Pengaruh Penerapan Kebijakan Akuntansi terhadap Akuntabilitas dalam Mencegah Fraud pada Dinas Peternakan Bangkalan
Nadia Adisti Bernika Juniardi1, Anis Lailatul Fitri2, Rijal Fahmi3, Syaifur Rijal4, Mohamad Djasuli5
Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4, [email protected]5
Submitted: 04th February 2024 | Edited: 27th April 2024 | Issued: 01st May 2024 Cited on: Juniardi, N. A. B., Fitri, A. L., Fahmi, R., Rijal, S., & Djasuli, M. (2024).
Pengaruh Penerapan Kebijakan Akuntansi terhadap Akuntabilitas dalam Mencegah Fraud pada Dinas Peternakan Bangkalan. AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Ekonomi & Bisnis, 4(2), 463-476.
ABSTRACT
Transparency and fraud prevention are important principles in the financial system. This second principle guarantees legal certainty and increases the level of legitimacy in the decision-making process, because openness in the financial system becomes more expected by the public. Accountability and fraud prevention policies are very important for various organizations to have, especially public institutions today. One of the efforts made to create accountability and prevent fraud is through appropriate accounting policies. This research was conducted with a qualitative descriptive research design.
The data collection method used in this research is semi-structured interviews and observation. The accounting policy implemented by the Bangkalan livestock service applies the principles of accountability, transparency and fraud prevention. It can be concluded that the accounting policy implemented by the Bangkalan livestock service has an effect on accountability and prevention. hoax.
Keywords: Accountability, Fraud, Accounting Policy, Bangkalan Livestock Service
PENDAHULUAN
Transparansi dan pencegahan fraud adalah salah satu prinsip penting dalam sistem keuangan. Kedua prinsip ini menjamin kepastian hukum dan meningkatkan tingkat legitimasi dalam proses pengambilan keputusan, karena keterbukaan dalam sistem keuangan menjadi lebih diharapkan oleh masyarakat. Transparansi adalah prinsip yang memberikan akses atau kebebasan untuk setiap orang dapat mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan. Dimana salah satu peran penting lembaga pemerintah adalah memberikan sebuah layanan terbaik pada publik (Trisakti et al., 2021).
Pada tanggung jawab otoritas publik terhadap warga negara, dengan memungkinkan sistem keuangan yang ada pada suatu Lembaga, terutama Lembaga pemerintahan dalam kondisi sehat tanpa adanya kemungkinan terjadinya fraud.
Pencegahan fraud dalam penyelenggaraan publik mempunyai dampak yang besar dalam proses operasinalitas Lembaga pemerintahan. Dalam hal ini pencegahan fraud dalam keuangan sektor publik ditopang oleh penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi baru yang modern. Oleh karena itu, modernisasi dan komputerisasi keuangan sektor publik dianggap sebagai faktor utama transformasi pemerintah menuju tingkat pencegahan fraud dan aksesibilitas informasi yang lebih tinggi. Pencegahan fraud melambangkan mekanisme peningkatan tata pemerintahan yang baik dan kepercayaan masyarakat terhadap keuangan sektor publik yang demokratis dan modern.
Dalam keuangan sektor publik yang demokratis dan modern, prinsip pencegahan fraud merupakan elemen pengendalian terhadap kesalahan pengelolaan dan korupsi serta pendorong tata kelola pemerintahan yang baik dan akuntabilitas terhadap perlindungan kepentingan publik dan hak-hak warga negara. Dalam hal ini prinsip transparansi dapat dianggap sebagai pendukung legitimasi dan akuntabilitas dalam pemerintahan yang membangun kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan warga negara serta menjamin kemudahan memperoleh informasi. Pencegahan fraud merupakan persyaratan mendasar bagi keandalan dan integritas lembaga-lembaga publik untuk meningkatkan kepercayaan publik dan dukungan publik. Salah satu hal yang penting dalam pencegahan fraud adalah transpransi sistem keuangan pada Lembaga public tersebut. Kurangnya transparansi dalam laporan keuangan publik berdampak langsung pada meredupnya kepercayaan terhadap penyelenggaraan publik dan partisipasi warga. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam keuangan sektor publik antara lain mengurangi nilai demokrasi dan supremasi hukum.
Standar pencegahan fraud dan akuntabilitas meningkatkan kinerja keuangan sektor publik, karena warga negara mengharapkan pelayanan yang memadai dari pejabat publik yang merupakan kepentingan publik, dan dilayani atas dasar keadilan. Hal ini terjadi ketika keuangan sektor publik secara teratur menerbitkan laporannya mengenai keputusan-keputusan tertentu dan menjawab permintaan warga terkait dengan proses pengambilan keputusan. Prinsip pencegahan fraud merupakan salah satu prinsip dasar kerja dalam keuangan sektor publik , suatu prinsip yang bertujuan untuk membangun supremasi hukum yang sah dan demokratis. Prinsipnya pada hakikatnya mengacu pada badan publik yang terbuka bagi masyarakat untuk memberikan informasi kepada warga negara tentang aktivitasnya. Badan-badan publik harus bertindak secara transparan untuk
menjamin hak partai atau warga negara untuk mendapatkan informasi tentang tahapan dan kemajuan proses persidangan, akses terhadap berkas, dan hak untuk diberitahu tentang upaya hukum yang tepat untuk digunakan.
