Juswandi, Juri $ Sumarna, Pandu. 2023. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Korelasinya dengan Usia Petani di Jawa Barat.
Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(2): 361-369.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11.i2.630
Vol. 11 No. 2, Bulan September Tahun 2023
Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Korelasinya dengan Usia Petani di Jawa Barat
Juri Juswandi dan Pandu Sumarna Universitas Wiralodra, Indonesia
(Received: Sept-16- 2023; Accepted: Sept-18-2023; Published: Sept-30- 2023)
ABSTRACT
This study aims to determine the labor productivity of the West Java agricultural sector and its correlation with the age of the workforce. The research method is descriptive quantitative. The secondary data used in this study comes from the book State of the Labor Force Situation in Indonesia, 2013 to 2022 the results of the National Labor Force Survey (Sakernas) published by the Central Bureau of Statistics (BPS), and the book Jawa Barat in Figures from 2008 to 2023 published by BPS West Java Province. The results showed: a) growth in labor productivity in the agricultural sector during the 2012-2022 period from IDR 22.29 million per worker per year in 2012 to IDR 31.56 million per worker per year in 2022; b) the largest number of workers starting sequentially is the age group of 45-54 years, age 35-44 years, age ≥ 60 years, and age 25-34 years, while the age group 15- 24 years and age 55-59 years much lower; c) there was a decrease in the number of workers in the agricultural sector, except for the 55-59 year old group which an increase during the 2006-2017 period; d) the results of the Pearson correlation analysis show that there is a negative and significant correlation between labor productivity in the agricultural sector and the workforce in the 15-24 year old group (-0.821), 25-34 year old (- 0.921), 35-44 year old (-0.948) ), and age 45-54 years (-0.848), while the workforce age group 55-59 years and age ≥ 60 is not related.
Keywords: Agricultural Sector; Labor Productivity; Age of Workforce; Correlation ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tenaga keja sektor pertanian Jawa Barat dan korelasinya dengan usia tenaga kerja. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia 2012 sampai dengan Tahun 2022 hasil Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dan buku Jawa Barat Dalam Angka 2008 sampai dengan 2023 yang dipublikasikan oleh BPS Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan: a) pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian selama kurun waktu tahun 2012-2022 dari Rp 22,29 juta per tenaga kerja per tahun 2012 menjadi Rp 31,56 juta per tenaga kerja per tahun pada tahun 2022; b) jumlah tenaga kerja mulai yang terbesar secara berurutan adalah kelompok usia 45-54 tahun, usia 35-44 tahun, usia ≥ 60 tahun, dan usia 25-34 tahun, sedangkan kelompok usia 15-24 tahun dan usia 55-59 tahun jumlahnya jauh lebih rendah; c) terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sector pertanian, kecuali pada kelompok usia 55-59 tahun mengalami peningkatan selama kurun waktu tahun 2006-2017; d) hasil analisisis korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif dan sigifikan antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan tenaga kerja kelompok usia 15-24 tahun (-0,821), usia 25-34 tahun (-0,921), usia 35-44 tahun (- 0,948), dan usia 45-54 tahun (-0,848), sedangkan tenaga kerja kelompok usia 55-59 tahun dan usia ≥ 60 tidak berhubungan.
Kata kunci: Sektor Pertanian; Produtktivitas Tenaga Kerja; Usia Tenaga Kerja; Korelasi
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dilihat antara lain dari besarnya produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian. Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian menggambarkan dua keadaan yang sangat penting, yaitu besarnya produksi yang mampu dihasilkan oleh sektor pertanian dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor pertanian. Semakin besar produksi sektor pertanian pada kondisi jumlah tenaga kerja yang tidak berubah atau menurun, maka produktivitas tenaga kerja akan meningkat. Sebaliknya jika produksi sektor pertanian tidak berubah, sedangkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap sektor pertanian meningkat maka produktivitas tenaga kerja akan menurun. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian merupakan indikator meningkatnya kesejahteraan tenaga kerjananya.
Pada sektor pertanian, Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu pendekatan terhadap kesejahteraan petani. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja berdampak pada kemiskinan petani. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang positif berdampak pada penurunan kemiskinan. Dalam kondisi tertentu, pekerja dapat menggantikan lahan karena peningkatan produktivitas tenaga kerja memungkinkan petani dapat mengolah lahan jauh lebih luas (Arifin, 2004).
