• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Bab 1-5.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "2. Bab 1-5.docx"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar belakang

Dari berbagai macam profesi yang dilakukan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari salah satunya yaitu mata pencaharian dari hasil karet, karet mempunyai nilai jual yang relatif tinggi dalam hal perekonomian.

Salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia khususnya di Sumatera Selatan yang mata pencahariannya dari hasil karet adalah Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir. Karet merupakan komoditis perkebunan yang menduduki posisi penting karena sebagian besar masyarakatnya menjadikan karet sebagai mata pencarian yang banyak diminati. Ekosistem yang berada di lingkungan sangat mendukung mulai dari keadaan suhu tekstur tanah yang dibutuhkan tanaman ini, sehingga membuat pertumbuhan karet dapat lebih berkembang.

Kebanyakan perkebunan karet di Desa ini tidak diimbangi dengan pengelolahan yang memadai. Hanya beberapa perkebunan besar milik orang- orang mampu atau terbilang kaya saja yang pengelolaannya sudah lumayan.

Sementara kebanyakan perkebunan karet lainnya diolah seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya produktifitas karet menjadi rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil produksi karet yaitu salah satunya karena adanya tanaman pengganggu atau yang disebut dengan gulma.

1

(2)

Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Gulma perennial dapat menyebar dengan cara vegetatif.

Luasnya penyebaran gulma karena daun dapat dimodifikasikan. Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya.

Di samping itu, gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak. Gulma juga ada yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat di sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain, yang disebut allelopati (Moenandir, 1990). Dalam Al-Quran di jelaskan bahwa:

        

       

        

      

Artinya:

“Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya.

Kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikannya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (QS. Az- Zumar:21).

Dari ayat diatas sesungguhnya semua tumbuhan yang diciptakan Allah memiliki manfaat tersendiri, dan Allah telah memberi petunjuk pada manusia

(3)

lewat wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Maka menjadi tugas manusialah untuk mencari tahu manfaat tersebut lewat penelitian dan pemikiran.

Pengaruh negatif gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Disamping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus diberantas (Anonim, 2013).

Sebagai perbandingan antara kebun karet yang banyak mengandung gulma di Desa Ibul Dalam dengan kebun karet yang tidak mengandung gulma seperti yang ada di Balai Penelitian Karet Sembawa, ini bisa dilihat dari hasil perolehan getah yang disadap dalam jangka waktu satu minggu seluas kurang lebih 1 Ha. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu pemilik kebun karet di Desa Ibul Dalam yaitu ibu Yani, ia mengatakan hasil perolehan getah yang disadapnya selama satu minggu mendapat sebanyak 50-60 kg. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara di Balai Peneilitian Karet Sembawa yaitu dengan bapak Sarkoni selaku Mandor 1 Lapangan bagian Blok F, ia juga mengatakan bahwa perolehan getah karet yang disadap selama satu minggu mendapat sebanyak 80-90 kg.

(4)

(a) (b)

Gambar 1. (a) Lantai Perkebunan Karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang (b) Lantai Perkebunan Karet di Balai Penelitian Karet Sembawa (Sumber : Dok. Pribadi 2014).

Untuk mengetahui lebih lanjut jenis-jenis gulma khususnya yang ada di perkebunan karet dapat dilakukan identifikasi. Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang dikenal dengan morfologi (Sastroutomo, 1990).

Identifikasi sangat penting terutama dalam memahami tanda-tanda karakteristik seperti yang berkenaan dengan morfologi (bentuk luar) gulma.

Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya pengendalian gulma akan lebih mudah. Disamping itu juga kita harus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya (Tjitrosoedirjdjo, 1994).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

(5)

1. Jenis-jenis gulma apa saja yang yang di temukan di perkebunan karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir?

2. Jenis gulma mana yang paling menggangu yang akan menurunkan hasil produksi karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir?

C. Batasan Masalah

Agar tidak meluas dari permasalahan yang ada, batasan masalah penelitian ini dilakukan di kebun karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis gulma apa saja yang yang di temukan di perkebunan karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

2. Untuk mengetahui jenis gulma mana yang paling menggangu yang menurunkan hasil produksi karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

E. Manfaat Penelitian

(6)

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai sumbangsih pada pelajaran biologi materi Keanekaragaman Hayati pada sub bab Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di Bumi kelas X SMA/MA.

b. Hasil penelitian ini berupa herbarium gulma yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada materi pembelajaran Keanekaragaman Hayati di kelas X SMA/MA.

2. Secara Praktis

Sedangkan manfaat praktisnya sebagai sumber informasi tentang jenis-jenis gulma tanaman karet yang ada di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir dan cara Pengendalian gulma tersebut.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karet (Havea brasiliensis Muell Argl.)

Gambar 2. Kebun karet (Sumber dok. Pribadi, 2014)

Karet termasuk famili Euphorbiaceae, merupakan tanaman yang penting penghasil lateks yang bernilai ekonomis tinggi. Karet menyebar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia pada daerah-daerah yang tidak terlalu kering.

Pohon karet ditanam di perkebunan rakyat pada ketinggian sampai 1000 meter dari permukaan laut (Cahyono, 2010).

Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin khususnya Brazil, sehingga diberi nama ilmiah Hevea brasiliensis Muell.

Arg. (Setiawan dan Andoko, 2005). Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas

7

(8)

dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dan Paimin, 1992).

1. Klasifikasi Ilmiah

Menurut Nazaruddin dan Paimin (1992), tanaman karet mempunyai klasifikasi sebagi berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas:

Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea brasiliensis Muell Argl.

2. Morfologi Karet a. Akar

Tananman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Cahyono, 2010).

b. Batang

Gambar 3. Batang Karet (Sumber: Dok. Pribadi, 2014)

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 Meter. Batang

(9)

tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang disebut lateks (Suwarto dan Yuke, 2010).

c. Daun

Gambar 4. Daun Karet (Sumber: Dok.Pribadi , 2014)

Suwarto dan Yuke (2010), daun karet berwarna hijau, apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai jadwal kerontokan daun pada setiap musim kemarau.

Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun-daun karet berubah warna dan jatuh berguguran. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing dan tepinya rata.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.

Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar, biasanya ada tida anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis,

(10)

memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Cahyono, 2010).

d. Bunga

Bunga karet tergolong bunga berumah dua (monoecious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut terdapat bunga betina dan bunga jantan. Bunga karet muncul (tumbuh) dari ranting-ranting yang bersemi selesai gugur daun.

Bunga karet terdiri atas tangkai bunga, daun kelopak atau sepal berwarna hijau, daun mahkota berwarna putih kekuningan, benang sari, kepala putik, dan bakal buah. Bunga karet berukuran kecil dan berbentuk bintang (Cahyono, 2010).

Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (Monocios). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Pohon karet untuk berbunga pada umur kurang lebih 7 tahun, dan bahkan untuk keperluan penelitian dan pemulian telah dicoba untuk merangsang terjadinya pembungaan pada umur kurang lebih 5 tahun. Tanaman karet mempunyai kemampuan yang besar dalam menyesuaikan diri dan dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah yang untuk tanaman lain kurang cocok dalam pertumbuhannya, asalkan tanah tersebut tidak berbatu dan tidak tergenang oleh air (Nazaruddin dan Paimin, 1992).

e. Buah/biji

(11)

Gambar 5. Biji Karet (Sumber: Dok. Pribadi, 2014)

Biji karet berukuran sebesar telur burung puyuh bentuknya bulat agak lonjong, bewarna cokelat kehitaman, dan bersifat keras. Bobot biji karet berkisar antara 3,30 g sampai dengan 4 g. Biji karet tersusun atas cangkang, kulit ari berwarna putih, daging biji berwarna putih susu, dan lembaga yang berwarna putih kekuningan. Biji karet bersifat monoembrional, yaitu biji hanya mengandung satu embrio. Biji yang bersifat monoembrional bila ditumbuhkan (disemaikan) hanya menghasilkan satu tanaman (Cahyono 2010).

B. Ekologi Tanaman Karet

Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brasil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o lintang utara sampai 10o lintang selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Walaupun demikian, di daerah yang suhunya terlalu tinggi, tanaman karet juga malas hidup (Anonim, 2013).

(12)

Daerah dengan curah hujan berkisar antara 2.500-4.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100-150 hari sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karet dan pembentukan hasilnya (lateks). Daerah dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun atau lebih dari 4.500 mm/tahun kurang baik untuk tanaman karet, walaupun tanaman karet masih dapat hidup pada curah hujan 6.000 mm/tahun. Namun, hasilnya rendah (Cahyono, 2010).

Karet menyukai tanah yang mudah ditembus air. Akan tetapi, tanah dengan pasir kuarsa yang tinggi juga menghambat pertumbuhan tanaman.

Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8. Tanah yang agak asam masih lebih baik dari pada tanah yang basa. Topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan perkebunan karet datar dan tidak berbukit-bukit (Suwarto dan Yuke, 2010).

Lebih lanjut Sukman dan Yakup (2002), mengatakan bahwa pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah hujan, suhu, kelembaban, angin, serta tinggi tepat dari permukaan laut. Tanaman karet membutuhkan curah hujan berkisar antara 2.500 mm - 4.000 mm pertahun, yang berbagi dalam 100-150 hari. Curah hujan rata-rata setahun akan mempengaruhi produksi.

Keadaan tanah yang sesuai dan baik bagi pertumbuhan tanaman karet dan hasilnya adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik, struktur

(13)

tanah gembur, mudah mengikat air, kedalaman tanah atau permukaan air tanah cukup dalam. Keadaan tanah yang demikian itu memiliki sirkulasi dan peredaran air yang baik, sehingga di dalam tanah tersedia cukup oksigen (Cahyono, 2010).

C. Gulma

Sastroutomo (1990), yang termasuk dalam kelompok gulma tidak saja tumbuhan yang merugikan manusia dalam beberapahaal tetapi juga semua tumbuhan yang tidak bermanfaat atau belum diketahui manfaatnya gulma mempunyai berbagai nama sesuai dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), `Tzao (Cina), serta banyak nama yang lainnya (Moenandir, 1990).

1. Klasifikasi gulma

Untuk mengklasifikasikan gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi, siklus hidup, dan habitat (tempat tumbuh) (Barus, 2003).

a. Klasifikasi berdasarkan morfologi gulma dibedakan menjadi 3 macam (Sukman dan Yakup, 1991).

1) Rumput (Grasses)

Rumput mempunyai batang bulat atau pipih dan berongga, Dalam Sukman dan Yakup (1991), Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput menjadi:

- Rumput Semusim (Annual)

(14)

Rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan dengan tahunan.

Beberapa spesies rumput semusim mungkin menjadi masalah karena mempunyai habitat yang mirip tanaman, misalnya Echinochloa crusgalli dan Echinochloa colona yang mirip tanaman padi pada stadium awal pertumbuhan.

- Rumput Tahunan (Perennial)

Rumput/gulma tahunan yang penting adalah Imperata cylindrica, Saccharum spontaneum, Panicum repens, Paspalum conjugatum dan sebagainya. Spesies-spesies gulma dari satu genus mungkin ada yang semusim maupun tahunan, seperti padi merah Oryza sativa adalah semusim, tetapi Oryza rufipogon adalah tahunan.

2) Teki (Sedges)

Teki mempunyai batang berbentuk segi tiga, kadang-kadang bulat dan tidak berongga, daun berasal dari nodia dan berwarna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas.

Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu. Dalam Sukman dan Yakup (1991: 8-9), Diketahui bermacam-macam teki, yaitu:

- Teki semusim seperti Cyperus difformis, Cyperus iria

- Teki tahunan seperti C. esculentus, C. imbricatus, C. rotundus, dan C. cirpus grossus. Ada juga spesies seperti Fimbrystylis

(15)

littoralis yang digolongkan sebagai teki semusim maupun tahunan.

3) Gulma Daun Lebar (Broad Leaved Weed)

Daun-daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan sangat sensitif terhadap khemikelia. Pada permukaan daun terutama permukaan bawah terdapat stomata yang memungkinkan cairan masuk. Gulma ini mempunyai tunas-tunas pada nodus atau titik memencarnya daun (Sukman dan Yakup, 1991).

b. Klasifikasi ditinjau dari siklus hidup gulma dalam Sukman dan Yakup (1991: 9-10), Terdiri dari 3 macam yaitu:

1) Gulma Semusim (Annual)

Gulma semusim menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim, dan rumput semusim. Sebagai contoh adalah Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis dan Rottboellia exaltata yang secara ekonomis merupakan gulma penting pada tanaman padi. Eksistensinya karena melimpahnya produksi biji.

2) Gulma Dua Musim (Biennual)

Gulma biennial memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji lalu mati. Beberapa contoh gulma biennial:

(16)

Daucus carota, Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.

3) Gulma Tahunan (Perennial)

Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Beberapa spesies gulma ini mungkin secara alami berkembang biak dengan biji, tetapi dapat sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizoma, stolon dan daun. Sebagian besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak baik secara vegetatif maupun generatif. Stadium bibit mungkin dapat dikendalikan dengan suatu perlakuan, tetapi pada stadium selanjutnya tidak mungkin cukup satu tindakan. Banyak biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel. Gulma perennial yang sangat populer dan penting adalah Imperata cylindrica, Mikonia chordata, dan Cyperus rotundus (Sukman dan Yakup, 1991).

c. Klasifikasi Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dalam Sukman dan Yakup (1991), Terdiri dari:

1) Gulma Berkayu (Woody Weeds)

Golongan ini mencakup tumbuh-tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-cabang sekunder. Gulma ini menjadi masalah di perkebunan, kehutanan, saluran pengairan, dan padang pengembalaan. Contoh: Melastoma spp., Lantana spp., Aceasia spp., dan Cromolaena adorata.

