3. BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan yaitu studi kasus dengan objek berupa Stethoscope di PT. Sugih Instrumendo Abadi. Penelitian akan dilakukan pada kegiatan pengemasan kembali Stethoscope yang terdiri dari bagian Cetak Foam, Laser Chestpiece, Quality Control (QC), dan lini perakitan Stethoscope. Pengambilan data yang dilakukan yaitu secara cross section.
3.1 Tahapan Pengembangan Kerangka Kerja
Pengembangan kerangka kerja yang diterapkan untuk melakukan penelitian terkait produk Stethoscope yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Alur perhitungan waktu baku dijelaskan pada Gambar 3.2 dan alur penjadwalan Production Batch dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3.2 Uraian Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan kerangka kerja yang telah divisualisasikan, berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing kegiatan:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan berkaitan dengan identifikasi kondisi perusahaan. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan beberapa pertemuan dan wawancara dengan bagian PPIC, dikarenakan cukup banyak bagian yang harus diamati sehingga nanti akan menemukan permasalahan yang menjadi fokus bahasan.
2. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan studi pendahuluan didapatkan informasi mengenai permasalahan yang terdapat di lantai produksi. Salah satunya yaitu berkaitan dengan waktu tunggu yang diakibatkan oleh ukuran batch transfer. Ukuran batch transfer yang diterapkan perusahaan yaitu berdasarkan ukuran yang tertera pada Job ticket. Sehingga diperlukan penentuan kembali ukuran batch transfer serta pengurutan order. Penetapan rumusan masalah ini didasarkan beberapa aspek seperti lini produksi Stethoscope merupakan lini produksi baru, permintaan yang tergolong tinggi, belum dilakukannya studi waktu terkait produksi Stethoscope, dan lain sebagainya.
Gambar 3.1 Kerangka berfikir Mulai
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer :
Observasi dan Wawancara
Data Sekunder:
Data yang berasal dari perusahaan
Pendefinisian Elemen Kerja
Perhitungan Waktu Baku
Pembuatan Peta Proses Operasi
Perbandingan Performansi Penjadwalan
Analisis
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Penjadwalan Production Batch Usulan
Kerangka Pemikiran
Penjadwalan Production Batch Saat ini
3. Penetapan Tujuan
Tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengurangi waktu tunggu.
Penyelesaian dilakukan dengan menjadwalkan proses produksi pada perusahaan dengan production batch terkhusus dengan menentukan besarnya ukuran batch transfer optimal.
4. Studi Literatur
Studi literatur sangatlah penting dalam penyusunan laporan dikarenakan ini merupakan dasar-dasar yang akan digunakan pada penyusunan laporan. Studi literatur yang digunakan berasal dari buku, buku elektronik serta jurnal elektronik. Pada penelitian ini, referensi yang digunakan adalah referensi atau teori yang membahas mengenai penjadwalan yang terdiri dari pengertian dan tujuan dan istilah-istilah pada penjadwalan. Lalu mengenai pengukuran waktu dimana terdiri dari pengukuran langsung dan tidak langsung serta mengenai peta proses operasi. Lalu menjelaskan mengenai penjadwalan, penjadwalan batch dan batch transfer.
5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ditetapkan berdasarkan perumusan masalah yang dilakukan. Rumusan masalah berkaitan dengan waktu tunggu yang akan diselesaikan dengan melakukan penjadwalan ulang serta menentukan ukuran batch transfer optimal. Kerangka pemikiran pada penelitian ini, yaitu:
1) Melakukan pendefinisian elemen kerja tiap stasiun kerja dengan mengamati langsung ke lantai produksi. Dilakukan juga pengukuran waktu untuk setiap elemen kerja yang dilakukan untuk pengemasan kembali Stethoscope. Data yang digunakan yaitu alur proses pengemasan kembali Stethoscope.
2) Hasil pengambilan data waktu secara langsung, digunakan untuk menghitung waktu baku (Wb) setiap elemen kerja.
3) Wb akan digunakan untuk membuat peta proses operasi. Tujuan pembuatan peta ini yaitu untuk mengetahui total waktu pembuatan setiap jenis Stethoscope.
4) Penjadwalan dilakukan untuk kondisi saat ini dan kondisi usulan.
