LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN
PERCOBAAN 7
ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KROMATOGRAM KCKT
Oleh:
Nama : Vallessia Agustiani Tgl Praktikum : 14/11/ 2024
NIM : F1061221043 Dikumpulkan Tgl : 23/11/ 2024
Prodi : Pendidikan Kimia Diterima Oleh :
Kelompok : 4 (Empat) Dikoreksi Tgl :
Nilai : a. Disiplin b. Sistematika c. Isi
Total
: : : :
Asisten
( )
LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2024
PERCOBAAN 7
ANALISA KUALITATIF DAN KUANTITATIF KROMATOGRAM KCKT
A. Tujuan Percobaan
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan mampu menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif dari data dengan cermat dan teliti
B. Dasar Teori
Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan yang diguanakn untuk memisahkan suatu campuran zat dengan menggunakan fase gerak dan fase diam, yang mana pemisahan akan terjadi apabila terdapat perbedaan daya adsorbsinya, kelarutan, partisi, ukuran molekul, ukuran dan juga tekanan uap dari komponen yang akan dibawa oleh fase gerak melalui fase diam (Aulia, 2016). Salah satu kromatografi yang sering digunakan dalam dunia pemisahan yaitu kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kromatografi ini merupakan pengembangan terbaru dari kromatografi lainnya seperti kromatografi cair kolom klasik. Pada kromatografi KCKT memiliki perbedaan pada kolom dan detektor, yang dimana pada dua komponen tersebut pengembangannya cukup signifikan, dengan adanya pengembangan pada kedua komponen tersebut akan membuat pemisahan menjadi lebih mudah dilakukan sehingga menyebabkan KCKT menjadi salah satu metode pemisahan zat yang cepat dan efisien (Johnson, 1991).
Pada metode pemisahan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase gerak merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap hasil pemisahannya. Fase gerak yang digunakan sangat berpengaruh pada pemisahan ini, karena fase gerak lah yang akan mengelusi sampel nantinya. Adapun beberapa syyarat pelarut yang digunakan pada metode pemisahan KCKT, antara lain :
a. Inert atau tidak bereaksi terhadap kemasan b. Viksitasnya rendah
c. Tidak terdapat cemaran
d. Memungkinkan untuk mendapatkan kembali sampel dengan mudah e. Bisa melarutkan cuplika
f. Sesuai dengan detektor (Johnson, 1991).
Analisa kuantitatif dengan menggunakan metode KCKT dapat dilakukan dengan membandingkan luas puncak standar senyawa murni dengan sampel, sedangkan analisa kualitatifnya dapat dilakukan dengan cara mencari kesamaan komponen dari sampel dengan larutan standar (Saksit, 2012). Analisa kualitatif KCKT biasanya menggunakan parameter dari waktu retensinya sedangkan analisa kuantitatifnya menggunakan luas puncaknya. Setiap komponen senyawa kimia pasti memiliki waktu retensi dan luas puncak yang berbeda- beda, kedua hal inilah yang berguna dalam analisa kualiatatif dan analisa kuantitatif KCKT (Wahid, 2020).
Pada dasarnya prinsip kerja dari alat KCKT adalah jika suatu sampel yang dianalisa di injeksikan ke dalam suatu kolom, maka sampel tersebutnya nantinya akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia (analit) sesuai dengan perbedaan afinitasnya, kemudian hasil pemisahan akan dideteksi oleh detector, hasil yang terdeteksi oleh detektor tersebutlah yang akan di catat oleh recorder dan akan ditampilkan menggunakan personal computer (PC) yang terhubung langsung dengan alat HPLC. Hasil dari analisis KCKT tersebut akan di interpretasikan ke dalam bentuk kromatogram, melalui kromatogram tersebut terdapat peak dengan nilai AUC juga yang tertera pada kromatogram, nilai AUG inilah yang akan digunakan dalam analisis kualitatif atau untuk menentukan kadar dari suatu senyawa nantinya (Kusuma, 2016).