Dalam analisis sektor usaha, produktivitas tenaga kerja suatu sektor merupakan perbandingan dari Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap jumlah tenaga kerja yang di serap oleh sektor tersebut. Dengan demikian, produktivitas tenaga kerja suatu sektor menggambarkan kemampuan tenaga kerja pada sektor tersebut dalam memproduksi barang dan jasa, sehingga juga menggambarkan tingkat kesejakteraan tenaga kerja sektor tersebut.
Pada sektor pertanian, produktivitas tenaga kerjanya merupakan perbandingan PDB sektor pertanian terhadap jumlah tenaga kerja sektor pertanian. Perbandingan tersebut merupakan gambaran output atau produksi pertanian yang
dihasilkan oleh setiap tenagakerjapadasektor pertanian.
Menurut Botelho dan Silva (2019) PDB riil dapat diuraikan menjadi produktivitas tenaga kerja, yaitu perbandingan PDB riil terhadap total jam kerja; rata-rata jam kerja per pekerja yang dipekerjakan; tingkat pekerjaan yaitu perbandingan total pekerjaan terhadap angkatan kerja) dan tingkat partisipasi angkatan kerja, yaitu perbandingan angkatan kerja terhadap jumlah penduduk. Angkatan kerja didefinisikan sebagai jumlah pekerja yang bekerja dan menganggur.
PDB per pekerja menggambarkan produktivitas tenaga kerja, yaitu output per unit input tenaga kerja. Untuk membandingkan tingkat produktivitas tenaga kerja antar negara, PDB dikonversi ke dalam nilai dolar menggunakan tingkat paritas daya beli yang memperhitungkan perbedaan harga relatif antar negara (Worldbank, 2023). Data PDB per tenaga kerja negara Asean di tunjukkan oleh Tabel 1. Produktivitas tenaga kerja di Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan negara Asean lainnya.
Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2017 per Pekerja (US $/Pekerja) Negara Tahun Nilai Terakhir Terbaru
Indonesia 2022 25.826
Filipina 2022 21.588
Mianmar 2020 11.149
Malaysia 2022 57.667
Singapur 2022 179.303
Thailand 2022 31.466
Vietnam 2022 20.392
Sumber: (World bank, 2023)
Peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dapat dilakukan antar lain melalui penerapan teknologi yang lebih baik dalam budidaya pertanian, peningkatan luas lahan usahatani, diversifikasi pertanian, peningkatan saarana produksi (modal usahatani), serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja
dapat diamati dari usia tenaga kerja. Usia yang terlalu muda belum memiliki pengalaman dan keterampilan yang mencukupi, sementara tenaga kerja lanjut usia walaupun telah berpengalaman tetapi kondisi fisiknya telah menurun.
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja secara langsung disebabkan oleh fluktuasi modal fisik, teknologi baru, dan modal manusia.
Tumbuhnya produktivitas tenaga kerja dapat disebabkan oleh pertumbuhan salah satu dari tiga faktor tersebut. Modal fisik adalah alat, perlengkapan, dan fasilitas yang tersedia bagi pekerja untuk digunakan untuk memproduksi barang. Teknologi baru adalah metode baru untuk menggabungkan input untuk menghasilkan lebih banyak output. Modal manusia mewakili peningkatan pendidikan dan spesialisasi tenaga kerja. Mengukur produktivitas tenaga kerja memberikan perkiraan efek gabungan dari tren yang mendasari ini. Produktivitas tenaga kerja juga dapat menunjukkan perubahan jangka pendek dan siklus dalam ekonomi. Jika output meningkat sementara jam kerja tetap statis, ini menandakan bahwa angkatan kerja menjadi lebih produktif (Investopedia Team, 2020).
Produktivitas tenaga kerja merupakan indikator ekonomi penting yang terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, daya saing, dan standar hidup dalam suatu perekonomian.
Produktivitas tenaga kerja mewakili total volume output (diukur dari Produk Domestik Bruto, PDB) yang diproduksi per unit tenaga kerja (diukur dari jumlah orang yang bekerja atau jam kerja) selama periode referensi waktu tertentu. Indikator ini memungkinkan pengguna data untuk menilai tingkat input PDB ke tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan dari waktu ke waktu, sehingga memberikan informasi umum tentang efisiensi dan kualitas sumber daya manusia dalam proses produksi untuk konteks ekonomi dan sosial tertentu, termasuk input dan inovasi pelengkap lainnya. digunakan dalam produksi (ILO, 2023).