Penjadwalan kondisi saat ini yaitu dengan melakukan penjadwalan sesuai urutan order yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan ukuran batch proses sama dengan batch transfer. Sedangkan pada penjadwalan usulan, dilakukan pengurutan order kembali dari penjadwalan yang telah ditentukan
perusahaan. Penentuan urutan order menggunakan aturan prioritas EDD dan dilanjutkan dengan SPT. Selanjutnya menentukan ukuran optimal dari batch transfer dengan kriteria minimasi total Cost. Total cost terdiri dari ongkos material handing dan ongkos work in process inventory. Persamaan II.14 menunjukan persamaan untuk menghitung ongkos material handing, sedangkan untuk ongkos work in process inventory ditunjukan pada persamaan II.19. Penentuan kedua ongkos tersebut memerlukan data Upah Minimum Kota (UMK) Cimahi, jumlah hari kerja, jam kerja dan jumlah operator. Selain itu penentuan ongkos material handing memerlukan data jarak dan waktu perpindahan antar stasiun kerja. Penentuan ongkos work in process inventory memerlukan data kuantitas produk yang dihasilkan perhari, pertambahan nilai dari setiap stasiun kerja serta waktu baku.
Berdasarkan kedua penjadwalan yang dilakukan, akan dihitung waktu tunggu dan makespan. Proses penjadwalan production batch memerlukan data jadwal produksi perusahaan yang disertai due date dan kuantitas dari setiap order serta Waktu Baku.
5) Perbandingan performansi penjadwalan dilakukan untuk mengevaluasi usulan yang diberikan tentang penjadwalan production batch. Perbandingan yang dilakukan yaitu terkait waktu tunggu dan makespan.
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data-data yang dikumpulkan ini didasarkan atas kerangka pemikiran yang telah dibuat. Data-data ini digunakan sebagai acuan untuk dapat melakukan proses perbaikan yang diusulkan.
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang digunakan untuk objek penelitian. Data ini didapat langsung dari perusahaan tanpa adanya perantara. Penelitian ini sebagian besar memperoleh data dari bagian PPIC PT. SIA serta bagian lantai produksi. Observasi yang dilakukan berfokus pada lini produksi Stethoscope. Data-data primer untuk menunjang penelitian didasarkan pada kerangka pemikiran yaitu proses pengemasan kembali, waktu proses, waktu setup, jadwal produksi, jumlah hari kerja, jam kerja, jumlah operator, jarak dan waktu perpindahan, serta Upah Minimum Kota (UMK) Cimahi. Uraian data beserta kegunaanya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Uraian data primer Nama Data Informasi Sumber
Data
Cara Pengambilan
Data
Kegunaan
Proses Pengemasan kembali Stethoscope
Menginformasikan bagaimana aliran produksi Stethoscope dari hulu sampai hilir.
Kepala
bagian PPIC Wawancara
Mengetahui kondisi aktual lantai produksi dan untuk membuat peta proses operasi.
Jadwal Produksi Stethoscope Bulan Juni 2020
Menginformasikan order customer, jenis Stethoscope, kuantitas order dan tanggal penyelesaian produksi
Staf PPIC
Arsip dokumen
PPIC
Menghitung delay penyelesaian
produksi dan digunakan untuk penjadwalan usulan.
Waktu proses
Menginformasikan waktu proses pada setiap stasiun kerja.
Lantai Produksi
Metode Jam Henti
Menghitung Wb, total waktu penyelesaian produk, penentuan OMH serta O WIP, penentuan ukuran batch transfer dan penjadwalan.
Jarak dan waktu
perpindahan
Menginformasikan Jarak dan waktu perpindahan setiap stasiun kerja.
Lantai Produksi
Pengukuran jarak dengan Aplikasi Mobile Phone
dan Pengukuran waktu dengan
jam henti
Penentuan OMH
Jumlah hari kerja, jam kerja dan jumlah operator.
Menginformasikan jumlah hari kerja, jam kerja aktual dan jumlah pekerja disetiap stasiun kerja.
Lantai
Produksi Observasi
Menentukan Ongkos Material Handling (OMH) dan Ongkos WIP Inventory.
Upah Minimum Kota (UMK) Cimahi
Menginformasikan pendapatan perbulan untuk setiap pekerja.
Surat Keputusan
Gubernur Jawa Barat
Nomor 561/Kep.722
- Yanbangsos/
2020
online
Menentukan Ongkos Material Handling (OMH) dan Ongkos WIP Inventory.
