PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agar perubahan tingkah laku dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika, maka siswa dituntut keaktifan dalam belajar. Model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk menghubungkan dan menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya adalah model Learning Cycle (LC). Menurut Ngalimun, perkembangan konstruktivisme sering disebut The Learning Cycle 5E yang mempunyai beberapa tahapan yaitu (1) Engagement, (2) Eksplorasi, (3) Penjelasan, (4) Elaborasi dan (5) Evaluasi.
2016:790) menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari tampilan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya. Lilik Ariyanto dan Muhammad Prayito menunjukkan bahwa uji ketuntasan hasil belajar individu siswa memperoleh nilai lebih dari 65. Berdasarkan uraian peneliti diatas maka dapat disimpulkan bahwa model learning cycle dapat membantu siswa lebih efektif dalam pembelajaran matematika baik dari segi kesiswaan. hasil belajar, aktivitas siswa, aktivitas guru dan meningkatkan keterampilan pengelolaan belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Learning Cycle pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala”.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 6
Pengertian Efektivitas
Tingkat keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan indikator ketuntasan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa. Menurut Jenkins dan Unwin (Uno), hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, hasil belajar adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk keterampilan tertentu.
Sementara itu, Sudjana mengartikan hasil belajar siswa sebagai perubahan perilaku substantif yang dihasilkan dari belajar dalam arti yang lebih luas, meliputi bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari paparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar dijadikan acuan atau tolak ukur bagi guru untuk mengetahui tingkat penguasaan sumber belajar oleh siswa dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir proses pembelajaran dan untuk memastikan pengukuran hasil belajar ini, diperlukan tes. Berdasarkan ketentuan KTSP, penetapan ketuntasan pembelajaran setiap sekolah disebut juga kriteria ketuntasan minimal, ditentukan berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda; fasilitas (sumber daya) tiap sekolah berbeda-beda; dan daya tampung tiap sekolah berbeda-beda. Dalam penelitian ini kriteria ketuntasan hasil belajar matematika dibagi menjadi 2 aspek, yaitu 1) ketuntasan individu yaitu siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 75) yang ditentukan sekolah yang bersangkutan, dan 2) kelengkapan klasikal, selesai secara klasikal bila masih ada lagi. Sebagian besar siswa sebesar 79,99% (<79,99%) telah memperoleh KKM.
Sedangkan Sriyono (dalam Chaniago, 2010:1) menyatakan “kegiatan adalah segala kegiatan yang dilakukan secara jasmani atau rohani”.
Pembelajaran Matematika
Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu logika yang saling berkaitan satu sama lain dan berfungsi untuk mengembangkan keterampilan matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika bagi siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam memahami suatu pemahaman dan dalam menalar tentang hubungan antar pemahaman tersebut. Dalam pembelajaran matematika, siswa terbiasa memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh kumpulan benda (abstraksi).
Hakikat pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dirancang dengan sengaja dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (siswa) melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dan pembelajaran matematika hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mengalami hubungannya dengan matematika. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola berpikir yang akan menjadi kebiasaan siswa. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas, dan sesama siswa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa, dalam rangka mengubah sikap dan pola berpikir, sehingga siswa mempunyai keterampilan, pengetahuan dan keterampilan matematika yang bertujuan untuk mencapai tujuan. mendidik siswa untuk mempersiapkan pembelajaran. dihadapkan pada perubahan yang terus berkembang.
Model The Learning Cycle
Pada fase ini guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru harus membangun keterhubungan antara pengalaman sehari-hari siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibicarakan. Pada fase ini siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 siswa, kemudian diberi kesempatan bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa instruksi langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan observasi dan mencatat hasil observasi serta ide-ide yang berkembang dalam diskusi.
Pada tahap ini, guru hendaknya mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kata-katanya sendiri, meminta bukti dan klarifikasi terhadap penjelasan siswa atau guru. Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajarinya pada situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan cara ini siswa akan mampu belajar secara bermakna karena telah menerapkan/menerapkan konsep-konsep yang baru dipelajarinya pada situasi baru.
Pada tahap evaluasi, guru melakukan interaksi tanya jawab dengan siswa mengenai konsep-konsep yang telah dipelajari siswa.
Materi Penelitian
Ekspresi serupa adalah ekspresi yang memiliki variabel dan pangkat yang sama dari setiap variabel. Memahami ekspresi suka dan tidak suka sangat membantu dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk aljabar. Operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk aljabar dapat diselesaikan menggunakan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif dengan mempertimbangkan ekspresi serupa.
Pada dasarnya sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan yang berlaku pada bilangan real juga berlaku pada penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk aljabar, sebagai berikut. Dengan menggunakan sifat distributif, perkalian antara bentuk aljabar dua suku (ax + b) dan dua suku (ax + d) diperoleh sebagai berikut. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa jika dua bentuk aljabar mempunyai faktor persekutuan yang sama, maka hasil bagi kedua bentuk aljabar tersebut dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana.
Jadi, dalam operasi pembagian suatu bentuk aljabar, terlebih dahulu harus ditentukan faktor persekutuan kedua bentuk aljabar tersebut, kemudian dilakukan pembagian.
