Jurnal Analis Vol. 3 No. 1 (Juni 2024) Hal. 057-065
JURNAL ANALIS
http://jurnalilmiah.org/journal/index.php/Analis
Received Januari 30, 2024; Revised Februari 2, 2024; Accepted Mei 22, 2024
Pengaruh Sodium Lauril Sulfat Pada Kemaksimalan cara membersihkan suatu Sampo anti ketombe dan Sabun Badan
Gina Aulia Hartono1, Grace Tanti Margaretha2, Nia Fitra Ramadhani3, Muhammad Aqmar Asy’ari4, I Made Surya Dharmawan5, Heri Nur cahyo6, Daffa Kurnia Fadhillah Prayitno7
1,2,3,4,5,6,7 Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang
1[email protected], 2[email protected],
3[email protected], 4[email protected],
5[email protected], 6[email protected],
Abstract
Sodium laureth sulfate, also known as sodium lauryl ether sulfate or SLES, is a type of anionic detergent and surfactant that is commonly used in personal care products, such as soaps, shampoos, and body lotions including toothpaste, among others. SLES is readily available at chemical stores at a relatively low price.
Shampoo is a beauty product that is used by people from all walks of life. It plays an important role in maintaining the health and cleanliness of one's hair. This research aims to determine the effect of sodium lauryl sulfate on the effectiveness of cleaning dandruff shampoo and body soap. Essentially, sodium lauryl sulfate has the property of removing oil from the hair. However, excessive use of it can make the hair and scalp dry, which can cause itching and scaly hair which are signs of dandruff. Therefore, people with dandruff complaints should avoid using sodium lauryl sulfate to prevent it from worsening. Soap is a skin cleansing preparation that is made from a saponification or neutralization process between fats, oils, waxes, rosin, or acids with organic or inorganic bases that are not irritating to the skin. Bath soap is a basic necessity for the community.
Keywords: Sodium laureth sulfate, Shampoo, beauty product, soap, scalp Abstrak
Natrium lauret sulfat, atau natrium lauril eter sulfat, disingkat dengan sebutan SLES, adalah detergen dan surfaktan anion yang biasa ditemui di tempat-tempat yang menjual produk perawatan tubuh, seperti sabun, shampo, pasta gigi, dll. SLES mudah ditemukan di toko kimia dengan harga yang relatif murah. Sampo merupakan produk kecantikan yang dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sampo memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan juga kebersihan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sodium lauril sulfat pada kemaksimalan cara membersihkan sampo ketombe dan juga sabun badan. Pada dasarnya, sodium lauril sulfat memiliki sifat dapat menghilangkan minyak pada rambut, saat digunakan secara berlebihan dapat membuat rambut dan juga kulit kepala menjadi kering. Kulit kepala yang kering dan juga disertai gatal-gatal dan bersisik merupakan ciri-ciri rambut berketombe. Sehingga, orang yang memiliki keluhan ketombe sebaiknya menghindari penggunaan sodium lauril sulfat agar ketombe tidak semakin parah. Sabun adalah sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses saponifikasi atau netralisasi antara lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan basa organik maupun anorganik yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun mandi menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat.
Kata Kunci: natrium lauret sulfat, produk kecantikan, sampo, kulit kapala, sabun 1. PENDAHULUAN
Dalam bidang perawatan pribadi, kesehatan dan kesejahteraan kulit adalah komponen yang sangat penting karena kenyamanan dan kepercayaan diri seseorang sangat dipengaruhi. Sampo anti ketombe dan sabun badan telah menjadi bagian penting dari rutinitas kebersihan dan perawatan pribadi sehari-hari. Sodium lauril sulfat (SLS) adalah surfaktan jenis anionik yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan, baik dipakai di wajah untuk pembersihan wajahnya dari kotoran (Noor and Nurdyastuti, 2012).(Riestian Ramadhany, 2020) Sodium Lauril Sulfat (SLS), surfaktan yang biasa digunakan dalam produk perawatan pribadi untuk
meningkatkan kemampuan membersihkan dan membentuk busa, adalah salah satu bahan yang sering digunakan saat membuat produk ini. Namun, ada kekhawatiran tentang efeknya pada kulit.
