• Tidak ada hasil yang ditemukan

2287-Article Text-11320-1-10-20221021

N/A
N/A
Windi Eka

Academic year: 2025

Membagikan "2287-Article Text-11320-1-10-20221021"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 12 (2), 2022, 157-170 DOI: 10.33367/ji.v12i2.2287 E-ISSN: 2685-4155; P-ISSN: 1979-2050

.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 Pendidikan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi Digital

Ummi Kulsum,1* Abdul Muhid,2

1-2UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

1[email protected], 2[email protected]

Received: 2022-01-14 Revised: 2022-08-20 Approved: 2022-09-12

*) Corresponding Author Copyright ©2022 Authors

Abstract

The emergence of increasingly sophisticated technology requires humans to optimize intellectually and morally. Education plays a role in producing a generation of intellectuals and noble characters. Islamic religious education is the basis for becoming a reference for the source of the actual value of power that can lead to the aspired activity, namely character education as the needs of the Indonesian nation.

This study aims to examine character education through Islamic religious education in the era of the digital revolution. This study uses a qualitative method with the type of library research or library research. Researchers analyzed written literature as the primary source in books, research journals, and seminar proceedings. Based on this literature review, character education through Islamic religious education is based on religious values, Pancasila, culture, and national education goals. Implementing morality (character) in Islamic religious education through teaching, habituation, coercion, punishment, fosters student character.

Keywords: Character Building, Islamic Education.

Abstrak

Kemunculan teknologi yang semakin canggih mengharuskan manusia untuk mengoptimalkan intelektual dan juga moral. Pendidikan berperan mencetak generasi yang berintelektual dan berakhlak mulia. Pendidikan agama Islam merupakan dasar menjadi acuan bagi sumber kebenaran nilai kekuatan yang dapat mengarah pada kegiataan yang diinginkan yaitu pendidikan berkarakter menjadi kebutuhan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pendidkan karakter melalui pendidikan agama Islam di era revolusi digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan atau library research. Peneliti menganalisis literatur tertulis sebagai sumber utama berupa buku, jurnal penelitian, dan prosiding seminar. Berdasarkan kajian literatur ini, bahwa pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam bersumber pada nilai agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Impementasi akhlak (karakter) dalam Pendidikan Agama Islam melalui pengajaran, keteladanan, pembiasaan, paksaan dan hukuman untuk membina karakter siswa.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Karakter.

(2)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Pendahuluan

Kemajuan ilmu dan teknologi berdampak pada perekonomian, industri, pendidikan, dan nasionalisme.1 Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara fenomena terkikisnya nasionalisme ditandai dengan munculnya terorisme dan meredupnya nilai- nilai kebangsaan. Pengikisannya terlihat dari perilaku komsumtif terhadap berbagai produk luar negeri baik berupa pakaian, maupun teknologi. Persoalan yang tak kalah serius adalah bidang pendidkan.

Bidang pendidikan berkewajiban mewujudkan peserta didik yang unggul dalam bidang pengetahuan dan karakternya. Namun demikian, karakter peserta didik masih masih menjadi persoalan utama yang memerlukan pembenahan dan peran semua aspek dalam pendidikan. Problem karakter peserta didik umumnya dapat dilihat dari sikap dan perilaku mereka, seperti halnya kurangnya sopan santun, tawuran, bullying, suka melihat gambar pornografi, suka bolos, berbohong dan sejenisnya. Beberapa kondisi itu menunjukkan pengetahuan saja tidak cukup berdampak terhadap perubahan perilaku peserta didik. Hal itu disebabkan pelaksanaan pembelajaran mengarah pada pengetahuan namun minim dalam mempersiapkan karakter. Kegagalan pendidikan Indonesia dalam menghasilkan manusia berkarakter sejalan dengan pendapat Ketut Sumarta yang mengungkapkan bahwa pendidikan nasional memfokuskan pada kecerdasan berpikir serta menyampingkan kecerdasan rasa, kecerdasan akhlak, dan kecedasan batin.2

Pendidikan era digital berorientasi terhadap pelaksanaan pendidikan yang cakap memanfaatkan ilmu dan teknologi. Kemajuan zaman ini menjadi peluang dan tantangan lembaga pendidikan untuk melaksanakan tujuan pendidikan yakni membentuk generasi berintelektual dan berbudi pekerti. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, pendidikan bertujuan agar metode pembelajaran menyenangkan dan mengoptimalkan tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.3

Proses pembelajaran yang menyetaakan tiga aspek itu harus diupayakan, namun yang lebih menonjol adalah aspek pengetahuan lalu keterampilan. Sehingga soft skill peserta didik rendah sebab aspek sikap tertinggal. Hal itu terlihat pada hasil pendidikan yang mempunyai kecakapan intelektual, selalu juara kelas namun lemah dalam menjalin

1 Munir Munir, Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung:

Alfabeta, 2009), 1.

