplikasi pijat kaki setiap jam. Hasil yang berbeda diamati pada kelompok kontrol dengan peningkatan tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg-90 mmHg pada pasca HD.
Tabel 3 menunjukkan bahwa selama proses HD, kedua kelompok mengalami
perubahan yang signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik (nilai p <0,05).
4. Diskusi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat kaki terhadap penurunan tekanan darah intradialitik. Intervensi pijat kaki secara signifikan efektif dalam menurunkan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. Penurunan ini lebih tinggi dari penelitian oleh Ju et al. yang menemukan penurunan tekanan darah yang signifikan sebesar 15 mmHg untuk sistolik dan diastolik.
4 mmHg untuk diastolik.18 Namun, penurunan tekanan darah diastolik pada penelitian ini hanya terjadi satu kali pada jam ke-2 dan tetap stabil hingga pasca HD. Intervensi serupa dilakukan oleh Mal- ekshahi, Aryamanesh, & Fallahi dengan menyelidiki penerapan pijat kaki selama 10 menit, tiga kali, selama HD pada pasien dengan ESRD.13 Durasi pijat kaki selama 10 menit dapat memberikan perubahan yang signifikan pada tekanan darah. Sebuah penelitian oleh Moyle et al. menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan durasi yang sama.10 Hasil penelitian ini mendukung penelitian Abdelaziz dan Mohammed yang menemukan adanya penurunan tekanan darah setelah pijat kaki selama 10 menit.19
Selama HD, terjadi penarikan cairan berlebih yang menyebabkan Sistem Renin-Angiotensin (RAS) menginduksi resistensi perifer dan dengan demikian, terjadi peningkatan tekanan darah.20 Mekanisme penurunan tekanan darah dengan pijat kaki terjadi melalui aktivasi sistem saraf para-simpatis selama pemijatan yang menginduksi respons relaksasi.21 Teknik relaksasi pijat kaki merupakan salah satu intervensi keperawatan dalam menangani hipertensi dan kecemasan.22 Hal ini telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah.23,24 Pemijatan akan memberikan efek pada kontraksi dinding kapiler sehingga pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening melebar. Menurut Potter &
Perry,25 pijat kaki dapat meningkatkan tonus otot dan memberikan efek relaksasi. Tekanan-tekanan yang diberikan pada kaki akan merangsang sistem saraf perifer melalui alur saraf dan menuju sistem saraf pusat dan merangsang hormon adrenal untuk membuat pembuluh darah melebar dan menenangkan tubuh (re-laksasi). Pijat kaki merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat, karena Joachim telah menyusun langkah-langkah sederhana agar lebih mudah dilakukan oleh perawat.16 Pada proses penelitian, perawat HD yang bertugas telah mempelajari teknik FM, indikasi, kontraindikasi, serta mengaplikasikannya pada responden penelitian. Untuk melakukan foot massage dalam rutinitas sehari-hari membutuhkan waktu minimal 10 menit setiap jam atau total 30-40 menit dalam satu sesi HD untuk setiap pasien IDH. Unit HD pada penelitian ini memiliki 3-4 perawat Tabel 2 Perbedaan nilai median (persentil) antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Variabelpra HDJam pertamaJam ke-2Jam ke-3Posting HD Median (min- maks)Median (min- maks)Median (min- maks)Median (min- maks)Median (min- maks) Kontrol (N = 16) 140 (130-180) 80 (70-90)
Intervensi (N = 16) 130 (120-180) p *Kontrol (N = 16) 160 (150-210) 90 (80-120) Intervensi (N = 16) 150 (140-200) p *Kontrol (N = 16) 175 (160-220) 90 (80-100) Intervensi (N = 16) 140 (130-200) p *Kontrol (N = 16) 175 (150-220) 90 (80-120) Intervensi (N = 16) 140 (130-190) p *Kontrol (N = 16) 165 (150-210) 90 (90-100) Intervensi (N = 16) 140 (130-170)
p * Sistolik0.3400.0220.0000.0000.000 Diastolik80 (60-90)0.11485 (70-110)0.11480 (60-100)0.00380 (70-90)0.00080 (70-90)0.001 *p< 0.05. HD. *Perbedaanantar kelompok menggunakan uji Mann Whitney (data tidak terdistribusi normal). Pengukuran tekanan darah dilakukan pada saat sebelum HD, jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, dan setelah HD.
untuk setiap sesi HD, sehingga memungkinkan untuk menerapkan foot massage karena tidak semua pasien mengalami IDH.
