• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Paradigma Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "3. Paradigma Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK

PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK

Isnaini

(2)

PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK

Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.

STANDAR SUATU DISIPLIN ILMU, MENCAKUP:

FOKUS, mempersoalkan “what of the field” atau metode dasar yang digunakan atau cara-cara ilmiah apa yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu persoalan.

LOKUS, mencakup “where of the field” atau medan atau tempat dimana metode tersebut digunakan atau diterapkan.

(3)

Nicholas Henry: ada 5 Paradigma

1. Paradigma Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926) Tokoh: Frank J.Goodnow; Leonard D. White

 “ Politik harus memusatkan perhatian terhadap kebijakan atau ekspresi dari kehendak rakyat, sedang administrasi berkenaan dengan pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan atau kehendak tersebut. Implikasi dari paradigma ini bahwa administrasi harus dilihat sebagai sesuatu yang bebas nilai, dan diarahkan untuk mencapai nilai efisiensi dan ekonomi.

 Perhatian Ilmu Politik adalah pada persoalan “Who should make law and what the law should be

 Perhatian Ilmu Administrasi Publik adalah “ How law should be administered with enlightment with equity, with spread and without friction

 Paradigma ini hanya menekankan pada aspek “lokus” saja yaitu

government bureaucracy”, tetapi aspek “fokus” atau metode apa yg harus dikembangkan dalam administrasi publik kurang dibahas secara jelas dan terperinci.

(4)

DAMPAK TERHADAP PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK

1. POSITIF: Lahirnya dorongan yang sangat kuat untuk

menjadikan Administrasi Publik sebagai ilmu sehingga muncul buku “ Introduction to the Study of Public Administration” karya L.D.White (1926) yang membahas Administrasi Publik untuk

memperoleh legitimasi akademik

2. NEGATIF: Tidak adanya unsur inovatif dari Administrasi Publik melainkan hanya sebagai unsur pelaksana, dan terbatas pada masalah organisasi, kepegawaian dan penyusunan anggaran dalam birokrasi

(5)

2. Paradigma Prinsip-Prinsip Adm.Publik (1927-1937)

WilloughbyThe Principles of (Public) Administration” sebagai tonggak kelahiran paradigma prinsip administrasi “ Certain principles of

administration existed, they could be discovered and that administrators would be expert in their work if they learn how to apply these principles”.

Urwick & Gullick 7 prinsip administrasi: POSDCORB “ They worked in any administrative setting, regardless of culture, function, environment, mission, or institutional framework and without exception it therefore followed that could be applied succesfully any where

(6)

BEBERAPA KRITIKAN

Herbert Simon : Prinsip-prinsip administrasi secara logis tdk konsisten, misalnya: prinsip hirarki kewenangan dengan efektivitas komunikasi

Marx : Prinsip birokrasi yang “apolitical” tidaklah dapat ditemukan dalam realitas, shg konsep “value-free administration” sebenarnya adalah “value-laden politics”

(7)

3. Paradigma Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950 – 1970)

 Keyakinan bahwa politik dan administrasi adalah satu perkembangan adm.publik agak terhambat, mengalami krisis identitas.

 Muncul dua perkembangan baru:

1. Meningkatnya penggunaan studi kasus sebagai instrumen epistemologi, dan

2. Lahirnya studi perbandingan dan administrasi pembangunan sebagai sub bidang kajian Administrasi Publik

(8)

4. Paradigma Administrasi Publik sebagai Ilmu Administrasi

Asumsi : Tidak ada perbedaan fokus antara Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis

Fokus Ilmu Administrasi adalah Teori Organisasi dan Manajemen

Pengaruh Administrasi Bisnis dominan: paradigma yang berorientasi pada efisiensi.

Kata”Publik” yang melekat pada administrasi mempunyai makna yang banci/ambivalen.

Kesamaan fokus dan perbedaan lokus mengharuskan dua bidang tersebut harus dipisah.

Muncul gerakan baru yang disponsori oleh D.Waldo: Neo Public Administration (Konferensi Minnow Brook)

Tokoh lainnya: G.Frederickson “ New Public Administration”.