2 Novan Ardi Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013), 18.

3 Pemerintah Pusat, “Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” 2003.

(3)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

relasi, kurangnya kemampuan kerja sama yang baik, bersikap egois dan berkarakter tertutup. Bentuk upaya pemerintah dalam menyongsong kemajuan teknologi dan komunikasi terus diupayakan, di antaranya melalui perbaikan sumber daya manusia untuk membangun manusia berkarakter.

Esensi pendidikan untuk menumbuhkan peserta didik sebagai individu yang berkeyakinan, berbudi pekerti, dan berkreativitas dalam menumbuhkan kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan menemukan informasi dan pengetahuan secara mandiri dan aktif dalam kegiatan bermasyarakat.4 Pendidikan karakter menjadi kebutuhan penting bagi Indonesia. Keterbukaan informasi, globalisasi yang semuanya serba digital siapapun mampu memperoleh pengetahuan tanpa guru. Hal ini menjadi tantangan besar salah satunya adalah karakter.5

Istilah karakter dalam Islam adalah akhlak. Sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang populer “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Akhlak, sopan santun, tingkah laku, budi pekerti merupakan manifestasi dari pengalaman nilai-nilai agama Islam.6 Sebagai transformasi nilai-nilai moral pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia perlu diterapkan dengan tepat. Oleh karena itu, untuk merespon kemajuan zaman yang mengglobal, maka penyusunan dan penerapan karakter menjadi kebutuhan penting pendidikan.

Pentingnya pendidikan karakter terlihat dari beberapa penelitian terdahulu.

Marpaung dan Nurdin menyebutkan dalam penelitiannya bahwa kurikulum berkarakter memberi pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.7 Pada asepk lain, Mulyati menyebutkan bahwa strategi kurikulum berkarakter salah satunya melalui penerapan kurikulum 2013 sangat membantu terhadap pembentukan karakter anak.8 Pada fokus lain, Handayani, dkk menyatakan dalam penelitiannya pembentukan karakter islami pada siswa SMP Muhammaddiyah dituangkan dalam kurikulum Ismuba melalui

4 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, 1.

5 Mukhtar Mukhtar, “Desain Kurikulum Berorientasi Pada Nilai Adat , Budaya Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Hadapi Era Society 5.0,” Al-Rabwah 15, no. 02 (December 5, 2021): 70–79.

6 M. Syarifuddin, “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surah Al- Fatihah Dan Relevansinya Dengan Penguatan Pendidikan Karakter Kurikulum 2013,” Journal of Education and Teaching 2, no. 1 (May 31, 2021): 70–93, https://doi.org/10.24014/jete.v2i1.8169.

7 Paisal Hamid Marpaung and Ali Nurdin Siregar, “Menganalisis Kurikulum Berkarakter Berbasis Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik,” Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 7, no.

1 (April 15, 2020): 129–34, https://doi.org/10.31604/jips.v7i1.2020.129-134.

8 Ariadna Mulyati, “Strategi Pengembangan Kurikulum Berkarakter,” el-Idarah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 2 (December 18, 2020): 103–20.

(4)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 pembiasaan sekolah.9 Penelitian yang dilakukan oleh Sahrodin yang menyatakan bahwa pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan memaksimalkan pembelajaran PAI melaui guru menjadi teladan, kegiatan ekstrakurikuler keagaaman, dan pembiasaan salat zuhur berjema’ah di sekolah.10 Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka tulisan ini memfokuskan pada pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama Islam (PAI) di era revolusi digital.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data diperoleh dari sumber pustaka berupa buku, jurnal, prosiding seminar yang relevan.

Selanjutnya, peneliti menganalisis data-data kepustakaan yang berkaitan sesuai dengan fokus penelitian yakni mengenai pendidikan karakter melalui PAI di era revolusi digital.

Menurut Mestika Zed penelitian kepustakaan memproritaskan olahan teoritis dari pada penelitian lapangan.11

Hasil dan Pembahasan Konsep Pendidikan Karakter

Persoalan pentingnya pendidikan karakter sering diangkat menjadi wacana publik. Pentingnya karakter merupakan kualitas moral, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khusus serta menjadi pendorong dan penggerak dari setiap individu.