Pengumpulan data-data primer dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak PPIC serta terhadap para pekerja.
Wawancara pada bagian PPIC dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu terkait perusahaan serta produk yang dipasarkannya. Selain itu diperoleh juga informasi terkait aliran produksi pada produk Stethoscope serta permasalahan yang terjadi pada produk tersebut. Wawancara yang dilakukan kepada pekerja yaitu untuk lebih mengetahui bagaimanan keadaan di lantai produksi.
2) Observasi
Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan di perusahaan.
b) Data Sekunder
Data sekunder ini terdiri dari data-data pendukung data primer. Data sekunder yang dibutuhkan dari PT. SIA yaitu terkait gambaran umum perusahaan.
7. Pengolahan Data
Berdasarkan data yang telah terkumpul, maka akan dilakukan tahap pengolahan data berdasarkan kerangka pemecahan masalah yang ditetapkan. Pada tahap pengolahan data perdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu perhitungan waktu baku, pembuatan peta proses operasi, serta penjadwalan dengan production batch.
Tahap Perhitungan Waktu Baku
Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) dimana terdapat penjelasan pada Sub-bab 2.2.2. Data waktu jam henti yang sudah didapat akan dilakukan uji keseragaman dengan Persamaan II.1 - II.4 dan uji kecukupan data dengan Persamaan II.5. Ketika data tidak cukup maka lakukan penambahan data, sedangkan ketika terdapat data yang tidak seragam maka hapus data dan lakukan uji kecukupan dan keseragaman kembali. Setelah itu hitung waktu siklus pada Persamaan II.6 dengan menjumlahkan semua data waktu operasi dan dibagi dengan jumlah waktu operasi. Perhitungan waktu normal pada Persamaan II.7 didapat dari waktu siklus yang dikalikan dengan faktor penyesuaian, dimana faktor penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 2.1. Setelah menghitung waktu normal, dilanjutkan dengan menghitung waktu baku dengan menggunakan Persamaan II.8.
Perhitungan waktu baku memerlukan faktor kelonggaran yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Alur untuk menghitung waktu baku ditunjukan pada Gambar 3.2.
Tahap Pembuatan Peta Proses Operasi
Peta proses operasi terdiri dari beberapa informasi yaitu komponen yang dibuat, ukuran komponen awal, bahan dari komponen, operasi yang dilakukan, mesin yang digunakan, proses yang dilakukan, persen scrap, dan waktu baku dari tiap proses. Pembuatan peta ini untuk menggambarkan
urutan kerja suatu bahan beserta karakteristik yang dialami bahan tersebut hingga menjadi produk akhir. Lambang yang digunakan pada peta proses operasi dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan untuk contoh visualisasi peta proses operasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 3.2 Tahapan perhitungan waktu baku
Tahap Penjadwalan Production Batch
Penelitian ini akan membahas terkait sistem yang memproduksi dua jenis Stethoscope. Order yang berasal dari luar negeri cenderung sering disisipkan pada penjadwalan yang telah disusun. Setiap order akan dibagi menjadi beberapa batch sebelum dilakukan kegiatan produksi sesuai dengan ketentuan perusahaan. Penjadwalan yang dilakukan yaitu penjadwalan untuk kondisi saat ini dan kondisi usulan. Penjadwalan kondisi saat ini merujuk
Mulai
Pengukuran Waktu Proses
Uji Keseragaman Data
Seragam?
Hapus data tidak seragam
Uji Kecukupan Data
Cukup?
Perhitungan Waktu Siklus (WS) Ya
Tidak
Ya Tidak
Perhitungan Waktu Baku (WB) Perhitungan Waktu Normal (WN)
Selesai
pada penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan dimana ukuran batch proses sama dentan ukuran batch transfernya. Tetapi untuk perhitungan waktu tunggu dan makespan menggunakan formulasi yang sama dengan penjadwalan usulan. Sedangkan pada penjadwalan usulan menggunakan metode penjadwalan maju (forward scheduling) dengan mengurangi waktu tunggu (waiting time). Penjadwalan maju digunakan karena menunjukan jadwal yang lebih baik terlebih adanya order yang dinamis. Pengurangan keterlambatan penyelesaian produksi dari rencana dilakukan dengan mengurangi waktu tunggu antar stasiun kerja. Sebelum melakukan penjadwalan production batch, dilakukan penentuan ukuran batch transfer optimal dari setiap order.
