• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 Kunci Sukses Membangun Budaya Keselamatan di Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "7 Kunci Sukses Membangun Budaya Keselamatan di Perusahaan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Budaya keselamatan merupakan keterkaitan tiga unsur yaitu fisiologis (orang), perilaku (tempat kerja) dan sistemik (organisasi). Budaya keselamatan yang baik dapat membentuk perilaku pekerja ke arah keselamatan dalam bekerja, yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam melakukan pekerjaan. Bagi seorang manajer keselamatan, hal ini merupakan tantangan besar dalam membangun budaya keselamatan di tempat kerja, karena harus mengubah kebiasaan banyak orang.

Tujuan ditetapkan atau dilaksanakannya peraturan dan prosedur tersebut adalah untuk mengendalikan bahaya yang ada di tempat kerja, melindungi pekerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan mengatur perilaku pekerja sehingga akan tercipta budaya keselamatan yang baik. Budaya keselamatan akan lebih efektif apabila komitmen manajemen dilaksanakan secara nyata dan adanya keterlibatan pekerja secara langsung dalam keselamatan kerja. Budaya keselamatan dalam suatu perusahaan dapat dikatakan baik apabila tidak terdapat budaya saling menyalahkan antara pekerja dengan pekerja atau pekerja dengan manajer ketika terjadi kecelakaan kerja.

Dampak positif dari pembentukan perilaku keselamatan yang baik adalah dapat mengurangi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan merupakan faktor penting dalam membangun budaya keselamatan di tempat kerja. Pemimpin mempunyai pengaruh dalam mengubah persepsi pekerja, cara berpikir, bertindak dan berperilaku untuk membangun budaya keselamatan. Harus disadari bahwa unsur utama dalam membangun budaya keselamatan adalah terbentuknya sikap dan perilaku aman yang dibangun dari nilai-nilai keselamatan yang tertanam dalam budaya organisasi.

Anda dapat menggunakan tujuh elemen di atas untuk membangun budaya keselamatan yang kuat dan berkelanjutan di perusahaan Anda.

Memiliki kompetensi manajerial, emosional, dan spiritual

Yang dimaksud disini adalah tonggak awal terbentuknya budaya K3 yang dimulai dari pimpinan puncak yaitu para pimpinan. Komitmen dan keteladanan pemimpin merupakan faktor terpenting yang menentukan keberhasilan membangun budaya keselamatan di perusahaan. Manajemen keselamatan berperan penting dalam menggerakkan partisipasi pekerja untuk selalu mengedepankan K3 dalam setiap kegiatan operasional.

Karakter kepemimpinan keselamatan seperti apa yang harus dimiliki seorang pemimpin agar berhasil membangun budaya K3 yang efektif?

Memiliki sifat optimistis dan visioner

Pemimpin yang sukses selalu percaya kepada timnya

Melibatkan pekerja dalam implementasi K3

Melakukan perbaikan performa K3 yang berkelanjutan

Meskipun sistem K3 saat ini sudah efektif dalam mengurangi angka kecelakaan, namun pengemudi akan tetap mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sistem yang ada serta melakukan perbaikan terus menerus untuk meningkatkan kinerja K3.

Memiliki kebijakan dan peraturan K3 yang jelas

Akuntabel dan bertanggung jawab

Melakukan pengukuran dan pemantauan efektivitas kinerja K3

Pemimpin yang kompeten dan bertanggung jawab memahami cara mengukur dan memantau untuk mengukur tingkat efektivitas kinerja K3 di perusahaannya. Hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dianalisis dan digunakan untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan penerapan K3 atau perlunya tindakan perbaikan untuk mencapai kinerja K3 yang lebih baik lagi.

Bersifat terbuka dan tidak ragu meminta pendapat kepada timnya

Terus berinovasi menyusun strategi untuk menciptakan safety culture

10 Kebiasaan Ini Sebaiknya Dilakukan

Safety Manager Dalam Menerapkan K3 Di Perusahaan

  • Memberi pujian kepada karyawan yang telah menerapkan perilaku aman di tempat kerja
  • Menumbuhkan kesadaran karyawan bahwa keselamatan kerja adalah tanggung jawab bersama
  • Melibatkan karyawan dalam implementasi K3
  • Memberi penghargaan atas partisipasi karyawan dalam penerapan K3
  • Menjadi contoh suri teladan bagi karyawan Anda
  • Melakukan investasi dengan berbagi pengetahuan pada karyawan
  • Melakukan peningkatan dan perbaikan program K3 secara berkelanjutan
  • Melakukan pemantauan dan inspeksi lapangan secara berkala
  • Menjaga keterbukaan dengan karyawan Anda
  • Mencoba belajar sesuatu yang baru setiap hari