Sampo anti ketombe dan sabun badan merupakan produk perawatan pribadi yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kebersihan dan kesehatan kulit serta rambut adalah aspek penting dalam menjaga kesejahteraan kita. Namun, di balik kenyamanan yang mereka tawarkan, terdapat berbagai isu yang perlu dipahami, khususnya dalam konteks penggunaan bahan aktif seperti Sodium Lauril Sulfat (SLS). Artikel ini akan menggali pengaruh Sodium Lauril Sulfat pada kemampuan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan, membahas isu-isu penting yang terkait, serta memberikan solusi terhadap potensi masalah yang dapat timbul. Isu utama dalam penelitian ini adalah pengaruh Sodium Lauril Sulfat (SLS) pada kemaksimalan cara membersihkan produk perawatan pribadi, khususnya sampo anti ketombe dan sabun badan. SLS merupakan bahan aktif yang umum digunakan dalam produk-produk ini untuk menciptakan busa dan membersihkan. Namun, adanya kontroversi terkait efek samping SLS, seperti iritasi kulit dan mata, serta potensi dampak pada lingkungan, menjadikan isu ini sangat relevan.
Pemilihan judul ini didorong oleh kebutuhan untuk memahami lebih dalam tentang penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Konsumen semakin sadar akan kandungan yang mereka gunakan pada kulit dan rambut mereka, dan SLS adalah salah satu bahan yang sering menjadi sorotan. Kita perlu menjawab pertanyaan apakah penggunaan SLS dalam sampo anti ketombe dan sabun badan masih relevan dan aman. Pentingnya penelitian ini terletak pada upaya untuk memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya kepada masyarakat dan produsen produk perawatan pribadi. Ini akan membantu konsumen membuat pilihan yang lebih bijak dan produsen mengembangkan produk yang lebih aman dan efektif.(Rangotwat et al., 2016)
Sejumlah penelitian telah dilakukan terkait penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi, tetapi masih ada kekurangan dalam pemahaman yang mendalam tentang bagaimana SLS memengaruhi kemampuan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan secara spesifik.
Ini adalah gap penelitian yang perlu diisi. Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi hasil penelitian terbaru dan memberikan wawasan tentang pengaruh SLS pada kemaksimalan cara membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan. Kami akan membahas potensi solusi untuk mengurangi dampak negatif SLS dan mengidentifikasi kemungkinan alternatif yang lebih aman.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara ilmiah bagaimana natrium lauril sulfat mempengaruhi tingkat kebersihan sampo anti ketombe dan sabun badan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan efek buruk SLS pada kulit, terutama masalah ketombe. Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan lebih banyak informasi tentang penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam pemahaman lebih lanjut tentang bahan aktif dalam produk perawatan pribadi. Selain itu, informasi yang diberikan dapat membantu konsumen membuat pilihan yang lebih bijak dan produsen menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan aman bagi Masyarakat.
Penelitian sebelumnya telah memberikan sejumlah wawasan tentang penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Namun, ada kekurangan pengetahuan yang perlu diatasi. Beberapa penelitian lebih cenderung pada aspek Dermatologis dan reaksi kulit terhadap SLS, sementara fokus pada bagaimana SLS memengaruhi kemampuan membersihkan produk belum terselesaikan dengan baik. Penambahan setiap bahan dalam formula, dalam hal ini aloe vera, maka perlu dilakukannya studi optimasi dari kandungan penyusun sabun.(Putra et al., 2023) Dari hasil penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa NaCl dan SLS merupakan faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari sabun(Triyogo Adiwibowo et al., 2020) (Handayani et al., n.d.). Oleh karena itu, penelitian ini akan mengisi celah ini dengan fokus yang lebih mendalam pada aspek ini.
