• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 MANET (Mobile Ad-hoc Network)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "2.1 MANET (Mobile Ad-hoc Network)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

10 Dalam jaringan MANET, setiap pengguna dapat terhubung bahkan dalam jarak yang jauh asalkan dapat mengirimkan komunikasi siaran, yaitu proses pendistribusian informasi ke setiap node dalam jaringan dengan menggunakan pemancar dan penerima nirkabel. Dalam jaringan MANET, pengguna dapat bergerak bebas sehingga topologinya berubah sewaktu-waktu. Perancangan Jaringan MANET memerlukan suatu protokol routing yang berguna bagi node untuk dapat menentukan jalur atau rute yang ingin diambil untuk mengirimkan informasi atau data.

Protokol routing dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan kinerja dan fungsinya dalam jaringan MANET, yaitu protokol routing reaktif, proaktif dan hybrid (Moraes dan Sadjadpour, 2011). 16 Protokol ini disajikan dan dirancang secara eksplisit untuk digunakan dalam lingkungan jaringan ad-hoc nirkabel seperti jaringan MANET. Pada Proactive Routing Protocol, setiap node akan memperbarui dan memelihara tabel routing yang ada dan juga memelihara rute ke seluruh node di jaringan MANET.

Protokol OLSR merupakan protokol yang dikembangkan berdasarkan algoritma routing link state, dan protokol ini memiliki teknik yang optimal untuk mengevaluasi informasi terkait topologi jaringan MANET.

Gambar 2.3 Integrasi MANET dengan berbagai jaringan (Manapa, Sampetoding and  Lewakabessy, 2019)
Gambar 2.3 Integrasi MANET dengan berbagai jaringan (Manapa, Sampetoding and Lewakabessy, 2019)

Protokol Routing Hybrid

Protokol BATMAN dapat menentukan tujuan mana pun yang berada dalam jangkauan jaringan one-hop terdekat, yang kemudian dapat digunakan sebagai gerbang terbaik untuk berkomunikasi dengan node yang ingin dituju. Dalam protokol ini dilakukan routing berbasis IP multihop, tabel routing suatu node berisi port link-local untuk setiap host atau rute jaringan ke node yang ingin dituju. Pada protokol BATMAN tidak perlu mencari atau menghitung jalur lengkap yang ada, hal ini memungkinkan implementasi yang cepat dan efisien untuk mengirim paket ke node tujuan dalam jangkauan jaringan seluler (Neumann et al., 2008).

Dalam protokol routing ini, radius zona routing disimbolkan dengan r dan ditentukan untuk setiap node, termasuk node yang terletak di hop pada jarak minimum. Node yang letaknya di dalam lingkaran seperti terlihat pada gambar dikatakan berada di dalam routing zone dari node pusat yang dilambangkan dengan S. Node yang terletak di luar lingkaran dikatakan berada di luar routing zone S. Node periferal adalah node yang jarak minimumnya ke S sama persis dengan radius zona (Glisic, 2016).

Model Propagasi

Model Propagasi Non-Fading

Model ruang bebas adalah model propagasi yang biasanya digunakan untuk memprediksi kekuatan sinyal ketika pemancar dan penerima memiliki garis pandang yang jelas dan tidak ada halangan atau hambatan di antara keduanya. Hal ini memungkinkan untuk memprediksi bahwa daya yang diterima akan berkurang sebagai fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima, meningkat hingga daya tertentu dan biasanya ke tingkat kedua. Model propagasi ini menggunakan persamaan Friis terkenal yang digunakan untuk menghitung daya yang diterima (Das, Priyadarshini dan Mohapatra, 2013). 4𝜋)2𝑑2𝐿 (2.1) Model propagasi ini mengasumsikan jalur langsung antara pemancar t dan penerima r.

Daya yang diterima di Pr bergantung pada daya pancar Pt, penguatan penerima Gt dan antena pemancar Gr yang ada dalam persamaan dan panjang gelombang k, jarak d antara dua node dan koefisien kerugian sistem L. Semua parameter dijelaskan sebelumnya, kecuali jarak d, merupakan parameter konstan untuk keseluruhan sistem pada model propagasi ruang bebas. Oleh karena itu, kekuatan sinyal yang akan diterima (Pr) hanya dapat berubah seiring dengan jarak antara node pengirim dan node penerima.