Fokus utama NPA tdk lagi nilai-nilai tradisional,spt efisiensi, efektivitas,dll, melainkan lebih menekankan pada teori-teori normatif, dan filosofis (berkaitan dengan nilai, etika, keadilan sosial, hubungan antara birokrasi dengan klien, dan sebagainya).

(9)

Paradigma Administrasi Publik sebagai Administrasi Publik (1970 - )

 Administrasi Publik adalah Administrasi Publik, bukan merupakan bagian dan berbeda dari Ilmu Administrasi maupun Ilmu Politik.

 Fokus Administrasi Publik adalah Teori Organisasi, Teori Manajemen, dan Kebijakan Publik.

 Lokus Administrai Publik adalah Masalah-masalah dan kepentingan- kepentingan publik

(10)

NEW PUBLIC ADMINISTRATION (NPA) 1960-1970

1. Merupakan reaksi terhadap ketidakpuasan kinerja dan sikap administrasi publik dan birokrasi di Amerika Serikat: melontarkan kritik, antara lain:

 Administrasi Publik AS mengabaikan isu-isu kontemporer

 Administrasi Publik terlalu fokus pada pendekatan deduktif (teoritis): tidak aplikabel

 Kepercayaan diri yang berlebihan, menilai diri dari sudut pandang sendiri, sehingga tidak peka terhadap perubahan yang terjadi

 Mengabaikan interaksi antara Administrasi Publik dengan lingkungannya:

memandang hubungan birokrasi dengan masyarakat sebagai hubungan searah 2. Dimensi Keadilan Sosial: menekankan pentingnya perbaikan kesejahteraan kelompok

yang paling miskin atau paling lemah

3. Keadilan sosial tidak dapat tercapai tanpa demokratisasi sebagai fondasinya

4. Manajemen dan organisasi adalah instrumen yang bila dikelola dengan demokratis akan meningkatkan/memperbaiki keadilan sosial

(11)

NEW PUBLIC MANAGEMENT (NPM) Vigoda

 Latar Belakang: Paradigma Manajemen terdahulu kurang efektif dalam memecahkan masalah dalam meberikan pelayanan kepada publik.

 NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam

administrasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dr dunia manajemen bisnis dan disiplin lain untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modernTUJUH PRINSIP N P M

1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik 2. Penggunaan indikator kinerja

3. Penekanan yg lebih besar pada kontrol output 4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yg lebih kecil 5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi

6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen.

7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya

(12)

ORIENTASI N P M

1. The Efficiency Drive: mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja.

2. Downsizing and Decentralization: mengutamakan pada penyederhaan struktur, memperkaya fungsi dan mendelegasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara cepat dan tepat.

3. In Search of Excellence: mengutamakan kinerja optimal dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Public Service: menekankan pada kualitas, misi, perhatian yang lebih besar pada aspirasi, kebutuhan dan partisipasi “user” dan warga masy.

(13)

REIVENTING GOVERNMENT (David Osborne & T Gaebler)

PEMERINTAH HARUS BERSIFAT:

1. KATALIS: Sebagai pembuat kebijakan, harus menjadi pengarah daripada pelaksana;

2. Sebagai Milik Masyarakat, harus lebih memberdayakan daripada terus-menerus melayani;

3. Pemerintahan yang Kompetitif: harus menyuntikkan semangat persaingan kepada masyarakat untuk mengembangkan dirinya dengan menghadirkan swasta dalam menangani urusan-urusan yang bisanya domonopoli pemerintah.

4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang selalu digerakkan oleh peraturan.