Pendidikan karakter yaitu cara perubahan nilai kehidupan agar ditumbuh kembangkan pada karakter individu yang menjadi universal terhadap kehidupan individu lain.12 Konsep utama pendidikan karakter yaitu diawali dengan perubahan, penanaman dalam sebuah pembiasaan, menjadi tindakan dalam sebuah perilaku. Menurut Dony Kusuma, sebagaimana dikutip Zubaedi, pendidikan karakter merupakan proses meningkatkan kemampuan secara bertahap untuk membentuk nilai-nilai sehingga melahirkan individu berkarakter utuh yang menjiwai proses formasi setiap individu.13 Proses pendidikan

9 Astuti Budi Handayani, Hendro Widodo, and Waluyo Erry Wahyudi, “Penerapan Kurikulum Ismuba Terhadap Pembentukan Karakter Islami Siswa SMP Muhammadiyah Banguntapan,” Al-Tadzkiyyah:

Jurnal Pendidikan Islam 10, no. 2 (November 25, 2019): 231–43, https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i2.4558.

10 Sahrodin Sahrodin, “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam,” Jurnal Mubtadiin 5, no.

02 (December 31, 2019): 151–59.

11 Mestika Zed, Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), 3.

12 Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter, 26.

13 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), 19.

(5)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

karakter merupakan usaha untuk membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk individu, warga masyarakat dan negara. Pendidikan karakter menjadi vital dalam mewujudkan Indonesia yang mampu menghadapi tantangan global.

Nilai-nilai yang dikembangkan pada pendidikan karakter bersumber dari empat hal. Pertama, agama. Kepercayaan rakyat Indonesia merupakan rakyat beragama, sehingga nilai-nilai pendidikan karakter didasarkan pada kaidah agama. Kedua, Pancasila. Negara Kesatuan Republik Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila. Nilai-nilai Pancasila menjadi nilai yang menata kehidupan politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan seni. Sedangkan pendidikan karakter bangsa bertujuan untuk mempersiapkan warga negara dengan kemampuan, kemauan, untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan nyata. Ketiga, budaya. Nilai budaya merupakan pondasi untuk menciptakan makna budaya. Oleh karena itu, budaya dituntut untuk menjadi sumber pendidikan budaya dan keberanian bangsa yang berharga. Keempat, tujuan pendidikan nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur fungsi dan tujuan pendidikan yang dituangkan dalam Pasal 3.14

Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar dasar karakter, antara lain: 1) cinta kepada tuhan dan alam semesta beserta isinya; 2) tanggung jawab;

disiplin, dan kemandirian; 3) jujur; 4) ramah dan sopan; 5) kasih sayang, perhatian dan kerja sama; 6) percaya diri, kreatif, pekerja keras dan pantang menyerah; 7) keadilan dan kepemimpinan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, cinta damai dan persatuan.15 Menurut Zubaedi, pembentukan karakter terdiri dari sembilan pilar yang saling terkait:

tanggung jawab, rasa hormat, keadilan, keberanian, kejujuran, hak kewarganegaraan, disiplin, kepedulian, dan ketekunan.16

Pendidikan selama ini terfokus pada aspek intelektualitas. Sebagaimana pada berbabagai kasus remaja seperi tawuran, pergaulan bebas, penggunaan narkotika dan lain-lain. Padahal setiap warga negara khususnya generasi muda Indonesia harus mengembangkan karakter dan kemandiriannya. Tanpa keberanian yang teguh, negara Indonesia akan kehilangan segalanya. Pendidikan karakter melibatkan aspek kognitif, afektif, dan tindakan. Pendidikan kepribadian mampu mengembangkan kecerdasan

14 Pusat, “Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.”

15 Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter, 49.

16 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 78.

(6)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 emosional yang merupakan orientasi penting untuk mempersiapkan anak menghadapi masa depan.17

Profil karakter dikelompokkan ke dalam perkembangan spiritual dan emosional, karakter religius, jujur, bertanggung jawab, peduli sosial, dan sadar lingkungan. Ciri sentral berpikir (intellectual development) kecerdasan, kreativitas, gemar membaca, rasa ingin tahu. Olah raga dan gerak (physical and kinestetic development) yaitu sehat dan bersih, sedangkan perkembangan emosional dan kreativitas yaitu peduli dan kerja sama.18

Penanaman karakter pada peserta didik dapat dirancang melalui kurikulum formal maupun hidden kurikulum. Kurikulum dirancang untuk mencerminkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang berkomitmen untuk membangun karakter. Himpunan nilai yang terintegrasi bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Dimungkinkan juga untuk menyematkan nilai karakter dalam tema.