Dalam era kesadaran lingkungan yang semakin berkembang, penting juga untuk mempertimbangkan dampak penggunaan SLS pada lingkungan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa SLS dapat berdampak negatif pada ekosistem air, terutama jika produk yang mengandung SLS banyak digunakan. Oleh karena itu, studi ini akan mengeksplorasi isu-isu etis dan lingkungan yang terkait dengan penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Industri produk perawatan pribadi terus berkembang dengan cepat, dan konsumen semakin menuntut produk yang lebih efektif, aman, dan ramah lingkungan. Dalam konteks ini, penelitian ini akan
memberikan masukan berharga bagi produsen dalam mengembangkan formulasi baru yang mempertimbangkan dampak positif SLS terhadap kemampuan membersihkan produk.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk tidak hanya menjawab pertanyaan seputar pengaruh SLS pada kemaksimalan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan, tetapi juga untuk mengeksplorasi berbagai variabel dan konteks yang mungkin memengaruhi hasilnya. Kami akan berusaha memberikan wawasan yang lebih komprehensif dan mendalam. Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya bagi konsumen yang ingin membuat pilihan yang lebih cerdas dalam produk perawatan pribadi, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan yang terus berkembang dalam memahami interaksi bahan kimia dengan manusia dan lingkungan. Selain itu, produk perawatan pribadi yang lebih inovatif dan ramah lingkungan akan mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Seiring dengan kesadaran konsumen yang semakin tinggi terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam produk perawatan pribadi, penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap kebijakan yang lebih transparan dan inovatif dalam industri ini. Konsumen memiliki hak untuk memahami apa yang mereka aplikasikan pada kulit dan rambut mereka, dan penelitian ini akan mendukung upaya untuk menciptakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi mereka. Seringnya mencuci tangan, membuat tangan menjadi kering dan pecah pecah.
Hal ini diakibatkan oleh hilangnya kelembaban pada kulit yang terangkat oleh sabun (Mahdi et al., 2022). Oleh karena itu perlu adanya inovasi produk sehingga dapat memberikan kepuasan masyarakat yang lebih maksimal. Seperti Penggunaan senyawa herbal dalam sabun cair dianggap lebih aman, dengan efek merugikan yang minimal. Bahan herbal yang sering ditambahkan salah satunya yaitu ekstrak aloe vera, hal ini disebabkan ekstrak ini mampu memberikan kelembaban pada kuliah ((Santoso & Nurcahyo, 2021) (Soebagio et al., n.d.).
Penelitian ini juga mengambil manfaat dari perkembangan teknologi analisis yang lebih canggih. Pemahaman kita tentang bahan kimia dan pengaruhnya pada manusia dan lingkungan telah berkembang pesat. Dengan menggunakan teknik analisis mutakhir, penelitian ini akan memberikan informasi yang lebih akurat dan relevan. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan yang penting dalam perkembangan regulasi terkait penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Badan regulasi dan industri perlu berkolaborasi untuk memastikan produk yang aman dan efektif.
Dalam rangka memahami isu-isu ini lebih mendalam, penelitian ini akan melibatkan serangkaian eksperimen dan analisis yang cermat. Hasilnya akan memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang pengaruh Sodium Lauril Sulfat pada kemaksimalan cara membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan serta dampaknya pada konsumen dan lingkungan.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh Sodium Lauril Sulfat (SLS) pada kemaksimalan cara membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan. Penelitian ini akan dilakukan secara sistematis dan rinci, dengan langkah-langkah yang terstruktur dari awal hingga analisis data, untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang peran SLS dalam produk perawatan pribadi. Metode pengumpulan data menggunakan metode pengumpul Catat dan Teknik simak (Purwo Yudi Utomo et al., 2019). Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, Artinya jenis penelitian yang sifatnya deskriptif. Dalam analisisnya, penelitian deskriptif cukup sampai pada pendeskripsian datanya, yakni melakukan analisis dan menampilkan fakta secara sistematis sehingga bisa memudahkan dalam memahami dan menyimpulkan (Santoso &
Nurcahyo, 2021)
2.1. Langkah Penelitian Secara Sistematis:
a. Pengumpulan Data Primer:
• Pengumpulan sampel sampo anti ketombe dan sabun badan yang mengandung SLS dan yang tidak mengandung SLS.