Menurut Centre For Drug Evalution and Research (1994), terdapat beberapa syarat dari kormatogram yang dapat dikatakan baik. Antara lain :
a. Memiliki bentuk peak yang simetri
b. Waktu retensinya < 10 menit, dan memiliki resolusi yang lebih dari 1.5 (Saleh, 2019).
Dalam kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), ada istilah yang sering ditemukan yaitu kromatogram. Kromatogram merupakan penggambaran waktu retensi di sumbu -x dan hasil dari detektor di sumbu -y yang akan ditampilkan melalui PC berupa tinggi puncak dari komponen suatu senyawa ataupun juga luas dari puncak komponen suatu senyawa dari tiap analis yang dielusi oleh fase gerak untuk keluar dari kolom. Pemisahan bisa dikatakan sempurna jika terdapat kromatogram yang menunjukkan beberapa puncak kromatografi yang didasarkan pada komponen-komponen senyawa dalam suatu campuran yang akan dianalisis (Rohman, 2020).
Kratom, ketum, Mitragyna speciosa Tumbuhan tropis yang termasuk dalam famili Rubiaceae, Korth berasal dari Papua Nugini dan Asia Tenggara, terutama Myanmar, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Kalimantan, Indonesia. Saat ini, kratom ditemukan di seluruh Eropa dan Amerika. Bila digunakan dalam dosis tinggi, kratom memiliki efek narkotika yang mirip dengan morfin, namun dalam dosis sedang merupakan stimulan yang dapat meningkatkan fokus, perhatian, energi, dan kewaspadaan.
Menurut Drug Enforcement Administration (DEA), mengonsumsi kratom dapat menyebabkan kecanduan dan ketergantungan. Lebih dari 40 jenis alkaloid, termasuk flavonoid, terpenoid, saponin, mitragynine, 7-hydroxymitragynine, painantein, speioginine, dan specioliatin, ditemukan dalam kratom.
Mitragynine adalah konstituen utama kratom. In vitro dan in vivo, potensi analgesik 7-hydroxymitragynine kira-kira 13 kali lebih besar dibandingkan morfin dan 46 kali lebih besar dibandingkan mitragynine ketika terdapat gugus hidroksil pada karbon 7. Ketika kratom mitragynine dari Muang Thai diisolasi, maka konsentrasi senyawanya 66%, sedangkan kratom asal Malaysia hanya mengandung 12% dari total alkaloid (Raini, 2017).
C. Metodologi Percobaan 1. Alat dan Bahan
a) Alat
No. Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Alat tulis Standar 1 buah
2. Laptop/ komputer Standar 1 buah
3. Software Microsoft Excel Standar 1 buah b) Bahan
No .
Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Data Kromatogram daun kratom
- 1 Buah
1. PROSEDUR KERJA
- Didownload data kromatogram dari daun kratom pada kode atau link
https:/drive.google.com/drive/fol ders/1vvFTokVUBDOXmcpawJ Zr5BigTFzo7v?usp=sharing - Ditentukan regresi linear larutan
standar mitraginin menggunakan Microsoft Excel (Sheet 1)
- Diblok seluruh data yang akan dibuat plot
- Diinsert>chart>scatter pada urutan pertama
- Diprediksikan kompleksitas pada sheet 2
- Diprediksikan polaritas pada (sheet 2)
- Diprediksikan puncak dari senyawa mitraginin pada (sheet 2) Data kromatogram kratom
Daun kratom varian putih lebih kompleksitas daripada daun kratom varian merah karena puncak daun kratom putih lebih banyak
Polaritas di dasarkan pada jenis pelarut, atau fase gerak disini menggunakan methanol yang bersifat polar dan fase diamnya bersifat nonpolar, maka puncak yang keluar pertama bersifat polar dan puncak terakhir bersifat nonpolar
Mitraginin nonpolar sehingga keluarnya terakhir.