Pengintegrasian ke dalam mata pelajaran berupa mata pelajaran wajib yang pengajaranya ditujukan untuk mengembangkan kepribadian secara umum dan membentuk warga negara yang bermartabat. Dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri, misalnya kegiatan ekstrakurikuler.19 Oleh karena itu, pembelajaran tidak berhenti pada tataran kognitif saja, tetapi mempengaruhi internalisasi dan pengamatan praktis dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Konsep Pendidikan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam

Revolusi digital menjadikan dunia pendidikan mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing. Terdapat perubahan yang harus dilakukan dalam menyongsong kemajuan ilmu dan teknologi, antara lain: a) mempersiapkan pembelajaran yang menyenangkan, bertujuan untuk mengembangkan peserta didik dengan kompetensi dan keterampilan khususnya literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia; b) dari segi ilmu interdisipliner yang perlu dikembangkan, diperlukan kebijakan lembaga pendidikan yang adaptif dalam merespon era revolusi digital; c) siapkan sumber daya manusia yang responsif, adaptif dan berkemampuan untuk revolusi digital; d)

17 Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter, 76.

18 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, 192.

19 Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter, 176.

(7)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

revitalisasi infrastruktur pendidikan, penelitian serta inovasi untuk mendukung pendidikan.20

Islam mendefinisikan bahwa karakter adalah tujuan utama pendidikan. Al- Qur’an dan sunnah merupakan pedoman akhlak.21 Ukuran baik dan buruk mengacu kepada kedua sumber tersebut. Standar lain yang dijadikan pedoman akhlak adalah akal, hati, dan penilaian masyarakat. Karakter menjadi sasaran utama PAI karena karakter menjadi identitas suatu negara dan individu. Tidak heran jika dalam hadis Nabi terdapat keutamaan akhlak seperti hadis Nabi yaitu: “ajarilah anak-anakmu kebaikan dan didiklah mereka”.22 Prinsip akhlak memuat empat hal. Pertama hikmah berarti aspek benar dan salah dibedakan berdasarkan keadaan psikis seseorang. Kedua syajaah (kebenaran), keadaan mental untuk melampiaskan atau memelihara potensi emosi di bawah kendali rasional. Ketiga iffah (kesucian) pengendalian potensi keinginan di bawah kendali akal dan syariat Islam. Keempat adil berarti emosi dan keinginan berdasarkan kebutuhan hikmah diatur oleh situasi psikis.23 Uraian prinsip akhlak memaparkan bahwa manusia memiliki nafsu yang baik dan buruk, pendidikan bertujuan melatih manusia untuk mengontrol nafsu ke arah yang baik.

PAI merupakan mempunyai orientasi pada pembinaan karakter setiap individu yang akan membentuk karakter individu, jema’ah, dan umat. Pendidikan karakter dalam Islam disebut dengan pendidikan akhlak.24 Al-Ghazali mengatakan pendidikan membina serta menanamkan akhlak yang baik karena tujuan pendidikan yang paling utama adalah taqarrub ila Allah.25 Syeikh Az-Zarnuji menambahkan akhlak adalah bentuk patuh kepada sang ilahi, tujuan pendidikan mengarahkan terbentuknya moral, pribadi intelektual, pembentukan sikap mental amar ma’ruf nahi munkar bertanggung jawab atas pencipta, diri sendiri dan masyarakat.26 Chabib Thoha meyakini bahwa pendidikan Islam adalah dasar filosofi, tujuan serta teori pendidikan yang berlandaskan

20 Ach Khusnan, “Teknologi Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) Dalam Paradigma Konstruktivistik,” Fikroh: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam 4, no. 2 (2011): 154–67, https://doi.org/10.37812/fikroh.v4i2.18.

21 Marzuki Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia : Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), 34.

22 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid II, ed. Anwar Rasyidi, trans.

Saifullah Kamalie and Hery Noer Ali (Semarang: Asy-Syifa, 1981), 44.

23 Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah: Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi, trans.

Afifuddin Afifuddin (Solo: Media Insani, 2003), 34.

24 Zulfatus Sobihah, “Pendidikan Karakter (Akhlak) Menurut Perspektif Islam,” Tarbawiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan 4, no. 1 (June 24, 2020): 78–90, https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1743.

25 Ani Nur Aeni, “Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD Dalam Perspektif Islam,” Mimbar Sekolah Dasar 1, no. 1 (August 11, 2014): 50–58, https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v1i1.863.