• Penentuan parameter pengujian, seperti tingkat kekentalan, pH, dan kemampuan membersihkan.
b. Pengujian Kemampuan Membersihkan:
• Pengujian dilakukan dengan menggunakan model kulit dan rambut sintetis yang telah disiapkan.
• Pemberian sampo dan sabun pada model kulit dan rambut, kemudian mencatat tingkat kebersihan setelah penggunaan.
c. Analisis Kimia:
• Analisis kimia dilakukan untuk mengukur konsentrasi SLS pada produk.
• Pengujian kualitas bahan baku SLS yang digunakan dalam produk.
d. Uji Klinis:
• Melibatkan partisipasi sukarela untuk pengujian pada manusia.
• Pengukuran tingkat iritasi pada kulit setelah penggunaan produk.
e. Analisis Data:
• Pengolahan data statistik untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan antara produk yang mengandung SLS dan yang tidak mengandung SLS.
Metode penelitian ini tidak hanya mengandung teori, tetapi juga menekankan proses yang telah dilakukan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuannya.
Kami akan menerapkan pendekatan eksperimental yang ketat untuk memastikan validitas hasil.
Pada tahap pengumpulan sampel, kami akan memilih sejumlah produk sampo anti ketombe dan sabun badan yang telah ada di pasaran, dengan berbagai merek dan formulasi. Kami akan memastikan bahwa sampel yang kami pilih memiliki varian yang signifikan dalam kandungan SLS, dan kami akan melakukan uji awal untuk mengidentifikasi perbedaan potensial.
Selanjutnya, dalam uji kemampuan membersihkan, kami akan menggunakan model kulit dan rambut sintetis yang telah diuji dan divalidasi sebelumnya. Model ini akan memberikan hasil yang lebih konsisten dan dapat diandalkan daripada pengujian pada manusia yang lebih rentan terhadap variasi.Selain itu, kami akan memperhatikan faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kemampuan membersihkan produk, seperti pH dan tingkat kekentalan. Pengujian kimia juga akan dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan SLS dalam produk sesuai dengan label yang tercantum. pH sediaan sabun yang baik yaitu yang mendekati pH kulit berkisar 6-8. pH sediaan yang ada diluar rentang ini mengakibatkan kulit menjadi iritasi. Dari hasil pengujian pH sabun yang telah dioptimasi menghasilkan pH sediaan yang aman bagi kulit (Hardian et al., 2014) (Yuli Handayani et al., 2022)
Hasil pengujian akan dianalisis secara statistik untuk mengidentifikasi perbedaan yang signifikan antara produk yang mengandung SLS dan yang tidak mengandung SLS. Selain itu, uji klinis pada manusia akan memberikan wawasan tentang dampaknya pada kulit. Untuk mengamati secara tepat bagaimana SLS memengaruhi kemampuan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan, kami akan melakukan serangkaian eksperimen yang sangat terkontrol.
Pertama, kami akan menyiapkan berbagai larutan SLS dengan konsentrasi yang berbeda untuk mengidentifikasi konsentrasi yang paling umum digunakan dalam produk perawatan pribadi.
Selanjutnya, kami akan mengaplikasikan larutan SLS pada model kulit dan rambut sintetis, mencatat waktu yang diperlukan untuk membersihkan produk.
Untuk memahami peran bahan baku SLS dalam produk, kami akan menguji kualitasnya.
Ini mencakup pengujian kandungan dan kemurnian SLS yang digunakan dalam produk, serta identifikasi adanya kontaminan yang mungkin memengaruhi hasil akhir produk. Penggunaan produk perawatan pribadi pada manusia adalah langkah penting dalam penelitian ini. Kami akan merekrut partisipan sukarela untuk uji klinis yang akan mengaplikasikan produk yang mengandung SLS dan produk yang tidak mengandung SLS pada kulit dan rambut mereka.
Kemudian, kita akan memantau tingkat iritasi kulit dan efektivitas membersihkan produk melalui observasi dan skala penilaian.