Puncak dari senyawa mitraginin yaitu pada puncak 5 karena waktu retensinya sama dengan waktu retensi mitraginin murni/larutan baku yaitu 22
- Ditentukan luas area pada data yang diberikan (sheet 2)
- Ditentukan kadar mitraginin (sheet 3)
B. HASIL PERCOBAAN 1. Data pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Didownload data kromatogram dari daun kratom pada kode/link berikut :
https://drive.google.com/drive/
fol ders/
1vv_FTokVUBDOXmcpawJ Zr5BjgTFzo7v?usp=sharing
Data kromatogram terdownload pada laptop
2. Ditentukan regresi linear larutan standar mitraginin menggunakan Microsoft excel (sesuai pada buku penuntun
Didapatkan regresi linier larutan standar mitraginin
Didapati kadar mitraginin 2,002 %
Luas area daun kratom merah 19,111 dan Luas area daun kratom putih 1,511
3. Di blok seluruh data yang akan dibuat plot
4. Di klik Insert>Chart>pilihlah Scatter pada urutan pertama
5. Prediksikanlah hal berikut (sheet 2):
a. Kompleksitas b. Polaritas
c. Puncak dari Senyawa Mitraginin
a. Kompleksitas : jumlah puncak dari kratom putih lebih banyak atau lebih kompleks dibanding kratom merah, sehingga
kompleksitasnya lebih tinggi
b. Polaritas di dasarkan pada jenis pelarut atau fase gerak disini menggunakan methanol yang bersifat polar dan fase diamnya bersifat nonpolar, maka puncak yang keluar pertama bersifat polar dan puncak terakhir bersifat nonpolar c. Puncak dari senyawa mitraginin
dilihat dari waktu retensi larutan baku yaitu sebesar 22,844, lihat waktu retensi daun kratom merah sebesar 22,418 dan waktu retensi daun kratom putih sebesar 22,638, hal ini karena waktu retensi dari daun kratom merah dan daun kratom putih terletak pada puncak ke-5 dan sama dengan larutan baku pada puncak ke-2
6. Ditentukan luas area pada data yang diberikan (sheet 2)
Luas area daun kratom merah 19,111 Luas area daun kratom putih 1,511 7. Ditentukan kadar mitraginin
(sheet 3) Didapati kadar mitraginin 2,002 %
2) Data konsentrasi dan puncak area larutan standar mitraginin
3) Kurva regresi lineae larutan standar mitraginin KURVA REGRESI LINEAR 40000
0 35000
0 30000
0 25000
0 20000
0 15000
0
0 5 10 15 20 25
4) Penentuan Kompleksitas, Polaritas dan Luas Puncak Mitraginin a. Kompleksitas
Kompleksitas varian merah = 5 puncak Kompleksitas varian putih = 6 puncak
Kompleksitas varian merah lebih rendah dari varian putih karena jumlah puncak varian merah lebih sedikit dibandingkan jumlah puncak varian putih.
b. Polaritas
Polaritas varian merah = polar
Polaritas varian merah memiliki puncak pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar. Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar.
Polaritas varian putih = polar
Polaritas varian merah memiliki puncak
pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar. Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar
c. Luas area
Luas area daun kratom varian merah 19,111%
Luas area daun kratom varian putih 1,511%
1) Analisis Kompleksitas, Polaritas, serta Luas Area Puncak Mitraginin a) Data Daun Kratom
Gambar 1 (Data Kromatogram Larutan Baku)
Gambar 2 (Data Kromatogram Daun Kratom Varian Merah)
Gambar 3 (Data Kromatogram Daun Kratom Varian Putih)
5. Tabel kompleksitas beserta polaritas kromatogram baku, kratom merah, dan kratom putih
1. Kompleksitas
Pada sheet 2 disajikan data larutan standar dari mitraginin kemudian 2 data dari senyawa kratom varian merah dan putih. Pada data ini masuk kedalam analisis kualitatif yang meliputi kompleksitas, jika dibandingkan antara data kratom varian merah dan kratom varian putih, putih memiliki kompleksitas lebih tinggi daripada merah karena memiliki 6 puncak sedangkan merah hanya 5 puncak. Berdasarkan kompleksitas yang mana data kromatogram semakin banyak menampilkan puncak maka senyawa itu memiliki kompleksitas yang tinggi. Maka dari itu, dapat dinyatakan bahwa senakin banyak puncak area yang terdapat pada kromatogram HPLC maka akan semakin tinggi tingkat kompleksitas pada sampel yang dianalisis. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit puncak area yang terdapat pada kromatogram HPLC maka akan semakin rendah tingkat kompleksitas pada sampel yang dianalisis.
