• Tidak ada hasil yang ditemukan

22116014 20 020032 jurnal indonesia unila

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "22116014 20 020032 jurnal indonesia unila"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

KAJIAN PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN KOTA BANDAR LAMPUNG

Alifah Rahma Sari

Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Email :[email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan jumlah penduduk selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 1980 adalah 147 juta jiwa dan terus meningkat hingga mencapai 261 juta jiwa pada tahun 2018. Pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif selalu meningkat, akan mengakibatkan adanya peningkatan aktivitas dan kebutuhan ruang untuk beraktifitas.

Hal tersebut akan memicu adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk menjadi tempat beraktivitas dan tempat bermukim yang dapat mengekspansi lahan vegetasi menjadi lahan terbangun. Perkembangan lahan terbangun merupakan salah satu ciri fisik suatu perkembangan kota.Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki posisi yang strategis dan merupakan kota pelabuhan yang mempunyai jaringan transportasi yang mempercepat hubungan dengan kabupaten atau provinsi lain baik dengan darat maupun laut. Hal tersebut dapat menjadi penarik penduduk untuk beraktivitas dan menetap di Kota Bandar Lampung. Meskipun penelitian mengenai perkembangan lahan terbangun telah banyak dilakukan namun belum pernah dilakukan di Kota Bandar Lampung baik secara fisik, demografi, ekonomi,dinamika pembangunan maupun faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan terbangun tersebut dari tahun 1982 – 2019. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut.Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Deduktif Kualitatif dan Kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung dari tahun 1982 sampai 2019 meningkat sangat pesat seiring dengan peningkatan demografi, ekonomi, dinamika pembangunan dan terutama secara fisikny yang mengarah dari bagian Selatan Kota Bandar Lampung ke bagian Utara, Barat Laut, Tenggara,Timur dan Timur Laut Kota Bandar Lampung.

Kata Kunci : Perkembangan Demografi, Perkembangan Fisik Lahan Terbangun, Faktor Perkembangan Lahan Terbangun

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dalam kehidupan, kota merupakan wadah bagi manusia dalam melakukan aktivitas dengan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatannya serta menjadi tempat bermukim. Kegiatan kota yang kompleks ditambah pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif meningkat setiap tahunnya, menyebabkan permintaan lahan semakin meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan ruang sebagai tempat hidup penduduk dengan aktivitasnya. Secara administratif, lahan suatu kota tidak bertambah luas dan penggunaannya semakin terbatas seiring bertambahnya

(2)

104 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

jumlah penduduk. Karena lahan tidak bertambah luas maka terjadi perubahan penggunaan lahan yang sebelumnya merupakan lahan non-terbangun menjadi lahan terbangun.

Kota Bandar lampung memiliki posisi yang strategis dan menjadi kota pelabuhan yang mempunyai jaringan transportasi yang mempercepat hubungan antara Kota Bandar Lampung dengan kota dan kabupaten lainnya baik darat maupun laut. Hal tersebut mengakibatkan Kota Bandar Lampung menjadi penarik penduduk untuk beraktivitas dan menetap di kota tersebut. Pertumbuhan penduduk di Kota Bandar Lampung tidak merata sesuai dengan arah dinamika pembangunan yang ada. Seiring adanya dinamika pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang relatif meningkat setiap tahunnya, kebutuhan akan lahan untuk beraktivitas dan bermukim di Kota Bandar Lampung semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perkembangan lahan terbangun yang merambat maupun menyebar (sprawl).

Arah dan pola perkembangan lahan terbangun dari tahun ke tahun dapat dianalisis secara efektif dengan citra penginderaan jauh karena untuk mendapatkan informasi tidak harus langsung ke lapangan atau daerah yang akan dikaji dari masa lampau hingga sekarang. Menurut Surhayadi (2010) dalam Zahrotunisa & Wicaksono (2017), perkembangan perkotaan yang sering terjadi adalah perkembangan lahan terbangun akibat proses ekspansi yakni perubahan tutupan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Hasil dari analisis ini berupa informasi arah dan pola perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung yang dapat menjadi dasar prediksi perkembangan lahan di masa mendatang yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertimbangan dalam perencaaan suatu wilayah.

2. Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah identifikasi perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung baik secara fisik, demografi, ekonomi, dinamika pembangunan maupun faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan terbangun tersebut. Berkaitan dengan tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai melalui studi ini adalah:

1. Mengidentifikasi perkembangan demografi, ekonomi, dan dinamika pembangunan Kota Bandar Lampung

2. Mengidentifikasi perkembangan fisik lahan terbangun Kota Bandar Lampung dari tahun 1982 - 2019

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan terbangun di Kota Bandar Lampung

3. Teori

3.1 Penutupan Lahan

Berdasarkan SNI 7645-1:2014 tentang klasifikasi penutup lahan – bagian 1:

skala kecil dan menengah, penutup lahan merupakan tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati yang merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu

(3)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 105

untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut.

3.2 Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang), ungkapan definisi kawasan perkotaan yang berbeda menurut Pontoh & Kustiwan (2018) antara lain kawasan perkotaan boleh jadi merupakan aglomerasi kota (otonom) dengan kota-kota fungsional di wilayah sekitarnya yang memiliki sifat kekotaan, dapat melebihi batas wilayah administrasi dari kota yang bersangkutan seperti kawasan perkotaan jabodetabek yang mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi.

3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Kota

Menurut Surhayadi (2010) dalam Zahrotunisa & Wicaksono (2017), perkembangan perkotaan yang sering terjadi adalah perkembangan lahan terbangun akibat proses ekspansi yakni perubahan tutupan lahan non terbangun menjadi lahan terbangun. Menurut Tan, et al. (2014), pertumbuhan perkotaan merupakan proses tumbuhnya fisik spasial dan jumlah demografi sebagai akibat dari adanya peningkatan fungsi perkotaan.

3.4 Morfologi Perkotaan

Morfologi perkotaan merupakan penataan atau formasi keadaan kota yang sebagai objek dan sistem yang dapat diselidiki secara struktural, fungsional dan visual (Zahnd, 1999). Pendekatan morfologi kota memfokuskan perhatian pada bentuk-bentuk fiscal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan, townscape, urban sprawl, dan pola jaringan jalan sebagai indicator morfologi kota (Pontoh & Kustiwan, 2018).

3.5 Dinamika Demografi dan Ekonomi dalam Perkembangan Kota

Pada hakekatnya ada dua faktor utama yang menyebabkan percepatan perkembangan dan pertumbuhan kota yaitu aspek penduduk dan aspek kegiatan (aktivitas) sosial ekonominya (Sujarto, 1974). Aspek penduduk yang dimaksud berkaitan dengan demografi kota yang merupakan pertumbuhan jumlah penduduk baik secara alamiah (natural increase) maupun karena adanya migrasi penduduk ke kota, sedangkan aspek kegiatan (aktivitas) sosial ekonomi yang dimaksud adalah perkembangan tingkat sosial dan ekonominya yang dapat dilihat dari tingkat PDRB (Mulyani, 2010).

3.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Kota

Perkembangan kota dapat menyangkut beragam aspek baik fisik dan non fisik, yang prosesnya dapat dilihat dari beberapa periode dengan jangka waktu yang lebih lama. Menurut Yunus (1991), jika dilihat dari fisiknya dapat dengan cara membandingkan keadaan kota dalam beberapa periode dan akan ditemui pola-

(4)

106 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

pola perubahan guna lahan yang dapat mengindikasikan perkembangan suatu kota.

3.7 Sistem Informasi Geografis

Menurut Purwadhi dan Sanjoto (2008) dalam Fariz (2015) Sistem Informasi Geografis (SIG) sebenarnya adalah komputerisasi dari kartografi, oleh karena itu hasil SIG harus dapat memenuhi persyaratan kartografi baik menyangkut kaidah dan esensinya. Dalam SIG data spasial maupun data atribut dapat diintegrasikan sehingga sistemnya dapat menjawab pertanyaan spasial maupun non spasial.

Sehingga SIG memiliki peran yang sangat stategis dalam beberapa bidang seperti penataan ruang dan analisis potensi wilayah. Secara teknis SIG memiliki tugas utama melakukan analisis dan pemprosesan data geospasial.