26 Burhanuddin Ibrahim Al-Zarnuji Al Hanafi, Terjemah Ta’lim Al-Muta’allim Syekh Az-Zarnuji, trans.

Ahmad Syafi’i (Kediri: Santri Creative Press, 2018).

(8)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 aturan Islam yang merujuk kepada Al-Qur’an dan hadis sehingga terlaksana praktik pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan.27 Nilai-nilai PAI menjadi landasan manusia mencapai tujuan hidup yaitu pengabdian kepada sang pencipta.

Adapun implementasi akhlak (karakter) dalam pendidikan dimulai dari pengajaran yaitu konsep tentang perkara baik dan buruk melalui sistem pengajaran, pembiasaan yaitu membiasakan hal-hal kebaikan yang dilakukan secara berulang-ulang sehinngga membentuk kebiasaaan dan membentuk sebuah karakter, keteladanan, paksaan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan siswa melakukan kebaikan sehingga menjadi kebiasaan, dan hukuman sebagai cara terakhir yang dilakukan yang sifatnya agar mendorong dan mengubah perilaku peserta didik untuk berakhlak mulia.28 Dengan demikian, akhlak adalah tujuan PAI. Pembentukan moral atau akhlak melalui proses pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai akhlak ke dalam kehidupan sekolah dan masyarakat.

Penguatan Karakter di Era Revolusi Digital

Revolusi digital memberi kemudahan untuk mengakses dan memperoleh informasi secara cepat yang dapat dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi yang sangat cepat memicu terjadinya pergeseran kepada model pembelajaran berbasis teknologi.29 Menurut Rosenberg, berkembangnya penggunaan teknologi kegiatan pembelajaran mengalami beberapa perubahan yaitu (a) transisi dari pelatihan ke kinerja, (b) pembelajaran jarak jauh, (c) transisi dari pembelajaran di kelas ke online (d) transisi dari sarana fisik ke sarana online, (e) dari waktu siklus ke waktu nyata.30 Mempersiapkan peserta didik pada kegiatan yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based) menuntut adanya kecakapan penggunaan pengolahan big data.

Pembelajaran di era digital sekarang ini semakin dituntut selaras dengan kecakapan hidup yang dapat dilakukan oleh peserta didik di masa yang akan datang.31 Maka

27 HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 99.

28 Ahmad Sahnan, “Konsep Akhlak dalam Islam dan Kontribusinya Terhadap Konseptualisasi Pendidikan Dasar Islam,” AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar 2, no. 2 (January 22, 2019): 99–112, https://doi.org/10.29240/jpd.v2i2.658.

29 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, 5.

30 Mawar Rizka Sekar Kinanti, “Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Menghadapi Standarisasi Pendidikan Menuju Era Human Society 5.0,” Prosiding FKIP UMC 3, no. 1 (2021): 447–52.

31 Abdul Muhid, Heutagogi: memerdekakan mahasiswa belajar di era revolusi digital (Malang:

Inteligensia Media, 2021), 21, http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1718/.

(9)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

dibutuhkan karakter guna memperkuat karakter peserta didik di tengah era revolusi digital.

Dunia pendidikan didesain untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup, kemampuan bernalar (critical thinking), menemukan solusi (problem solving), membangun komunikasi (communication), membuat kerja sama dan jejaring (collaboration and social network), menciptakan kreativitas (creativity) dan melakukan inovasi perlu untuk menghasilkan peserta didik yang cakap dan berkarakter.32 Era barbasis teknologi informasi, Partnership for 21st Century Learning (P21) membentuk framework model pembelajaran yaitu proses pembelajaran bermuara pada keahlian dan pengetahuan yang wajib dikuasai peserta didik supaya mampu berkompetesi serta unggul di era pendidikan digital.33

Framework model pembelajaran era teknologi informasi yaitu proses pembelajaran bertujuan pembentukan sebagai berikut: critical thinking and problem- solving skills (nalar kritis, sistematis untuk menemukan solusi), communication and collaboration skills (kecakapan berkomunikasi serta bekerja sama dalam berinteraksi bersama orang lain), creative thinking andi innovation skills (dapat meningkatkan kreativitas yang dimilki di luar kebiasaan untuk menghasilkan hal baru yang inovatif), information and communications technology literacy (penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas), contextual learning skills (kemampuan belajar kontekstual untuk mengembangkan keilmuan), competition logic (berpikir), cultural understanding (pengetahuan budaya), cultural appreciation (analisis budaya), curiosity (keingintahuan), care for self, others, and planet (perhatian lebih terhadap diri sendiri, satu sama lain dan lingkungan).34

