• Tidak ada hasil yang ditemukan

3-6 waktu paruh energi

N/A
N/A
Khairul Azmi

Academic year: 2025

Membagikan "3-6 waktu paruh energi"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Waktu paruh energi adalah ukuran waktu yang diperlukan bagi energi dari suatu interval untuk mencapai nilai paruh dari harga total awalnya. Ia diekspresikan sebagai suatu prosentase dari lebar waktu interval.

Bila amplitudonya relatif konstan dalam interval jendela analisis, separuh dari energi total akan tercapai disekitar pusat jendela analisis (waktu paruh energi 40% - 60%). Bila nilai amplitudonya lebih kuat dibagian atas jendela, maka akan diperoleh waktu yang lebih kecil untuk mencapai separuh dari energi total (waktu paroh energi = 10% - 40%).

3.6. Waktu Paruh Energi

(2)

 Sebaliknya bila amplitudonya lebih kuat dibagian dasar bawah jendela analisis, waktu paruh energinya akan lebih besar (60% - 90%). Gambar 3.22 menunjukkan prinsip perhitungan atribut ini

 Karena waktu paruh energi merupakan estimasi dari sampel terdekat, jumlah nilai yang mungkin dibatasi oleh jumlah sampel dalam jendela analisis tersebut semakin sedikit sampelnya, semakin besar peningkatan dari waktu paruh energi. Pada contoh di Gambar 3.22, dengan 8 sampel, dibutuhkan 75 persen nilai untuk mencapai waktu paruh energi. Oleh karenanya horison waktu paruh energi ini akan mempunyai tampilan seperti

“tangga”.

(3)

Energi total = 52+02+(-18)2+…

= 4787

Paruh Energi = 4787/2 = 2393.5 (antara sampel 5 dan 6)

Waktu Paruh Energi = 6/8 = 75 %

Gambar 3.22. Ilustrasi penghitungan waktu paruh energi

(4)

 Atribut ini memberikan ukuran kuantitatif dari distribusi enegi dalam satu jendela interval. Perubahan lateral dalam waktu paruh energi bisa merupakan indikator dari variasi stratigrafi atau anomali amplitudo yang berhubungan dengan kandungan fluida, ketidak selarasan atau perubahan litologi.

 Sebagai contoh, sekuen transgresif dan regresif sering dikarakterisasikan oleh perubahan distribusi dari reflektor kaya pasir serpih yang kurang energik. Saat sekuen berubah dari serpih ke batu pasir, waktu paruh energinya akan melebihi 50%. Saat terjadi peralihan dari batupasir ke serpih, waktu paruh energinya akan kurang dari 50%. Oleh karenanya pemetaan lateral dari waktu paruh energi bisa membantu interpretasi stratigrafi secara lebih baik.

(5)

 Waktu paruh energi juga akan berguna untuk mendeteksi anomali amplitudo seperti anomali terang atau buram yang berasosiasi dengan kandungan gas. Bila anomali- anomali tersebut mempengaruh distribusi energi dalam interval jendela analisis, maka akan terdeteksi perubahan nilai waktu-paruh energi. Meskipun begitu, supaya pergeseran dari pusat distribusi energi ini bisa terdeteksi, jendela analisis harus mencakup cukup data yang dapat berfungsi sebagai referensi dari anomali amplitudo tersebut.

(6)

 Waktu paruh energi merupakan nilai teranomalisasi dari pusat distribusi energi dalam interval jendela analisis. Bila jendelanya terlalu lebar, hasilnya hanya akan merefleksikan peluruhan waktu keseluruhan dari energi reflektor. Dengan kata lain, hasil analisis akan menunjukkan mengindikasikan bahwa sebagian besar dari energi reflektor tersebut adalah dangkal, tidak dalam.

(7)

Biasanya digunakan jendela yang relatif kecil dan mencakup suatu zona yang relatif sempit dimana dapat diharapkan terlihat perubahan lateral dalam pengembangan energi. Jendela seperti ini biasanya akan mencakup beberapa reflektor saja dan berkisar panjangnya dari 50 ms s/d 200 ms.

Bila waktu paruh enegi digunakan untuk menganalisa anomali terang atau buram, maka jendela analisis sebaiknya mencakup anomali tersebut dan zona diatas dan bawahnya.