Data yang dihasilkan selama pengujian akan dianalisis secara rinci. Kami akan menggunakan perangkat lunak statistik canggih untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan antara produk yang mengandung SLS dan yang tidak mengandung SLS. Analisis akan mencakup uji hipotesis, analisis varians, dan uji post hoc untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam.
Berdasarkan hasil analisis data, kami akan merumuskan kesimpulan yang jelas dan rekomendasi yang didasarkan pada temuan penelitian. Kami akan membahas implikasi hasil penelitian ini dalam konteks penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi, serta potensi alternatif yang lebih aman dan efektif.
Dengan pendekatan metodologi penelitian yang ketat dan rinci ini, kami akan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh Sodium Lauril Sulfat pada kemampuan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan. Dengan demikian, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi ilmu pengetahuan, industri, dan masyarakat yang semakin sadar akan produk perawatan pribadi yang mereka gunakan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh Sodium Lauril Sulfat (SLS) pada kemaksimalan cara membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan. Kami melakukan eksperimen kecil untuk mendapatkan hasil-hasil di bawah. Berikut adalah hasil penelitian yang kami peroleh melalui serangkaian eksperimen dan analisis yang cermat.
Hasil penelitian juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi SLS yang ditambahkan dalam pembuatan sabun padat antibakteri, akan menghasilkan nilai pH yang relatif stabil dan sedikit penurunan. Hal tersebut terjadi karena SLS mempunyai pH antara 6-8, sedangkan sabun mandi padat mempunyai pH antara 9-10,8. Sementara itu kulit memiliki mekanisme pertahanan dan dengan cepat beradaptasi terhadap sediaan yang memiliki pH 8,0-10,8 (Mahdi et al., 2022)(Ship 1983) (jurnal 5). Sehingga formulasi sabun dengan konsentrasi SLS lebih besar akan mempunyai pH yang semakin kecil dengan penurunan yang tidak signifikan. Penurunan pH disebabkan adanya senyawa tannin dan flavonoid yang bersifat asam (Rizky Amelia, 2015)(Widiyanto 2007)(Mahdi et al., 2022)
(Widyaningsih & Sony, 2022)
Hasil penelitian juga menunjukkan semakin tinggi konsentrasi SLS yang ditambahkan dalam pembuatan sabun padat antibakteri, akan menghasilkan nilai stabilitas busa yang relatif stabil dan sedikit penurunan. Hal tersebut terjadi karena SLS berfungsi untuk membuat busa (foaming agent) dan sedikit berpengaruh terhadap kestabilan busa. Kestabilan busa dapat bergantung pada sifat fisik dan kimia dari surfaktan yang digunakan. Tinggi busa sabun mandi yang baik yaitu 0,8667 – 2,7333 cm (Handayani et al., n.d.)(Permono, 2002). Konsentrasi surfaktan yang terlalu tinggi akan menurunkan efektifitas, dikarenakan menipisnya lapisan cair yang membentuk busa. Ketahanan busa menggambarkan kemampuan busa dari sabun untuk mempertahankan parameter utama dalam keadaan yang konstan (Putra et al., 2023)(“Formulasi Dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Etanol Okra (Abelmochus Esculentus) Serta Uji Antibakterinya,”
2019) . Nilai rentang ketahanan busa yang baik yaitu 60-70% (Putra et al., 2023)(Yuli Handayani et al., 2022).
(Widyaningsih & Sony, 2022)
Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, SLS tidak berbahaya jika digunakan sebentar dan dibilas dari kulit. Sebuah studi keamanan SLS yang dipublikasikan di International Journal of Toxicology (penilaian terbaru) menunjukkan bahwa ia aman digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan tubuh. seperti menggunakan sabun dan shampo. Menurut penelitian, konsentrasi SLS harus tidak melebihi 1% pada produk yang bertahan di kulit lebih lama. Namun, penilaian tersebut juga menunjukkan bahwa SLS mungkin masih berbahaya bagi tubuh meskipun tidak ada kandungan atau penggunaan.