Alli mengatakan dalam bukunya yang berjudul Prinsip Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja bahwa komitmen dan keseriusan manajemen (manajemen puncak dan tim manajemen) untuk mengutamakan H3 merupakan hal terpenting yang menentukan keberhasilan program H3 dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer atau supervisor keselamatan harus memiliki kepemimpinan keselamatan yang baik. Membentuk sikap bahwa keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap pegawai dan departemen K3 berperan sebagai fasilitator untuk meningkatkan kesadaran individu akan pentingnya keselamatan kerja.

Dengan semakin berkembangnya kesadaran tersebut, kami berharap keselamatan dalam bekerja tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, namun juga menjadi kebutuhan bagi karyawan. Pandangan ini paling penting dalam keberhasilan penerapan keselamatan kerja, yang akan mendorong keselamatan kerja menjadi sebuah budaya (safety culture). Hal ini hendaknya dilakukan oleh manajer keselamatan sebagai bentuk terima kasih atas partisipasi karyawan dalam pengenalan K3 di perusahaan.

Seperti halnya pujian, penghargaan atau reward juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja dan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Pemimpin keselamatan harus memberikan teladan nilai-nilai keselamatan, ditunjukkan dalam perilaku dan tindakan, serta etos kerja untuk meningkatkan keselamatan. Dengan pelatihan dan peningkatan pengetahuan karyawan tentang keamanan, karyawan Anda dapat melakukan pekerjaannya dengan lebih efisien dan aman.

Padahal, pemantauan dan inspeksi lapangan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan aspek keselamatan kerja, kualitas lingkungan kerja dan meningkatkan hubungan harmonis antara atasan dan bawahan. Luangkan waktu untuk mengunjungi setidaknya satu area pabrik atau bagian bisnis setiap hari untuk menunjukkan bahwa Anda memiliki komitmen dan kepedulian tingkat tinggi terhadap keselamatan. Menjalin komunikasi dua arah secara langsung juga memungkinkan karyawan Anda lebih terbuka dalam mengutarakan pendapatnya mengenai pekerjaannya.

Hal ini dapat Anda jadikan sebagai peluang untuk mengetahui apakah program K3 yang dilaksanakan sudah efektif atau belum sehingga Anda dapat mencari solusi dan perbaikan untuk penerapan K3 yang lebih baik. Misalnya membaca artikel tentang keselamatan kerja, mengikuti seminar keselamatan, bergabung dalam komunitas K3, mengadakan pertemuan dan membina hubungan dengan sesama manajer keselamatan atau supervisor lainnya. Komitmen seorang pemimpin untuk menjadikan keselamatan sebagai prioritas tidak dapat diungkapkan dalam kebijakan atau kata-kata saja, namun harus dibuktikan dalam tindakan nyata dengan menyediakan waktu, biaya dan tanggung jawab dalam implementasinya.

6 Elemen Kunci Keberhasilan Membangun Safety Program, Manakah yang Sudah

Anda Terapkan?

  • Komitmen dan keterlibatan manajemen
  • Identifikasi bahaya dan penilaian risiko
  • Kebijakan dan peraturan K3 harus dibuat secara tertulis
  • Pelatihan pekerja
  • Pelaporan dan penyelidikan kecelakaan kerja/ insiden
  • Melakukan evaluasi program K3 setiap tahun

Oleh karena itu ia selalu berusaha menambah ilmu dan pengalaman dalam membangun kepribadiannya, dengan mengutamakan aspek keselamatan. Ya, maksud dari pernyataan di atas adalah implementasi program K3 yang efektif harus dimulai dari manajemen puncak dan tim manajemen. Program ini melibatkan proses mengenali bahaya dalam suatu pekerjaan, mengidentifikasi bahaya dan nilai risikonya, dan kemudian mengelola risikonya.