B. METODE PENELITIAN 1. Analisis Perubahan Lahan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gap luas dan arah perkembangan pada setiap tahun citra yang digunakan sehingga dapat diketahui perubahan lahannya. Analisis ini digunakan untuk mengolah citra Landsat multitemporal yakni Landsat 1 – 5 MSS C1 Level 1 tahun 1982, Landsat 4 – 5 TM CI Level 1 tahun 1990 dan 1995, Landsat 7 ETM+ CI Level 1 tahun 2000, 2005 dan 2010, dan Landsat 8 OLI/TIRS CI Level 1 tahun 2015 dan 2019. Citra tersebut diolah dengan ENVI Classic. Prosedu yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Pengumpulan data citra Landsat multitemporal

2) Proses koreksi semua data citra yakn koreksi geometrik dan koreksi radiometric

3) Komposit band dengan mengkombinasikan beberapa band untuk mendapatkan tampilan citra yang sesuai tema atau tujuan dari analisis. Komposit band 754 pada citra Landsar MSS 1-5 tahun 1982, band 321 pada citra Landsat TM 4-5 tahun 1990 dan 1995, band 321 pada citra Landsat ETM 7+ tahun 2000, 2005 dan 2010, dan band 432 pada citra Landsat TM 8 tahun 2015 dan 2019.

4) Klasifikasi multispektral yang dilakukan pada citra multitemporal yang digunakan. Metode klasifikasi yang digunakan adalah supervised yang diawali dengan menetapkan beberapa daerah contoh pada citra sebagai kelas lahan.

5) Citra dikonversi menjadi data vector untuk dilakukan pengolahan pada Arcgis.

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Menurut Sudjana (1997), metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian baik dari data primer maupun sekunder berupa angka-angka yang memiliki makna. Dan analisis ini digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang diteliti dengan dukungan tinjauan pustaka sehingga memperkuat analisa peneliti dalam membuat kesimpulan.

(5)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 107

3. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menjabarkan hasil survey data primer berupa wawancara dengan responden ahli yang sudah ditentukan. Menurut Nazir (1988), analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti suatu objek, suatu kondisi ataupun suatu sistem pemikiran.

Metode ini digunakan untuk mencapai sasaran ketiga yakni mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kota Bandar Lampung.

4. Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) digunakan untuk memperoleh keterangan dari komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Analisis isi dapat dipakai untuk menganalisa semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, film, dan sebagainya. Analisis ini dilakukan untuk mencapai sasaran pertama yakni mengidentifikasi perkembangan politik Kota Bandar Lampung yang dilihat dari kebijakan internal maupun eksternalnya dengan data berupa dokumen rencana, peraturan serta kebijakan pemerintah terkait penataan ruang Kota Bandar Lampung dan didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa responden ahli.

5. Analisis Location Quotient

Analisis location quotient dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah sektor-sektor ekonomi tersebut termasuk kegiatan basis atau bukan basis sehingga dapat diketahui termasuk sektor unggulan atau tidak. Jika nilai yang diperoleh dari hasil analisis ini nilai LQ = 1, sektor andalan ; nilai LQ > 1, sektor unggulan ;nilai LQ<1, sektor bukan unggulan. Untuk menghitung LQ digunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2017).

Keterangan:

Eir = PDRB sektor i di wilayah kota Er = PDRB total di wilayah kota

Ein = PDRB sektor I di wilayah provinsi En = PDRB total di wilayah provinsi 6. Analisis Shift Share

Analisis shift share dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor lainnya dengan menggunakan ukuran cepat atau lambat. Untuk menghitung SS digunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2017).