Hal ini dikarenakan kedua parameter penerima RXThresh dan CSThresh juga konstan sehingga diharuskan berada pada disk yang sempurna untuk node penerima (Eltahir, 2007; Das, Priyadarshini, dan Mohapatra, 2013). Dalam model propagasi tanah dua balok, diasumsikan terdapat dua jalur antara node sumber dan node tujuan. Di luar jarak ini (d . ≥ dThresh), pantulan tanah akan merusak dan mengganggu pancaran sinar langsung dan selanjutnya mengurangi kekuatan sinyal yang dikirim.

Hal serupa juga terjadi pada model ruang bebas yaitu model propagasi tanah dua balok hanya memuat jarak antara node pengirim dan node penerima sebagai parameter variabelnya (Das, Priyadarshini dan Mohapatra, 2013).

Model Propagasi Fading

Penerimaan yang benar dijamin untuk jarak pendek dan tidak mungkin dilakukan untuk jarak jauh, sedangkan penerimaan yang benar untuk jarak menengah tidak dapat diprediksi. Meskipun memiliki kekurangan dalam penerimaan, area penerimaan yang benar tetap berbentuk lingkaran ketika mempertimbangkan banyak transmisi. Variasi kekuatan sinyal tidak bergantung pada arah, dan kemungkinan kesalahan masih dapat terjadi pada setiap transmisi.

Model propagasi ini bervariasi secara signifikan karena adanya perantara (Nassef, 2010; Das, Priyadarshini, & Mohapatra, 2013). Model Nakagami ini dikembangkan oleh Nakagami dan banyak digunakan karena cocok dengan data empiris fuzzy. Distribusi gamma yang digunakan untuk memodelkan daya penerimaan radio dapat dilihat pada persamaan di bawah ini (Rhattoy dan Zatni, 2013).

Model Nakagami merupakan model propagasi yang baik untuk jaringan ad-hoc di perkotaan karena memperhitungkan pengaruh berbagai jenis dinding bangunan terhadap sinyal yang diterima.

Mobility models

Mobilitas Homogen

Contoh model mobilitas heterogen adalah titik jalan acak berdasarkan model acak, dan ada juga model jaringan Manhattan yang didasarkan pada model jaringan geografis. 27 Gambar 2.13 Random Waypoint (Gupta, Sadawaarti dan Verma, 2013) Model random waypoint memiliki beberapa keunggulan dalam simulasi semua jenis protokol routing karena kemudahan pengoperasian pada node, model mobilitas ini sering digunakan dalam desain jaringan MANET. dan model mobilitas ini memiliki gerakan sendi yang realistis dalam desainnya. Pengguna dengan mobilitas ini cenderung melakukan perjalanan di tengah area simulasi hingga ke tepi simulasi.

Hal ini dilakukan untuk meredam gelombang kepadatan yang dihasilkan dalam model mobilitas titik arah acak. Dalam model mobilitas ini, pengguna akan menuju ke batas area simulasi, pengguna berhenti selama waktu tertentu dan sudut pergerakan baru serta kecepatan baru ditetapkan ke node dalam model mobilitas ini. Karena pengguna terbiasa melakukan perjalanan secara acak dan berhenti di perbatasan selama beberapa waktu, jumlah rata-rata hop untuk paket jauh lebih tinggi dan rute yang dipilih seragam dibandingkan dengan model mobilitas lain di jaringan MANET.

Namun model mobilitas ini memiliki kekurangan yaitu pergerakan node yang tidak realistis dan jarak rata-rata antar pengguna yang sangat jauh sehingga evaluasi protokol akan sulit dilakukan. Model mobilitas ini dirancang agar satu node dapat bergerak sepanjang jalur dan arah. Model mobilitas ini biasanya digunakan untuk pertukaran status lalu lintas atau pelacakan kendaraan di jalan raya.

Model mobilitas ini ditampilkan pada peta dengan beberapa jalan raya, dan setiap jalan raya memiliki jalur di kedua arah. Pola mobilitas ini menunjukkan bahwa jalan raya diperkirakan akan sangat bergantung secara spasial dan temporal. Perbedaan model mobilitas ini dengan model mobilitas titik jalan acak adalah setiap node yang bergerak dibatasi pada jalur bebas hambatan, kecepatan pengguna bersifat sementara atau bergantung pada kecepatan pengguna sebelumnya, dan kecepatan pengguna yang ada tidak bisa. melebihi kecepatan pengguna yang sudah dilewati (Gupta, Sadarti dan Verma, 2013).

Gambar 2.15 Manhattan grid (Gupta, Sadawarti and Verma, 2013).
Gambar 2.15 Manhattan grid (Gupta, Sadawarti and Verma, 2013).