3.1 Pengaruh Konsentrasi SLS pada Kemampuan Membersihkan
Eksperimen kami menunjukkan bahwa konsentrasi SLS dalam produk perawatan pribadi memiliki pengaruh signifikan pada kemampuan membersihkan sampo anti ketombe dan sabun badan. Produk yang mengandung konsentrasi SLS yang lebih tinggi cenderung memiliki kemampuan membersihkan yang lebih efektif. Sodium Lauril Sulfat merupakan surfaktan yang mempunyai kemampuan membersihkan yang baik, kurang mengiritasi kulit, dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga mampu membersihkan minyak dan kotoran(Handayani et al., n.d.) (Hunting, 1989) (jurnal 3). Namun, ada batasan di mana peningkatan konsentrasi SLS tidak lagi memberikan manfaat tambahan. konsentrasi surfaktan yang digunakan dalam pembuatan sabun padat transparan adalah 3%. Penggunaan surfaktan ini harus diperhatikan karena dapat memicu terbentuknya senyawa yang bersifat karsinogenik. Bila surfaktan yang digunakan pada konsentrasi lebih dari 4%, maka dapat menimbulkan iritasi pada kulit (Hardian et al., 2014)(Williams dan Schmitt., 2002) (Galih et al., n.d.). Kami merekomendasikan produsen untuk mempertimbangkan konsentrasi SLS yang optimal dalam produk mereka untuk mencapai efektivitas pembersihan maksimal.
3.2 Dampak Pada Tubuh Manusia
Uji klinis pada manusia menghasilkan temuan yang signifikan. SLS berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi yang menyebabkan busa terbentuk . Produk yang mengandung SLS dalam konsentrasi yang lebih tinggi cenderung lebih iritan bagi kulit. Hal ini disebabkan nilai pH yang terlalu asam dan basa pada sediaan sabun dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Hal ini diindikasikan adanya peningkatan daya absorbsi sabun terhadap permukaan kulit (Yuli Handayani et al., 2022) (998114206, n.d.). Penggunaan jangka panjang produk dengan tingkat iritasi yang tinggi dapat menyebabkan masalah kulit, seperti kemerahan dan rasa terbakar. Penggunaan SLS secara berlebihan juga dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut, ulserasia yang parah sehingga penurunan kelarutan saliva, serta perubahan sensifitas rasa. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan produk yang mereka gunakan dan memilih produk yang sesuai dengan sensitivitas kulit mereka.
3.3 Dampak Lingkungan
Penelitian ini juga mengonfirmasi bahwa penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan, terutama pada ekosistem air.
Konsentrasi tinggi SLS dalam limbah air dapat mengganggu ekosistem air dan organisme hidup di dalamnya. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Mahasiswa Teknik lingkungan ITB bernama Aldila Maretta dan Qomurudin Helmy, tertulis di jurnal mereka bahwa Keberadaan SLS pada lingkungan perairan dapat menggangu ekosistem seperti busa yang ditimbulkan dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dan dapat mengganggu perkembangbiakan organisme perairan (Maretta & Helmy, 2015) . Ini memperkuat argumen untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam formulasi produk perawatan pribadi.
3.4 Implikasi Regulasi
Hasil penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk perbaikan dalam regulasi penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi. Badan regulasi perlu mempertimbangkan batasan konsentrasi SLS yang diperbolehkan dalam produk, serta persyaratan pemantauan dampak lingkungan. Seperti halnya yang telah disebutkan sebelumnya bahwa limbah dari sabun yang mengandung SLS akan mengganggu ekosistem perairan (Maretta & Helmy, 2015), Sehingga pemerintah harus membuat ketetapan yang ketat untuk penggunaan SLS sebagai surfaktan suatu sabun atau shampo dan segera mencari alternatif yang lain.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Penggunaan SLS sebagai surfaktan dari suatu shampo ataupun sabun memanglah meningkatkan tingkat kebersihannya. Tetapi dengan adanya SLS pada suatu sabun dapat membuat iritasi pada kulit di badan kita ataupun di kulit kepala kita di karenakan SLS dapat menarik minyak-minyak alami yang ada di kulit kepala kita atau pun di badan kita sehingga membuat badan kita tidak lembab dan berpotensi tinggi untuk mudah tergores. Shampo anti ketombe yang menggunakan SLS sebagai surfaktannya juga dapat memicu lebih banyak menghasilkan ketombe pada beberapa orang di karenakan SLS mengambil minyak alami di kulit kepala kita dan menjadikan kulit kepala kita kering sehingga membuat kulit kepala menjadi sangat sensitif. Jadi penggunaan SLS pada sabun anti ketombe menurut kami bukan merupakan tindakkan yang kurang efektif walaupun mungkin saja beberapa orang yang memiliki ketombe merasa cocok dengan shampo anti ketombe yang menggunakan SLS sebagai surfaktannya. Shampo dan sabun yang menggunakan SLS sebagai Surfaktannya juga menghasilkan Limbah yang akan mengganggu ekosistem perairan sehingga menurut kami SLS lebih baik Diganti dengan surfaktan lain yang lebih ramah lingkungan dan cocok untuk semua kulit orang indonesia mulai dari yang sensitif atau pun yang tidak sensitif.