Konsep pembelajaran P21 dikelompokkan dalam tiga konsep yaitu: learning skills, literacy skills, dan life skills. Life skills mengacu pada kecakapan di bidang informasi, media, dan teknologi (IMT), yaitu: (1) information literacy (literasi informasi); (2) media literacy (mempelajari produk dan rujukan informasi); dan (3) technology literacy (mempelajari aktivitas dalam jaringan). Adapun life skills mengacu pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu tugas secara profesional, meliputi lima kecakapan penting yang sering disingkat dengan “FLIPS” yaitu (1) flexibility and

32 Sumanto Al Qurtuby, Pendidikan & Revolusi Industri 4.0 Arab Saudi dan Indonesia, Cetakan pertama (Tambakaji, Ngaliyan, Semarang: eLSA Press, 2021), 8.

33 Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, and Amat Nyoto, “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 2016, 266.

34 Muhid, Heutagogi, 42.

(10)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 adaptability (melakukan rencana sesuai kebutuhan); (2) leadership (memiliki jiwa kepemimpinan); (3) inisiative and self-direction (inisiatif dalam mebuat perencanakan);

(4) productivity and accountability (produktif dan akuntabilitas); dan (5) social skills (membangun jejaring yang menguntungkan).35

Learning and innovation skills meliputi: berpikir kritis, lateral, sistematis dalam menemukan solusi, communication and collaboration skills (kecakapan dan bekerjsama dalam berinteraksi dengan orang lain), creative thinking and innovation skills (memiliki kreativitas yang dimilki di luar kebiasaan untuk menghasilkan hal baru yang inovatif).

Sedangkan information media and technology skills meliputi: literasi informasi/information literacy, literasi TIK/information and communication technology literacy.36

Pendidikan karakter menekankan pada aspek moral, mengedepankan sikap kepribadian religius, berkarakter dan peduli terhadap lingkungan sehingga harus dilatih sejak dini dan berkelanjutan.37 Kepribadian memiliki tiga komponen. Pertama kesadaran moral, yang meliputi kesadaran etis, pemahaman nilai-nilai moral, penentuan moral yang baik, penalaran etis (moral reason), pengambilan keputusan pertimbangan moral (decision making), persepsi diri. Kedua emosi moral, yaitu aspek lain yang harus ditanamkan sebagai sumber kekuatan untuk bertindak sesuai dengan prinsip etika, antara lain: hati nurani (conscience), harga diri (trust), empati, cinta kebenaran, pengendalian diri dan kerendahan hati. Ketiga perilaku etis yaitu kemampuan, keinginan, dan pembiasaan.38

Unsur pokok karakter berhubungan dengan tiga unsur. Pertama, pengetahuan moral (knowing the good) yaitu aspek pembentukan moral dalam kehidupan menjadi tujuan pendidikan. Beberapa jenis moral yang dapat mengubah tatanan nilai-nilai yaiu kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai moral, pola pikir tentang moral. Kedua, kasih sayang moral (loving the good). Karakter emosional adalah hal utama dalam pendidikan moral. Sangat penting mengetahui karakter seseorang sehinga mampu mempengaruhi orientasi pengetahuan moral terhadap perilaku etis. Ketiga, tindakan

35 Muhid, Heutagogi.

36 Wijaya, Sudjimat, and Nyoto, “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global,” 268.

37 Lilik Nur Kholidah, “Pendidikan Agama Islam Dan Penguatan Karakter Religius Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Prosiding Seminar Nasional Agama Islam,” in Prosiding Seminar Nasional Agama Islam (Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 2020), 51.

38 Adun Priyanto, “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0,” J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 2 (June 12, 2020), https://doi.org/10.18860/jpai.v6i2.9072.

(11)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

moral (doing the good), tindakan moral adalah hasil dari kedua komponen karakter lainnya. Menggerakkan tindakan moral memerlukan dorongan aspek karakter berupa keinginan dan kompetisi.39

Pedoman pendidikan harus sesuai antara dunia pendidikan, industri, dan dunia usaha. Penyelarasan pembelajaran yang disesuaikan dengan konsep kurikulum harus mengolaborasi kompetensi peserta didik dalam mengajar, kecakapan hidup, co-living, berpikir mendalam dan kreatif, memprioritaskan soft skills dan horizontal skills, kecakapan hidup sehingga berguna untuk masyarakata berwawasan global, media pendidikan dan teknologi yang tersedia.40