(17)

2) Gulma Air (Aquatic Weeds)

Tumbuhan air ini adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadan air kontinu atau paling tidak toleransi terhadap kondisi tanah berair untuk priode waktu hidupnya. Dalam praktek gulma air diklasifikasikan sebagai marginal (tepian), emergent (gabungan antara tenggelam dan terapung, submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating (mengapung), dan plankton/algae. Contohnya berturut- turut adalah: Mikania spp., Typha spp., Hydrilla verticillata, Nymphaea spp., Pistia stratiotes, dan Microcystis spp.

3) Gulma Perambat (Climbers)

Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Gulma ini mungkin menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata di pertanaman karet, kelapa sawit dan kehutanan, atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan Cassytha filiformis. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang luas dengan cepat.

4) Gulma Epifit (Epiphytes) dan Parasit

Perambat kadang-kadang juga hepifit atau hemiparasit. Parasitasi benalu dilakukan oleh berbagai spesies dari famili Viscaceae, loranthaceae, Santalaceae, dan Myzodendraceae. Di antara beberapa spesies tersebut adalah Viscum album, Dendrophthoe petandra, Arcenthobium oxycentri, Loranthus elasticus,

(18)

Loranthus longflorus, Loranthus paheerulenthus, Macrosolen cochinentis, dan Scurula spp. Spesies-spesies ini mungkin menjadi parasit pada Tanaman ini karet, teh, jeruk, jati dan pepohonan lain. Akibatnya pepohonan tersebut akan kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimantikan oleh parasit terbut.

2. Ekologi Gulma

Ekologi gulma mengkaji hubungan antara gulma dengan alam sekitarnya/lingkungannya. Dalam ekologi gulma ditelaah dari faktor-faktor klimatik, edafik, dan biotik serta mekanisme adaptsi yang memungkinkan gulma menimbulkan persaingan terhadap tanaman pokok dalam infestasinya di suatu area pertanaman (Sukman dan Yakup, 1991)

Menurut Mulyaningsih dkk (2008), gulma merupakan tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin sampai yang kaya nutrisi, sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Adanya persaingan gulma dapat merugikan kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian- kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.

Tjirosoedirjo dan Wiroatmojo (1994), menjelaskan bahwa kehadiran gulma di lahan pertanian menyebabkan terjadi persaingan dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, karena gulma dapat mempengaruhi

(19)

pertumbuhan tanaman lain dengan mengeluarkan senyawa-senyawa kimia (allelopati) senyawa kimia yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan pada setiap organ tumbuhan antara lain; daun, batang, akar, rhizome, buah, biji dan umbi serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pada umumnya untuk tanaman perkebunan diperlukan lahan yang cukup luas dan memerlukan jarak tanam yang cukup lebar. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada gulma untuk tumbuh dan berkembang lebih banyak dan lebih capat sesuai dengan sifat gulma (Suardi, 2002).

Menurut Barus (2003), Indonesia termasuk kawasan tropis yang kondisi iklimnya sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, baik tanaman perkebunan maupun jasad pengganggu seperti gulma, hama, dan penyakit tanaman. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang berkualitas sangat dibutuhkan usaha pemeliharaan tanaman secara intensif, yaitu pemupukan secara tepat dosis dan tepat waktu, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman maupun gulma.

Pengaruh yang ditimbulkan dari hama dan penyakit tanaman bisa dilihat secara langsung, berbeda dengan pengaruh yang diakibatkan oleh gulma ini tidak terlihat secara langsung dan dengan waktu yang panjang. Namun, secara akumulatif kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Untuk

(20)

memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh, gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman perkebunan.

Menurut Jahja (1991), gulma merupakan pesaing yang sangat tangguh dibandingkan dengan tanaman, karena dalam keadaan lingkungan yang dibutuhkan sama, ternyata umumnya gulma lebih dapat memanfaatkan keadaan lingkungan itu secara efisien, dan lebih mampu menyesuaikan diri kalau lingkunganya mengarah kepada keadaan yang kritis.

Dalam Jahja (1991), beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma sebagi berikut:

1. Pertumbuhan tanaman perkebunan terhambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mulai berproduksi.

2. Terjadi penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman perkebunan.

3. Produktivitas kerja tanaman perkebunan terganggu.

4. Gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit.

5. Membutuhkan biaya pengendalian gulma.

3. Perkembangbiakan Gulma

a. Perkembangbiakan secara Generatif

Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapat menghasilkan lebih dari 40.000 biji dalam satu musim. Contoh: Jajagoan (Echinochloa crusgalli) (Sukman dan Yakup, 1991). Perkembangbiakan secara generatif hanya diperuntukan untuk gulma kelas Angiospermae dan

(21)

Gymnospermae. Pembungaan yang terjadi pada bunga semusim lebih kurang lima minggu setelah perkecambahan, dan selanjutnya priode ini berjalan lambat, diikuti dengan pemasakan biji. Dengan adanya priode tersebut maka biji-biji gulma tidak dapat dihasilkan dalam waktu yang bersamaan. Lain halnya dengan tanaman budidaya yang dapat menghasilkan dalam waktu yang bersamaan. Kebanyakan gulma berbunga majemuk, tetapi ada juga yang berbentuk tunggal meskipun jarang ditemui. Bunga tunggal dari gulma biasanya dapat menghasilkan biji yang sangat banyak. Contoh: Rottboellia exaltata, dapat menghasilkan anakan berbunga, dan selanjutnya dapat menghasilkan biji sebanyak 5.000 biji per tanaman (Sukman dan Yakup, 1991).

b. Perkembangbiakan secara Vegetatif

Kebanyakan gulma tahunan tumbuh di daerah yang telah lama tidak diolah, dan berkembangbiaknya sebagian besar secara vegetatif, dengan melakukan pengolahan tanah bagian vegetatif yang terpotong dapat menjadi tumbuhan baru, tetapi dengan melakukan pengolahan tanah yang berulang kali dapat mematikan bagian-bagian yang terpotong tersebut. Rhizoma, Stolon dan bagian akar yang menjalar dapat menjadi tumbuhan baru bila terpotong sewaktu pengolahan tanah. Umumnya bagian vegetatif gulma yang dapat tumbuh berulang kali adalah; umbi, akar, batang, rhizoma dan stolon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah-daerah pertanian, gulma tahunan yang

(22)

berkembang biak secara vegetatif lebih sulit untuk dikendalikan (Sukman dan Yakup, 1991).