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh pendidikan, dan usia tenaga kerja. Usia berkaitan erat dengan kemampuan fisik.
Tenaga kerja berusia muda memiliki fisik yang prima dan mampu menghasilkan produktivitas yang besar. Semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik ikut menurun (Simanjuntak, 1985, Daniel, 2020). Tenaga kerja yang berusia. produktif (15-60 tahun) memiliki korelsi positif dengan produktivitas tenaga kerja. Hal ini karena pada usia produktif tenaga kerja memiliki kreatifitas yang tinggi terhadap pekerjaan karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang lebih baik serta mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan (Suyono dan Hermawan, 2013).
Pemahaman produktivitas tenaga kerja sektor pertanian penting sebagai salah satu referensi dalam pengambilan kebijakan pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian yang masih menjadi tumpuan angkatan kerja di Indonesi, demikian pula Jawa Barat. Pada tahun 2022 di Jawa Barat masih memiliki pangsa tenaga kerja sektor pertanian sebesar 15,28% dari total jumlah penduduk yang bekerja (BPS, 2022), yang telah menurun dari 23,01% pada tahun 2008 (BPS 2009).
Peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja mendorong perlunya terus dikembangan melalui penerapan teknologi pertanian, tenaga kerja yang lebih produktif melalui penambahan tenaga kerja berusia muda, peningkatan pendidikan dan keterampilan budidaya pertanian, maupun peningkatan modal usahatani.
Beberapa penelitian tentang produktivitas tenaga kerja sektor pertanian telah dilakukan seperti oleh Oktavia dkk (2017) yang mengungkapkan bahwa pendidikan berpengaruh positif signifikan, sedangkan nilai tukar petani berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Sumatera. Hasil penelitian Wicaksono (2022) mengungkapkan bahwa variabel tenaga kerja sektor pertanian dan belanja pemerintah daerah memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap produktivitas sektor pertanian di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian Rahman dan Octaviani (2020) mengungkapkan bahwa, meningkatnya
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dapat menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Beradasarkan uraian latar belakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat dan perkembangannya selama kurun waktu tahun 2012-2022. Pemilihan waktu tersebut didasarkan pada nilai PDRB Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 2010 sebagai komponen output dalam penghitungan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
Sealai itu untuk mengidentifikasi adanya korelasi antara usia tenaga kerja sektor pertanian, dengan produktivitas tenaga kerjanya.
METODE
Penentuan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian didasarkan pada perbandingan PDRB riil terhadap jumlah tenaga kerja (World bank 2023, Ilo 2023), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
PTSP = PDRB riil sektor pertanian / Jumlah tenaga kerja sektor pertanian
PTSP = produktivitas tenaga kerja sektor pertanian
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010
Penggunaan PDRB atas dasar harga konstan dimaksudkan agar dapat diketahui pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat.
Selanjutnya dilakukan analisisis korelasi antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat dengan umur tenaga kerja.
Analisis korelasi antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan usia tenaga kerjanya dilakukan dengan korelasi Pearson.
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya korelsi atau keterkaitan antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan usia tenaga kerja pada sektor pertanian Jawa Barat. Juga dapat dianalisis keeretan korelasi kedua variable tersebut.
Dalam penelitian ini usia tenaga kerja sektor pertaniana dibagi menjadi 6 kelompok (Bapenas 2018) yang dimodifikasi menjadi: 1) kelompok usia muda (15-24 tahun); 2) kelompok usia pekerja awal (25-34 tahun); 3) kelompok usia paruh baya (35-44 tahun); 4) kelompok usia pra-pensiun (45-54 tahun); 5) kelompok usia pensiun (55-59 tahun); dan 6) kelompok usia Lanjut (≥ 60 tahun) .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian Jawa Barat
Hasil analisis selama kurun waktu tahun 2012-2022 menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri dan perdagangan seperti tampak pada Gambar 1. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai Rp 22,29 juta per tenaga kerja per tahun. Mengalami peningkatan selama kurun waktu tahun 2012-2019, yaitu Rp 36,04 juta per per tenaga kerja per tahun pada tahun 2019.
Selanjutnya menurun pada tahun 2020 menjadi Rp 29,19 juta per per tenaga kerja per tahun, dan meningkat lagi pada tahun 2022 menjadi Rp 31,56 juta per tenaga kerja per tahun.
