• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT

N/A
N/A
Taufiqurrahman S. Pd

Academic year: 2023

Membagikan "Materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Siswa yang berhasil dalam belajar adalah mereka yang berhasil mencapai tujuan belajar atau tujuan pembelajaran. Oleh karena itu penilaian hasil belajar mencakup segala sesuatu yang dipelajari di sekolah, baik itu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Hamalik dalam Slamet (2010), hasil belajar adalah pola tindakan, nilai, pemahaman dan sikap, serta persepsi dan kemampuan.

Menurut Slamet (2010), hasil belajar adalah perubahan nyata tingkah laku siswa setelah proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan tujuan pengajaran. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar siswa atau faktor lingkungan.

Kriteria suatu kecerdasan

Jika bagian otak tersebut rusak maka hanya kecerdasan atau kemampuannya saja yang hilang, sedangkan bagian lainnya tidak. Sehubungan dengan sejarah evolusi pada zaman dahulu, dimana setiap kecerdasan dapat dilihat sejarah evolusinya pada peristiwa masa lalu. Kecerdasan apa pun yang ditemukan saat ini dapat ditelusuri kembali ke evolusi (perkembangan) manusia purba, bahkan dari evolusi spesies lain.

Kecerdasan interpersonal

Dalam bentuk yang lebih maju, kecerdasan ini memungkinkan orang dewasa membaca kemauan dan keinginan orang lain. Jadi menurut Lwin, dkk (2008) kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini adalah memahami dan menilai perasaan, perangai, suasana hati, niat dan keinginan orang lain kemudian menyikapinya dengan tepat.

Kecerdasan interpersonal bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja, melainkan perlu dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran, sama seperti kecerdasan lainnya. Menurut Suparno (2003), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami perasaan, intensitas, motivasi, karakter dan temperamen orang lain serta peka terhadap orang lain. Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan berbagai orang.

Orang yang kuat dalam kecerdasan interpersonal biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal diwujudkan dalam kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai jenis kegiatan sosial, serta dalam ketidaknyamanan atau keengganan untuk menyendiri dan sendirian. Orang dengan kecerdasan seperti ini menyukai dan senang bekerja dalam kelompok, belajar melalui interaksi dan kerja sama, serta sering menikmati bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan perselisihan baik di sekolah maupun di rumah.

Secara umum, alasan utama seseorang menunjukkan tingkat kecerdasan interpersonal yang rendah adalah karena mereka hanya melakukan sedikit upaya untuk mengembangkan kecerdasan ini sejak kecil.

Strategi mengembangkan kecerdasan interpersonal

Ketika siswa berkumpul dan secara kolektif mewakili bentuk fisik dari sebuah ide, konsep, atau tujuan pembelajaran lainnya, maka terbentuklah formasi patung seseorang. Formasi patung manusia ini dapat mengangkat proses pembelajaran keluar dari konteks teoretisnya yang abstrak dan segera menempatkannya dalam tatanan sosial yang mudah diakses. Kerja kelompok ini sangat cocok untuk mengajarkan kecerdasan majemuk karena dapat disusun sedemikian rupa sehingga siswa mewakili seluruh spektrum kecerdasan.

Namun di sisi lain, mereka terlibat dalam proses pembelajaran keterampilan atau topik yang menjadi fokus permainan. Meskipun mencakup berbagai kecerdasan (termasuk kecerdasan kinestetik, linguistik, dan spasial), strategi ini termasuk dalam kategori interpersonal karena interaksi antar manusia yang terjadi dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman baru. Melalui percakapan dan bentuk interaksi lainnya, siswa memperoleh pengetahuan dari sudut pandang orang yang mengalami langsung topik yang dipelajari.

