• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Social Problem-Solving

N/A
N/A
Patra Palipadang

Academic year: 2023

Membagikan "Pengenalan Social Problem-Solving"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

SOCIAL PROBLEM SOLVING 1. Definisi social problem solving

D’Zurilla, Nezu, dan Maydeu (2004) mendefinisikan problem solving sebagai proses kognitif maupun perilaku yang dilakukan oleh seorang individu, pasangan, atau kelompok untuk mengidentifikasi atau menemukan solusi yang efektif dalam masalah tertentu yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan secara lebih khusus, D’Zurilla dan Nezu (1982) menekankan bahwa istilah Social Problem-Solving merujuk pada proses penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan alamiah atau di dunia nyata.

Pernyataan lebih rinci tentang Social Problem-Solving dikemukakan oleh D’Zurilla, Nezu, & Maydeu (2004) bahwasanya lingkup sosial yang dimaksud Social Problem-Solving sendiri tidak terbatas pada penyelesaian masalah jenis tertentu saja, melainkan semua jenis masalah yang mempengaruhi fungsi adaptif seseorang pada lingkungan sosial di dunia nyata, termasuk masalah impersonal, intrapersonal, interpersonal, sampai dengan masalah yang menyangkut masalah sosial masyarakat luas.

Menurut Marzano (1988), problem solving adalah salah satu bagian dari proses berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan persoalan.

Social problem solving adalah suatu proses di mana individu berusaha menangani stres dalam diri, yang juga dapat berfungsi sebagai mediator dalam menangani stres dan tekanan emosional.

2. Faktor yang mempengaruhi social problem solving

Bahirah (2019), mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kemampuan social problem solving seseorang dapat dipengaruhi oleh perasaan-perasaan yang timbul dari kepribadian individu, baik orientasi individu dalam melihat masalah (Problem orientation) maupun gaya individu dalam menyelesaikan masalah sosialnya (Problem solving style).

Rich dan Bonner (2004) menyebutkan bahwa perasaan negatif juga mempengaruhi social problem solving individu. Salah satunya yaitu kecemasan individu dalam memenuhi harapan sosial. Untuk meminimalisir dampak perasaan

(2)

negatif terhadap social problem solving bisa dilakukan dengan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi.

(3)

Rich, A.R. & Bonner, R.L. (2004). Mediators and Moderators of Social Problem Solving.

D’Zurilla, T.J., Nezu, A.M & Maydeu, O. A. (2004). Social problem solving: Theory and assessment.

Bahirah, A., Agustin, R.W., Setyowati, R. Imaroh, T.S. (2019). Peran Regulasi Emosi dan Perhatian Orang Tua pada Social Problem Solving Remaja yang Bersekolah Asrama. 3(2), 139-146.

Referensi

Dokumen terkait

The result of research is: there is significant difference problem solving ability of students with dominant thinking, feeling, intuitive and sensing problem solving

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran problem solving modifikasi lebih baik daripada

non-elektrolit dan elektrolit karena terbukti efektif meningkatkan kete- rampilan menyimpulkan dan pengu- asaan konsep siswa, agar penerapan pembelajaran problem solving yang

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan regulasi emosi dan perhatian orang tua dengan social problem solving remaja SMAN CMBBS, baik secara bersama-sama, maupun

Penelitian ini menggunakan Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan IDEAL Problem Solving. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III

Abstrak: Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving and IDEAL Problem Solving Berbasis Pengalaman Nyata (Experiencing) Ditinjau dari Motivasi

Berdasarkan latar belakang masalah dan teori penguasaan konsep dan Problem Solving Skill dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya, maka diperlukan adanya model

Using Toulmin's Argument Pattern on Problem Solving Model to Improve Problem-Solving Analysis Ability: Learning Alternatives During the Covid-19 Pandemic This research will 1 improve