• Tidak ada hasil yang ditemukan

535-Article Text-1799-1-10-20220807

N/A
N/A
istiqlal Bi

Academic year: 2023

Membagikan "535-Article Text-1799-1-10-20220807"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

JEA

Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA)

Vol. 4, No 3, Agustus 2022, Hal 465-481 e-ISSN : 2656-3649 (Online)

http://jea.ppj.unp.ac.id/index.php/jea/index

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAK EMKM pada UMKM Kota Padang

Dewi Wulandari1*,Fefri Indra Arza2

1, 2,Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang

*Korespondensi:[email protected]

Abstract

This study aims to determine the factors that influence the implementation of SAK EMKM on UMKM in the city of Padang. The data used in this study are primary data sourced from questionnaires given to the owners of UMKM in the city of Padang. Testing is done by using regression. The results showed that simultaneously the independent variables consisting of socialization of SAK EMKM, utilization of information technology, accounting knowledge, education level of the owner, omzet and length of business did not significantly affect the dependent variable, namely the implementation of SAK EMKM. Partially, the socialization of SAK EMKM and the owner's level of education have a positive effect on the implementation of SAK EMKM. While the use of information technology, accounting knowledge, omzet and length of business have no significant effect on the implementation of SAK EMKM in Padang City.

Keywords : Implementation of SAK EMKM; Socialization of SAK EMKM; Utilization of Information Technology; Accounting Knowledge; Education Level of the Owner; Omzet; and Length of Business.

How to cite (APA 6thstyle)

Wulandari, D., & Arza, F.I. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAK EMKM pada UMKM Kota Padang.Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA), 4 (3), 465-481.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang dimana pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dijadikan landasan untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari mulai pesatnya pertumbuhan usaha-usaha berskala besar maupun kecil. Menurut Romy (2018) peningkatan pembangunan di bidang ekonomi dan juga industri tidak terlepas dari peranan usaha usaha yang berada di Indonesia baik usaha besar maupun kecil, salah satunya yaitu UMKM yang sangat menyumbang kemajuan dalam negeri untuk mengembangkan perekonomian dan industri dalam negeri. Akan tetapi dalam menjalankan usaha seringkali pemilik UMKM merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi pada operasional usahanya (Sonny, 2010). Kesulitan tersebut menyangkut pada aktivitas dan penilaian dari hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi jika pemilik UMKM harus dilakukan pengukuran dan penilaian dari kegiatan yang terjadi dalam usaha ataupun non usaha.

Selain itu permasalahan yang muncul bagi pelaku UMKM di Indonesia adalah masalah dalam akses permodalan. Dimana modal tersebut digunakan untuk pengembangan usaha agar usaha tersebut menjadi lebih baik lagi. Untuk mendapatkan akses permodalan yang mudah

(2)

maka para pemilik UMKM harus membuat laporan yang sesuai dengan standar sehingga dapat meyakinkan para investor untuk berinvestasi pada UMKM tersebut. Wijaya (2018) menjelaskan bahwa sumber permodalan UMKM melalui kredit usaha rakyat dari lembaga keuangan. Untuk memperoleh kredit dari bank, maka calon penerima kredit harus menyampaikan informasi keuangan yang berupa laporan keuangan.

Salah satu bukti nyata dukungan terhadap UMKM di Indonesia dibuktikan dengan diterbitkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Mikro Kecil dan Menengah (EMKM) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 24 Oktober 2016. SAK EMKM ini mulai diterapkan secara efektif sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan UMKM per 1 Januari 2018. SAK EMKM ini ditujukan untuk menjadi pedoman bagi UMKM dalam menyusun laporan keuangan hal ini dijelaskan pada bagian ruang lingkup SAK EMKM.

SAK EMKM disusun dan dibuat berdasarkan pada UU Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM. Dimana SAK EMKM ini diterbitkan agar dapat mempermudah UMKM dalam menerapkan akuntansi sesuai dengan standar yang selama ini masih dianggap rumit jika menggunakan SAK ETAP. Penggunaan SAK EMKM ini ditujukan untuk pengguna eksternal entitas, seperti pemilik yang tidak ikut secara langsung dalam pengelolaan usaha, selain itu juga kreditur seperti bank yang memberikan pinjaman kepada entitas. Dimana pembuatan laporan keuangan pada UMKM cenderung tidak rumit dan tidak membutuhkan analisis laporan keuangan secara mendalam.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah adalah standar akuntansi yang dibuat lebih sederhana dibandingkan dengan SAK ETAP yang sebelumnnya menjadi dasar UMKM membuat laporan keuangan. Pada SAK EMKM dasar pengukurannya menggunakan biaya historis, dimana UMKM cukup mencatat aset dan juga liabilitas sebesar biaya perolehan (IAI: 2016). Dengan adanya SAK EMKM ini diharapkan menjadi pendorong pada literasi keuangan UMKM serta diharapkan dapat memperluas akses pembiayaan.

Sehingga pemilik UMKM memiliki kesadaran akan pentingnya pembuatan laporan keuangan usaha.

Setelah dibentuknya SAK EMKM oleh DSAK IAI, maka selanjutnya adalah bagaimana agar para pengusaha UMKM dapat menerapkan SAK tersebut agar kemudahan- kemudahan yang ditawarkan dengan penerapan SAK tersebut dapat di nikmati oleh para pengusaha UMKM. Salah satu tujuan dari penelitian yang akan penulis lakukan ini adalah untuk mengetahui faktor yang dapat membuat SAK EMKM tersebut dapat diterapkan oleh para pengusaha UMKM, terutama untuk UMKM yang ada di kota Padang. Sehingga UMKM yang ada di kota Padang dapat menjadi lebih maju dengan penerapan SAK EMKM ini.