Tujuan dari identifikasi bahaya dan penilaian risiko adalah untuk mencegah dan meminimalkan kecelakaan kerja serta meningkatkan produktivitas. Dalam hal ini, manajemen harus bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan peraturan K3 yang jelas bagi pekerjanya. Saat merumuskan kebijakan dan peraturan K3, sebaiknya gunakan istilah yang jelas, tidak ambigu, kuat dan sederhana.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pekerja baru memiliki potensi kecelakaan dan cedera kerja lebih besar dibandingkan pekerja lama. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman menjadi penyebab karyawan baru mengalami kecelakaan kerja dan hal ini rata-rata terjadi pada enam bulan pertama bekerja. Kompetensi dan pemahaman K3 pegawai yang berkualitas secara tidak langsung dapat meningkatkan budaya dan perilaku K3 yang pada akhirnya akan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Setiap pekerja baru harus mendapat pelatihan yang memadai sebelum melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Pelatihan yang diberikan harus mencakup pengetahuan dan keterampilan sesuai jenis pekerjaan guna meningkatkan kompetensi dasar dan keterampilan K3. Untuk memperoleh kronologi kecelakaan kerja yang benar dan mengetahui akar penyebab kecelakaan kerja (bukan menentukan siapa yang salah).

Setiap program yang dilaksanakan harus dipantau dan diukur untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan program K3 yang dibuat oleh manajemen. Dengan melakukan evaluasi terhadap program K3, manajemen dapat melakukan perbaikan terhadap unsur-unsur yang dirasa kurang optimal atau membuat unsur-unsur baru untuk meminimalisir cedera dan kecelakaan kerja. Enam elemen kunci di atas dapat Anda jadikan acuan dalam membangun program keselamatan yang efektif.

10 Tanda Perusahaan Anda Sudah Berhasil Menerapkan Safety Culture

  • Pemimpin memiliki safety leadership yang kuat
  • Pekerja memiliki kompetensi K3 yang mumpuni
  • Memiliki tujuan safety culture yang jelas
  • Memprioritaskan keselamatan dalam proses produksi
  • Tindakan pencegahan dan pengendalian risiko K3 yang matang
  • Melakukan training rutin bagi pekerja
  • Pekerja aktif terlibat dalam upaya peningkatan K3
  • Keselamatan kerja selalu menjadi topik utama dalam agenda pertemuan
  • Memberikan reward kepada pekerja yang berhasil menerapkan K3
  • Perusahaan memandang penerapan K3 sebagai investasi, bukan biaya

Apabila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan atau berat pada karyawan atau kerusakan harta benda perusahaan, maka karyawan yang mengetahui kejadian tersebut wajib melaporkannya kepada atasannya. Dari enam elemen tersebut, salah satunya bisa kamu terapkan secara maksimal di perusahaanmu, sobat pro safety. Alasannya adalah budaya keselamatan tidak dapat dibentuk oleh satu individu saja, namun semua orang dalam organisasi harus terlibat.

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), budaya keselamatan dibangun atas komitmen bersama, sistem manajemen K3 yang mumpuni, dan persepsi bersama yang menekankan pentingnya K3 sehingga membentuk kebiasaan keselamatan kerja yang berkelanjutan. Sepuluh tanda berikut ini bisa Anda jadikan tolak ukur untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki budaya keselamatan yang kuat atau tidak. Misalnya saja pimpinan akan melibatkan para pekerja untuk mematuhi proses pembangunan budaya keselamatan dengan mengubah pola pikir dan perilaku melalui komunikasi langsung.

Untuk mencapai budaya keselamatan yang sukses, seluruh karyawan di perusahaan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan K3 yang baik. Dengan tujuan yang jelas, Anda dapat mengukur tingkat budaya keselamatan perusahaan Anda. Perusahaan yang telah mempunyai budaya keselamatan yang baik selalu mengedepankan keselamatan dalam proses produksinya, dibandingkan hanya memikirkan berapa banyak barang yang telah diproduksi atau barang yang berhasil mereka jual.

Perusahaan dengan budaya keselamatan yang kuat akan secara proaktif mengidentifikasi bahaya dan menerapkan pengendalian risiko untuk mencegah kecelakaan kerja. Selain itu, karyawan juga terbiasa melaporkan kondisi yang tidak aman, bahaya, prosedur yang tidak efektif, proses yang gagal, dan lain-lain. Perusahaan dengan budaya keselamatan yang baik biasanya memasukkan pelatihan dalam program tahunannya dan memastikan semuanya berjalan sesuai agenda.

Para pekerja selalu terlibat dan mengambil inisiatif dalam upaya peningkatan K3, hal ini merupakan hasil nyata bahwa perusahaan berhasil membangun budaya keselamatan yang kuat. Hal ini dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat seberapa besar kepedulian perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Jika ternyata dalam setiap rapat perusahaan hanya membahas hasil atau keuntungan perusahaan dari segi materi saja, tanpa ada pembahasan apapun mengenai K3, mungkin Anda bisa menilai sendiri seberapa besar kepedulian manajemen terhadap keselamatan kerja.

Referensi

Dokumen terkait