( ) ( ( )) ( ( )) Keterangan:

= Kinerja sektor i di wilayah j

(6)

108 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 = Kinerja sektor i di wilayah j

= Laju pertumbuhan sektor i di wilayah j (%)

= Laju pertumbuhan sektor i di wilayah acuan (%)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Pekembangan Demografi, Ekonomi dan Dinamika Pemabangunan Kota Bandar Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Diagram 1. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung 1982 – 2019

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung setiap tahun dominan selalu meningkat. Kemudian pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkatnya cukup pesat adalah pada tahun 1982 s/d 1983 mencapai 95,038 jiwa dalam setahun, tahun 1989 s/d 1990 mencapai 94,392 jiwa dalam setahun, tahun 1994 s/d 1995 mencapai 58,632 jiwa dalam setahun, tahun 2008 s/d 2010 mencapai 23,223 jiwa per tahun dan tahun 2012 s/d 2013 mencapai 39,154 jiwa dalam setahun.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000

1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018

Jumlah Penduduk

Tahun

Peta Lahan Terbangun Tahun 1988 Peta Lahan Terbangun Tahun 1991

(7)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 109 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 1. Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung 1988, 1991, 1996, 2000, 2005, 2010, 2015, 2019

Pada tahun 1988, Kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan kecamatan yang kepadatan penduduknya sangat tinggi dengan range <8500 jiwa per Km2 berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat (sekarang adalah Kecamatan Tanjung Karang Pusat dan Enggal), Teluk Betung Utara, Teluk Betung Selatan (sekarang adalah Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Bumiwaras). Sebab adanya pertumbuhan penduduk setiap tahun, hingga pada tahun 2019 Kota Bandar Lampung mengalami pemekaran menjadi 20 kecamatan yang kepadatan

Peta Lahan Terbangun Tahun 1996 Peta Lahan Terbangun Tahun 2000

Peta Lahan Terbangun Tahun 2005 Peta Lahan Terbangun Tahun 2010

Peta Lahan Terbangun Tahun 2015 Peta Lahan Terbangun Tahun 2019

(8)

110 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

penduduknya sangat tinggi berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bumiwaras, Teluk Betung Utara, Enggal, Tanjung Karang Pusat, Kedamaian, Tanjung Karang Timur, Way Halim, Kedaton, dan Labuhan Ratu.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Diagram 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Produktif Dan Tidak Produktif Berdasarkan diagram garis di atas, dapat diketahui bahwa dari tahun 1991 hingga tahun 2019, jumlah penduduk usia produktif meningkat secara signifikan dibandingkan dengan usia tidak produktif ( 0 sampai 14 tahun dan 65 tahun ke atas). Dapat dilihat dalam diagram garis tersebut bahwa jumlah penduduk usia tidak produktif ( 0 sampai 14 tahun) sempat mengalami penurunan pada tahun 2005.

Kemudian berikutnya identifikasi perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung dari data sekunder yakni Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung. PAD Kota Bandar Lampung pada tahun 1988, 1990 dan 1995 merupakan akumulasi dari pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain. Namun pada tahun 2000, 2005, 2010, 2015, dan 2019, penerimaan dinas-dinas tidak lagi termasuk dalam akumulasi PAD Kota Bandar Lampung.

Tabel 1. Konversi Pad Kota Bandar Lampung Terhadap Perkembangan Nilai Kurs Rp/Us$

Tahun Nilai Tukar (Rp/US$)

PAD (Rupiah)

PAD (dolar AS) 1987/1988 703 3.073.938.947 4.375.714 1989/1990 1.842 4.826.105.303 2.620.035 1994/1995 2.248 7.703.987.625 3.427.041 1999/2000 9.725 13.829.688.310 1.422.076 2004/2005 9.705 60.904.781.638 6.275.609 2009/2010 9.036 86.692.399.699 9.594.112 2014/2015 13.500 397.547.326.856 29.447.950 2018/2019 14.146 527.341.087.819 37.278.459 Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung

- 200,000 400,000 600,000 800,000

1991 2000 2005 2010 2015 2019

Usia tidak produktif ( 0 - 14 tahun)

Usia Produktif (15 - 64 tahun)

Usia tidak produktif ( 65+ )

(9)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 111

Dapat dilihat dari Tabel 1. bahwa PAD Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun semakin meningkat dan berkembang paling pesat pada periode tahun 2010 s/d 2015, yang rata-rata per tahunnya mencapai Rp 62.170.985.431,- . Hal itu diakibatkan oleh adanya kebijakan pendapatan daerah yang baru agar dapat mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Tabel 2. Sektor Basis Dan Non Basis PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 1990 Sektor Basis Sektor Non Basis