Penelitian mengenai implementasi penerapan SAK EMKM sudah banyak diteliti sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018), Silvia & Azmi (2019), Nurhidayanti (2019), Pulungan (2019) dan Satiya, Sabrina & Mulyani (2020). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi implemantasi penerapan SAK EMKM di antaranya sosialisasi SAK EMKM, omzet, persepsi kemudahan UMKM, tingkat pendidikan pemilik, persepsi pelaku UMKM, pemahaman akuntansi, fasilitas pendukung tentang SAK EMKM, pengetahuan akuntansi, dan motivasi.

Penelitian ini dikembangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018). Dimana dalam penelitian tersebut Kusuma & Lutfiany (2018) hanya meneliti 4 variabel independent, variabel tersebut terdiri dari sosialisasi SAK EMKM, tingkat pendidikan pemilik, persepsi pelaku UMKM dan pemahaman akuntansi terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Bogor. Pembeda penelitian ini dengan penelitian Kusuma

& Lutfiany (2018) adalah dalam penelitian ini peneliti mengganti satu variable dan menambahkan tiga variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi implementasi SAK EMKM. Variable tersebut terdiri dari pemanfaatan teknologi informasi, kualitas sumber daya

(3)

manusia, omset dan lama usaha. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SAK EMKM terdiri dari sosialisasi SAK EMKM, pemanfaatan teknologi informasi, kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan pemilik, omset dan lama usaha.

Selain itu, pembeda penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terutama dengan penelitian Kusuma & Lutfiany (2018) yaitu tempat penelitian, dimana peneliti melakukan penelitian pada UMKM yang ada di Kota Padang. Dimana penelitian implementasi SAK EMKM di Kota Padang maupun Provinsi Sumatera Barat masih sangat sedikit. Rafiqa (2018) melakukan penelitian untuk melihat kesiapan UMKM di Kota Padang dengan penerapan SAK EMKM. Satya, Nurzi, & Erly (2020) hanya peneliti pengaruh pengetahuan akuntansi dan skala usaha terhadap penerapan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. Lisa, dkk (2020) meneliti tentang penerapan SAK EMKM pada UMKM di Kabupaten Padang Barat.

Alasan peneliti menggunakan variabel tersebut karena masih terjadi ketidak konsistenan hasil yang didapatkan oleh para peneliti sebelumnya. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian implementasi SAK EMKM dengan variabel tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018) memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM. Sedangkan penelitian Silvia &

Azmi (2019) memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap penyusunan laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sholeh, Maslichah & Sudaryani (2020) menperoleh hasil bahwa lama usaha berpengaruh positif terhadap pemahaman UMKM dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. Penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) memperoleh hasil bahwa lama usaha tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengimplementasian SAK EMKM di Koda Padang sehingga dapat digunakan oleh pihak yang memiliki wewenang seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang tentang implementasi SAK EMKM pada UMKM serta untuk mengintensifkan kegiatan sosialisasi SAK EMKM. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi pemilik UMKM tekait implementasi SAK EMKM dalam menyusun laporan keuangan usahanya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai UMKM dan juga pelaporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (1962) menyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam organisasi dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Dari perspektif ini, akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, bukan pemilik.

Pada penelitian ini implikasi teori entitas adalah sebagai teori utama yang menjelaskan bahwa perusahaan beroperasi atas nama sendiri dan memiliki kepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri, serta melakukan penyajian laporan keuangan kepada pemilik ekuitas untuk memenuhi syarat legal serta menjaga hubungan baik dengan pemilik ekuitas.

Selain itu dalam SAK EMKM (2016) entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan

(4)

konsep entitas bisnis. Entitas bisnis, baik yang merupakan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, maupun badan usaha yang berbadan hukum, harus dapat dipisahkan secara jelas dengan pemilik bisnis tersebut maupun dengan entitas-entitas lainnya.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendefinisikan usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki orang perorangan (orang pribadi) atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan yang dilakukan oleh orang perorangan (orang pribadi) atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan (orang pribadi) atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

Standar Akuntansi Keuangan Enitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM)

Pada tanggal 18 Mei 2016 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK-IAI). SAK EMKM mulai berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan UMKM pada 1 Januari 2018.

Tujuan dari menyusun laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pengguna tersebut meliputi penyedia sumber daya bagi entitas, seperti kreditor maupun investor. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Penyusunan laporan keuangan pada UMKM menggunakan dasar akrual. Dimana dalam dasar akrual, akun-akun diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk masing-masing akun-akun tersebut.

Dalam SAK EMKM terdapat 3 laporan keuangan yang wajib dibuat oleh pemilik UMKM yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan.

Sosialisasi SAK EMKM

Menurut Silvia & Azmi (2019) sosialisasi SAK EMKM adalah usaha yang perlu dilakukan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) ataupun lembaga-lembaga yang terkait yang mempunyai tujuan untuk memberi pengetahuan serta arahan kepada UMKM tentang informasi dalam SAK EMKM tersebut. Dengan adanya sosialisasi dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan sebagai seseorang yang aktif dalam suatu kedudukan tertentu dalam masyarakat (Sari, 2020).