Tercatat dari pernyataan subjek bahwa pijat kaki antar
vention memiliki efek yang menenangkan bagi mereka. Akan sangat bermanfaat untuk mempelajari lebih lanjut tentang rencana kenyamanan keperawatan dalam pendidikan keperawatan. Kaki
H. Sitoresmi, et al. Epidemiologi Klinis dan Kesehatan Global8 (2020) 1272-1276
1279 Tabel 3
Perbedaan tekanan darah antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Variabel pra HD Jam pertama Jam ke-2 Jam ke-3 Posting HD pa
Median (min-maks) Median (min-maks) Median (min-maks) Median (min-maks) Median (min-maks)
Kelompok kontrol (n = 16)
Sistolik 140 (130-180) 160 (150-210) 175 (160-220) 175 (150-220) 165 (150-210) 0.000
Diastolik 85 (70-90) 90 (80-120) 90 (80-120) 90 (80-120) 90 (80-100) 0.000
Kelompok intervensi (n = 16)
Sistolik 130 (120-180) 150 (140-200) 140 (130-200) 140 (130-190) 140 (130-170) 0.000
Diastolik 80 (60-90) 85 (70-100) 80 (60-100) 80 (70-90) 80 (70-90) 0.038
a p < 0:05. HD. * Perbedaan antara kelompok menggunakan uji Friedman (data tidak terdistribusi normal). Pengukuran tekanan darah dilakukan pada saat sebelum HD, 1st jam, jam ke-1, jam ke-2, jam ke-3, dan setelah HD.
Pijat adalah salah satu intervensi keperawatan untuk pasien dengan PGK untuk meningkatkan kualitas terapi HD. Edukasi keperawatan lain untuk mencegah prognosis buruk dari IDH dan hipertensi primer juga dapat dilakukan dengan pengurangan garam dan pemeliharaan efisiensi.26 Pasien akan merasa nyaman dan memberikan kesan yang menyenangkan selama sesi terapi, karena kondisi kesehatannya semakin membaik. Kenyamanan pasien merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan dan pengembangan rumah sakit.
Awalnya ada responden yang tidak percaya bahwa foot massage dapat menurunkan tekanan darah, namun setelah mengetahui hasil pengukuran tekanan darah pada pengamatan per jam, responden merasa bahwa FM yang diberikan sangat nyaman, memudahkan untuk tidur dan menikmati proses HD. Bahkan ada yang melibatkan keluarganya untuk mempelajari gerakan-gerakan FM sehingga dapat dilakukan secara mandiri.
5. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pijat kaki selama 10 menit setiap jam selama 4 jam HD menghasilkan peningkatan tekanan darah sistol dan diastol pada orang dengan hipertensi intradialitik selama HD.
Kekuatan dan kelemahan penelitian
FM adalah intervensi yang efisien, mudah, murah, tanpa risiko, sederhana, dan telah terbukti manfaatnya dalam mengendalikan IDH.
Mengendalikan IDH juga berarti bahwa risiko komplikasi selama HD dapat ditekan. Namun, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan sehingga efeknya tidak dapat digeneralisasikan untuk laki-laki, dan pengukuran tekanan darah dilakukan tanpa kesamaan pada satu kaki saja.
Deklarasi kepentingan yang bersaing
Para penulis menyatakan bahwa publikasi makalah ini tidak memiliki konflik kepentingan.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang telah mendanai proyek ini dan Unit Hemodialisis Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, Indonesia.
Referensi
1. Hallan SI, Matsushita K, Sang Y, dkk. Usia dan hubungan antara ukuran ginjal dengan mortalitas dan penyakit ginjal stadium akhir. JAMA, J Am Med Assoc.
2012;308(22):2349–2360.
2. Collins AJ, Foley RN, Gilbertson DT, Chen SC. Sistem Data Ginjal Amerika Serikat pengawasan kesehatan masyarakat untuk penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal stadium akhir. [Internet]. Kidney Int Suppl. 2015;5(1):2-7. Tersedia dari: http://linkinghub. elsevier.com/retrieve/pii/S2157171615321006.
3. Perhimpunan Penderita Ginjal Indonesia. Laporan ke-10 Registrasi Ginjal Indonesia 2017 Laporan ke-10 Registrasi Ginjal Indonesia 2017. 2018; 2018.
terendah, dan semua yang ada di antaranya. Am J Nephrol. 2016;42(5):337-350.
5. Choi CY, Park JS, Yoon KT, Gil HW, Lee EY, Hong SY. Hipertensi intra-dialitik dikaitkan dengan kematian yang tinggi pada pasien hemodialisis. [Internet]. PLoS One. 2017;12(7):e0181060. Tersedia dari: http://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.
0181060.
6. Inrig JK. Hipertensi intradialitik: komplikasi kardiovaskular yang kurang dikenal d a r i hemodialisis. [Internet]. Am J Kidney Dis. 2010;55(3):580–589.
https://doi.org/ 10.1053/j.ajkd.2009.08.013. Tersedia dari:.