Fluktuasi produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dapat terjadi karena peningkatan atau penurunan pendapatan hasil produksi pada jumlah tenga kerja yang tetap. Juga dapat terjadi pada saat pendapatan dari hasil produksi yang tetap diiringi dengan menurunnya jumlah tenaga kerja. Demikian pula pada saat pendapatan dari hasil produksi meningkat lebih besar dari peningkatan jumlah tenaga kerja.
Sumber: Diolah dari Jawa Barat dalam Angka 2014- 2023 dan Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus2012 - 2022
Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan Jawa Barat (Rp juta/orang per tahun)
Penurunan produktivitas tenaga kerja pertanian dari tahun 2019 ke 2020 di Jawa Barat diduga berkaitan dengan tejadinya pandemi covid-19 selama awal tahun 2019 sampai dengan awal tahun 2023, yang menurunkan aktivitas berbagai sektor ekonomi.
Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian selama kurun waktu tersebut menunjukkan kemampuan tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat dalam meningkatkan produksi pertanian. Analisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian berdasarkan PDRB sektor pertanian pada harga konstan dimaksudkan agar peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh peningkatan kemampuan tenaga kerjanya bukan disebabkan oleh meningkatnya harga produk pertanian.
Pada tahun 2012 produktivitas tenaga kerja sektor perdagangan lebih besar, yaitu Rp 36,76 juta per tenaga kerja per tahun, juga mengalami fluktuasi selama kurun waktu tersebut, dan meningkat menjadi Rp 42,38 per tenaga kerja per tahun pada tahun 2022. Pada tahun 2012 produktivitas tenaga kerja sektor industri jauh lebih besar, yaitu Rp 115,36 juta per tenaga kerja per tahun, juga mengalami fluktuasi selama kurun waktu tersebut, dan meningkat menjadi Rp 151,10 per tenaga kerja per tahun pada tahun 2022. Perbedaan nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian yang besar dengan sektor industri dan sektor perdagangan merupakan indikator tenaga kerja sektor
pertanian Jawa Barat memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan sektor industri dan perdagangan.
Produktivitas tenaga kerja akan berbeda beda diantara sektor usaha dalam perekonomian regional maupun nasional terjadi karena setiap sektor usaha memiliki perbedaan dalam jenis produk yang dihasilkan, harga produk, perbedaan jumlah tenaga yang dicurahkan untuk mengasilkan satuan produk, perbedaan teknologi yang digunakan dalam proses produksi, demikian pula perbedaan dalam kualitas tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Adanya perbedaan nilai produktivitas tenaga kerja diantara sektor pertanian, industri, dan perdagangan merupakan indikator terjadinya proses transformasi struktur ekonomi dari dominasi sektor pertanian menjadi dominasi sektor industri dan jasa.
Usia Tenaga Kerja Sektor Pertanian Jawa Barat dan hubungannya dengan Produkti- vitas Tenaga Kerja
Keadaan Tenaga kerja sektor pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitasnya. Berbagai dimensi tenaga kerja seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, maupun pengalaman kerja dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja tersebut. Usia produktif tenaga kerja diyakini merupakan usia ideal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal pada keadaan faktor yang lain yang sama. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat mulai yang terbesar secara berurutan adalah kelompok usia 45-54 tahun, usia 35-44 tahun, usia ≥ 60 tahun, dan usia 25-34 tahun, sedangkan kelompok usia 15-24 tahun dan usia 55-59 tahun jumlahnya jauh lebih rendah, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian Jawa Barat didominasi oleh tenaga kerja berusia tua dan lanjut usia. Terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada kelompok usia15-24 tahun, usia 25-34 tahun, usia 35-44 tahun, usia 45-54 tahun, dan
0 20 40 60 80 100 120 140 160
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 Pertanian Industri Perdagangan
usia ≥ 60 tahun, kecuali pada kelompok usia 55-59 tahun mengalami peningkatan selama kurun waktu tahun 2006 -2017.