Sosialisasi SAK EMKM yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang seperti, Ikatan Akuntan Indonesia maupun lembaga lainnya yang mampu memberikan pemahaman terkait SAK EMKM kapada pemilik UMKM serta memberikan arahan agar

(5)

pemilik UMKM bersedia untuk mengimplementasikan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan usahanya. Pemahaman terhadap SAK EMKM memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses pemberian sosialisasi, apabila pemilik UMKM mendapatkan sosialisasi SAK EMKM dengan baik, maka hal tersebut akan mendukung implementasi SAK EMKM pada para pemilik UMKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018) memperoleh hasil bahwa sosialisasi SAK EMKM baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Bogor. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) dimana sosialisasi SAK EMKM berpengaruh terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 1 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi pada UMKM merupakan penggunaan teknologi oleh pemilik UMKM untuk memudahkan pekerjaan dari usaha UMKM tersebut termasuk juga dalam hal pembuatan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Silvia &

Azmi (2019) dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi maka perusahaan mendapatkan keuntungan kompetitif dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada maka akan memudahkan setiap pekerjaan yang ada.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam UMKM adalah hal yang harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya (Sariningtyas & Diah, 2011). Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan teknologi informasi mempermudah pengambilan keputusan, mencapai efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha serta dapat mempermudah penerapan SAK EMKM pada UMKM. Semakin paham pemilik UMKM terhadap teknologi informasi maka akan semakin luas pandangan pemilik UMKM terhadap berbagai bentuk penerapan teknologi pada kehidupan bisnis dan akan dapat mendorong percepatan penyediaan informasi akuntansi.

Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Pemahaman Akuntansi

Pemahaman akuntansi merupakan seseorang yang memahami proses dasar dari akuntansi, dimulai dari proses pencatatan transaksi keuangan, pengelompokan, pelaporan dan penafsiran data keuangan (Sari, 2020). Dalam implementasi SAK EMKM pemahaman akuntansi sangat diperlukan karena pemahaman terhadap akuntansi yang dimiliki oleh UMKM akan bermuara pada penyusunan laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat Pemahaman dasar Akuntansi dari SDM yang dimiliki oleh UMKM, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sholeh, Maslichah & Sudaryani (2020) pemahaman akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman UMKM dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018) menyebutkan bahwa pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM. Pemahaman pemilik UMKM terhadap penyusunan laporan keuangan sesuai standar akan mendukung proses implementasi laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. Dimana laporan keuangan yang sesuai dengan standar akan membantu pemilik UMKM dalam mengembangkan usahanya. Selaian mengembangkan

(6)

usaha, membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM juga dapat membantu pemilik UMKM dalam mengevaluasi kinerja dari usaha yang dijalankan. Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 3 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Pemahaman akuntansi berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Tingkat Pendidikan Pemilik

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemilik UMKM (Siregar, 2012). Tingkat pendidikan dari para pengusaha UMKM akan berpengaruh terhadap penerapan SAK EMKM, karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola berfikir. Sehingga akan menumbuhkan kesadaran para pemilik usaha UMKM akan pentingnya pencatatan sesuai dengan SAK yang berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018) memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan pemilik baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Bogor. Hal tersebut dikarenakan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyerap dari pengetahuan baru serta keberhasilan seorang pemilik usaha juga tergantung pada pendidikan dan kemampuan belajarnya dalam lingkungan usaha tersebut. Pemilik usaha dituntut untuk mengerti akan apa yang karyawan kerjakan, maka dari itu pendidikan dianggap penting (Kusuma & Lutfiany, 2018). Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 4 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Omzet

Omzet adalah salah satu faktor yang mendukung UMKM menerapkan SAK EMKM.

Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi omzet dari suatu UMKM akan membuat pemilik UMKM tersebut memerlukan laporan keuangan berbasis SAK EMKM untuk melihat kinerja dari usaha yang dijalani.

Penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) memperoleh hasil bahwa omzet memiliki pengaruh terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Hal tersebut dikarenakan UMKM yang memiliki omzet besar, akan memiliki kegiatan operasional yang padat, sehingga transaksi yang terjadi sangat banyak dan bervariasi, serta jumlah penjualan yang tinggi. Karena hal tersebut UMKM membutuhkan pencatatan yang terperinci sesuai dengan kebutuhan usaha yaitu laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 5 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5: Omzet berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Lama Usaha

Lama usaha merupakan lamanya perusahaan didirikan atau usia perusahaan ketika penulis melakukan penelitian ini hingga bisnis tersebut didirikan (Sholeh, Maslichah &

Sudaryani, 2020). Usaha yang telah lama didirikan oleh pemilik UMKM akan membuat pemilik selalu memperbaiki pengelolaan usahnya ke arah yang lebih baik. Salah satunya dengan cara memperbaiki sistem pencatatan dilakukan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu SAK EMKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Sholeh, Maslichah & Sudaryani (2020) memperoleh hasil bahwa lama usaha memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pemahaman UMKM dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. Semakin lama usaha berdiri, maka akan semakin baik penerapan SAK EMKM pada UMKM untuk membuat laporan keuangan. Selain itu, semakin lama suatu usaha berdiri dapat menyadarkan

(7)

pengusaha akan pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis 6 dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H6: Lama usaha berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,2017). Penelitian ini menggunakan data primer. Sumber data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diberikan kepada para pemilik UMKM yang ada di Kota Padang. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh UMKM yang ada di Kota padang. Teknik pengambilan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin. Adapun ukuran sampel pada penelitian berjumlah 99 UMKM Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Implementasi SAK EMKM