2. Polaritas
Berdasarkan kedua data menunjukkan mitraginin keluar diawal sama dengan data larutan standarnya kemudian keluar pertama tergantung pada fassa gerak dan fasa diamnya, pada data ditunjukkan kedua data varian berada di daerah polar. Berdasarkan puncak 2 yang diperoleh dari senyawa mitragynine, muncul kratom varian merah dengan waktu retensi 4,030 menit, menunjukkan polaritas senyawa mitragynine yang muncul pada kromatogram. Sedangkan jika dibandingkan dengan larutan standar mitragynine menunjukkan luas
puncak pada kromatogram pada waktu retensi 4,122 menit yang menunjukkan muncul senyawa mitragynine yang tergolong senyawa polar. Jadi, senyawa mitragynine pada daun kratom varian merah bersifat polar. Menurut prinsip suka, suka larut dan dapat dilihat pada data dengan fase normal. Fase normal mengacu pada polaritas menggunakan senyawa non-polar sebagai fase diam dan senyawa polar sebagai fase gerak. Dengan demikian, prinsip pelarutan sama dengan HPLC, artinya fase gerak merupakan pelarut polar yang keluar terlebih dahulu dan muncul pada kromatogram. Memang, fase diam nonpolar tidak mampu berikatan dengan fase gerak polar. Fase gerak yang digunakan sebagai pelarut adalah metanol.
6. Tabel prediksi dari luas area puncak kromatogram baku, kratom merah, dan kratom putih
Kratom varian merah 11,696%
Kratom varian putih 9,717%
7. Tabel penentuan konsentrasi mitraginin pada daun kratom varian merah Kromatogram daun kratom merah Penentuan konsentrasi
Preparasi sampel pada penentuan kadar mitraginin dilakukan dengan melarutkan 5,4 mg ekstrak daun kratom dan 25mL metanol grade HPLC. Kemudian sebanyak 1000µL larutan sampel diencerkan dengan metanol grade HPLC menggunakan labu ukur 5mL hingga tanda batas. Berdasarkan data yang diperoleh pada sheet 1 dan gambar disamping, tentukanlah kadar mitraginin dari dari sampel tersebut!
8). Perhitungan kadar mitraginin Diketahui :
- Persamaan linier : v = 47941x + 28347 - Nilai y (luas area mitraginin) = 235708
- Volume Akhir = 5 mL
- Berat Sampel = 5,4 mg
- FD (factor delusi = volume akhir : volume awal
= 5 : 1 = 5 Ditanya : Kadar Mitraginin =...?
A. Mencari nilai x (konsentrasi mitraginin)
Y = mx + C
Y =47941x + 28347
235708 = 47941x + 28347 47941x =235708 - 28347
X = 207361
47941
X = 4,3253
B. Mencari nilai kadar mitraginin KM = ([A]x Va x FD)
Bs x100
KM = (4,3253x5mL x5) 5,4mg x100 KM = 108,1325
5,4 x100 KM = 20,02 x 100 KM = 2,002%
E. PEMBAHASAAN
Pada percobaan kali ini yang berjudul “Analisa Kuantitatif dan Kualitatif Kromatogram HPLC” memiliki tujuan yaitu agar praktikan mampu menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif dari data. Percobaan kali ini menggunakan prinsip yaitu berdasarkan pemisahan komponen suatu analit yang berdasarkan dari tingkat kepolarannya. Setiap campuran yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh detector kemudian direkam sehingga mendapatkan data yang disebut kromatogram.
Banyaknya puncak menyatakan jumlah komponen. Sedangkan, luasnya puncak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran/sampel (Nahar, 2019).