Sumber: Diolah dari Jawa Barat dalam Angka 2008- 2020 dan Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2006 - 2017
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Usia (jiwa)
Pada Gambar 2, tampak bahwa tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat memiliki usia yang sangat ragam serta semakin semakin di dominasi oleh usia tua dan lanjut usia. Melihat peningkatan produktivitas tenaga kerjanya, tampak bahwa jumlah dan usia tenaga kerja tidak menjadi faktor penentu. Walaupaun terjadi penurunan jumlah petani selama periode tersebut, produktivitas tenaga sektor pertania Jawa barat kerja tetap meningkat. Demikian pula berdasarkan identifikasi usia tenaga kerja, jumlah tenaga kerja usia produktif mengalami penurunan, termasuk tenaga kerja usia muda.
Hal ini disebabkan terdapat faktor-faktor yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, seperti penerapan teknologi budidaya pertanian, peningkatan sarana produksi, maupun peningatan pengalaman kerja .
Selama kurun waktu tahun 2006-2017, rata- rata pangsa tenaga kerja pada kelompok usia 15-24 tahun hanya 7,51% dan mengalami penurunan dari 7,63% pada tahun 2006 menjadi 5,92% pada tahun 2017 (Gambar 2). Rata-rata
pangsa tenaga kerja kelompok usia 55-59 tahun adalah 9,75%; meningkat dari 8,28% pada tahun 2006 menjadi 12,20% pada tahun 2017.
Rata-rata pangsa tenaga kerja kelompok usia 25-34 tahun adalah 16,47%; menurun dari 16,48% pada tahun 2006 menjadi 11,17% pada tahun 2017. Rata-rata kelompok usia ≥ 60 tahun adalah 19,97%; yang meningkat dari 22,94% pada tahun 2006 menjadi 25,93% pada tahun 2017. Rata-rata pangsa kelompok usia 35-44 tahun adalah 22,22%; menurun dari 21,76% pada tahun 2006 menjadi 20,22% pada tahun 2017.
Menurunnya persentase tenaga kerja kelompok usia muda dan usia produktif merupakan indikator menurunnya minat angkatan kerja untuk bekerja di sektor pertanian.
Kedua kelompok usia tersebut merupakan tenaga kerja yang sangat produktif dan kreatif serta lebih mudah mengadopsi berbagai inovasi teknologi. Sebaliknya, tingginya jumlah tenaga kerja kelompok lanjut usia mengisyaratkan upaya kelompok tersebut tetap bekerja agar tetap mendapat penghasilan.
Sumber: Diolah dari Jawa Barat dalam Angka 2008- 2020 dan Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2006 - 2017
Gambar 3. Perkembangan Persentase Kelom- pok Usia Tenaga Kerja Sektor Per-
tanian Jawa Barat (%)
0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
15-24 tahun 25-34 tahun
35-44 tahun 45-54 tahun
55-59 tahun 60 tahun ke atas
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018
15-24 tahun 25-34 tahun
35-44 tahun 45-54 tahun
55-59 tahun 60 tahun ke atas
Hasil analisisis korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif dan sigifikan antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan tenaga kerja kelompok usia 15-24 tahun (-0,821), usia 25-34 tahun (- 0,921), usia 35-44 tahun (-0,948), dan usia 45- 54 tahun (-0,848), sedangkan tenaga kerja kelompok usia 55-59 tahun dan usia ≥ 60 tidak berhubungan. Artinya semakin sedikit jumlah tenaga kerja kelompok usia 15-24 tahun, usia 25-34 tahun, usia 35-44 tahun, dan usia 45-54 tahun, maka semakin meningkat produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Hasil analisis ini memperkuat dugaan meningkatnya penerapan tekonologi budidaya petanian, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peningkatan sarana produksi, serta faktor lainnya yang mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Sehingga walaupun terjadi penurunan jumlah tenaga kerja kelompok-kelompok usia tersebut, tetap terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Barat.
KESIMPULAN
Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat menunjukkan pertumbuhan selama kurun tahun 2012-2022 dari Rp 22,29 juta per tenaga kerja per tahun 2012 menjadi Rp 31,56 juta per tenaga kerja per tahun pada tahun 2022 . Selama kurun waktu tersebut produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri dan perdagangan.
Jumlah tenaga kerja sektor pertanian Jawa Barat mulai yang terbesar secara berurutan adalah kelompok usia 45-54 tahun, usia 35-44 tahun, usia ≥ 60 tahun, dan usia 25-34 tahun, sedangkan kelompok usia 15-24 tahun dan usia 55-59 tahun jumlahnya jauh lebih rendah, menunjukkan bahwa sektor pertanian Jawa Barat didominasi oleh tenaga kerja berusia tua dan lanjut usia. Terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian pada kelompok usia15-24 tahun, usia 25-34 tahun, usia 35-44 tahun, usia 45-54 tahun, dan usia ≥ 60 tahun, kecuali pada kelompok usia 55-59 tahun
mengalami peningkatan selama kurun waktu tahun 2006 -2017.