Implementasi dapat dikatakan kegiatan yang direncanakan dan dilakukan guna mencapai suatu tujuan kegiatan. Maka implementasi SAK EMKM dilakukan untuk agar EMKM membuat laporan keuangan lebih terarah (Kusuma & Lutfiany (2018). Indikator yang digunakan untuk mengukur implementasi SAK EMKM terdiri atas pengaplikasian SAK EMKM dalam laporan keuangan, laporan keuangan disusun secara berkelanjutan dan laporan keuangan memberikan gambaran kondisi usaha. Pengukuran variabel implementasi SAK EMKM menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

Sosialisasi SAK EMKM

Indikator yang digunakan untuk mengukur sosialisasi SAK EMKM dalam penelitian ini di ambil dari penelitian Kusuma & Lutfiany (2018). Dimana indikator tersebut terdiri atas sosialisasi dilakukan melalui seminar dan pelatihan akuntansi, sosialisasi dilakukan berkelanjutan, sosialisasi dilakukan untuk membantu menyusun laporan keuangan dan sosialisasi dilakukan melalui media seperti: internet, tv, dan lain-lain. Pengukuran variabel sosialisasi SAK EMKM menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

Pemanfaatan TI

Indikator yang digunakan untuk mengukur pemanfaatan teknologi informasi dalam penelitian ini diambil dari penelitian Silvia & Azmi (2019). Dimana indikator tersebut terdiri dari pemanfaatan teknologi informasi dan evektivitas penggunaan teknologi informasi.

Pengukuran variabel pemanfaatan TI menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

Pemahaman Akuntansi

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas SDM pada UMKM lebih mengarah kepada pemahaman SDM yang dimiliki oleh UMKM terhadap akuntansi. Dimana indikator tersebut terdiri dari pemahaman terhadap input (transaksi), proses sistematis (identifikasi) dan output (laporan keuangan). Pengukuran variabel kualitas SDM menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

(8)

Tingkat Pendidikan Pemilik

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan pemilik dalam penelitian ini diambil dari penelitian Kusuma & Lutfiany (2018). Dimana indikator tersebut terdiri dari tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma, dan Perguruan Tinggi) selaian itu juga menggunakan tempat memperoleh pengetahuan akuntansi seperti seminar dan pelatihan yang diukur menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

Omzet

Omzet UMKM merupakan besarnya penjualan pada suatu UMKM dalam kurun waktu tertentu yang belum diselisihkan dengan pengeluaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur omzet terdiri dari jumlah omzet dan jumlah laba yang diperoleh oleh UMKM.

Pengukuran variabel omzet menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

Lama Usaha

Indikator yang digunakan untuk mengukur lama usaha dalam penelitian ini di ambil dari penelitian Silvia & Azmi (2019). Dimana indikator tersebut terdiri dari lama usaha berdiri yang diukur menjadi 5 kelompok (<1 tahun, 1-2 tahun, 3-5 tahun, 6-10 tahun, >10 tahun) selain itu juga menggunakan indikator pengalaman yang diperoleh, memahami kinerja pesaing dan mengetahui keinginan konsumen yang diukur menggunakan skala likert dengan nilai 1= Sangat tidak setuju sampai 5= Sangat setuju.

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Instrumen

Berdasarkan Tabel 1 semua variabel dalam penelitian mempunyai nilai Cronbach Alpha yang diatas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing- masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.

Tabel 1

Hasil Uji Reliabilitas

Instrumen Variabel NilaiCronbach Alpha Keterangan

Sosialisasi SAK EMKM (X1) 0.661 Reliabel

Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2) 0.609 Reliabel

Kualitas SDM (X3) 0.638 Reliabel

Tingkat Pendidikan Pemilik (X4) 0.604 Reliabel

Omset (X5) 0.630 Reliabel

Lama Usaha (X6) 0.635 Reliabel

Implementasi SAK EMKM (Y) 0.609 Reliabel

Sumber: Data Primer yang sudah diolah

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

(9)

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 5% maka data dapat dikatakan normal.

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual

N 99

Normal Parametersa,b Mean 0.000000

Std. Deviation

0.86859243

Kolmogorov-Smirnov Z 0.38

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200

Sumber: Data Primer yang sudah diolah

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,200 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan nilai Kolmogorov-Smirnov tersebut dapat disimpulkam bahwa data berdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.Jika nilai VIF < 10,0 dan nilai tolerance >

0,10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 3

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Sosialisasi SAK EMKM 0.916 1.092

Pemanfaatan TI 0.852 1.174

Kualitas SDM 0.806 1.241

Tk. Pendidikan Pemilik 0.874 1.144

Omset 0.870 1.149

Lama Usaha 0.834 1.199

Sumber: Data Primer yang sudah diolah

Berdasarkan Tabel 3 seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, maka berdasarkan pengambilan keputusan dalam uji multikolineritas dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan, ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat diuji dengan uji Glejser. Jika sig. > 0,05 berarti model regresi tidak terkena heteroskedastisitas.

(10)

Tabel 4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Unstandardized CoefficientsB Std. Error t Sig.

(Constant) 1.649 1.209 1.364 .176

Sosialisasi SAK EMKM .029 .033 .882 .380

Pemanfaatan TI -.063 .044 -1.429 .157

Kualitas SDM -.035 .050 -.693 .490

Tk. Pendidikan Pemilik .010 .067 .156 .876

Omset .050 .063 .790 .431

Lama Usaha -.051 .051 -1.007 .317

Sumber: Data Primer yang sudah diolah

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui setiap variabel pada penelitian memiliki nilai signifikansi pada variabel independen > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan data penelitian tidak mengalami heterokedastisitas.