Pada percobaan ini, langkah pertama yaitu didownload data kromatogram dari daun kratom pada kode/link berikut mendapatkan data yang telah tersedia https://drive.google.com/drive/fol ders/1vv_FTokVUBDOXmcpawJ Zr5BjgTFzo7v
?usp=sharing menggunakan laptop pada Software Microsoft Excel. Daun kratom berfungsi sebagai sampel yang akan di analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Laptop berfungsi sebagai media untuk mengakses data KCKT kratom.
Software Microsoft Excel berfungsi untuk menganalisis data dan membuat kurva.
Hasilnya, data kromatogram terdownload pada laptop. Kedua, ditentukan regresi linear larutan standar mitraginin menggunakan Microsoft excel (sesuai pada buku penuntun) agar didapatkan kurva regresi linear daun kratom. Ketiga, blok seluruh data yang akan dibuat plot agar didapatkan kurva. Keempat, di klik Insert>Chart>pilihlah Scatter pada urutan pertama untuk pembuatan kurva.
Hasilnya, didapatkan kurva dibawah ini:
Kelima, Prediksikanlah Kompleksitas dari data yang diberikan pada sheet 2 untuk analisa kualitatif kratom. Larutan baku berfungsi sebagai kontrol kualitas untuk memastikan kinerja instrumen dan reagen analisis. Kratom merah dan putih berfungsi sebagai sampel yang akan dihitung kadar mitragininnya. Hasilnya, daun kratom varian putih lebih Kompleksitas daripada daun kratom varian merah karena puncak daun kratom putih lebih banyak. Keenam, prediksikanlah polaritas dari data yang diberikan pada sheet 2 untuk analisa kualitatif kratom. Hasilnya, Polaritas di dasarkan pada jenis pelarut, atau fase gerak disini menggunakan methanol yang bersifat polar dan fase diamnya bersifat nonpolar, maka puncak yang keluar pertama bersifat polar dan puncak terakhir bersifat nonpolar. Mitraginin nonpolar sehingga keluarnya terakhir. Mitraginin berfungsi sebagai analit yang akan ditentukan kadarnya.metanol berfungsi sebagai pelarut. Ketujuh, prediksikanlah Puncak dari Senyawa Mitraginin dari data yang diberikan pada sheet 2 untuk analisa kualitatif kratom. Hasilnya, Puncak dari senyawa mitraginin yaitu pada puncak 5 karena waktu retensinya sama dengan waktu retensi mitraginin murni/larutan baku yaitu 22. Kedelapan, prediksikanlah Luas area dari data yang diberikan pada sheet 2 untuk mendapatkan luas areanya. Hasilnya, luas area daun kratom merah 19,111 sedangkan luas area daun kratom putih 1,511. Kesembilan, ditentukan kadar mitraginin dari data yang diberikan pada sheet 3 untuk analisis kuantitatif kratom dan menghitung kadarnya. Hasilnya, 2,002 %.
HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) adalah teknik kromatografi cair modern yang digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi senyawa-senyawa dalam suatu sampel. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perbedaan polaritas antara senyawa yang akan dipisahkan dengan fase diam kolom.
Senyawa yang kurang polar akan lebih cepat keluar dari kolom dibandingkan senyawa yang lebih polar.
Larutan standar mitraginin dengan konsentrasi yang berbeda-beda dibuat untuk pembanding dalam mengidentifikasi keberadaan mitraginin pada sampel.
Dengan membandingkan waktu retensi (retention time) puncak pada kromatogram sampel dengan puncak standar, kita dapat memastikan bahwa puncak yang muncul pada sampel memang benar-benar berasal dari mitraginin. larutan standar dengan berbagai konsentrasi digunakan untuk membuat kurva regresi linear.
Kurva regresi linear memberikan informasi mengenai hubungan antara konsentrasi mitraginin dengan luas puncak. Persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva regresi dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi mitraginin dalam sampel yang tidak diketahui berdasarkan luas puncaknya. Berdasarkan kurva regresi linear yang didapatkan, diperoleh informasi dan perannya untuk menentukan kadar konsentrasi mitraginin pada daun kratom yaitu:
Persamaan Garis Lurus (y = 47941x + 28347):
y: Merupakan nilai absorbansi yang diperoleh dari spektrofotometer. Nilai ini sebanding dengan jumlah cahaya yang diserap oleh larutan sampel.
x: Merupakan konsentrasi standar mitraginin dalam larutan.