Kerangka Pikir
Oleh karena itu, dalam operasi pembagian suatu bentuk aljabar, terlebih dahulu harus ditentukan faktor persekutuan kedua bentuk aljabar tersebut, kemudian dilakukan pembagian. matematika. Pembelajaran konstruktivis aktivitas matematika dapat diwujudkan melalui berbagai permasalahan yang menantang, bekerja dalam kelompok kecil, diskusi kelas dan membangun konsep. Sehubungan dengan permasalahan yang telah diuraikan dan beberapa kajian model The Learning Cycle, diharapkan model Learning Cycle dapat menjadikan siswa lebih efektif dalam belajar matematika.
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
- Rancangan Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Definisi Operasinal Variabel
- Instrumen Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Ketuntasan hasil belajar matematika siswa merupakan tingkat pencapaian hasil belajar matematika siswa setelah diajar melalui model Learning Cycle. Aktivitas siswa merupakan aktivitas atau perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran matematika melalui model The Learning Cycle. Hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model Learning Cycle pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala selama empat kali pertemuan dinyatakan dalam persentase sebagai berikut.
Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru melalui model learning cycle Nilai rata-rata hasil observasi pengamat mengenai keterlaksanaan pembelajaran selama empat kali pertemuan memberikan empat kategori penilaian sebagai berikut: (0) tidak terlaksana dengan baik, (1) tidak terlaksana dengan baik terlaksana , (2) belum dilaksanakan dengan baik, (1) belum dilaksanakan dengan baik, (2) dilaksanakan dengan cukup baik, (3) dilaksanakan dengan baik, dan (4) dilaksanakan dengan sangat baik. Pembahasan hasil analisis statistik deskriptif pembelajaran matematika melalui penerapan model Effective Learning Cycle. Dengan demikian, pembelajaran matematika melalui model learning cycle efektif diterapkan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala.
Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa model learning cycle efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bontoala.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Hasil Analisis Statistik Deskriptif
- Hasil Analisis Statistik Inferensial
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan pembelajaran matematika melalui penerapan model The Learning Cycle pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika melalui penerapan model The Learning Cycle pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala, dilakukan prosedur penelitian eksperimen dan analisis data penelitian dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Hasil data respon siswa setelah penerapan model Learning Cycle pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala diperoleh dari rata-rata jumlah siswa yang memberikan respon positif terhadap kategori tertentu yang ditanyakan dalam angket.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata skor hasil belajar siswa (pretest-posttest) berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis SPSS versi 20 (Lampiran D) terlihat p-value sebesar 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar melalui model learning cycle lebih dari 75. Artinya H0 ditolak yaitu rerata nilai belajar post-test siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bontoala lebih besar atau sama dengan KKM.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle telah memenuhi kriteria keefektifan.
Pembahasan Hasil Penelitian
- Pembahasan Hasil Analisis Statistik Deskriptif
- Pembahasan Hasil Analisis Statistik Inferensial
Guru menanyakan pemahaman yang diperoleh siswa antara pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dengan materi yang disampaikan siswa mengenai penyelesaian operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Guru menanyakan pemahaman yang diperoleh siswa antara pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dengan materi yang disampaikan siswa mengenai penyelesaian operasi perkalian dan pembagian dalam bentuk aljabar. Guru menanyakan pemahaman yang diperoleh siswa antara pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dengan materi yang disampaikan siswa untuk menyelesaikan operasi penguatan dalam bentuk aljabar.
Pada tahap ini Anda harus bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk aljabar. Pada tahap ini, Anda harus bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan operasi perkalian dan pembagian dalam bentuk aljabar. Pada tahap ini Anda harus bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan operasi pangkat aljabar.
Pada tahap ini, Anda harus bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan operasi perkalian dan bentuk aljabar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil belajar matematika siswa setelah mendapat perlakuan menggunakan model Learning Cycle termasuk dalam kategori sedang dengan rerata skor 81,56 dan standar deviasi 13,59. Jadi terkait dengan kriteria ketuntasan belajar, terdapat 3 siswa atau 16,67% siswa yang tidak mencapai ketuntasan individu (skornya di bawah 75) dan terdapat 15 siswa atau 83,33% siswa yang mencapai ketuntasan. Rata-rata persentase frekuensi aktivitas siswa dengan pembelajaran matematika melalui model Learning Cycle tergolong persentase atau rentang aktivitas siswa yang telah mencapai kriteria aktif yaitu 75,69%.
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model Learning Cycle secara umum positif dengan persentase rata-rata siswa sebesar 87,78%.
Saran
- Sintak Model The Learning Cycle
- One-Shot Case Study
- Kategori Standar Hasil Belajar Siswa
- Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
- Kategori Aktivitas Siswa pada Saat Proses Pembelajaran
- Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran
- Kategori Respons Siswa pada Saat Proses Pembelajaran
- Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.1 SMP
- Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika
- Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika setelah diberikan
- Hasil Pengamatan Keterlaksanaan pembelajaran Melalui
- Deskripsi Rata-Rata Keseluruhan Respons Siswa
Sebelum membahas faktorisasi suku-suku aljabar, mari kita mengingat kembali suku-suku yang terdapat dalam bentuk aljabar.