Pembelajaran Kooperatif

  • Tujuan pembelajaran kooperatif
  • Unsur penting dan konsep utama pembelajaran kooperatif
  • Implikasi model pembelajaran kooperatif
  • Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar pembelajaran kelompok atau kerja kelompok karena dalam pembelajaran kooperatif terdapat dorongan kooperatif atau struktur tugas yang memungkinkan terjadinya interaksi terbuka dan hubungan saling ketergantungan yang efektif antar anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok, yang hanya dapat dicapai apabila seluruh anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 2008). Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi dan pemahaman akademik baik secara individu maupun kelompok.

Zamroni dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa keuntungan penerapan pembelajaran kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan terutama dalam bentuk masukan pada tingkat individu. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan di masa depan akan muncul generasi baru yang mempunyai prestasi akademik cemerlang dan solidaritas sosial yang kuat. Selama pembelajaran kooperatif berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi apabila timbul permasalahan dalam kerjasama antar anggota kelompok.

Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009), pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan perilaku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan akademik siswa. Ratumanan (2002) mengatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat merangsang terbentuknya ide-ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Huda (2011), pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana kelas terbuka, mampu membangun keberagaman dan mendorong hubungan antar siswa.

Pembelajaran kooperatif dapat dibedakan dalam banyak hal, namun dapat dikategorikan menurut ciri-cirinya sebagai berikut: (1) tujuan kelompok; (2) tanggung jawab individu; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi kelompok; (5) spesialisasi tugas; (6) adaptasi terhadap kebutuhan individu (Slavin, 2008).

Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Jenis pembelajaran kooperatif

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar sehubungan dengan materi yang dipelajari atau setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Memberikan pengakuan Guru mencari cara untuk memberi penghargaan pada upaya dan hasil pembelajaran individu dan kelompok.

Model Pembelajaran NHT

Menurut Trianto (2009), ketika mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase seperti sintaksis NHT. Pada fase ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota diberi nomor antara 1 sampai 5. Siswa menggabungkan pendapatnya tentang jawaban pertanyaan dan memastikan bahwa setiap anggota timnya mengetahui jawabannya. .tim tahu.

Guru memanggil nomor tertentu, setelah itu siswa yang nomornya cocok mengangkat tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan di depan seluruh kelas. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya. Model pembelajaran NHT dapat menjadikan siswa lebih bertanggung jawab terhadap hasil belajar karena termotivasi oleh tugas yang harus diselesaikan berdasarkan jumlah yang dimilikinya (Chotimah dkk, 2009).

Untuk lebih jelasnya mengenai pembelajaran ini, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif NHT akan kami berikan masing-masing pada Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menurut Chotimah, dkk (2009), antara lain: Tidak semua anggota kelompok yang mempunyai nomor yang sama dipanggil oleh guru untuk mempresentasikan atas nama kelompoknya.

Tabel 3 Langkah-langkah dalam Menerapkan Model Pembelajaran                            Kooperatif NHT
Tabel 3 Langkah-langkah dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif NHT

Model pembelajaran NHT bermuatan Multiple Inteligences

Guru membacakan tujuan pembelajaran/menunjukkannya melalui MS Powerpoint. berdasarkan perbedaan gender dan jenis kecerdasan yang dominan. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar dan menyajikan informasi pembelajaran melalui MS Powerpoint. Visualisasi merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan kecerdasan spasial siswa yang juga merupakan salah satu cara paling mudah untuk membantu siswa. penerjemahan buku atau materi pelajaran ke dalam gambar dan gambar. Armstrong Meski pembentukan kelompok seringkali didasarkan pada faktor intrinsik (minat/bakat), namun para pendidik semakin sadar. Teori kecerdasan ganda memiliki teknik untuk membuat kelompok heterogen berdasarkan faktor acak yang berkaitan dengan masing-masing kecerdasan (Armstrong, 2004; 158).