7. Davenport A. Target tekanan darah untuk pasien hemodialisis: aspiratif atau prak- tical? Hemodial Int. 2016;20:S25-S29.
8. Prakarsa Kualitas Hasil Penyakit Ginjal. Pedoman praktik klinis Kdoqi untuk kecukupan hemodialisis : pembaruan 2015. 2015;66.
9. Mastnardo D, Lewis JM, Hall K, dkk. Pijat intradialitik untuk kram kaki di antara pasien hemodialisis: uji coba terkontrol secara acak. Int J Ther Massage Bodyw.
2016;9(2):3-8.
10. Moyle W, Cooke M, O'Dwyer ST, Murfield J, Johnston A, Sung B. Efek kaki pijat pada staf perawatan jangka panjang yang bekerja dengan orang tua dengan demensia: uji coba kelompok paralel, uji coba terkontrol secara acak. [Internet].
BMC Nurs. 2013;12(5):1-9. Tersedia dari: BMC Nursing.
11. Zahrotin S, Ari A. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Dengan Intervensi Inovasi Pijat Punggung Lemah Dengan Menggunakan INNO.
Digital Repository. Universitas Muhammadiyah Kalimantan timur; 2019.
12. Hartutik S, Suratih K. Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Gaster. 2017;XV(2):133-146.
13. Malekshahi F, Aryamanesh F, Fallahi S. Efek terapi pijat pada kualitas tidur pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani hemodialisis. [Internet]. Sleep Hypn - Int J. 2018;20(2):91-95. Tersedia dari: http://www.sleepandhypnosis.
org/ing/abstract.aspx?MkID=239.
14. Unal KS, Balci Akpinar R. Pengaruh pijat refleksi kaki dan pijat punggung terhadap kelelahan dan kualitas tidur pasien dialisis. [Internet]. Complement Ther Clin Pract.
2016;24:139–144. https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2016.06.004. Tersedia dari:.
15. Moher D, Schulz KF, Altman DG. Pernyataan CONSORT: rekomendasi yang direvisi untuk meningkatkan kualitas laporan uji coba acak kelompok paralel. BMC Med Res Methodol. 2014;31(16):1-2.
16. Joachim G. Bagaimana memberikan pijatan kaki yang hebat. Perawat Geriatri (Minneap).
1983;4(1):28-29.
17. Puthusseril V. Pijat kaki khusus "sebagai terapi pelengkap dalam perawatan paliatif.
Indian J Palliat Care. 2006;12(2):71-76.
18. Ju MS, Lee S, Bae I, Hur MH, Seong K, Lee MS. Efek pijat aroma pada tekanan darah di rumah, tekanan darah rawat jalan, dan kualitas tidur pada wanita paruh baya dengan hipertensi. Evid base Compl Alternative Med. 2013;2013:1-8.
19. Abdelaziz SHH, Mohammed HE. Pengaruh pijat kaki terhadap nyeri pasca operasi dan tanda-tanda vital pada pasien kanker payudara. [Internet]. J Nurs Educ Pract. 2014;4(8):115-124. Tersedia dari:
http://www.sciedu.ca/journal/index.php/jnep/article/view/4184.
20. Sutherland S. Tekanan Darah dan Dialisis Anda. Panduan NHS Found Trust Oxford Unit Ginjal; 2017.
21. Kaur J, Kaur S, Bhardwaj N. Pengaruh 'pijat kaki dan refleksi' pada parameter fisiologis pasien yang sakit kritis. 2012; 2012:223-233 3.
22. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. Edisi Keenam, Nurjannah I, Tumanggor RD, eds. Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC). Edisi ke-5. United Kingdom: Elsevier; 2013.
23. Shahsavari H, Abad MEE, Yekaninejad MS. Efek pijat refleksi kaki pada kecemasan dan parameter fisiologis di antara kandidat untuk bronkoskopi: uji coba terkontrol secara acak. [Internet]. Eur J Integr Med. 2017;12:177–181.
https://doi.org/10. 1016/j.eujim.2017.05.008. Tersedia dari:.
24. Sari LT, Renityas NN, Wibisono W. Efektivitas pijat refleksi dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. [Internet]. J Ners dan Kebidanan (Journal Ners Kebidanan). 2016;1(3):200. Tersedia dari: http://jnk.phb.
ac.id/index.php/jnk/article/view/40.
25. Potter & Perry. Dasar-dasar Keperawatan. Buku 1. Alih Bahasa: Yuliani, dkk. Alih Bahasa: Nursalam, dkk. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
26. Irwan AM, Kato M, Kitaoka K, Ueno E, Tsujiguchi H, Shogenji M. Pengembangan program pengurangan garam dan pemeliharaan kesehatan di Indonesia. Ilmu Kesehatan Ners. 2016;18(4):519-532.