o Penentuan Ukuran Batch Transfer
Pengemasan kembali Stethoscope terdiri dari bagian pabrikasi dan perakitan. Stasiun kerja pabrikasi terdiri dari stasiun kerja 1 sampai 7 serta, sedangkan pada bagian perakitan terdiri dari stasiun kerja 8. Formulasi stasiun kerja 9 sama dengan stasiun kerja pabrikasi. Merujuk kepada Persamaan II.14 – II.34, maka penentuan ukuran batch transfer dengan kriteria minimasi Total Cost, menggunakan parameter dan variabel keputusan sebagai berikut:
a. Parameter
Q = Ukuran batch produksi
J = Jumlah batch, jϵJ; J=1,2, 3, …., Q I = Jumlah stasiun kerja/mesin, iϵI K = Jumlah order
k = Urutan pengerjaan order, k= 1,2,3, … K i = Nomor stasiun kerja/mesin, i= 1,2,3, … I
𝑡𝑖 = Waktu proses dari stasiun kerja/mesin i (menit/unit) 𝑠𝑖 = Waktu setup dari stasiun kerja/mesin i (menit/batch) 𝐶𝑂𝑀𝐻,𝑖 = Ongkos material handling pada stasiun kerja/mesin i persatuan waktu (Rupiah)
𝐶𝑊𝐼𝑃,𝑖 = Ongkos WIP Inventory pada stasiun kerja/mesin i persatuan waktu (Rupiah)
b. Variabel Keputusan
𝐵𝑖,𝑗,𝑘 = Saat mulai pengerjaan batch urutan ke-j pada stasiun kerja/mesin i untuk order k
𝐹𝑖,𝑗,𝑘 = Saat selesai pengerjaan batch urutan ke-j pada stasiun kerja/mesin i untuk order k
𝑄𝑖,𝑗,𝑘 = Ukuran batch transfer untuk batch j stasiun kerja/mesin i (unit) untuk order k
𝑊𝑖,𝑗,𝑘 = Waktu tunggu untuk setiap job dalam batch j stasiun kerja/mesin i (menit/unit) untuk order k
𝑊𝑖 = Waktu tunggu dari stasiun kerja/mesin i (menit/batch) 𝑇𝐶𝑖 = Total biaya stasiun kerja/mesin i (Rupiah)
c. Formulasi 𝑇𝐶𝑖 = [( 𝑄
𝑄𝑖,𝑗,𝑘) × 𝐶𝑂𝑀𝐻,𝑖] + [ 𝑊𝑖∙ 𝐶𝑊𝐼𝑃,𝑖]………...………(III.1)
Pembatas:
Pabrikasi
𝐵1,1,1 = 𝑠1 ... (III.2) 𝐹1,1,1= 𝐵1,1,1+ (𝑡1∙ 𝑄1,1,1) ... (III.3) 𝐵1,𝑗+1,1 = 𝐹1,𝑗,1 j=1, …, Q ... (III.4) 𝐹1,𝑗+1,1= 𝐵1,𝑗+1,1+ (𝑡1∙ 𝑄1,1,1) ; j=1, …, Q ... (III.5) 𝐵1,1,𝑘+1 = 𝐹1,𝑗,𝑘+ 𝑠1 ; j= max (1, …, Q); k=1, …, K ... (III.6) 𝐹1,1,𝑘+1= 𝐵1,1,𝑘+1+ (𝑡1∙ 𝑄1,1,𝑘+1) ; j=1, …, Q ... (III.7) 𝐵1,𝑗+1,𝑘+1 = 𝐹1,𝑗,𝑘+1+ 𝑠1 ; j=1, …, Q; k=1, …, K... (III.8) 𝐹1,𝑗+1,𝑘+1= 𝐵1,𝑗+1,𝑘+1+ (𝑡1∙ 𝑄1,𝑗+1,𝑘+1) ; j=1, …, Q; k=1, …, K (III.9) 𝐵𝑖+1,1,1= 𝐹𝑖,1,1+ 𝑠𝑖+1 ; i=1, …, I ... (III.10) 𝐹𝑖+1,1,1= 𝐵𝑖+1,1,1+ (𝑡𝑖+1∙ 𝑄𝑖+1,1,1) ; i=1, …, I ... (III.11) 𝐵𝑖+1,𝑗+1,1= max (𝐹𝑖+1,𝑗,1; 𝐹𝑖,𝑗+1,1) + 𝑠𝑖+1 ; i=1, …, I; j=1, …, Q