47941: Adalah gradien garis. Nilai ini menunjukkan seberapa besar perubahan absorbansi jika konsentrasi mitraginin dinaikkan satu satuan. Semakin besar gradien, semakin sensitif metode analisis ini terhadap perubahan konsentrasi.
28347: Adalah intersep, yaitu nilai absorbansi ketika konsentrasi mitraginin adalah nol. Nilai ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti noise instrumen atau adanya zat pengganggu.
Koefisien Korelasi (R² = 0,993):
Nilai R² yang mendekati 1 (dalam kasus ini 0,993) menunjukkan bahwa hubungan antara konsentrasi mitraginin dan absorbansi sangat kuat dan linear. Artinya, hampir semua variasi dalam absorbansi dapat dijelaskan oleh variasi dalam konsentrasi mitraginin.
Adapun urutan kompleksitas dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks yaittu : larutan baku < kratom merah < kratom putih
Larutan baku mitraginin : memiliki puncak yang sedikit relatif maka kompleksitasnya rendah. Hal ini menunjukaan bahwa kemurnian sampel yang tinggi dan kemudahan dalam mengidentifikasi puncak.
Daun kratom merah : puncaknya sebanyak 5, yang berarti lebih banyak dibandingkan larutan baku, maka kompleksitasnya lebih tinggi.
Daun kratom putih : puncaknya sebanyak 6, yang berarti paling banyak dari larutan baku dan kratom merah, maka dari hal ini menunjukan bahwa daun kratom putih lebih kompleksitas dibandingkan larutan baku dan kratom merah.
Kepolaritas senyawa mitraginin berdasarkan area puncak yang terdapat pada ketiga data kromatogram ini. Kepolaritasan mitraginin dapat diestimasi berdasarkan waktu retensi pada kromatogram. Semakin panjang waktu retensi, semakin polar senyawa tersebut.
Larutan baku mitraginin : Puncak dari senyawa mitraginin berada pada puncak kelima (22,418) daun kratom varian merah karena pada puncak tersebut memiliki waktu retensi yang sama dengan waktu retensi pada senyawa mitrgainin murni.
Daun kratom merah : Polaritas varian merah memiliki puncak pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar.
Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar.
Daun kratom puih : Polaritas varian merah memiliki puncak
pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar. Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar.
Luas area puncak sebanding dengan jumlah senyawa yang terdeteksi.
Dengan membandingkan luas puncak sampel dengan luas puncak larutan standar pada konsentrasi yang diketahui, konsentrasi mitraginin dalam sampel dapat dihitung menggunakan persamaan garis lurus dari kurva regresi.
Luas area daun kratom varian merah 19,111%
Luas area daun kratom varian putih 1,511%
F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Kadar mitraginin berdasarkan data kromatogram sebesar 2,002%
2. Prinsip percobaan kali ini berdasarkan pemisahan komponen suatu analit yang berdasarkan dari tingkat kepolarannya. Setiap campuran yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh detector kemudian direkam sehingga mendapatkan data yang disebut kromatogram. Banyaknya puncak menyatakan jumlah komponen. Sedangkan, luasnya puncak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran/sampel (Nahar, 2019).
3. Berdasarkan data kromatogram dapat di analisis kualitatif yaitu kompleksitas, polaritas dan waktu retensi dari senyawa mitraginin pada daun kratom
4. Berdasarkan data kromatogram dapat dianalisis kuantitatif yaitu luas area, kadar mitraginin pada daun kratom.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. S. (2016). Penetapan Kadar Simvastatin Menggunakan Kromatorafi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Farmaka, 14(4), 70-78.
Johnson, E. L. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Kosasih Padmawinata, penerjemah. . Bandung: ITB.