Industri Pengolahan

Listrik dan Air Minum

Bagunan dan Konstruksi

Perdagangan, Restoran dan Hotel

Pengangkutan dan Komunikasi

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Sewa Rumah

Pemerintahan dan Pertanahan

Jasa-jasa

Pertanian

Penggalian

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sektor basis atau sektor yang dapat memenuhi permintaan pasar Kota Bandar Lampung dan pasar luar kota pada tahun 1990 adalah industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah, pemerintahan dan pertanahan, dan jasa-jasa. Sementara untuk pertanian dan penggalian termasuk ke dalam sektor non basis atau sektor yang hanya mampu melayani pasar daerahnya sendiri.

Tabel 3. Sektor Basis Dan Non Basis PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 1995 Dan 2000

Sektor Basis Sektor Non Basis

Industri Pengolahan Tanpa Migas

Listrik dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa.

Pertanian, Peternakan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung

Dari Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa sektor basis atau sektor yang dapat memenuhi permintaan pasar di dalam maupun di luar Kota Bandar Lampung pada tahun 1995 dan 2000 adalah industri pengolahan tanpa migas;

listrik dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Sementara untuk pertanian, peternakan dan perikanan; dan pertambangan dan

(10)

112 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

penggalian termasuk ke dalam sektor non basis atau sektor yang hanya mampu melayani pasar Kota Bandar Lampung.

Tabel 4. Sektor Basis Dan Non Basis PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 2010 Dan 2015

Sektor Basis Sektor Non Basis

Industri Pengolahan

Pengadaan Litrik dan Gas

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya.

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung

Dapat dilihat dari Tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa hampir semua sektor adalah sektor basis atau sektor yang dapat memenuhi permintaan pasar Kota Bandar Lampung dan pasar luar kota pada tahun 2010 dan 2015, kecuali pertanian, kehutanan dan perikanan; dan pertambangan dan penggalian termasuk ke dalam sektor non basis atau sektor yang hanya mampu melayani pasar Kota Bandar Lampung.

Tabel 5. Sektor Basis Dan Non Basis PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 2019

Sektor Basis Sektor Non Basis

Industri Pengolahan

Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan dan Asuransi

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Pengadaan Litrik dan Gas

(11)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 113

Sektor Basis Sektor Non Basis

dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya.

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung

Dapat dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sektor basis Kota Bandar Lampung pada tahun 2019 hampir sama dengan sektor basis pada tahun 2015. Namun sektor pengadaan listrik dan gas pada tahun 2019 berubah dari sektor basis menjadi sektor non basis atau sektor yang hanya dapat memenuhi permintaan pasar di dalam kota saja.

Kemudian berikutnya identifikasi perkembangan dinamika pembangunan Kota Bandar Lampung dari data hasil wawancara dengan responden ahli dari pemerintah dan masyarakat yang sudah ditentukan sebelumnya dengan purposive sampling dan dilanjutkan dengan snowball sampling hingga data yang didapat bersifat jenuh serta terdapat beberapa data untuk memvalidasi data wawancara dengan informasi dari media maupun penelitian lain.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 2. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 1982 – 1990

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 1982 – 1990 paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan seperti pada Kecamatan Kemiling, Langkapura dan Rajabasa, sedangkan yang dipengaruhi oleh aktivitas pusat perdagangan dan jasa seperti pada Kecamatan Bumiwaras, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Pusat dan Tanjung Karang Barat, serta yang dipengaruhi oleh adanya pemindahan penduduk seperti pada Kecamatan Teluk Betung Barat.

(12)

114 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 3. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 1990 – 1995

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 1990 – 1995 paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan seperti pada Kecamatan Wayhalim, Kedamaian dan Panjang, sedangkan yang dipengaruhi oleh aktivitas pusat perdagangan dan jasa seperti pada Kecamatan Tanjung Karang Barat.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 4. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 1995 - 2000

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 1995 – 2000 paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan seperti pada Kecamatan Wayhalim, sedangkan yang dipengaruhi oleh aktivitas pendidikan tinggi seperti pada Kecamatan Labuhan Ratu.