... (III.12) 𝐹𝑖+1,𝑗+1,1= 𝐵𝑖+1,𝑗+1,1+ (𝑡𝑖+1∙ 𝑄𝑖+1,1,1) ; i=1, …, I; j=1, …, Q . (III.13) 𝐵𝑖+1,1,𝑘+1 = max (𝐹𝑖+1,𝑗,𝑘; 𝐹𝑖,1,𝑘+1) + 𝑠𝑖+1 ; j=max (1, …, Q); k=1, …, K ... (III.14) 𝐹𝑖+1,1,𝑘+1 = 𝐵𝑖+1,1,𝑘+1+ (𝑡𝑖+1∙ 𝑄1+1,1,𝑘+1) ; j=1, …, Q ... (III.15)
𝐵𝑖+1,𝑗+1,𝑘+1= max (𝐹𝑖+1,𝑗,𝑘+1; 𝐹𝑖,𝑗+1,𝑘+1) + 𝑠𝑖+1; i=1, …, I; j=1, …, Q;
k=1, …, K ... (III.16) 𝐹𝑖+1,𝑗+1,𝑘+1= 𝐵𝑖+1,𝑗+1,𝑘+1+ (𝑡𝑖+1∙ 𝑄𝑖+1,𝑗+1,𝑘+1) ; i=1, …, I; j=1, …, Q; k=1, …, K ... (III.17) 𝑊𝑖,𝑗,𝑘 = 𝐹𝑖,𝑗,𝑘− 𝐹𝑖−1,𝑗,𝑘 − 𝑡𝑖 ; i=1, …, I; j=1, …, Q; k=1, …, K (III.18) 𝑊𝑖= ∑𝐽𝑗=1[(𝑄𝑖,𝑗,𝑘)(𝑊𝑖,𝑗,𝑘)], ; i=1, …, I; j=1, …, Q; k=1, …, K . (III.19) 𝑄𝑖,𝑗,𝑘 ≥ , integer ... (III.20)
Perakitan
𝐵𝑖+1,1,𝑘= max( 𝐹𝑖,1,𝑘) + 𝑠𝑖+1 ; i=1, …, I; k=1, …, K ... (III.21) 𝐵𝑖+1,𝑗+1,𝑘 = max( 𝐹𝑖,𝑗+1,𝑘 ; 𝐹1+1,𝑗,𝑘);i=1,..,I; j=1,..,Q; k=1, …, K (III.22) 𝐹𝑖,𝑗,𝑘= 𝐵𝑖,𝑗,𝑘+ (𝑡𝑖∙ 𝑄𝑖,𝑗,𝑘) ; j=1, …, Q; k=1, …, K ... (III.23)
𝑊𝑖,𝑗,𝑘 = (𝐹𝑖,𝑗,𝑘− 𝐹𝑖+1,𝑗,𝑘− 𝑡𝑖) + ∑𝐼𝑖=1(𝐵𝑖,𝑗,𝑘−𝐹𝑖−1,𝑗,𝑘) ; i=1, …, I; =1, …, Q; k=1, …, K ... (III.24) 𝑊𝑖= ∑𝐽𝑗=1[(𝑄𝑖,𝑗,𝑘)(𝑊𝑖,𝑗,𝑘)], ; i=1, …, I; j=1, …, Q; k=1, …, K (III.25) 𝑄𝑖,𝑗,𝑘 ≥ , integer ... (III.26) Setelah diketahui ukuran batch transfer, selanjutnya melakukan penjadwalan production batch. Alur production batch usulan secara keseluruhan dijelaskan pada Gambar 3.3. Langkah-langkah penjadwalan produksi Stethoscope pada penelitian ini didasarkan atas tahapan yang dilakukan oleh Aisyati, Yuniartristanto dan Septiani (2007) dan Mahsanah (2008) yang telah dijelaskan pada Sub Bab 2.6. Perbedaan langkah penjadwalan pada penelitian ini yaitu dilakukan terlebih dahulu pengurutan order berdasarkan aturan prioritas lalu selanjutnya menentukan besarnya ukuran batch transfer optimal.