Analisis Regresi Berganda

Tabel 5

Hasil Analisis Regresi Berganda

Model

Unstandardized

Coefficients t Sig. Keterangan

B Std.

Error

(Constant) 12.088 2.119 5.704 0.000

Sosialisasi SAK

EMKM 0.118 0.058 2.049 0.043 Hipotesis Diterima

Pemanfaatan TI 0.044 0.077 0.574 0.567 Hipotesis Ditolak Kualitas SDM -0.042 0.088 -0.481 0.631 Hipotesis Ditolak Tk. Pendidikan Pemilik 0.247 0.117 2.108 0.038 Hipotesis Diterima

Omset -0.051 0.111 -0.465 0.643 Hipotesis Ditolak

Lama Usaha -0.034 0.089 -0.384 0.702 Hipotesis Ditolak

Regression F F: 1.802 0.107

Adjusted R2 0.047

Sumber: Data Primer yang sudah diolah

Hasil dari persamaan regresi Tabel 5 dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Konstanta (a) bernilai 12.08 yang menjelaskan bahwa tanpa pengaruh dari variabel independen atau variabel bebas yang terdiri sosialisasi SAK EMKM, pemanfaatan teknologi informasi, kualitas SDM, tingkat pendidikan pemilik, omset dan lama usaha maka nilai dari implementasi SAK EMKM sebagai variabel dependen atau variabel terikat adalah 12,08.

b. Koefisien regresi variabel sosialisasi SAK EMKM (b1) memiliki nilai 0,118. Hal ini menunjukkan apabila sosialisasi SAK EMKM meningkat 1 satuan maka, implementasi SAK EMKM akan naik sebesar 0,118 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

(11)

c. Koefisien regresi variabel pemanfaatan TI (b2) memiliki nilai 0,044 Hal ini menunjukkan apabila pemanfaatan TI meningkat 1 satuan, maka implementasi SAK EMKM akan naik sebesar 0,044 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

d. Koefisien regresi variabel kualitas SDM (b3) memiliki nilai -0,042. Hal ini menunjukkan apabila kualitas SDM meningkat 1 satuan, maka implementasi SAK EMKM akan turun sebesar 0,042 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

e. Koefisien regresi variabel tingkat pendidikan pemilik (b4) memiliki nilai 0,247. Hal ini menunjukkan apabila tingkat pendidikan pemilik meningkat 1 satuan maka implementasi SAK EMKM akan naik sebesar 0,247 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

f. Koefisien regresi variabel omzet (b5) memiliki nilai -0,051. Hal ini menunjukkan apabila omzet meningkat 1 satuan maka implementasi SAK EMKM akan turun sebesar 0,051 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

g. Koefisien regresi variabel lama usaha (b6) memiliki nilai -0,034. Hal ini menunjukkan apabila lama usaha meningkat 1 satuan maka implementasi SAK EMKM akan turun sebesar 0,034 dengan asumsi variabel lainnya bernilai nol.

Uji Kelayakan Model

Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5 diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0.047 atau 4,7%. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen (sosialisasi SAK EMKM, pemanfaatan teknologi informasi, kualitas SDM, tingkat pendidikan pemilik, omset dan lama usaha) dapat menjelasakan variabel dependen (implementasi SAK EMKM) sebesar 4,7%, sementara sisanya 95,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

Uji Statistik F (Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji secara bersama-sama pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, apakah model yang digunakan dapat memberikan pengaruh signifikan atau tidak yang dapat dilihat dari probabilitas (F-statistic). Jika nilai signifikansi <

0,05 maka variabel independen secara simultan (bersama-sama) dapat mempengaruhi variabel dependen begitupun sebaliknya.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan nilai F hitung sebesar 1,802 dengan signifikansi 0,107 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi SAK EMKM, pemanfaatan teknologi informasi, kualitas SDM, tingkat pendidikan pemilik, omset dan lama usaha secara simultan tidak pengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM.

Uji Hipotesis (T-Test)

Uji t digunakan untuk menguji secara individu (parsial) pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, apakah model yang digunakan dapat memberikan pengaruh signifikan atau tidak. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi. Jika nilai sig.

< 0,05 maka variabel independen secara individu (parsial) dapat mempengaruhi variabel dependen dan begitupun sebaliknya.

Berdasarkan Tabel 5 hasil analisis regresi berganda, nilai koefisien b1 variabel sosialiasasi SAK EMKM sebesar 0,118 dan nilai signifikan sebesar 0,043 lebih kecil dari 0,05 (0,043 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. Nilai koefisien b2 variabel pemanfaatan teknologi informasi sebesar 0,044 dan nilai signifikan sebesar 0,567 lebih besar dari 0,05 (0,567 > 0,05), dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh

(12)

signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. Nilai koefisien b3 variabel kualitas sumber daya manusia sebesar -0,042 dan nilai signifikan sebesar 0,631 lebih besar dari 0,05 (0,631 > 0,05), dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Nilai koefisien b4 variabel tingkat pendidikan pemilik sebesar 0,247 dan nilai signifikan sebesar 0,038 lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05), dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. Nilai koefisien b5 variabel omzet sebesar -0,051 dan nilai signifikan sebesar 0,643 lebih besar dari 0,05 (0,643 > 0,05), dapat disimpulkan bahwa omzet tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. Nilai koefisien b6 variabel lama usaha sebesar -0,034 dan nilai signifikan sebesar 0,702 lebih besar dari 0,05 (0,702 >

0,05), dapat disimpulkan bahwa lama usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Pembahasan

Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM Terhadap Implementasi SAK EMKM

Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa semakin sering pihak yang berwewenang melakukan sosialisasi SAK EMKM terhadap pengusaha UMKM yang ada di kota Padang maka implementasi dari SAK EMKM di kota Padang akan semakin tinggi.

