OLEH :
FERNANDES SIMANGUNSONG
Kesepakatan
Bersama
Selamat…
Selamat…
Pagi!
Pagi!
Semangat…
Semangat…
Pagi!
Pagi!
PESERTA OTF PESERTA OTF
Luar…..Biasa Luar…..Biasa
Salam Kita
• Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
• Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
• NIP : 19770304 1995 11 1 001
• Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
• Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
• Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
• Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-BANDUNG
• Email : [email protected]
• HP : 08122445916
• WA : 082119982722
• Website : www.fernandessimangunsong.com
1.Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Dasar kewenangan:
Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan).
2.Undang-Undang tentang pembentukan daerah yang bersangkutan.
3.Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
(Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah).
4.Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan Daerah. (bila ada).
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan terdiri atas:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/ Perppu;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-
undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
8
PENETAPAN PENGATURAN
PRODUK HUKUM DAERAH
1.PERDA ATAU NAMA LAINNYA 2. PERKADA
3. PB KDH
4. PERATURAN DPRD
1. KEPUTUSAN KEPALA DAERAH 2. KEPUTUSAN DPRD
3. KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD 4. KEPUTUSAN BADAN
KEHORMATAN DPRD
HARUS MENCERMINKAN ASAS:
a. Pengayoman;
b. Kemanusiaan;
c. Kebangsaan;
d. Kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. Bhinneka tunggal ika;
g. Keadilan;
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.
11
1. Tertib Kewenangan
2. Tertib Substansi (Politik Hukum, Materi Muatan & Asas Hukum)
3. Tertib Prosedur/ Proses Pembentukan 4. Tertib Implementasi (manajemen
hukum: man, money, machine,
methode, material)
Materi muatan Peraturan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- Undangan yang lebih tinggi. (Pasal 14, UU12 Thn 2011).
1. Perencanaan;
2. Penyusunan;
3. Pembahasan;
4. Pengesahan atau Penetapan; dan
5. Pengundangan.
Pembentukan Peraturan Perundang- undangan
Perencanaa n
Penyusuna n
Pembahas an
Pengesahan / Penetapan
P e n y e b a r l u a s a n
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
•Rapat Dengar Pendapat Umum;
•Kunjungan kerja;
•Sosialisasi dan/atau
•Seminar, Lokakarya,
dan/atau Diskusi.
Partisipa si
Masyarak at
Pengundang an
HAM
&
GENDER
Outputnya : PROLEGDA
Prolegda adalah instrumen
perencanaan program pembentukan Perda Provinsi dan Perda
Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis (diatur mulai Ps. 33 sd Ps.41 UU
12/2011 dan Ps.9 sd Ps.15 PMDN
1/2014)
Merupakan daftar nominatif ranperda
Dapat dibuat ranperda diluar prolegda
untuk mewadahi perda yang diperintahkan oleh UU, PP, Permen yang diterbitkan
setelah prolegda ditetapkan.
Prolegda disusun untuk jangka waktu 1 tahun
Prolegda harus sudah ditetapkan sebelum
pembahasan APBD
Outputnya Rancangan Perda disertai naskah
akademik dan/atau penjelasan atau keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.
Rancangan Perda mengenai:
APBD, pencabutan Perda atau perubahan Perda yang hanya terbatas mengubah beberapa materi hanya disertai dengan penjelasan atau
keterangan
Ranperda dapat berasal dari DPRD atau KDH
Ranperda disertai penjelasan/keterangan dan atau naskah akademis
Ranperda didasarkan pada prolegda
Dalam keadaan tertentu dapat dibuat perda
yang belum termuat dalam prolegda
Naskah Akademik adalah naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam Rancangan Perda Provinsi
atau Perda Kabupaten/Kota sebagai solusi
terhadap permasalahan dan kebutuhan
hukum masyarakat.
• JUDUL,
• KATA PENGANTAR,
• DAFTAR ISI,
• BAB I PENDAHULUAN,
• BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS,
• BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PUU TERKAIT,
• BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS,
• BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERDA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA,
• B AB VI PENUTUP, (simpulan dan saran).
• DAFTAR PUSTAKA,
• LAMPIRAN : RANCANGAN PERDA.
Inisiatif KDH : Pembicaraan Tk 1
1.
Penjelasan KDH dalam paripurna ttg isi raperda
2.
Pemandangan umum fraksi
3.
Tanggapan KDH atas pemandangan umum
4.
Pembahasan dlm komisi, gab komisi, pansus
dengan KDH atau pejabat yg ditunjuk
Pembicaraan Tk II
1. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului:
a. laporan pimp komisi/pimp gab komisi/pimp pansus ttg proses pembahasan
b. pendapat fraksi c. hasil pembahasan
d. Permintaan persetujuan dr anggota secara lisan oleh pimp rapat paripurna
2. Pendapat akhir KDH
3. Bila tdk ada mufakat, keputusan diambil secara voting
4. Bila tidak memperoleh persetujuan bersama, tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu.
Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Dalam hal rancangan Perda tidak
mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan kepala daerah, Rancangan
Perda tersebut tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan DPRD masa itu.
Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda.
Penyampaian Rancangan Perda dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama.
Kepala daerah menetapkan Rancangan Perda dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Perda disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah tidak menandatangani Rancangan Perda Rancangan Perda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dalam lembaran daerah.
Rancangan Perda yang tdk di tandatangani KDH dinyatakan sah dengan kalimat pengesahannya berbunyi: Perda ini dinyatakan sah.
Perda diundangkan oleh Sekretaris Daerah (PLT / PLH)
Diundangkan dalam Lembaran Daerah
Dilarang mengundangkan dalam bentuk:
An Sekda Kepala Bappeda
Kepala Biro Hukum Selaku Plt Sekda
1. Sosialisasi Perda 2.Manajemen Hukum
a. Man/ Aparatur :
Kompetensi dasar, pemahaman substansib. Money/Anggaran
c. Machine/ Sarana&prasarana d. Matherial/ bahan
e. Methode/tata caranya
3. Koordinasi Penegakan Perda (satpol PP dan PPNS)
27
KLASIFIKASI JENIS PERDA
1.Perda Pungutan : Pajak & Retribusi.
2.Perda Bernuansa Agama/Syariah.
3.Perda Minuman Beralkohol.
4.Perda Pendidikan.
5.Perda Penyertaan Modal.
6.Perda Sumbangan Pihak ketiga.
7.Perda Kegiatan Tahun Jamak.
8.Perda Tata Ruang Daerah.
9.Perda Cekungan Air tanah (Kepres 26/2011).
10.Perda IMTA (PP 97/2012).
11.Perda Ketenagakerjaan (UU 13/2003).
12.Permasalahan Legal Drafting.