(8)

 Pada kasus terdapat anomali terang didalam jendela analisis, maka dapat diharapkan ada energi yang terkembang. Waktu paruh energi tersebut kemudian dibandingkan di lokasi lainnya di reflektor tersebut. Bila analisis difokuskan pada suatu reflektor tunggal atau anomalinya terpusat pada bagian pusat jendela analisis, hasil komputasinya kemungkinan tidak akan mendeteksi adanya perubahan alami distribusi energi tersebut.

(9)

 Untuk mendeteksi bukti dari transgresi atau regresi, lebih baik jendela analisis dikonsentrasikan pada suatu sekuen tunggal.

Maka akan terlihat pembentukan energi secara cepat bila terdapat fasies batupasir yang menumpangi fasies serpih dan sebaliknya pembentukan energi yang perlahan saat terdapat fasies batuserpih yang menumpangi fasies batupasir. Saat pola distribusi cenderung bergerak ke arah sekuen batupasir atau batu serpih yang homogen, maka nilai waktu paruh energi akan bergerak ke nilai 50%. Bila jendela analisisnya terlalu lebar dan mencakup banyak pola transgresi dan regresi, nilai waktu- paruh energi akan juga sekitar 50% dan tidak terlalu berguna untuk analisis.

(10)

Pada Gambar 3.23 ditunjukkan contoh nilai waktu-paruh energi yang diekstrak dari jendela 30 ms dibawah reflektor Top Chalk dan mencakup juga zona gas dibawahnya.

Pada Gambar 3.23 tersebut tunjukkan daerah gas dan non gas.

Latihan

(11)

Gambar 3.23. Contoh peta paruh energi (Landmark, 1999)

(12)

 Atribut ini menghitung harga lereng dari kurun energi pada waktu dimana energi yang dikomunikasikan sama dengan separuh dari akumulasi energi total.

Lereng Waktu Paruh Energi

= E (n half) – E(n half-1) (3.11)

Dimana E (energi) = amplitudo kwadrat dari tras

n half = sampel dimana energi yang terakumulasi sama dengan

separuh energi di “gate”

3.7. Lereng Waktu Paruh Energi

(13)

 Gambar 3.24 menunjukkan contoh perhitungan atribut ini.

 Kegunaan atribut ini hampir identik dengan atribut waktu paruh energi, meskipun begitu atribut ini merupakan indikator yang lebih sensitif. Nilai atribut ini akan mendekati nol bila energi horisonnya seragam, positif bila energinya meningkat kearah bawah dan negatif bila energinya menurun kearah bawah.

(14)

Lereng waktu paruh energi = 372 - 302 = 49

Gambar 3.24. Ilustrasi penghitungan lereng waktu paruh energi

(15)

Gambar 3.25 berikut menunjukkan contoh peta atribut ini yang diekstrak dari jendela 60 ms dibawah reflektor Top Chalk dan mencakup zona gas dibawahnya Nilai lereng yang tinggi ditunjukkan dengan warna gelap, dan yang rendah dengan warna terang.

Sebaiknya atribut ini dipergunakan bersama-sama dengan atribut waktu paruh energi. Atribut ini cenderung identik dengan derivatif dari waktu paruh energi dan oleh karenanya akan menonjolkan batas antara plot-plot waktu paruh energi, karena waktu paruh energi itu sendiri menonjolkan perbedaan distribusi batupasir/serpih, maka lerengnya akan menonjolkan perubahan distribusi pasir/serpih secara cepat.

(16)

 Tempat-tempat seperti itu mungkin mengindikasikan pensesaran atau pembajian. Perubahan fasies kearah lateral biasanya terlalu berangsur untuk bisa dibedakan dengan menggunakan atribut ini. Seperti atribut lainnya yang berhubungan dengan derivatif, atribut cenderung “berisik (noisy)” dan penerapannya sebaiknya hanya dilakukan pada data yang berkwalitas baik.

(17)

Gambar 3.25. Contoh peta lereng waktu-parung energi (Landmark, 1999)

(18)

 Untuk menghitung atribut ini pada setiap tras, jumlah sampel positif dalam jendela analisis dibagi dengan banyaknya sampel negatif (Gambar 3.26).

 Pada suatu interval jendela analisis tertentu, variasi rasio sampel positif dan negatif bisa berasosiasi dengan perubahan stratigrafi.

Biasanya banyaknya sampel positif dan negatif pada interval jendela analisis kira-kira akan sama.