(13)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 115 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 5. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 2000 - 2005

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 2000 – 2005 paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan seperti pada Kecamatan Sukabumi dan Sukarame.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 6. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 2005 - 2010

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 2005 – 2010 paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan seperti pada Kecamatan Kemiling, Langkapura, Rajabasa, dan Sukabumi, sedangkan yang dipengaruhi oleh adanya pembangunan perumahan dan permukiman seperti pada Kecamatan Sukarame, Kedamaian dan Panjang.

(14)

116 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 7. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 2010 – 2015

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 2010 – 2015 paling dominan dipengaruhi oleh oleh adanya pembangunan perumahan dan permukiman seperti pada Kecamatan Kemiling, Labuhan Ratu, Langkapura, Rajabasa, Sukabumi, dan Teluk Betung Barat, sedangkan yang dipengaruhi oleh pembangunan kampus dan gerbang tol seperti pada Kecamatan Sukarame dan Tanjung Senang.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 8. Peta Skematik Dinamika Pembangunan Di Kota Bandar Lampung Periode Tahun 2015 – 2019

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung pada periode tahun 2015 – 2019 paling dominan dipengaruhi oleh oleh adanya pembangunan perumahan dan permukiman seperti pada Kecamatan Sukabumi, sedangkan yang

(15)

Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 117

dipengaruhi oleh pembangunan kampus dan gerbang tol seperti pada Kecamatan Tanjung Senang.

2. Identifikasi Perkembangan Fisik Lahan Terbangun Kota Bandar Lampung Tahun 1982 sampai 2019

Peta Lahan Terbangun Tahun 1982 Peta Lahan Terbangun Tahun 1990

Peta Lahan Terbangun Tahun 1995 Peta Lahan Terbangun Tahun 2000

(16)

118 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 10. Peta Hasil Pengolahan Citra Landsat

Pada tahun 1982 - 2000, perkembangan lahan terbangun di Kota Bandar Lampung lebih ke arah Utara, Barat Laut dan Tenggara. Pada tahun 2005 sampai 2019, perkembangan lahan terbangun di Kota Bandar Lampung lebih ke arah Timur dan Timur Laut.

Peta Lahan Terbangun Tahun 2005 Peta Lahan Terbangun Tahun 2010

Peta Lahan Terbangun Tahun 2015 Peta Lahan Terbangun Tahun 2019

(17)

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Tabel 5. Rekap Luas Lahan Terbangun Per Kecamatan Di Kota Bandar Lampung