Konsep karakter dalam PAI merupakan nilai yang sangat penting, khususnya pendidikan akhlak. Dua paradigma besar dalam pandangan agama Islam. Pertama, paradigma yang memandang bahwa pemahaman akhlak secara sempit, dengan anggapan bahwa peserta didik membutuhkan kualitas-kualitas tertentu yang hanya diberikan. Kedua, paradigma yang lebih luas. Pedagogi kepribadian menempatkan individu yang terlibat dalam pendidikan sebagai pemain kunci dalam pengembangan kepribadian,41 sehingga kemajuan teknologi tanpa batas penting untuk memperkuat karakter yang akan mengungkapkan identitas bangsa, kekuatan bangsa, persatuan bangsa, serta membentuk kemanusiaan yang sejalan dengan tujuan pendidikan bangsa.42

Kesimpulan

Karakter adalah identitas bangsa dan seseorang sebagai ciri khas. Karakter tumbuh melalui usaha sadar dan terencana melalui proses pembentukan dan pemupukan melalui nilai-nilai agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Proses menumbuhkan karakter salah satunya dengan lembaga pendidikan sebagaimana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan Agama Islam sebagai pendidikan yang didasarkan pada pembentukan akhlak, karakter merupakan tujuan utama dalam pendidikan. Oleh karena

39 Poetri Leharia Pakpahan and Umi Habibah, “Manajemen Program Pengembangan Kurikulum PAI Dan Budi Pekerti Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa: Management of IRE Curriculum Development Program and Character in Forming Student’s Religious Character,” Tafkir:

Interdisciplinary Journal of Islamic Education 2, no. 1 (January 10, 2021): 1–20, https://doi.org/10.31538/tijie.v2i1.19.

40 Delipiter Lase, “Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0,” Sundermann: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora Dan Kebudayaan 12, no. 2 (November 7, 2019): 28–43, https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.18.

41 Priyanto, “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0.”

42 Indianto Dimas, “Pendidikan Agama Islam Dalam Revolusi Industri 4.0,” Prosiding Seminar Nasional Prodi PAI UMP, 2019, 108, http://digital.library.ump.ac.id/254/.

(12)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 itu, penanaman karakter dalam pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui pengajaran, pembiasaa, keteladanan, paksaan, dan hukuman yang mendorong dan membentuk karakter peserta didik. Semaraknya proses pendidikan berbasis teknologi informasi, maka konsep pembelajaran yang menekankan pada pembentukan moral, kepribadian yang religius, serta kepedulian terhadap lingkungan sangat penting untuk diarahkan pada penguatan karakter peserta didik yang menjadi tujuan pendidikan nasional.

Referensi

Aeni, Ani Nur. “Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD Dalam Perspektif Islam.”

Mimbar Sekolah Dasar 1, no. 1 (August 11, 2014): 50–58.

https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v1i1.863.

Burhanuddin Ibrahim Al-Zarnuji Al Hanafi. Terjemah Ta’lim Al-Muta’allim Syekh Az- Zarnuji. Translated by Ahmad Syafi’i. Kediri: Santri Creative Press, 2018.

Dimas, Indianto. “Pendidikan Agama Islam Dalam Revolusi Industri 4.0.” Prosiding Seminar Nasional Prodi PAI UMP, 2019. http://digital.library.ump.ac.id/254/.

Handayani, Astuti Budi, Hendro Widodo, and Waluyo Erry Wahyudi. “Penerapan Kurikulum Ismuba Terhadap Pembentukan Karakter Islami Siswa SMP Muhammadiyah Banguntapan.” Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 10, no.

2 (November 25, 2019): 231–43. https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i2.4558.

Kholidah, Lilik Nur. “Pendidikan Agama Islam Dan Penguatan Karakter Religius Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Prosiding Seminar Nasional Agama Islam.” In Prosiding Seminar Nasional Agama Islam. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 2020.

Khusnan, Ach. “Teknologi Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) Dalam Paradigma Konstruktivistik.” Fikroh: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam 4, no. 2 (2011): 154–67. https://doi.org/10.37812/fikroh.v4i2.18.

Kinanti, Mawar Rizka Sekar. “Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Menghadapi Standarisasi Pendidikan Menuju Era Human Society 5.0.” Prosiding FKIP UMC 3, no. 1 (2021): 447–52.

Lase, Delipiter. “Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0.” Sundermann: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora Dan Kebudayaan 12, no. 2 (November 7, 2019): 28–43. https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.18.

Mahmud, Ali Abdul Halim. Tarbiyah Khuluqiyah: Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi. Translated by Afifuddin Afifuddin. Solo: Media Insani, 2003.