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Sastroutumo (1990), mengungkapkan bahwa terdapat 26 jenis gulma yang dianggap dominan dan dapat menurunkan hasil pada pertanaman karet yang terdiri dari 10 jenis gulma rerumpuran, 15 jenis gulma berdaun lebar dan 1 jenis paku. sepuluh jenis gulma yang dominan adalah sebagai berikut:

Ageratum conyzoides(Bandotan), Clidemia hirta (Harendong bulu), Chromolaena odorata (Kirinyuk), Cyclocorus aridus(pakis-pakisan), Desmodium triquetrum (daun duduk), Euphorbia hirta (Patikan kerbau), Hyptis capitata (Rumput knop), Melastoma affinae (Harendong) Mikania micrantha (Sambung rambut), dan Paederia scanden (Daun kentut).

Jenis-jenis gulma penting pada perkebunan karet diantaranya yaitu jenis gulma golongan rumput (Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum, Ottochloa nodosa, dan Polygala paniculata), jenis daun lebar (Mikania cordata, M. micrantha, Melastoma malabatrichum, Clibadium surinamensis) dan jenis rumput teki (Cyperus kyllingia, C. rotundus dan Scleria sumatrensis) (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Araz Meilin, 2007 yang berjudul Studi Dominansi dan Teknik Pengendalian Gulma pada Perkebunan Karet (Studi Kasus Di Desa Tunas Baru, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi). Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan, dari pengamatan dan identifikasi gulma diketahui 17 jenis gulma ditemukan pada perkebunan karet. Masing-masing dari gulma pada pertanaman karet

(23)

yang tersebut sebanyak 2 jenis termasuk dalam kelompok gulma rumput dan 15 jenis adalah gulma daun lebar.

E. Identifikasi

Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada menentukan namanya yang besar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Untuk itu istilah identifikasi sering juga digunakan istilah determinasi (Tjitrosoepomo, 2009).

Tjitrosoepomo (2009), dari tumbuhan yang ada di bumi ini, yang demikian beranekaragam dan besar jumlahnya itu, tentu ada yang telah kita kenal dan ada pula yang tidak kita kenal. Yang kita kenal mungkin juga dikenal orang lain tetapi mungkin juga tidak. Sebaliknya pun dapat terjadi, tetapi mungkin juga tumbuhan yang tidak kita kenal itu belum pula dikenal oleh siapa pun, jadi juga belum dikenal oleh ilmu pengetahuan. Dengan demikian setiap orang yang akan mengidentifikasi suatu tumbuhan selalu dua kemungkinan:

a. Tumbuhan yang akan di identifikasi itu belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum ditentukan tumbuhan itu benar-benar dimasukkan dalam kategori yang lain.

b. Tumbuhan yang akan di identifikasi itu sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, sudah ditentukan nama dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.

(24)

Untuk identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan pada waktu ini tersedia beberapa saran, antara lain:

a) Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada orang yang kita anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan kita.

b) Memcocokan dengan spesimen herbarium yang telah di identifikasikan.

c) Memcocokan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku- buku flora atau monografi.

d) Penggunaan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan.

e) Penggunaan lembar identifikasi jenis (Tjitrosoepomo, 2009).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada 18 sampai 30 juni 2014. Di lahan perkebunan karet Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir dan identifikasi dilakukan di laboratorium Tadris Biologi IAIN Raden Fatah Palembang.

(25)

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian di Areal Desa Ibul Dalam (Sumber http://saripedia.files.wordpress.com/2010/11/sumsel.jpg) B. Diskripsi di Areal Desa Ibul Dalam

Gambar 7. Peta Ibul Dalam dan Lokasi Penelitian (Sumber Dok. Pribadi 2014).

Desa Ibul Dalam merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatra Selatan dengan luas wilayah 14,40 km2. Letak Areal Desa Ibul Dalam kurang lebih 103 km dari Ibu Kota Propinsi Sumatera Selatan. Batas-batas wilayah sekitar Desa Ibul Dalam adalah sebagai berikut :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Parag gunung Lubai.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Mitra Kencana.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kuang Dalam.

 Sebelah Timur berbasan dengan Desa Sinar Kedaton (Kusarni, 2012).

Jumlah kepala keluarga di Desa Ibul Dalam ini 213 KK. Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Mempunyai Iklim Tropis Basah. Penghasilan masyarakat di desa Ibul Dalam pada umunnya adalah bersumber dari hasil

25

(26)

pertanian dan perkebunan karet. Dengan wilaya darat mencapai 80% dan wilayah perairan atau rawa-rawa mencapai 20%, dengan derajat keasaman berkisar antara 4,8, dengan suhu rata-rata berkisar antara 230 C sampai 320 C, Curah hujan rata-rata berkisar antara 2.000 mm hingga 3.000 mm per tahun, rata-rata bulan basah enam bulan, rata-rata bulan kering enam bulan tinggi diatas permukaan laut rata-rata 14 meter (Kusarni, 2012).

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi gunting tanaman, meteran, pisau, kamera digital, kaca, kantong plastik, buku identifikasi, GPS (Global Positioning System), dan tali plastik.

Bahan yang dibutuhkan meliputi alkohol 70%, spesimen gulma.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan deskriptif kualitatif. yang tujuannya membuat deskripsi, gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Pengambilan sampel dengan menggunakan metode transek garis (Metode line transect) dengan cara jelajah (Fachrul, 2007), memasang sebuah pita atau tali yang ditandai dengan meter, melintasi daerah studi dalam potongan-potongan meteran yang berselang-seling sepanjang garis potong (Michael, 1995).

E. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel dan Pengoleksian Gulma

(27)

Pengambilan sampel gulma dilakukan di areal kebun karet desa Ibul Dalam, pengamatan gulma dengan menggunakan metode transek garis (line transect) dengan cara jelajah. Tempat lokasi di tetapkan dengan GPS.

Lokasi penelitian dengan panjang 1000 meter dan lebar 100 meter.

Kemudian dibuat transek garis dengan ukuran 50 meter, dalam satu transek garis dibagi masing-masing menjadi 4 plot dengan luas masing- masing 25 meter. Pengambilan sampel gulma dilakukan satu kali pengambilan dengan mengikuti jalur jelajah yang telah ditentukan yaitu secara berselang-seling (Michael, 1995).

Gambar 8. Teknik pengambilan sampel Panjang Areal Penelitian 1000 m

Areal kebun karet

(28)

Spesimen gulma yang didapat dimasukkan ke dalam plastik. kemudian spesimen gulma tersebut diawetkan dengan cara disemprotkan alkhol 70%.