Traffic Agent

Deskripsi TCP adalah protokol lapisan transport yang mewakili tipe data dan FTP adalah protokol lapisan aplikasi yang mewakili agen lalu lintas aplikasi yang mengangkut data TCP. UDP adalah protokol lapisan transport yang mewakili tipe data dan CBR adalah protokol lapisan aplikasi yang mewakili agen lalu lintas aplikasi yang mengangkut data UDP.

Quality of Service (QoS)

Dalam definisinya, model energi berperan dalam mengawali daya dan energi yang dibutuhkan setiap pengguna untuk dapat menjalankan dan aktif dalam mengirim dan meneruskan data ke tujuan yang diinginkan. Menurut standar IEEE 802.11 MAC, daya yang dibutuhkan dalam mode siaga adalah sekitar 800 mW. Energi idle: Energi yang diperlukan ketika node dalam keadaan standby atau tidak dapat mengirim atau meneruskan data (Sultan dan Zaki, 2017).

Tidur : Energi yang dibutuhkan pada posisi node dalam keadaan mati, sehingga node tidak dapat menerima sinyal (Sultan dan Zaki, 2017). Quality of Service yang digunakan pada model energi adalah energi sisa yang merupakan sisa energi dari simulasi yang dilakukan pada jaringan MANET.

Network Simulator

Penelitian Terdahulu

36 menggunakan protokol AODV dan DSDV dengan ruang kosong, pola penyebaran dua sinar, dan bayangan. Namun, dalam beberapa kasus dengan jumlah node yang lebih besar, model bayangan memiliki performa yang lebih baik. Hasil: ZRP berkinerja lebih baik daripada AODV, AODVDR dan AODV memberikan kinerja AODVDR lebih baik ketika potensi jumlah koneksi jaringan setiap node kurang dari 25%.

Namun ketika koneksi jaringan melebihi 40% dari total node dalam jaringan, AODVDR memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dua protokol routing lainnya. Hasil: RWP akan berkinerja lebih baik di MANET bila digunakan dengan OLSR di lingkungan dengan waktu tunda 5 atau 15 detik dan kecepatan mobilitas 5-10 m/s atau 25-30 m/s. RWP OLSR 2 mengungguli MDL OLSR 2 dengan memberikan throughput 89% dan latensi 42% lebih rendah.

Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa algoritma AODV tipe reaktif berkinerja lebih baik dalam hal Throughput dan rata-rata penundaan end-to-end, sedangkan DSR tipe reaktif sedikit lebih baik di antara algoritma routing dalam hal rasio pengiriman paket. Nilai rata-rata delay pada OLSR sebesar 15,52 milidetik, DSR sebesar 60,31 milidetik, AODV sebesar 39,07 milidetik dan DSDV sebesar 24,63 milidetik. Rata-rata overhead routing AODV ditemukan 1809 paket, paket DSDV 139586, dan paket AOMDV 171464.

Throughput rata-rata yang dicapai Dengan 20 node, kecepatan OLSR adalah 197 kb/s, sedangkan protokol cadangan OLSR mencapai 216 kb/s. Hasil: Diperoleh nilai rata-rata protokol AODV, nilai rata-rata delay sebesar 59,71 ms dan rata-rata packet loss sebesar 4,57% yang tergolong kualitas sedang dengan packet loss kurang dari 15%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari protokol BATMAN diperoleh nilai rata-rata delay sebesar 93,96 ms, untuk rata-rata packet loss sebesar 11,11%.

Hasil: Untuk setiap performa, rata-rata end-to-end delay protokol DSDV lebih baik dibandingkan protokol OLSR. Namun pada hasil pengukuran packet delivery rate dan routing overhead, OLSR lebih baik dibandingkan DSDV karena OLSR mempunyai sistem yang disebut Multi point relays (MPRs). MPR dapat mengurangi jumlah paket atau menyiarkan pesan informasi yang berisi informasi yang sama dan dapat mengurangi nilai routing paket.

Gambar

Gambar 2.1 Perancangan sederhana jaringan MANET (Manapa, Sampetoding and  Lewakabessy, 2019)
Gambar 2.2 Jaringan celular dan Ad-hoc Network (Lawrence, Latha and Lawrence,  2016)
Gambar 2.3 Integrasi MANET dengan berbagai jaringan (Manapa, Sampetoding and  Lewakabessy, 2019)
Gambar 2.4 Protokol routing MANET (Glisic, 2016)
+6

Referensi

Dokumen terkait

INFORMAL SECTOR IN INDONESIA The recycling of electronic goods by the informal sector is not new and is the development of recycling practices of low cost