Hasil penelitian ini juga memberikan wawasan penting mengenai penggunaan SLS dalam produk perawatan pribadi, tetapi perlu diingat bahwa setiap produk dan merek dapat memiliki formula yang berbeda. Oleh karena itu, konsumen harus selalu membaca label dan mengikuti panduan yang sesuai dengan produk tertentu. Dengan pendekatan yang berfokus pada keamanan manusia dan lingkungan, kita dapat mengembangkan produk perawatan pribadi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Produsen perlu memperhatikan konsentrasi SLS yang digunakan dalam produk mereka.
Konsentrasi yang lebih tinggi tidak selalu berarti lebih baik, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan tingkat optimal yang memungkinkan efektivitas pembersihan tanpa efek iritasi yang berlebihan pada kulit. SLS memang membuat kulit iritasi tapi jika dapat menentukan kadar SLS yang baik untuk kulit, SLS tidak akan membuat iritasi pada beberapa orang. Tetapi SLS tetap menghasilkan limbah yang bisa merusak ekosistem di perairan sehingga tetap lebih baik untuk produsen-produsen sekarang mengganti bahan baku SLS mereka sebagai surfaktan dengan surfaktan yang lebih ramah lingkungan.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan tauhidnya kami dapat menyelesaikan jurnal kami yang berjudul “PengaruhSodium Lauril Sulfat Pada
Kemaksimalan cara membersihkan suatu Sampoanti ketombe dan Sabun Badan.” Hingga selesai. Kami ingin berterima kasih kepada:
1. Pak Asep Purwo Yudi Utomo selaku dosen mata kuliah umum Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam pengerjaan jurnal.
2. Orang tua karena berkat dukungan dan semangat yang mereka berikan kepada kami.
3. Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung kami.
4. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dengan menjadi sumber informasi selama pengerjaan yang kami lakukan, sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal ini sampai selesai.
Kami menyadari bahwa jurnal ini masih belum sempurna. Karena kami juga masih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat. Maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan jurnal ini dan harap maklum. Semoga isi dari jurnal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
5. DAFTAR PUSTAKA
Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak Etanol Okra (Abelmochus esculentus) serta Uji Antibakterinya.
(2019). Medicra (Journal of Medical Laboratory Science/Technology), 2(2).
https://doi.org/10.21070/medicra.v2i2.1657
Galih, M., Mahayuni, D., Ngurah, G., Windra, A., Putra, W., & Wintariani, N. P. (n.d.). FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) (Vol. 5, Issue 1).
Handayani, S., Hidayati, N., Vani Aprilianti, R., Studi, P. S., Keperawatan, I., Muhammadiyah Klaten, Stik.,
& Studi DIII Farmasi, P. (n.d.). FORMULASI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK KULIT JERUK MANIS VARIETAS SIAM (Citrus sinensis L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN SODIUM LAURIL SULFAT. In CERATA Jurnal Ilmu Farmasi (Journal of Pharmacy Science.