Selama kurun waktu tahun 2006-2017, rata- rata pangsa tenaga kerja pada kelompok usia 15-24 tahun hanya 7,51% dan mengalami penurunan dari 7,63% pada tahun 2006 menjadi 5,92% pada tahun 2017. Rata-rata pangsa tenaga kerja kelompok usia 55-59 tahun adalah 9,75%; meningkat dari 8,28% pada tahun 2006 menjadi 12,20% pada tahun 2017. Rata-rata pangsa tenaga kerja kelompok usia 25-34 tahun adalah 16,47%; menurun dari 16,48% pada tahun 2006 menjadi 11,17% pada tahun 2017.
Rata-rata kelompok usia ≥ 60 tahun adalah 19,97%; yang meningkat dari 22,94% pada tahun 2006 menjadi 25,93% pada tahun 2017.
Rata-rata pangsa kelompok usia 35-44 tahun adalah 22,22%; menurun dari 21,76% pada tahun 2006 menjadi 20,22% pada tahun 2017..
Hasil analisisis korelasi Pearson menunjukkan adanya korelasi negatif dan sigifikan antara produktivitas tenaga kerja sektor pertanian dengan tenaga kerja kelompok usia 15-24 tahun (-0,821), usia 25-34 tahun (- 0,921), usia 35-44 tahun (-0,948), dan usia 45- 54 tahun (-0,848), sedangkan tenaga kerja kelompok usia 55-59 tahun dan usia ≥ 60 tidak berhubungan.
SARAN
Dalam kondisi menurunnya jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Jawa Barat, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan penerapan teknologi pertanian, peningkatan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, peningkatan anggaran sektor pertanian, maupun pemanfaatan lahan yang tidak digunakan, Untuk menarik minat angkatan kerja berusia muda agar bekerja di sektor pertanian dibutuhkan berbagai insentif antara lain kemudahan akses terhadapam modal usahatani dengan bunga rendah, diversifikasi tanaman komersial, pengembangan infrastruktur pemasaran.
REFERENCES
Arifin, B. (2004). Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas
Bappenas. 2018. Kelompok Usia-SEPAKAT.
Diunduh dari
https://sepakat.bappenas.go.id › wiki › Kelompok_Usia pada tanggal 20 Juli 2023 Botelho, V and A.D. Silva. 2019.
Employment growth and GDP in the euro area. Diunduh dari
https://www.ecb.europa.eu/pub/economic- bulletin/focus/2019/html/
ecb.ebbox201902_03 ~29
ccc5ebf4.en.html. pada tanggal 10 Juli 2023.
Daniel, P. A. (2020). Pengaruh Upah Dan Pendidikan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Di Provinsi Jambi.
Journal Development, 8(2), 96–102.
ILO. (2021). Statistics on Labour Productivity.
https://ilostat.ilo.org/topics/labour- productivity/
Investopedia Team. 2020. Labor
Productivity: What It Is, How To Calculate
& Improve It
Diunduh dari
Https://Www.Investopedia.Com/Terms/L/
Labor-Productivity.Asp. Diunduh tanggal 11 juli 2023.
Jawa Barat dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2015. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2018. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2019. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2020. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2021. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2022. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
2023. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
Keadaan Angkatan Kerja Indonesia Agustus 2006. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2007. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2008. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2009. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2010. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2011. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2012. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2013. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2014. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2015. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2016. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
2017. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.
Oktavia, A, Zulfanetti, dan Yulmardi. 2017.
Analisis produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Sumatera. Jurnal Paradigma Ekonomika Vol. 12. No. 2, Juli -Desember 2017.
Rahman dan Octaviani. 2020. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian Dan Kemiskinan Di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional VARIANSI Tahun 2020.
Simanjuntak, P. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suyono, B., & Hermawan, H. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Kulit Di Kabupaten Magetan.
Ekomaks, 2(9), 1–15.
World Bank, 2023. PDB Per Orang Yang
Bekerja. Diunduh dari
https://data.worldbank.org/indicator/
SL.GDP.PCAP.EM.KD) pada tanggal 10 Juli 2023.