Marpaung, Paisal Hamid, and Ali Nurdin Siregar. “Menganalisis Kurikulum Berkarakter Berbasis Kompetensi Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik.”

Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 7, no. 1 (April 15, 2020): 129–34.

https://doi.org/10.31604/jips.v7i1.2020.129-134.

Marzuki, Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak Mulia : Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009.

Muhid, Abdul. Heutagogi: memerdekakan mahasiswa belajar di era revolusi digital.

Malang: Inteligensia Media, 2021. http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1718/.

(13)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

Mukhtar, Mukhtar. “Desain Kurikulum Berorientasi Pada Nilai Adat , Budaya Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Hadapi Era Society 5.0.” Al-Rabwah 15, no.

02 (December 5, 2021): 70–79.

Mulyati, Ariadna. “Strategi Pengembangan Kurikulum Berkarakter.” el-Idarah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 2 (December 18, 2020): 103–20.

Munir, Munir. Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 2009.

Pakpahan, Poetri Leharia, and Umi Habibah. “Manajemen Program Pengembangan Kurikulum PAI Dan Budi Pekerti Dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa:

Management of IRE Curriculum Development Program and Character in Forming Student’s Religious Character.” Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic Education 2, no. 1 (January 10, 2021): 1–20.

https://doi.org/10.31538/tijie.v2i1.19.

Priyanto, Adun. “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0.” J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 6, no. 2 (June 12, 2020).

https://doi.org/10.18860/jpai.v6i2.9072.

Pusat, Pemerintah. “Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,”

2003.

Qurtuby, Sumanto Al. Pendidikan & Revolusi Industri 4.0 Arab Saudi dan Indonesia.

Cetakan pertama. Tambakaji, Ngaliyan, Semarang: eLSA Press, 2021.

Sahnan, Ahmad. “Konsep Akhlak dalam Islam dan Kontribusinya Terhadap Konseptualisasi Pendidikan Dasar Islam.” AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan

Dasar 2, no. 2 (January 22, 2019): 99–112.

https://doi.org/10.29240/jpd.v2i2.658.

Sahrodin, Sahrodin. “Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.” Jurnal Mubtadiin 5, no. 02 (December 31, 2019): 151–59.

Sobihah, Zulfatus. “Pendidikan Karakter (Akhlak) Menurut Perspektif Islam.”

Tarbawiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan 4, no. 1 (June 24, 2020): 78–90.

https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v4i1.1743.

Syarifuddin, M. “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surah Al- Fatihah Dan Relevansinya Dengan Penguatan Pendidikan Karakter Kurikulum 2013.”

Journal of Education and Teaching 2, no. 1 (May 31, 2021): 70–93.

https://doi.org/10.24014/jete.v2i1.8169.

Thoha, HM. Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Ulwan, Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid II. Edited by Anwar Rasyidi. Translated by Saifullah Kamalie and Hery Noer Ali. Semarang:

Asy-Syifa, 1981.

Wijaya, Etistika Yuni, Dwi Agus Sudjimat, and Amat Nyoto. “Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 2016.

Wiyani, Novan Ardi. Membumikan Pendidikan Karakter Di SD. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013.

Zed, Mestika. Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

(14)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga

Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tes pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai maksimum pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen lebih tinggi

- Menghindari kayu yang sudah mati/lapuk, apabila menggunakan kayu yang sudah rusak dapat berdampak buruk nantinya - Tentukan dulu posisi letak MAT muka Air Tanah dengan begitu akan

SIMPULAN Implementasi program pelayanan rehabilitasi anak jalanan yang dilakukan oleh Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial LPKS Kasih Ibu Kota Padang sudah dilakukan dengan

Berdasarkan persepsi pelaku usaha untuk parameter ukur atas indikator perizinan merefleksikan bahwa kondisi yang masuk ke dalam kategori buruk adalah kelayakan biaya dan waktu standar,

4, September 2024 Relevansi Konsep Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di Era Society 5.0 Noni Mulyani, Dedi Koswara, Danan Darajat Fakultas

Hal tersebut dilakukan agar implementasi AEC Blueprint dapat dilakukan sesuai dengan kesiapan dalam negeri, mengingat implementasi akan dipantau melalui AEC Balance Scorecard dengan

Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Kualitas Tidur pada Pasien Pre Operasi Mayor di RSUD Cibabat Cimahi n=75 Kategori Frekuensi Presentase Kualitas Tidur Buruk 63 84%

Berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber penelitian, dapat disimpulkan bahwa kelompok belajar di SDN 002 Koto Baru mampu mengelola perbedaan pendapat dengan baik, menghindari