Sosialisasi SAK EMKM merupakan pemberian informasi atau pelatihan terkait SAK EMKM oleh pihak-pihak terkait yang dapat memberikan sosialisasi SAK EMKM. Pemberian sosialisasi dilakukan oleh pihak eksternal UMKM, baik itu dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau instansi pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM yang akan menambah pengetahuan pengusaha UMKM terkait SAK EMKM.

Sosialisasi SAK EMKM pada UMKM yang ada di Kota Padang sangat penting dilakukan oleh pihak-pihak terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang. Hal ini dikarenakan sosialisasi akan menambah pengetahuan dan dapat juga akan memotivasi pemilik/pengusaha UMKM untuk mengimplementasikan SAK EMKM pada laporan keuangan yang mereka buat. Sehingga pengusaha UMKM akan memperoleh kemudahan dalam melakukan peminjaman modal ke lembaga keuangan untuk pengembangan usahanya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Lutfiany (2018) dimana Sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di Kota Bogor. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) dimana dari penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa sosialisasi SAK EMKM berpengaruh terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM.

Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Implementasi SAK EMKM Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi oleh pengusaha UMKM tidak ada pengaruhnya terhadap implementasi SAK EMKM dalam menyusun laporan keuangan usaha tersebut. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan teknologi informasi yang dilakukan oleh pengusaha UMKM di Kota Padang hanya sebatas untuk mempermudah kegiatan operasional dan untuk media promosi kegiatan usaha. Akan tetapi tidak dimanfaatkan untuk kegiatan mengimplementasikan SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan usahnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan pemanfaatan teknologi informasi tidak mempengaruhi persepsi pengusaha UMKM akan pentingnya membuat laporan keuangan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini besar atau kecilnya pemanfaatan

(13)

teknologi informasi tidak mempengaruhi persepsi pengusaha UMKM mebel di Kabupaten Jepara terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM.

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Terhadap Implementasi SAK EMKM

Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa kualitas sumber daya manusia tidak ada pengaruhnya terhadap implementasi SAK EMKM dalam penyajian laporan keuangan UMKM di Kota Padang. Kualitas SDM dalam penelitian ini lebih mengarah kepada pemahaman dari para karyawan yang bekerja pada UMKM terhadap proses akuntansi dari awal hingga berakhir pada laporan keuangan. Kualitas sumber daya manusia yang tidak berpengaruh pada implementasi SAK EMKM dalam penelitian ini disebabkan oleh ketidakmengertian dari para karyawan yang bekerja pada UMKM terhadap proses akuntansi tersebut. Hal ini dikarenakan untuk mengerti dan paham terhadap proses akuntansi harus memiliki juga latar belakang pendidikan atau juga pernah mengikuti pelatihan mengenai proses akuntansi tersebut.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma &

Lutfiany (2018), dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukkan pemahaman akuntansi secara parsial berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di Kota Bogor. Hal tersebut dikarenakan pemahaman UMKM terhadap laporan keuangan sesuai standar akuntansi akan mendukung proses implementasi laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM yang dapat membantu UMKM dalam mengembangkan usahanya.

Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilik Terhadap Implementasi SAK EMKM

Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dari pemilik UMKM maka implementasi SAK EMKM pada laporan keuangan usaha juga akan semakin tinggi. Tingkat pendidikan pemilik merupakan pendidikan terakhir baik formal maupun non formal yang dimiliki pemilik UMKM. Pendidikan formal maupun non formal pemilik UMKM dapat berpengaruh terhadap pengetahuan akuntansi karena materi akuntansi didapatkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih spesifik.

Sehingga implementasi SAK EMKM pada usaha yang dimiliki juga akan semakin besar.

Pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menyerap (termasuk akuisisi, asimilasi, transformasi, dan eksploitasi) dari pengetahuan baru (Rudiantoro &

Siregar, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyaga (2016) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap implementasi SAK ETAP pada UMKM di Jawa Tengah.

Selain itu penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kusuma &

Lutfiany (2018), dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukkan tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM Kota Bogor.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) dimana dari penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha terkait laporan keuangan berbasis SAK EMKM.

Pengaruh Omzet Terhadap Implementasi SAK EMKM

Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa besaran omzet yang diperoleh oleh pemilik UMKM selama satu tahun tidak berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM pada UMKM di Kota Padang. Hal ini disebabkan oleh UMKM yang ada di kota Padang lebih berfokus pada mencapaian omzet yang dari tahun ke tahun selalu meningkat sehingga pengimplementasian SAK EMKM pada laporan keuangan usaha tidak menjadi prioritas lagi.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia & Azmi (2019) dimana dari penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa omzet berpengaruh terhadap

(14)

persepsi pengusaha UMKM mebel di Kabupaten Jepara terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM dikarenakan UMKM yang memiliki omzet yang besar memiliki kegiatan operasional yang padat, transaksi yang bervariasi, serta frekuensi penjualan yang tinggi. UMKM membutuhkan pencatatan yang terperinci sesuai dengan kebutuhan usahanya yaitu laporan keuangan berbasis SAK EMKM.