Lebih jelasnya, langkah-langkah penjadwalan produksi Stethoscope usulan, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1 : Rekap data order. Lanjutkan ke langkah 2
Langkah 2 : Jika order lebih dari satu, maka lanjut ke langkah 3. Jika order sama dengan 1, lanjut ke langkah 6.
Langkah 3 : Lakukan pengurutan order dengan Earliest Due Date (EDD). Jika terdapat order dengan due date yang sama, lanjut ke langkah 4. Sedangkan jika tidak ada due date yang sama, lanjut ke langkah 6.
Gambar 3.3 Alur tahapan penjadwalan
Langkah 4 : Lakukan pengurutan order berdasarkan Short Processing Time (SPT). Jika masih terdapat order dengan waktu proses yang sama, lanjut ke langkah 5. Sedangkan ketika tidak ada order dengan waktu proses yang sama, lanjut ke langkah 6.
Mulai
Data yang diperlukan:
- Jadwal produksi perusahaan Bulan Juni 2020.
- Kuantitas order.
- Due date
Selesai Jadwal produksi
yang baru Apakah order yang datang > 1?
Rekap data order
Urutkan berdasarkan earliest due date (EDD)
Apakah terdapat order dengan due date yang sama >1?
Urutkan order dengan due date yang sama berdasarkan short processing
time (SPT)
Apakah terdapat order dengan waktu proses yang sama >1?
Pilih order dengan urutan teratas dalam daftar order
Tidak
Tidak
Tidak Ya
Ya
Ya
Penentuan ukuran batch proses berdasarkan ketentuan perusahaan
(Q 500)
Pilih kombinasi ukuran batch proses = batch transfer
Apakah Total Cost (TC) lebih kecil?
Ya
Penjadwalan dengan menghitung waktu tunggu dan makespan
Tidak
Rekap urutan order
Pilih kombinasi jumlah dan ukuran batch transfer lainnya (Qi,j,k 1.integer)
Hitung Total Cost (TC)
Hitung Total Cost (TC)
Langkah 5 : Pilih order dengan urutan teratas pada daftar order lalu lanjut ke langkah 6.
Langkah 6 : Rekap urutan order dan lanjut ke langkah 7.
Langkah 7 : Pecah order menjadi beberapa batch proses. Gunakan ketentuan perusahaan (Batch proses ≤ 500), lanjut ke langkah 8.
Langkah 8 : Tentukan besarnya ukuran batch proses = ukuran batch transfer. Setelah itu hitung TC dengan Persamaan III.1, lanjutkan ke langkah 9.
Langkah 9 : Selanjutnya tentukan kombinasi lain untuk jumlah dan ukuran batch transfer dan hitung TC dengan Persamaan III.1 setelah itu lanjutkan ke langkah 10.
Langkah 10 : Bandingkan TC dari perhitungan yang telah dilakukan pada langkah 8 dan langkah 9, jika TC pada langkah 9 lebih besar maka lanjut ke langkah 11, sedangkan jika TC lebih kecil kembali ke langkah 9. Output perhitungan langkah 9 bisa lebih dari satu karena adanya penentukan kombinasi jumlah dan ukuran batch transfer.
Langkah 11 : Lakukan penjadwalan dengan menghitung waktu tunggu dan makespan lalu berhenti.
Tahap Performansi Penjadwalan
Evaluasi performansi penjadwalan dilakukan dengan membandingan penjadwalan usulan dengan penjadwalan yang sudah ada sebelumnya.
Perfomansi penjadwalan dilihat dari pengurangan waktu tunggu pada Persamaan II.12 dan pengurangan makespan pada Persamaan II.13.
8. Analisis
Analisis yang dilakukan meliputi waktu baku dari setiap proses yang dilakukan, pembuatan peta proses operasi, hasil usulan jadwal produksi, dan keterkaitan ayat Al-Qur’an dengan penelitian. Usulan jadwal produksi dilakukan dengan mengurutkan order dengan algoritma EDD (Earliest Due Date) yang digabungkan dengan metode SPT (Short Processing Time) lalu menentukan ukuran batch transfer dari setiap order. Hasil pejadwalan usulan ini dibandingkan dengan jadwal produksi yang diterapkan saat ini oleh pihak perusahaan terutama pada waktu tunggu serta makespan.
9. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang dilakukan meliputi hasil dari pengolahan data secara keseluruhan yang selaras dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Saran yang diberikan berkaitan dengan pengembangan dari penelitian saat ini.