Visualisasi merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan kecerdasan spasial siswa yang juga merupakan salah satu cara paling mudah untuk membantu siswa. Siswa yang lebih paham diminta oleh guru untuk menjadi guru bagi teman-teman lain dalam kelompoknya jika ada yang belum dipahami. Dimana pertukaran perasaan dengan teman sekelas dapat dilakukan dalam bentuk peer teaching (siswa melatih atau mengajarkan materi tertentu kepada siswa lain) atau dalam bentuk tutorial.

Tabel 4 Lanjutan
Tabel 4 Lanjutan

Metode Pembelajaran

Metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang telah dipelajarinya. Siswa mendapat kesempatan untuk mengerjakan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan tentang objek, situasi atau proses. Dengan membudayakan kebiasaan-kebiasaan tertentu diharapkan siswa dapat menyerap materi dengan lebih maksimal.

Metode resitasi (tugas) merupakan suatu metode penyajian materi dimana guru memberikan tugas-tugas tertentu agar siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Materi Pembelajaran Hidrolisis Garam

Karakteristik materi pembelajaran hidrolisis garam

Materi hidrolisis garam diberikan di kelas, materi hidrolisis garam terdiri dari materi sifat-sifat larutan garam dan konsep hidrolisis, serta perhitungan pH larutan garam (Purba, 2007). Topik pembahasan konseptual ini berisi tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan sifat larutan garam dan konsep hidrolisis.

Topik Sifat Larutan Garam berisi tentang sifat-sifat larutan garam berdasarkan senyawa pembentuk asam dan basa. Materi pokok konsep hidrolisis memuat 4 jenis garam yaitu garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, serta garam dari asam dan basa lemah. Dalam hal ini penting bagi siswa untuk menguasai sifat-sifat larutan asam basa untuk mengetahui zat mana yang tergolong asam kuat atau asam lemah dan basa kuat atau basa lemah sehingga siswa mampu membedakan zat yang akan bereaksi dengan air. atau tidak.

Menghitung pH larutan garam berisi tentang pengertian pH suatu larutan dan cara menghitung pH suatu larutan dari 4 jenis garam yaitu garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa lemah, garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, garam dari asam lemah dan basa lemah menurut jenis garamnya. Adanya kedua ciri tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi Hidrolisis Selatan tidak dapat didasarkan pada salah satu dari kedua aspek tersebut.

Materi pembelajaran hidrolisis garam

Hal ini dapat diartikan sebagai pemahaman konseptual yang menjadi dasar pemahaman algoritmik. a) Suatu garam bersifat asam jika terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. Kation dan anion garam berasal dari komponen asam lemah atau basa lemah yang akan bereaksi dengan air. a) Hidrolisis garam dari asam kuat dan basa kuat. Garam dari asam kuat dan basa kuat seperti NaCl (dari HCl dan NaOH) tidak terhidrolisis karena NaCl bersifat netral.

Hidrolisis garam dari asam kuat dan basa lemah disebut hidrolisis parsial karena hanya kation basa lemah yang dihidrolisis dalam air. Ion Cl- tidak terhidrolisis dalam air karena berasal dari asam kuat, ion H3O+ yang terbentuk menjadikan larutan bersifat asam. Hasil hidrolisis garam dapat bersifat asam, basa dan netral, sehingga pH dapat dihitung dari larutan garam yang terhidrolisis dalam air.

Garam yang terbentuk dari asam dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral, sehingga larutan mempunyai pH = 7. Analog dengan rumus hidrolisis garam dari asam lemah dan basa kuat, dapat dirumuskan tetapan hidrolisis asam kuat dan basa lemah sebagai berikut. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah akan mengalami hidrolisis total (hidrolisis sempurna).

Karena adanya pengaruh asam lemah dan basa lemah, pH larutan garam ditentukan oleh dua konstanta ionisasi (Ka dan Kb).

HIPOTESIS PENELITIAN

Gambar

Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tabel 2 Lanjutan
Tabel 3 Langkah-langkah dalam Menerapkan Model Pembelajaran                            Kooperatif NHT
Tabel 3 Lanjutan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Arini Rahyuwati,