Pengaruh Lama Usaha Terhadap Implementasi SAK EMKM

Dari hasil uji hipotesis di atas dapat diartikan bahwa semakin lama UMKM berdiri tidak berpengaruh terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. Hal ini disebabkan oleh UMKM yang telah lama berdiri belum tentu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap pentingnya implementasi SAK EMKM dalam penyusunan laporan keuangan, karena usaha baru berdiri akan mendorong pemilik untuk lebih giat mencari informasi dan cara untuk mengembangkan usahanya salah satunya dengan penerapan SAK EMKM dalam menyusun laporan keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurhidayanti (2019) dan Silvia & Azmi (2019) hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lama usaha tidak berpengaruh terhadap persepsi pengusaha UMKM terkait pentingnya laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Hal tersebut dikarenakan semakin muda usia suatu usaha atau perusahaan terdapat kecenderungan menyatakan informasi akuntansi secara ekstensif dalam membuat keputusan dibandingkan dengan usaha atau perusahaan yang lebih tua usianya.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sosialisasi SAK EMKM berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. 2.

Pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. 3. Kualitas sumber daya manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. 4. Tingkat pendidikan pemilik berpengaruh positif terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. 5. Omzet tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang. 6. Lama usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap implementasi SAK EMKM di Kota Padang.

Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama penelitian ini hanya mampu menjelaskan sebesar 4,7% dari total variabel independen yang ada. Artinya sebesar 95,3% sisanya dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini. Selain itu keterbatasan penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner terlihat kurang efektif karena responden terkadang menjawab pertanyaan kurang serius dan banyak menjawab asal-asalan karena malas membaca kuesioner tersebut.

Saran

Sehubungan dengan keterbatasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian yang lebih baik. Adapun saran-saran tersebut antara lain, pertama, dikarena banyaknya hipotesis ditolak, maka penelitian selanjutnya dapat mengeksplor hal ini lebih dalam terkait implementasi SAK EMKM ini. Adjusted R2 di penelitian ini hanya 4,7%

Artinya penelitian selanjutnya dapat menambah variable independen dan variable kontrol agar variabel independent dapat lebih besar menjelaskan variabel independen. Kuesioner

(15)

terlihat kurang efektif karena responden terkadang menjawab pertanyaan kurang serius dan banyak menjawab asal-asalan karena malas membaca kuesioner tersebut, maka peneliti selanjutnya dalam menyebarkan kuesioner dapat menjelasakan terlebih dahulu terkait isi dari kuesioner tersebut sehingga dalam pengisian kuesioner reponden memahami maksud dan tujuan kuesioner tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anisykurlillah, I., & Rezqika, B. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAK ETAP pada UMKM dengan Ketidak Pastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi.

Jurnal Riset dan Keuangan Akuntansi, 5, 18-35.

Devi , P. E., Herawati, N. T., & Sulindawati, N. E. (2017). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pemahaman Akuntansi dan Ukuran Usaha Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada UMKM.E-Jurnal Universitas Pendidikan Ghanesa, 8.

Devi, P. E., Herawati, N. T., & Sulindawati, N. E. (2017). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pemahaman Akuntansi, Dan Ukuran Usaha Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada UMKM (Studi Empiris pada UMKM di Kecamatan Buleleng). Universitas Pendidikan Ganesha, 8.

Fabillah, I. H., Bahrudin, M., & Eliza, A. (2019). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Ukuran Usaha, dan lamanya Usaha Terhadap Kualitas Laporan Keuangan UMKM dalam Perspektif Akuntansi Syariah.Skripsi.

Fabillah, I. H., Bahrudin, M., & Elizya, A. (2019). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Ukuran Usaha, dan Lamanya Usaha terhadap Kualitas Laporan Keuangan UMKM dalam Prespektif Akuntansi Syariah (Studi pada UMKM Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung).Skripsi, 1-72.

Fitriani, L., Rahman, & Ayudhi, S. (2020). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM Di Kota Padang. Jurnal Kajian Akuntansi Dan Auditing, 15, 1-15.

IAI, I. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta:

DSAK IAI.

Janrosl, V. S. (2018). Analisis Persepsi Pelaku UMKM Dan Sosialisasi SAK EMKM Terhadap Diberlakukannya Laporan Keuangan Yang Berbasis SAK EMKM. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis, 11, 97-105.

Kusuma, I. C., & Lutfiany, V. (2018). Persepsi Umkm Dalam Memahami SAK EMKM SMEs Perceptions In Understanding The Accounting Standard For SMEs. Jurnal Akunida, 4, 1-14.

Mulyaga, F. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Pada UMKM.Skripsi.

Murniati. (2002). Investigasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Perusahaan Kecil dan Menengah.Semarang: SNA Nurdwijayanti, N., & Sulastiningsih. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi5.

Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada UMKM (Studi Kasus Pada UMKM Di Suryodiningratan Mantrijeron Yogyakarta).JRAMB, 4, 35-50.

Nurhidayanti, F. (2019). Pengaruh Pemahaman Teknologi Informasi, Latar Belakang Pendidikan Pemilik, Umur Usaha, Dan Persepsi Kemudahan Umkm Terhadap Implementasi SAK – EMKM Pada UMKM Di Kecamatan Kramat Kab Tegal.Skripsi.

Pardita, I. A., Julianto, I., & Kurniawan, I. S. (2019). Pengaruh Tingkat Penerapan Sistem Pencatatan Akuntansi, Tingkat Pemahaman Akuntansi Dan Tingkat Kesiapan Pelaku

(16)

UMKM Terhadap Penerapan SAK EMKM Pada Umkm Di Kabupaten Gianyar.

Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, 9, 202-212.

pratiwi, N. B., & Hanafi, R. (2016). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada UMKM.

Universitas Semarang.