Kusuma, A. S. (2016). Analisis kadar kapsaisin dari ekstrak “Bon Cabe” dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Farmaka, 14(2), 11-18.
Nahar, L. O. (2019). A review on the recent advances in HPLC, UHPLC and UPLC analyses of naturally occurring cannabinoids (2010-2019). Phytochemical Analysis, 31 (4).
Raini, M. (2017). Kratom (Mitragyna speciosa Korth): Manfaat, Efek Samping dan Legalitas. Media Litbangkes, 27 (3) : 175-184.
Rohman, A. (2020). Analisi Farmasi dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Saksit, C. H. (2012). Determination of Capsaicin and Dihydrocapsaicin in Some Chili Varieties using Accelerated Solvent Extraction Associated with Solid- Phase Extraction Methods and RP-HPLC-Fluorescence. . E-Fournal of Chemistry, 3 : 1550-1561.
Saleh, E. K. (2019). Karakterisasi Puncak Kromatogram dalam HPLC Terhadap Perbedaan Fase Gerak, Laju Alir dan Penambahan Asam. Kandaga–Media Publikasi Ilmiah Jabatan Fungsional Tenaga Kependidikan, 1(2).
Wahid, R. A. (2020). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Tanin Ekstrak Kulit Buah Delima Putih (Punica Granatum L.) Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product, 3(2).
LAPORAN SEMENTARA
No .
Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Didownload data kromatogram dari daun kratom pada kode atau yang sudah disediakan
Didapatkan data telah didownload 2. Ditentukan regresi linier larutan standar
mitraginin menggunakan Microsoft Excel (sheet 1)
Didapatkan regresi linier larutan standar mitraginin telah ditentukan menggunakan Microsoft Excel
3. Diblok seluruh data yang akan dibuat plot Didapatkan seluruh data yang akan dibuat plot sudah diblok
4. Diklik insert>chart>pilihlah scatter pada urutan pertama
Didapatkan data sudah dalam bentuk chart diagram larutan standar mitraginin
5. Diprediksikanlah kompleksitas, polaritas, dan puncak dari senyawa mitraginin
1) Kompleksitas
Kompleksitas varian merah = 5 puncak Kompleksitas varian putih = 6 puncak Kompleksitas varian merah lebih rendah dari varian putih karena jumlah puncak
varian merah lebih sedikit dibandingkan jumlah puncak varian putih.
2) Polaritas
Polaritas varian merah = polar Polaritas varian merah memiliki puncak pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar. Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar.
Polaritas varian putih = polar Polaritas varian merah memiliki puncak pertama bersifat polar. Kemudian, pada puncak 2,3,4 dan 5 cenderung akan bersifat non polar. Karena, puncak yang kelaur lebih dulu bersifat polar
3) Puncak senyawa mitraginin
Puncak dari senyawa mitraginin berada pada puncak kelima (22,418) daun kratom varian merah karena pada puncak tersebut memiliki waktu retensi yang sama dengan waktu retensi pada senyawa mitrgainin murni (larutan baku).
Puncak dari senyawa mitraginin berada pada puncak kelima (22,638) daun kratom varian putih karena pada puncak tersebut memiliki waktu retensi yang sama dengan waktu retensi pada senyawa mitrgainin murni (larutan baku).
6. Ditentukan luas area pada data yang
diberikan (sheet 2) Luas area daun kratom varian
merah 19,111%
Luas area daun kratom varian putih 1,511%
7. Ditentukan kadar mitraginin (sheet 3) Kadar mitraginin sebesar 2,002%
LAMPIRAN 1. Lampiran percobaan
Didownload data kromatogram dari daun kratom pada kode atau
yang sudah disediakan
Ditentukan regresi linier larutan standar mitraginin menggunakan
Microsoft Excel (sheet 1)
Diblok seluruh data yang akan dibuat plot
Ditentukan luas area pada data yang diberikan (sheet 2)
Ditentukan kadar mitraginin (sheet 3)
2. Lampiran laporan sementara
3. Lampiran referensi dasar teori
4. Cek Plagiarisme dasar teori
5. Cek plagiarisme pembahasan