No Kecamatan 1982 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2019

Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) Luas

(Km2) (%) 1 Bumiwaras 1.49 36.42 2.90 70.68 3.20 78.14 3.30 80.38 3.44 83.95 3.72 90.71 3.75 91.37 3.78 92.23 2 Enggal 2.50 89.88 2.75 98.79 2.77 99.71 2.78 100 2.79 100 2.79 100 2.79 100 2.79 100 3 Kedamaian 0.75 9.14 1.71 20.81 3.13 37.97 3.56 43.15 4.26 51.76 5.32 64.61 6.29 76.36 6.44 78.16 4 Kedaton 1.86 50.17 2.22 59.87 2.90 78.27 3.42 92.41 3.54 95.80 3.59 97.02 3.65 98.73 3.66 98.82 5 Kemiling 1.20 5.90 4.27 21.04 5.20 25.63 5.44 26.78 5.81 28.60 7.26 35.78 9.33 45.96 9.65 47.54 6 Labuhan Ratu 0.91 14.74 1.68 27.30 2.47 40.03 3.35 54.43 3.88 62.97 4.28 69.54 5.71 92.65 5.84 94.83 7 Langkapura 0.38 5.63 1.77 26.28 2.43 36.01 2.76 41.01 3.21 47.59 4.34 64.33 5.74 85.16 5.88 87.26 8 Panjang 2.79 18.44 4.53 29.92 6.30 41.63 6.48 42.78 6.97 46.07 8.03 53.01 8.06 53.21 8.27 54.63 9 Rajabasa 1.01 7.36 2.83 20.63 3.42 24.88 3.90 28.41 4.49 32.72 5.56 40.47 9.48 69.03 9.79 71.34 10 Sukabumi 0.47 1.88 0.72 2.91 1.47 5.92 1.78 7.14 3.55 14.23 9.21 36.96 10.79 43.31 11.44 45.93 11 Sukarame 1.48 13.71 1.59 14.75 2.34 21.71 2.71 25.15 3.78 35.13 6.99 64.96 9.39 87.29 9.59 89.17 12 Tanjung Karang Barat 0.69 6.89 1.66 16.46 2.71 26.84 3.25 32.26 3.51 34.77 4.22 41.88 4.99 49.49 5.16 51.22 13 Tanjung Karang Pusat 1.67 48.79 2.77 80.96 2.84 82.90 2.99 87.32 3.02 88.17 3.03 88.70 3.19 93.38 3.21 93.90 14 Tanjung Karang Timur 1.31 62.17 1.80 85.70 1.91 90.89 2.00 95.43 2.01 95.88 2.04 97.33 2.09 99.31 2.09 99.33 15 Tanjung Senang 0.90 9.78 1.00 10.88 1.23 13.45 1.93 21.05 2.65 28.90 2.87 31.27 6.91 75.25 7.28 79.29 16 Teluk Betung Barat 0.17 0.95 1.19 6.49 1.50 8.20 1.79 9.81 1.94 10.59 2.58 14.12 3.74 20.45 3.85 21.06 17 Teluk Betung Selatan 1.47 42.69 2.31 67.13 2.38 69.27 2.55 74.22 2.63 76.37 2.79 81.00 3.03 88.07 3.05 88.71 18 Teluk Betung Timur 0.43 4.10 1.17 11.29 1.55 14.92 1.79 17.18 2.28 21.90 2.55 24.56 3.51 33.72 3.59 34.53 19 Teluk Betung Utara 1.66 37.80 3.34 75.98 3.94 89.49 4.14 93.99 4.18 94.97 4.23 96.05 4.34 98.67 4.35 98.90 20 Way Halim 1.61 25.07 2.00 31.12 3.84 59.79 4.95 77.00 5.39 83.77 5.85 90.98 6.27 97.57 6.31 98.20 TOTAL LUAS 24.74 13.42 44.21 23.99 57.53 31.21 64.87 35.20 73.32 39.78 91.25 49.51 113 61.33 116 62.96 Sumber: Hasil Analisis, 2020

(18)
(19)

ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung yang cukup tinggi adalah pada tahun 1982 - 1990 mencapai 19.47 Km2 atau rata-rata 2.43 Km2/tahun, tahun 2005 - 2010 mencapai 17.93 Km2 atau rata-rata 3.59 Km2/tahun dan tahun 2010 - 2015 mencapai 21.79 Km2 atau rata-rata 4.36 Km2/tahun.

Kecamatan yang mengalami perubahan lahan terbangun cenderung tinggi adalah Kecamatan Kedamaian, Kemiling, Rajabasa, Sukabumi, Sukarame, Tanjung Senang dan Way Halim. Kecamatan yang mengalami perubahan lahan terbangun cenderung stabil adalah Kecamatan Bumiwaras, Enggal, Kedaton, Labuhan Ratu, Langkapura, Panjang, Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Timur, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Timur, dan Teluk Betung Utara.

3. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Lahan Terbangun di Kota Bandar Lampung

Metode pengambilan data yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data sekunder dari instansi-instansi dan data primer dari wawancara terbuka dengan masyarakat Kota Bandar Lampung, pemerintah Kota Bandar Lampung dan masyarakat yang tinggal di kecamatan sekitar yang berbatasan dengan Kota Bandar Lampung. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mengaitkan hasil analisis sasaran satu dan sasaran dua.

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung paling dominan dipengaruhi oleh pembangunan maupun peningkatan kelas jalan antara lain pada Kecamatan Kemiling, Langkapura, Rajabasa, Way Halim, Kedamaian, Sukabumi.