Pulungan, L. A. (2019). Analisis Pemahaman Dan Kesiapan Pengelola UMKM Dalam Implementasi Laporan Keuangan Berbasis SAK EMKM (Studi Empiris Pada UMKM Di Kota Medan).Skripsi, 1-132.

Putra A, R., Azlina, N., & Julita. (2018). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pemahaman Akuntansi, Motivasi, Dan Umur Usaha Terhadap PenerapanStandar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) Pada Kota Baru (Studi Empiris pada UMKM di Kota Pekanbaru).Universitas Riau.

Rafiqa, F. (2018). Analisis Tingkat Pemahaman Dan Tingkat Kesiapan UMKM Dalam Implementasi SAK EMKM Dalam Pelaporan Keuangan Di Kota Padang.Skripsi.

Rahma, A. M., & Kaukab, M. E. (2019). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pemahaman Akuntansi, dan Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan Terhadap Pelaporan Keuangan UMKM Berdasarkan SAK ETAP (Studi Kasus pada UMKM di Kabupaten Wonosobo).Universitas Sains Al-Quran, 1.

Rahman, L. F., & Ayudhia, S. (2018). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM Di Kota Padang. Jurnal Profiet, 4, 218-232.

Rahmawati, T., & Puspitasari, O. R. (2017). Implementasi SAK ETAP dan Kualitas Laporan Keuangan UMKM Terkait Akses Modal Perbankan. Jurnal Kajian Akuntansi, 1, 49- Romy, E. (2018). Pengaruh Tingkat Pendiidikan, Pemahaman Akuntansi, MotivasidanUmur62.

Usaha Terhadap Penerapan SAK EMKM. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, 1.

Rudiantoro, R., & Siregar, S. (2012). Kualitas Laporan Keuangan UMKM serta prospek Implementasi Sak Etap.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 9.

Sari, R. I. (2020). Pengaruh Sosialisasi, Tingkat Pendidikan, Pemahaman Akuntansi Dan Motivasi, Terhadap Penerapan SAK EMKM (Studi Kasus Pada UMKM Batik Di Dusun Giriloyo, Kabupaten Bantul).Skripsi.

Satiya, I., Sabrina, N., & Mulyani, E. (2020). Pengaruh Pengetahuan Akuntansi Dan Skala Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SAK EMKM (Studi Empiris Pada Entitas Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kecamatan Nanggalo Kota Padang.Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 2, 3485-3499.

Sholeh, M. A., Maslichah, & Sudaryanti, D. (2020). Pengaruh Kualitas SDM, Ukuran Usaha, dan Lama Usaha Terhadap Pemahaman UMKM dalam menyusun Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM.E-JRA Universitas Islam Malang, 9.

Shonhadji, N., Aghe A, L., & Djuwito. (2017). enerapan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah Berdasarkan SAK EMKM Di Surabaya. Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat, 130-136.

Silvia, B., & Azmi, F. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Laporan Keuangan Berbasis SAK EMKM. Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi, 17, 57-73.

Sonny, W. (2010). Akuntansi UMKM Ternyata Mudah Dipahami dan Dipraktikan. Asgard Chapter.

Suastini, K. E., Dewi, P. D., & Yasa , I. P. (2018). Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Ukuran Usaha Terhadap Pemahaman UMKM Dalam Menyusun Laporan

(17)

Keuangan Berdasarkan SAK EMKM (Studi Kasus Pada UMKM Di Kecamatan Buleleng).Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 2614 – 1930 .

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20. (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20. (2008). tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Wahyu, S., & Maswar, P. R. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Berbasis SAK ETAP pada UMKM.Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 6.

Warsadi, K. A., Herawati, N. T., & Julianto, I. (2017). Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah Pada PT. Mama Jaya. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 8.

Wijaya. (2018).Akuntansi UMKM.Jakarta: Gava Media.

Wulandari, V. A. (2016). Pengaruh Jenjang Pendidikan, Lama Usaha,Skala Usaha, dan Pengetahuan Akuntansi pada UMKM Meubel di Kabupaten Sragen. Institut Agama Islam Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

4 Kendala yang dialami oleh UMKM Al-Anwar Minimarket dalam penyusunan laporan keuangannya, yaitu : kurangnya sumberdaya manusia dan pengetahuan mengenai SAK EMKM , sehingga belum

Imamah et al., Implementasi Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Dan menengah (SAK EMKM) (Studi Kasus ...11 Dalam penyusunan laporan

EMKM di indonesia belum semuanya menerapkan akuntansi di pencatatan keuangannya, masih banyak dari Entitias mereka yang menghadapi kendala didalam penyusunan laporan SAK umum

Meskipun SAK EMKM dapat mempermudah pelaporan keuangan, namun mayoritas pelaku UMKM masih belum melakukan pencatatan akuntansi sesuai standar yang ditetapkan Suhartono, 2021:151:

PERMASALAHAN Permasalahan UMKM yang ada di desa Rancagoong yaitu kurang sadar nya pelaku UMKM terhadap Kualitas Produk, terutama mengenai Kebersihan dan Kesehatan Produk, baik dalam

Dalam proses penyusunan laporan keuangan UMKM, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah SAK EMKM yang dapat membantu usaha

Page | 58 Dampak Implementasi Teknologi Informasi terhadap Efisiensi Biaya Pemasaran pada UMKM di Jawa Barat: Perspektif Akuntansi Manajemen Eva Desembrianita1 Universitas

Hasil penelitian menunjukan bahwa Sistem Informasi Keuangan dan Akuntansi dapat mengakomodir Laporan Keuangan sesuai SAK ETAP dan diterima oleh manajemen pusat, Penerapan Lokal Area