5. Pemerintahan yang berorientasi pada hasil

6. Pemerintahan yang berorientasi pada pelanggan: harus lebih mementingkan kepuasan pelanggan.

7. Pemerintahan Wirausaha: harus lebih menekankan pd mencari uang drpd membelanjakannya.

8. Pemerintahan Antisipatif: menekankan pada aspek pencegahan daripada menanggulangi

9. Pemerintahan yang desentralisasi: menggeser pola kerja hirarki ke pola kerja partisipatif dan kerja sama

10. Pemerintahan yg berorientasi pasar: mendongkrak perubahan lewat penguasaan mekanisme pasar

(14)

NEW PUBLIC SERVICE (N P S) Denhardt (2003)

PRINSIP-PRINSIP:

1. Serve Citizen, not customers 2. Seek the public interest

3. Value Citizenship over entrepreneurship 4. Think strategically,

5. Act democratically

6. Recognize that accountability is not sample

7. Serve rather than steer Value people, not just productivity.

(15)
(16)

PARADIGMA GOOD GOVERNANCE

GOOD PUBLIC GOVERNANCE ATAU GOOD GOVERNANCE MENUNJUK PADA PENGERTIAN:

1. Bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan Pemerintah.

2. Governance menekankan pada pelaksanaan fungsi Governing secara bersama- sama oleh Pemerintah dan institusi lain, yaitu LSM, Perusahaan Swasta Maupun Warga Negara.

3. bahkan institusi non pemerintah ini dapat saja memegang peran dominan dalam governance tersebut, atau bahkan lebih dari itu pemerintah tidak mengambil peran apapun “Governance Without Government

(17)

KONSEPSI GOOD DALAM GG

 Pertama, Nilai-nilai yang menjujung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan

(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial;

 Kedua, Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

HAKIKAT GOVERNANCE

“ PELAKSANAAN KEWENANGAN DI BIDANG EKONOMI, POLITIK, DAN ADMINISTRATIF UNTUK MENGELOLA BERBAGAI URUSAN NEGARA DALAM

MENDORONG TERCIPTANYA KONDISI KESEJAHTERAAN, INTEGRITAS, DAN KOHESIVITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT”

(18)

TIGA DOMAIN GOVERNANCE TIGA DOMAIN GOVERNANCE

NEGARA/

PEMERINTAH

NEGARA/

PEMERINTAH

DUNIA USAHA DUNIA USAHA

MASYARAKAT

MASYARAKAT

(19)

PILAR-PILAR GG

NEGARA; menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yg stabil; membuat

peraturan yg efektif dan berkeadilan; menyediakan pelayanan publik yg efektif dan akuntabel; menegakkan HAM; melindungi lingkungan hidup; mengurus standar kesehatan dan standar pelayanan publik;

SEKTOR SWASTA; menjalankan industri; menciptakan lapangan kerja; menyediakan insentif bagi karyawan; meningkatkan standar hidup masyarakat; memelihara

lingkungan hidup; mentaati peraturan; transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat; menyediakan kredit bagi pengembangan UKM;

MASYARAKAT MADANI; menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;

mempengaruhi kebijakan publik; sarana checks and balances pemerintah;

mengawasi penyalahgunaan wewenang sosial pemerintah; mengembangkan sdm, sarana komunikasi antar masyarakat.

(20)

ORIENTASI GOOD GOVERNANCE

1. Orientasi ideal negara yang mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara (legitimacy, akuntabel, dsb);

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu efektif, efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasionalnya.

3. Memperbaiki manajemen pembangunan di negara-negara penerima bantuan, yakni manajemen pembangunan yang sehat , efisien dan efektif) yaitu: 1) Public Sector, 2) Accountability, 3) The legal frame work for development, 4) Information, dan 5) Transparancy.

4. Kewajiban pemerintah melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan, akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan semua kinerja pemerintah terhadap masyarakat.

(21)

SASARAN KHUSUS ”GG”

1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dari tataran pejabat paling atas;

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang Bersih, Efisien, Efektif, Transparan, Profesioanl Dan Akuntabel;

3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat.;

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;

5. Terjaminnya konsistensi seluruh Peraturan Pusat dan Daerah, dan tidk bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya.

(22)
(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

CONCLUSION Having seen the varied income tax rates and numerous transfer pric- ing regulation in each ASEAN Member states in which such situation may offer the increased risk of

INFLUENCE OF THIRD-PARTY FUNDS, CAR, NPF AND FDR TOWARDS THE RETURN ON ASSETS OF ISLAMIC BANKS IN INDONESIA Risma Ayu Kinanti * Purwohandoko ** ABSTRACT The purpose of this