2. Inventarisasi dan Identifikasi Gulma

Untuk melakukan identifikasi gulma yang telah ditemukan dideskripsikan dan diidentifikasi dengan mengacuan pada buku Flora Steenis (2008), dan Soemantri (1973). Gulma yang diidentifikasi adalah gulma yang telah memiliki organ yang lengkap (akar, batang, daun dan bunga) (Meilin, 2007). Setelah dilakukan diidentifikasi kemudian diherbariumkan.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis secara deskriptif dan kualitatif lalu ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan foto. Berikut tabel data dalam penelitian ini.

Tabel 1. Spesies Gulma yang diperoleh pada Perkebunan Karet.

No Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Lokal

1.

2.

3.

4.

5.

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jenis-jenis Gulma yang diidentifikasi

Berdasarkan penelitian pada Perkebunan Karet Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir didapatkan spesies gulma yang terdiri dari 2 divisio, 3 kelas, 7 ordo, 8 familia, 9 genus, dan 9 spesies.

Gulma tersebut terdiri dari empat kelompok. 1. Kelompok teki dengan spesies Cyperus difformis L. (Rumput Teki). 2. Kelompok berdaun lebar

(30)

dengan spesies Ageratum conyzoides L.(Rumput Amis), Viola odorata L.

(Antana), Melastoma affine D. Don. (Senduduk), Mimosa pudica L. (Putri Malu) dan Passiflora foetida L. (Rambusa). 3. Kelompok berdaun sempit dengan spesies Axonopus compressus (Sw.) Beauv. (Jukut), dan Imperata cylindrica L. (Alang-alang). 4. Kelompok paku-pakuan dengan spesies Gleichenia linearis Clarke. (Paku Rasam). Jenis-jenis Gulma tersebut ada pada tabel 1 dibawah ini:

Gulma yang paling banyak atau paling luas menutupi lantai perkebunan karet di Desa Ibul Dalam ini ada pada gambar 9. Gulma yang paling berpengaruh terhadap produksi getah karet ada pada gambar 10.

(31)

Ageratum conyzoides L. Viola odorata L.

Melastoma affine D. Don Mimosa pudica L.

Passiflora fortida L Cyperus diffomis L.

Axonopus compressus (Sw.) Beauv Imperata cylindrica (L.) Beauv

Gleichenia linearis Clarke. 10%0%

20%30%

40%50%

60%70%

80%90%

100%

Gambar 9. Gulma yang Paling Banyak atau Paling Luas Menutupi Lantai Perkebunan Karet Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

30

(32)

Imperata cylindrica (L.) Beauv Mimosa pudica L.

Axonopus compressus (Sw.) Beauv Cyperus diffomis L.

Ageratum conyzoides L. Melastoma affine D. Don

Viola odorata L. Passiflora foetida L

Gleichenia linearis Clarke. 10%0%

20%30%

40%50%

60%70%

80%90%

100%

Gambar 10. Grafik Gulma yang paling Berpengaruh pada Produksi Getah Karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

2. Deskripsi Gulma pada Karet (Hevea brasiliensis Muell Argl.) di

Perkebunan Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir.

a. Ageratum conyzoides L. (Rumput Amis)

Gambar 11. Ageratum conyzoides L. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

(33)

Kingdom : Plantae (tumbuhan), Divisio : Spermotophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Asterales, Familia : Compositae, Genus : Ageratum, Spesies : Ageratum conyzoides L. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbu-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjatatau mebelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun).

3) b. Daun tidak berbentukjarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas.

4) b. Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas.

6) b. Dengan daun yang jelas.

7) b. Bukan tumbuhan bangsa palem/ yang memyerupainya.

9) b. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit 10) b. Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi roset.

11) b. Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan serong ke atas.

12) b. Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali.

13) b. Tumbuh-tumbuhan berbentuk berhadapan.

14) b. Semua daun duduk berhadapan.

(34)

16) a. Daun tunggal, berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 10)

239) b. Tumbuh-tumbuhan tanpa getah 243) b. Tidak hidup dari tumbuhan lain.

244) b. Susunan tulang daun tidak demikian, seluruhnya atau sebagian besar tulang daun memyirip, memjari atau sejajar.

248) b. Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala.

249) b. Daun tak mempunyai serabut demikian. Bungan berbentuk lain.

250) b. Rumput-rumputan. Setidak-tidaknya cabang tidak berkayu.

266) a. Bunga bongkol, yang pada pangkal dikelilingi oleh pembalut bersama yang terdiri atas sisik. Buah yang kecil atau kerapkali dengan rambut buah, kadang-kadang dengan beberapa jarum ppada pucaknya.

Bakal buah tenggelam. (121) Compositae

Spesies :

1) b. Bunga kecil tanpa bunga pita, semua bunga tabung 2) b. Karang bunga lain. Batang tidak bersayap

3) b. Karangan bunga tidak demikian 4) b. Bongkol kecil berwarna lain

5) b. Buah kecil dengan sisik bentuk benang atau sama sekali tanpa rambut buah.

11) b. Bunga Ungu atau Putih. Buah dengan 5 sisik meruncing bentuk

benang. (11) Ageratum

(35)

Deskripsi dari tumbuhan Ageratum conyzoides L.

Kosmopolitan, Magnolipsida, Perennial, akar tunggang, batang bulat;

hujau; berambut jarang, daun hujau; bangun delta; pangkal rata; ujung runcing; tepi bergerigi; tulang menyirip, bunga majemuk; putih (Tjitrosoepomo, 2009).

b. Melastoma affine D. Don. (Senduduk)

Gambar 12. Melastoma affine D. Don. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Myrtales, Familia : Melastomataceae, Genus : Melastoma, Spesies : Melastoma affine D. Don. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjatatau mebelit (dengan batang poros daunn atau tangkai daun).

3) b. Daun tidak berbentukjarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas.

(36)

4) b. Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas.

6) b. Dengan daun yang jelas.

7) b. Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang memyerupai 9) b. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat atau membelit

10) b. Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi roset

11) b.Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jarring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan yang serong ke atas.

12) b. Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali

13) b. Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain 14) b. semua daun duduk berhadapan.

16) a. Daun tunggal, berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagimenyirip rangkap sampai bercabangmenyirip rangkap (gol 10)

239) b. tumbuh-tumbuhan tanpa getah.

243) b. Tidak hidup dari tumbuhan-tumbuhan lain.

244) a. Pada kedua sisi ibu tulang daun terdapat tulang daun melengkung yang kuat, 1 atau 2 pasang, lebih-lebih yang berjalan dari pangkal daun sampai dekat ujung daun (bertulang daun bengkok)

245) b. Bungan tidak tersusun dalam bongkol demikian.

246) b. Herba yang kuat, perdu atau pohon-pohonan

247) b. Perdu atau rumput-rumputan yang berambut. Bungan berbilang 5.