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung yang dipengaruhi oleh aktivitas pelabuhan antara lain Kecamatan Panjang. Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung yang dipengaruhi oleh aktivitas pendidikan antara lain Kecamatan Labuhan Ratu, Sukarame, dan Tanjung Senang.

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung yang dari dulu merupakan maupun dekat dengan pusat perdagangan dan jasa serta pemerintahan Kota Bandar Lampung antara lain Teluk Betung Utara, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat, Bumiwaras, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Timur, Tanjung Karang Barat dan Enggal.

D. KESIMPULAN

Perkembangan lahan terbangun Kota Bandar Lampung dari tahun 1982 sampai 2019 meningkat sangat pesat seiring dengan peningkatan demografi, ekonomi, dan dinamika pembangunan. Perkembangan lahan terbangun tersebut mengarah dari bagian Selatan Kota Bandar Lampung ke bagian Utara, Barat Laut, Tenggara,Timur dan Timur Laut Kota Bandar Lampung. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan terbangun di Kota Bandar Lampung, yakni peningkatan kelas jalan, aktivitas pelabuhan, aktivitas pendidikan tinggi, dan perdagangan dan jasa.

(20)

104 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

DAFTAR PUSTAKA

Surhayadi dan Hardoyo, S. R. 2011. "Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor Yang Mempengaruhinya di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang".

Majalah Geografi Indonesia. Vol. 25.1, Maret, hal 25 – 40

Zahrotunisa, S., dan Wicaksono, P. 2017. "Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor". Jurnal Pengembangan Kota, Vol. 5.1, hal. 58 – 68

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pontoh, N. K., dan Kustiwan, I. 2018. Pengantar Perencanaan Perkotaan.

Bandung: ITB Press.

Ronghui, Tan et al. 2014. Urban Growth and Its Determinants Across The Wuhan Urban Agglomeration, Central China, Habitat International. Vol. 44, October, hal 268-281

Zahnd, M. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu Edisi Pertama. Yogyakarta:

Kanisus (Anggota IKAPI).

Sujarto, D. 1974. Proses Perkembangan dan Perencanaan Kota. Bandung:

Departemen Teknik Planologi ITB .

Mulyani. 2010. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kota Solok Bagian Utara. Bandung: Program Studi Perencanaan Wilayah Kota SAPPK.

Yunus, H. S. 1991. Struktur Ruang Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Purwadhi, S. H. dan Sanjoto, T. B. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN.

Fariz, T. R. 2015. "Pemanfaatan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Estimasi Suhu Permukaan Daratan di Kota Pekalongan". Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nazir, Moh. 2002. Metode Analisis Deskriptif. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Hidayat, M. C, 2017. "Analisis Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah

Berdasarkan Pendekatan Locationt Quotient (LQ), Shift Share, Typology Klassen di Kabupaten Karanganyar 2010-2015". Sukoharjo: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan : (1) mengidentifikasi dinamika perubahan RTH di Kota Bandar Lampung Tahun 2000-2007, (2) mengidentifikasi kebutuhan luas RTH berdasarkan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandar Lampung menggelar berbagai kegiatan dalam menghadapi pemilihan walikota bandar lampung tahun 2015, penerapan sosialisasi tentang dasar

Penyebaran Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum di Kota Bandar Lampung Tahun 2013... Penyebaran Non-Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kota Bandar Lampung

Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (Kabupaten Tulang Bawang, Kota Bandar Lampung), memenuhi dan mengantisipasi NJOP untuk berbagai tujuan, membentuk dan

Kondisi tenaga kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja Bandar Lampung adalah sebagai berikut, dari data yang disajikan dalam Buku Profil Ketenagakerjaan Kota Bandar Lampung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran public relations dalam membangun citra Perusahaan Listrik Negara cabang Kota Bandar Lampung. Penelitian ini mengunakan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI SEKJEN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG NAMA UAKPB : 042.01.12.400954 UNIVERSITAS LAMPUNG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 UNIVERSITAS LAMPUNG Sasaran Indikator Kinerja Target 1 2 3 Meningkatnya kualitas Rasio Afirmasi 20 % pembelajaran dan mahasiswa pendidikan tinggi