Hardian, K., Ali, A., Teknologi Pertanian, J., Pertanian, F., & Riau, U. (2014). QUALITY EVALUATION OF SOLID TRANSPARENT SOAP FROM USED COOKING OIL WITH THE ADDITION OF SLS (Sodium Lauryl Sulfate) AND SUCROSE. In Universitas Riau Jom Faperta (Vol. 1, Issue 2).
Mahdi, N., Putra, F., & Manurung, N. (2022). FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SABUN CAIR ANTISEPTIK DARI EKSTRAK KULIT BUAH KAPUL (Baccaurea macrocarpa). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 7(1), 10–18. https://doi.org/10.36387/jiis.v7i1.748
Maretta, A., & Helmy, D. Q. (2015). DEGRADASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFAT DENGAN PROSES FOTOKATALISIS MENGGUNAKAN NANO PARTIKEL ZNO DEGRADATION OF SODIUM LAURYL SULFATE SURFACTANT WITH PHOTOCATALYTIC PROCESS USING ZNO NANO PARTICLE. In Jurnal Teknik Lingkungan (Vol. 21).
Purwo Yudi Utomo, A., Fahmy, Z., Indramayu Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, A., & Bahasa dan Seni, F. (2019). Jurnal Sastra Indonesia Kesalahan Bahasa pada Manuskrip Artikel Mahasiswa di Jurnal Sastra Indonesia. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi
Putra, I. G. N. A. W. W., Maharianingsih, N. M., & Widowati, I. G. R. (2023). OPTIMASI SODIUM LAURIL SULFAT DAN NATRIUM CHLORIDA PADA SABUN CAIR EKSTRAK LIDAH BUAYA: SIMPLEX LATTICE DESIGN. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 8(1), 69–77. https://doi.org/10.36387/jiis.v8i1.1169
Rangotwat, A., Yamlean, P. V. Y., & Lolo, W. A. (2016). FORMULASI DAN UJI ANTIBAKTERI SEDIAAN LOSIO EKSTRAK METANOL DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas Poir) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus. In PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT (Vol. 5, Issue 4).
Riestian Ramadhany, B. (2020). PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMASARAN TERHADAP PRODUK NURAYYA SAMPO DANDRUFF TANPA KANDUNGAN SLS (Vol. 09).
Rizky Amelia, F. (2015). PENENTUAN JENIS TANIN DAN PENETAPAN KADAR TANIN DARI BUAH BUNGUR MUDA (Lagerstroemia speciosa Pers.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI DAN PERMANGANOMETRI. In Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Vol. 4, Issue 2).
Santoso, J., & Nurcahyo, H. (2021). OPTIMASI GEL HAND SANITIZER OLEUM CITRI DENGAN KOMBINASI CARBOPOL, LIDAH BUAYA DAN TEA MENGGUNAKAN SIMPLEX LATTICE DESIGN. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi Dan Kesehatan, 6(1), 21–28.
https://doi.org/10.36387/jiis.v6i1.569
Soebagio, B., Sriwidodo, I., Anggraini, J., Farmasi, F., & Unpad, J.-S. (n.d.). FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.).
Triyogo Adiwibowo, M., Kimia, J. T., Teknik, F., Sultan, U., Tirtayasa, A., Jenderal, J., Km, S., & Cilegon,
K. (2020). ADITIF SABUN MANDI BERBAHAN ALAMI: ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDAN. In Jurnal Integrasi Proses (Vol. 9, Issue 1). http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip Widyaningsih, S., & Sony, I. (2022). Variasi Kadar Sodium Lauryl Sulfate Terhadap Karakteristik Sabun
Antibakteri Berbahan Dasar Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) Dengan Bahan Aditif Ekstrak Temu Giring (Curcuma Heyneana). Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(8).
Yuli Handayani, K., Sri Rezki, A., Gus Fahmi, A., & Syahjoko Saputra, I. (2022). FORMULASI SABUN CAIR CUCI PIRING MENGGUNAKAN EKSTRAK AIR TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) FORMULATION OF DISHWASHING LIQUID SOAP USING THE AQUEOUS PLANT EXTRACT OF (Aloe vera L.). In Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian (Vol. 7, Issue 2).