Daun tak berbau harum (bau kayu manis) 95. Melastomaceae

(37)

Spesies :

1) b. Taju kelopak tanpa tambahan demikian. Benang sariberganti lebih pendek dan panjang. Penghubung sari di bawah ruang sari memanjang, pada sisi perut dengan 2 tambahan. 2. Melastoma Deskripsi dari tumbuhan Melastoma affine D. Don

Kosmopolitan, Magnolipsida, Perennial, akar tunggang;

kecokelatan, batang bulat; berkayu; cokelat; berambut halus, daun tunggal hujau tua; berambut; berhadapan; lonjong; pangkal runcing; ujung meruncing; tepi rata; tulang menyerip, bunga tunggal; ungu, buah tunggal;

hitam keungu-unguan (Tjitrosoepomo, 2009).

c. Mimosa pudica L. (Putri malu)

Gambar 13. Mimosa pudica L. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Mimosales, Familia : Mimosaceae, Genus : Mimosa,

(38)

Spesies: Mimosa pudica L. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau mebelit (dengan batang poros daunn atau tangkai daun).

3) b. Daun tidak berbentukjarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas.

4) b. Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas.

6) b. Dengan daun yang jelas.

7) b. Bukan tumbu-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupai.

9) b. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat atau membelit2. 10) b. Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi roset.

11) b. Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan yang serong ke atas.

12) b. Tidak semua duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali.

13) b. Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain.

14) b. Semua daun duduk berhadapan.

15) b. Daun Majemuk menjari atau mejemuk menyirip atau juga tunggal, kalau demikian tentu terbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 9).

(39)

197) a. Daun terdiri atas 2-3 helai anak daun atau majemuk menjari.

198) b. Daun selalu terdiri atas 2 helai anak daun.

200) b. Bunga tidak tertancap di antara 2 kelenjar. Tumbuh-tumbuhan tanpa rambut lendir.

201) a. Kebanyakan daun terdiri atas 2 buah sirip yang duduk dan kurang lebih menjari. Tiap sirip terdiri atas banyak anak daun. Bunga ungu tersusun sebagai bunga bongkol. 58. Mimosaceae Genus :

1) b. Tumbuh-tumbuhan berduri atau berduri tempel.

6) b. Tumbuh-tumbuhan dengan duri tempel bengkok pada batang 5. Mimosa Spesies :

1) a. Sirip boleh dikatakan pada daun 2 pasang.

Deskripsi dari tumbuhan Mimosa pudica L.

Kosmopolitan, Magnolipsida, Perennial, akar tunggang; kecokelatan, batang bulat; berkayu; cokelat; berduri, daun majemuk menyirip; hujau tua;

berhadapan; lonjong; pangkal runcing; ujung meruncing; tepi rata; tulang menyerip, bunga majemuk bongkol; ungu, (Tjitrosoepomo, 2009).

d. Viola odorata L. (Antana)

(40)

Gambar 14. Viola odorata L. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Asterales, Familia : Violaceae, Genus : Viola, Spesies: Viola odorata L. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbu-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjatatau mebelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun).

3) b. Daun tidak berbentukjarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas.

4) b. Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan atau bunga berlainan dengan yang diterangkan di atas.

6) b. Dengan daun yang jelas.

7) b. bukan tumbuhan bangsa palem/ yang memyerupainya.

9) b. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit

10) a. Daun Keseluruhan merupakan roset pada pangkal batang (gol 7) 92) b. Tanaman darat

100) b. Tanaman yang tidak berduri dan tidak berduri tempel

(41)

103) b. Daun tidak berlekuk

105) b. Daun dan karangan bunga berlainan.

106) b. Karangan bunga lain. Daun bagian bawah hijau.

107) b. Daun bulat atau berbentuk ganjil, susunan pertulangan daun lain.

108) a. Bungan ungu atau lila, jelas bertaji. Daun berbentuk panjang 82. Violaceae Deskripsi dari tumbuhan Viola odorata L.

Kosmopolitan, Magnolipsida, Perennial, semak, akar tunggang;

putih kotor, batang bulat; tegak; hijau; lunak; keputih-putihan, daun tunggal;

lonjong; tersusun dalam roset akar; pangkal bertoreh; ujung tumpul; tepi bergerigi; permukaan atas dan bawah berbintik tulang menjari; hijau, bunga tunggal; corong; diketiak daun; benang sari orange; putik bentuk bola;

mahkota lonjong; kuning pucat, buah kotak; bulat; putih, biji bulat; putih (Tjitrosoepomo, 2009).

e. Passiflora foetida L. (Rambusa)

Gambar 15. Passiflora foetida L. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

(42)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Violales, Familia : Passifloraceae, Genus : Passiflora, Spesies : Passiflora foetida L . Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu : 1) b. tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan

benang sari atau putik. Tumbu-tumbuhan berbunga.

2) a. Terdapat alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan kebanyakan memanjat (golongan 2).

27) a. Daun tunggal, tepi rata, bergigi atau berlekuk, tetapi tidak bergigi menyirip.

28) b. Alat pembelit lain menancapnya.

29) b. Alat pembelit tidak terdapat di dalam karangan bunga, tetapi terdapat pada daun.

30) b. Alat pembelit terdapat di dalam atau di tepi ketiak daun. Daun kerapkali berlekuk

31) a. Tiap bunga diselubungi oleh 3 daun kelopak tambahan yang tidak rontok dan terbagi dalam pancung yang berbentuk benang. Bunga kelamin dua, dengan mahkota tambahan 84. Passifloraceae Deskripsi dari Tumbuhan Passiflora foetida L .

Kosmopolitan, Magnolipsida, Perennial, akar serabut; kuning kecokelatan, batang bulat; menjalar atau memanjat; lunak; hijau; lunak, daun tunggal; tersebar; oval; hujau muda; berhadapan; pangkal berlekuk;

(43)

ujung runcing; tepi rata; tulang menjari, bunga tunggal; putih (Tjitrosoepomo, 2009).

f. Cyperus difformis L. (Rumput Teki)

Gambar 16. Cyperus difformis L. (Sumber: Dok Pribadi, 27 juni 2014).

Kingdom : Palantae (tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Liliopsida, Ordo : Cyperales, Familia : Cyperaceae, Genus: Cyperus, Spesies : Cyperus difformis L. Hasil identifikasi terbentuk Kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu:

1) b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juda memanjat atau membelit (dengan batang. Poros daun atau tangkai).

3) b. Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalamberkas tersebut di atas.

4) a. Bunga rumput atau yang menyerupainya. Daun mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung, tidak berduri, dengan pangkal berpelepah. Bunga-bungamerupakanbulir, terdapat diketiak sekam (sisik tipis).

(44)

5) b. batang kerapkali bersegi tiga, kadang-kadang bersegi dua atau lebih, kadang-kadang bulat, kerapkali mempunyai saluran udara. Ibu tangkai bunga tidak berbuku. Tidak terdapat lidah. Sekam tidak pernah berjarum.