3.8. Rasio Sampel Positif dan Negatif

(19)

5 . 2 2 /

5

Banyaknya sampel negatif positif sampel

Banyaknya Rasio

Gambar 3.26. Ilustrasi penghitungan rasio sampel positif dan negatif

(20)

Untuk suatu jendela analisis yang terlokalisasi, penipisan dan penebalan sekuen bisa terdeteksi dengan menggunakan atribut ini. Sebagai contoh, saat satu puncak tunggal mulai memisah menjadi dua puncak, maka akan terjadi dominasi sampel positif pada daerah ini. Begitu suatu palung mulai muncul diantara puncak- puncak tersebut, maka akan ada pola kembali pada distribusi polaritas simentris.

(21)

 Gambar 3.27 menunjukkan contoh peta atribut ini yang diekstrak dari jendela 30 ms dibawah reflektor Top Chalk dan mencakup zona gas. Rasio yang tinggi dari nilai positif terhadap negatif ditunjukkan sebagai warna terang.

 Perkirakan batas penyebaran daerah gas.

Latihan

(22)

Gambar 3.27. Contoh peta rasio sampel positif dan negatif (Landmark, 1999).

(23)

 Atribut ini menghitung banyaknya puncak positif dalam suatu sampel horison. Hasilnya akan selalu berupa integer, karena puncak disini diasumsikan sebagai semua maksimum relatif, maka tidak perlu selalu ada krosing-nol diantara puncak-puncak tersebut (Gambar 3.28).

3.9. Banyaknya Puncak

(24)

Atribut ini secara efektif menyediakan alat ukur untuk menghitung frekuensi atau spasi reflektor Ia berguna untuk menonjolkan darah-daerah yang berspasi rapat yang mula-mula tersembunyi. Meskipun termasuk atribut yang paling sederhana dibandingkan atribut frekuensi lainnya, tapi atribut ini ternyata sangat sensitif terhadap lapisan tipis, yang sering tidak terdeteksi oleh atribut frekunsi krosing-nol atau frekuensi sesaat rata-rata

Bila dihitung untuk interval antara dua horison, semua penipisan atau penebalan antara horison-horison tersebut akan mempengaruhi penghitungan banyaknya puncak dan palung.

(25)

 Untuk jendela analisis yang lebih lebar (tiga atau lebih dari panjang gelombang dominan) atribut ini akan kelihatan sama seperti atribut frekuensi krosing-nol rata-rata.

 Pada contoh Gambar 3.29 banyaknya puncak diekstrak dari jendela 60 ms dibawah reflektor Top Chalk. Warna gelap mengindikasikan lapisan tipis, sedang warna lebih terang mengindikasikan lapisan yang lebih tebal. Gambar tersebut juga mendemonstrasikan sifat atribut ini yaitu menonjolkan zona yang bernilai konstan yang terpisah satu sama lainnya oleh batas yang tajam.

(26)

Dibandingkan dengan atribut frekuensi krosing-nol rata-rata, atribut ini cenderung mempunyai karakter yang kurang. Tapi kalau dibandingkan atribut frekuensi sesaat rata-rata, atribut ini mempunyai karakter yang lebih banyak dan mungkin lebih baik untuk pendeliniasian batas-batas.

(27)

Banyaknya Puncak = 2

Puncak Puncak

Gambar 3.28. Ilustrasi penghitungan banyaknya puncak

(28)

Gambar 3.29. Contoh peta banyaknya puncak (Landmark, 1999)

(29)

 Atribut ini menghitung banyaknya palung negatif dalam sampel diantara horison-horison sehingga hasilnya akan selalu berupa integer. Karena suatu palung diasumsikan sebagai semua negatif minimum, maka krosing-nol tidak harus selalu hadir diantara dua palung yang berurutan (Gambar 3.30).

 Atribut ini identik dalam semua aspek dengan atribut banyaknya puncak kecuali bahwa ia akan menghitung palung-palung sebagai pengganti puncak. Gambar 3.31 menunjukkan contoh peta banyaknya palung yang diekstrak dari jendela 60 ms dibawah dasar reflektor chalk. Daerah berwarna gelap mengindikasikan lapisan tipis sedang yang berwarna terang mengindikasikan lapisan yang lebih tebal.

3.10. Banyaknya Palung

(30)

Banyaknya Palung =1 Palung

Gambar 3.30. Ilustrasi penghitungan banyaknya palung

(31)

Gambar 3.31. Contoh peta banyaknya palung (Landmark, 1999)

Referensi

Dokumen terkait