` 20. Cyperaceae

Spesies:

1) b. anak bulir tidak berdiri sendiri. Batang tidak demikian.

2) b. Anak bulir terkumpul jadi keseluruhan berbentuk payung.

3) a. Sekam berharap. Batang pada ujung suatu umbiyang pada suatu

pelukan berbau harum. 3. Cyperus

Deskripsi dari tumbuhan Cyperus difformis L.

Kosmopolitan, liliopsida, Perennial, akar serabut; kecokelatan;

berumbi, batang segitiga; hijau, daun majemuk menyirip; hujau tua;

berhadapan; lonjong; pangkal runcing; ujung meruncing; tepi rata; tulang menyerip, bunga majemuk bongkol; ungu, (Tjitrosoepomo, 2009).

g. Axonopus compressus (Sw.) Beauv. (Jukut)

(45)

Gambar 17. Axonopus compressus (Sw.) Beauv. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Liliopsida, Ordo : Poales, Familia : Poaceae, Genus : Axonopus, Spesies : Axonopus compressus (Sw.) Beauv. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari atau putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juda memanjat atau membelit (dengan batang. Poros daun atau tangkai).

3) b. Daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalamberkas tersebut di atas.

4) a. Bunga rumput atau yang menyerupainya. Daun mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung, tidak berduri, dengan pangkal berpelepah. Bunga-bungamerupakanbulir, terdapat diketiak sekam (sisik tipis).

5) a. Batang bulat atau kadang-kadang sedikit pipih. Ibu tangkai karang bunga kebanykan berbuku. Lidah atau karanganrambut pada batas antara pelepah dengan helaian daun kerapkali kelihatan jelas. Ujung sekam kadang-kadang berjarum. Sekam tidak pernah tersusun spiral.

19. Gramineae Spesies:

1) b. Karangan bunga lain.

(46)

2) a. Anak bulir duduk atau dengan tangkai yang sangat pendek dan tidak bercabang, terkumpul menjadi bulir atau tandan berbentuk bulir. Ini berdiri sendiri atau terkumpul keseluruhanya menjadi bentuk payung, tandan atau malai.

3) b. Karangan bunga lain.

5) b. Tanaman lain.

6) b. Susunan bulir tidak demikian.

9) b. Bulir tidak berpegang satu terhadap lain. Anak bulir tersusun pada poros bulir secara lain.

10) b. Anak bulir tidak berjarum (paling banter lancip.

12) a. Tangkai karang bunga 2-8 terkumpul di dalam pelepah daun yang tertinggi yang pipih. Bulir dua atau lebih terkumpul menjadi karangan bunga berbentuk tandan. Anak bulir bertangkai pendek.

10. Axonopus Deskripsi dari tumbuhan Axonopus compressus (Sw.) Beauv.

Kosmopolitan, liliopsida, perennial, akar serabut; kecokelatan, batang pipih; hijau, daun lanset; berpelepah; hujau; pangkal bundar; ujung lancip;

tepi rata; permukaan bergelombang; berbulu; tulang sejajar, bunga keluar dari pelepah; bulir lonjong agak gepeng (Tjitrosoepomo, 2009).

h. Imperata cylindrica (L.) Beauv (Alang-alang)

(47)

Gambar 18. Imperata cylindrica L. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Spermatophyta, Kelas : Liliopsida, Ordo : Poales, Familia : Poaceae, Genus : Imperata, Spesies: Imperata cylindrica (L.) Beauv. Hasil dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) b. tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, artinya tdak ada benang sari atau putik dan perhisan bunga. Tumbuh-tumbuhan berbunga.

2) b. Tidak ada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun).

3) b. daun tidak berbentuk jarum atau tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas.

4) a. Bangsa rumput yang memyerupai. Daun mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung, tidak berduri, dan pangkal berpelepah.

Bunga-bunga merupakan bulir, terdapat di ketiak sekam (sisik tipis).

5) a. Batang bulat atau kadang-kadang sedikit pipih. Ibu tangkai karang bunga kebanykan berbuku. Lidah atau karanganrambut pada batas antara pelepah dengan helaian daun kerapkali kelihatan jelas. Ujung sekam kadang-kadang berjarum. Sekam tidak pernah tersusun spiral.

19. Gramineae

(48)

Spesies :

1) b. Karang bunga lain.

2) b. Anak bulir bertangkai pendek, dua atau lebih pada tangkai pendek, bercabang, bersama-sama merupakan malai terkumpul rapat berbentuk bulir, di ujung (rumput malai bulir).

17) a. Anak bulir tidak berjarum, sepasang terdapat terdapat pada ujung sumbu malai, keduanya bertangkai pada pangkal terdapat rambut putih mengkilat dan tersusun dalam karangan . 16. Imperata Deskripsi dari tumbuhan Imperata cylindrica (L.) Beauv

Kosmopolitan, liliopsida, perennial, akar serabut; kecokelatan, batang pipih; hijau, daun lanset; berpelepah; hujau; pangkal bundar; ujung lancip;

tepi rata; permukaan kasar; tulang sejajar, bunga berbenang sari putih dan ungu, kepala putik yang panjang bwrwarna ungu dan muncul dari anak bulir yang panjangnya 4 mm, Buah tidak begitu terlihat; ketika masak buah melayang; bulat panjang; ujung buah meruncing; ditutupi oleh daun pelindung (Tjitrosoepomo, 2009).

i. Gleichenia linearis Clarke. (Paku Rasam)

(49)

Gambar 19. Gleichenia linearis clarke. (Sumber : Dok. Pribadi 27 Juni 2014).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Divisio : Pteridophyta (paku-pakuan), Kelas : Gleicheniopsida, Ordo : Gleicheniales, Familia : Gleicheniaceae, Genus : Gleichenia, Spesies : Gleichenia linearis Clarke. Hasil Dari Identifikasi terbentuk kunci Determinasi berdasarkan buku Flora (Steenis, 2008) yaitu :

1) a. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan bersepora (golongan 1).

17) b. Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah 18) b. Daun-daun lainya macam-macam

19) b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk bulir atau tidak. Spongia tidak demikian letaknya.

22) b. Tumbuh-tumbuhan lain; tidak ada bagian yang fertile yang berbentuk bulir.

23) b. Daun fertile tidak demikian.

24) a. Daun (agaknya batangnya!) berulangkali bercabang menggarpu,

kebanyakan memanjat 8. Gleicheniaceae

Deskripsi Gleichenia linearis Clarke.

Kosmopolitan, liliopsida, perennial, akar serabut; rimpang merayap;

cokelat tua, batang bulat; cokelat; berongga, daun majemuk; hujau; pangkal

(50)

bundar; ujung lancip; tepi rata; permukaan rata; tulang sejajar; mempunyai bulir (Tjitrosoepomo, 2009).

B. Pembahasan

1. Spesies Gulma yang Ditemukan di Perkebunan Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir

Gulma yang diambil adalah gulma yang ditemukan di Kebun Karet di Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir. Di dapat yaitu 2 divisio, 3 kelas, 7 ordo, 8 familia, 9 genus, dan 9 spesies..

Delapan familia gulma tersebut terdiri dari, Compositae, Melastomataceae, Mimosaceae, Violaceae, Passifloraceae, Cyperaceae, Graminae, dan Gleicheniaceae. Pada familia Compositae dengan spesies gulma Agratum conyzoides L. (Rumput Amis), familia Melastomataceae dengan spesies gulma Melastoma affine D. Don. (Senduduk), familia Mimosaceae dengan spesies gulma Mimosa pudica L. (Putri Malu), familia Violaceae dengan spesies Viola odorata L. (Antaka), familia Passifloraceae dengan spesies gulma Passiflora foetida L. (Rambusa). familia Cyperaceae dengan spesies gulma Cyperus difformis L. (Rumput teki), familia Graminae dengan spesies gulma Imperata cylindrica (L.) Beauv (Alang- alang), dan Axonopus compressus (Sw.) Beauv. (Jukut), dan familia Gleicheniaceae dengan spesies gulma Gleichenia linearis Clarke. (Paku Rasam).

Spesies gulma yang tergolong teki-tekian adalah Cyperus difformis L., yang tergolong gulma berdaun sempit adalah Imperata cylindrica (L.) Beauv dan Axonopus compressus (Sw.) Beauv. Jenis gulma yang termasuk

(51)

ke dalam golongan paku-pakuan Gleichenia linearis Clarke. Sedangkan gulma berdaun lebar adalah Mimosa pudica L., Melastoma affine D. Don., Agratum conyzoides L., Viola odorata L., dan Passiflora fortida L.

Spesies-spesies ini bisa hidup di perkebunan, persawahan dan di hutan.

Menurut Steenis (2005), kelompok teki-tekian (Cyperaceae) mempunyai daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan bulan. Selain itu gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikan sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat.

Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun dan titik tumbuh tersembunyi.

Dari hasil penelitian gulma yang paling banyak ditemukan di kebun karet yaitu tumbuhan dari familia Poaceae dengan spesies Imperata cylindrica (L.) Beauv. Spesies ini dapat hidup ditepi hutan atau hutan yang baru dibuka dan dapat hidup pada tempat yang lembab dan tempat yang kering baik itu persawahan maupun di perkebunan besar. Menghasilkan rimpang, penyebaran biji sangat cepat dari jarak jauh, akar dan rimpang sangat tahan terhadap api. Imperata clyndrica termasuk tumbuhan perennial, tumbuh berjumbai longgar atau padat , rimpang bersisik dengan runcing tipis. (Soeryani, 1999).

Gleichenia linearis Clarke, bisa hidup pada habitat yang lembab.

Sedangkan kondisi kebun karet ini ada yang agak lembab maka tumbuhan Pteridophyta dapat hidup di lahan karet ini. Seperti yang dikatakan oleh

(52)

Redy Joko Prasetyo (2009), lingkungan hidup pteridophyta tempat yang lembab di daerah tropis dan subtrofis lereng-lereng gunung, air tawar, dan tumbuhan ini tidak tahan pada tempat yang agak kering tumbuhan ini cendrung tahan hidup pada tempat yangbanyak tumbuhan lain yang melindungnya dari sinar matahari atau tempat tertutup. Selain itu juga gulma ini dapat hidup menyesuaikan dengan lingkungan sekitar baik didaerah lembab ataupun tempat yang kering. Gulma tumbuh hampir dimana saja dan keadaannya tidak diinginkan di area perkebunan karena akan bersaing untuk merebutkan unsur hara.

Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan adalah jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia, dampak ekonomi dan ekologi (Anonim, 2006).

Pengendalian gulma di perkebunan karet dapat dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau alat lainnya dengan rotasi 2-3 bulan sekali atau tergantung pada kondisi gulma. Pembabatan terhadap gulma harus sampai keakar-akar gulma, supaya gulma tersebut tidak tumbuh lagi.

Kalau pembabatan tidak sampai akar maka pertumbuhan gulma mudah tumbuh kembali. Apalagi pembabatan terhadap alang-alang harus lebih kondusif karena alang-alang memiliki sistem perakaran rhizoma (Stolon) yang penyebaranya di dalam tanah sangat pesat. Pengendalian gulma dapat juga dilakukan secara kimia dengan menggunakan herbisida. Cara menggunakan herbisida yaitu dengan menyemprotkan campuran air dan

(53)

herbisida dengan komposisi tertentu (seperti tertera pada aturan pakai masing-masing jenis/merk herbisida). Sebaiknya penyemprotan dilakukan setelah umur tanam karet lebih dari enam bulan tanam atau batang sudah berwarna cokelat dan harus dikakukan secara hari-hati, khususnya setelah pelaksanaan okulasi agar tidak merusak mata tunas yang akan tumbuh (Lasnimingsih dan Hendra, 2012).

2. Gulma yang Paling Banyak atau Luas Menutupi Lantai Kebun Karet Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir Berdasarkan hasil persentase dari kesembilan spesies gulma yang ditemukan di areal Perkebuan Karet Desa Ibul Dalam, telah diperoleh gulma yang paling banyak atau luas menutupi lantai kebun karet di Desa Ibul dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir di tunjukan dalam gambar 9 (grafik 1) yaitu gulma yang paling banyak ditemukan di luas areal perkebunan yaitu dari familia Graminae dengan spesies Imperata cylindrical (Alang-alang) yang menunjukan angka persentase 90%, sedangkan gulma yang paling sedikit atau jarang di temukan yaitu dari familia Glieicheniales dengan spesies Gleichenia linearis Clarke (paku Resam) dengan persentase angka 10 %.

3. Senyawa Alelokimia yang dimiliki Gulma yang Ditemukan di Perkebunan Desa Ibul Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir

Berdasarkan gambar 10 (grafik 2) gulma yang paling mengganggu pertumbuhan karet adalah dari familia Graminae dengan spesies Imperata cylindrical dengan persentasi nilai 90%. Sedangkan pada prestase paling

Gambar

Gambar 2. Kebun karet (Sumber dok. Pribadi, 2014)
Gambar 3. Batang Karet (Sumber: Dok. Pribadi, 2014)
Gambar 4. Daun Karet (Sumber: Dok.Pribadi , 2014)
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian di Areal Desa Ibul Dalam (Sumber http://saripedia.files.wordpress.com/2010/11/sumsel.jpg) B
+7

Referensi

Dokumen terkait