Pencegahan fraud meliputi penciptaan sistem keuangan yang terbuka, komunikatif, dan responsif. Berdasarkan prinsip ini, kewajiban otoritas publik untuk mempublikasikan semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan keuangan sektor , sedangkan di sisi lain;
pihak yang berkepentingan harus memiliki akses yang sama terhadap sumber data dan informasi. Curtin dan Meijer dalam pendekatan analitisnya mengenai “Apakah transparansi memperkuat legitimasi”, mereka sampai pada kesimpulan bahwa prinsip pencegahan fraud merupakan elemen kunci dari lembaga-lembaga demokrasi dan hanya dapat menjadi titik awal dalam membangun pemahaman, partisipasi dan keterlibatan masyarakat, namun dalam hal ini opini – asumsi naif tentang hubungan antara transparansi dan legitimasi dapat dan harus dihindari (Curtin & Meijer, 2006). Dalam dekade terakhir, fokus pada pencegahan fraud, sebagai salah satu aspek perbaikan tata kelola pemerintahan dan pemberantasan korupsi, berkaitan dengan pluralisme, demokratisasi, dan perbaikan tata kelola pemerintahan. Prinsip pencegahan fraud merupakan standar hukum yang diterapkan oleh lembaga-lembaga UE sebagai mekanisme dasar bagi norma-norma lainnya. Selain itu, gagasan pencegahan fraud telah muncul di berbagai bidang lainnya, mulai dari undang-undang keuangan hingga hukum sosial dan perekrutan oleh Lembaga-lembaga UE (Bernitz et al., 2008).
Prinsip pencegahan fraud diperkenalkan ke dalam hukum internasional melalui Perjanjian Amsterdam, yang memasukkannya ke dalam Pasal 1 Perjanjian Uni Eropa (TEU).' Selain itu, konsep integritas, transparansi dan akuntabilitas telah diidentifikasi oleh negara-negara PBB, secara kolektif dan individual , sebagai bagian dari prinsip- prinsip dasar keuangan sektor publik. Bröhmer melihat akar dari transparansi dan mengkaji pertanyaan apakah sebuah prinsip pencegahan fraud dapat diterapkan. dapat diambil dari konstitusi. Oleh karena itu, ia tidak hanya mempertimbangkan transparansi namun juga transparansi ketiga kekuasaan: legislatif, eksekutif, dan yudikatif (Bröhmer, 2004)
Prinsip pencegahan fraud menyiratkan kepercayaan masyarakat, sebagai arti penting negara demokratis dan sistem keuangan sektor publik modern; memberikan layanan yang adil; tata kelola yang akuntabel sebagai faktor utama dalam memerangi
korupsi dan kesalahan pengelolaan serta mendorong tata kelola pemerintahan yang baik.
Keuangan sektor publik yang terbuka dan transparan memungkinkan setiap orang yang ditunjuk oleh suatu keputusan administratif mengetahui dasarnya. Pemerintah wajib membuka dan menjamin akses pemangku kepentingan terhadap berbagai hal informasi tentang proses kebijakan publik, alokasi anggaran untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan, serta pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan (Dwiyanto, 2008) Akuntabilitas didefinisikan senagai tanggung jawab salah satu pihak untuk memberitaukan tindakan dan keberadan yang dilakukan salah satu pihak (baik di masa lalu atau di masa depan), untuk membenarkan tindakan dan keputusan tersebut, dan menerima hukuman jika terjadi pelanggaran”(Plattner et al., 1999) Konsep akuntabilitas menyiratkan bahwa para pelaku yang dimintai pertanggungjawaban mempunyai kewajiban untuk bertindak dengan cara yang konsisten dengan standar perilaku yang diterima dan bahwa mereka akan diberi sanksi jika gagal melakukan hal tersebut (Grant
& Keohane, 2005). Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang tanggung jawab (agent) untuk memberikan tanggung jawab atas segala kegiatan kepada pemberi tanggung jawab (Purwanda & Harahap, 2017)
Akuntabilitas terdiri dari pengendalian kekuasaan otoritas tertentu yang memberikan pertanggungjawaban atas tindakan, motivasi, prosedur, dan hasil.
Akuntanbilitas dikaitkan dengan wewenang untuk menjalankan kekuasaan atas nama rakyat di suatu wilayah tertentu. Artinya, tidak hanya otoritas yang dilaporkan kepada entitas ketuhanan namun juga perlu mempertimbangkan warga negara sebagai sumber dan target kekuasaan. Di negara-negara demokrasi kontemporer yang mengalami insekularisasi, basis otoritas berpindah ke bentuk kekuasaan yang mewakili kesediaan rakyat, kekuasaan berdasarkan kewarganegaraan agar menjadi sah. Saat ini, seorang penguasa atau sekelompok orang mungkin mengambil keputusan publik karena mereka mempunyai wewenang, namun keputusan tersebut mungkin tidak memiliki legitimasi.
Akuntanbilitas dan kebijakan pencegahan fraud adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh berbagai organisasi, terutama Lembaga-lembaga public saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menciptakan akuntanbilitas dan pencegahan fraud adalah melalui kebijakan akuntansi yang tepat. Kebijakan Akuntansi menjelaskan dasar pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi dan peristiwa lain dalam akun.
Kebijakan akuntansi memiliki prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik yang
diterapkan oleh Otorita yang menentukan bagaimana dampak transaksi dan peristiwa lainnya harus tercermin dalam pernyataan laporan keuangan melalui pengenalan, pemilihan dasar pengukuran dan penyajian aset, kewajiban, keuntungan, kerugian dan perubahan cadangan. Kebijakan Akuntansi mencakup transaksi material dalam Laporan Rekening. Laporan Rekening merangkum transaksi Otoritas untuk buku tahunan dan posisinya pada akhir tahun. Kebijakan akuntansi sebenarnya disesuaikan dengan peraturan dan kondisi dari masing-masing organisasi.
Dinas peternakan Bangkalan merupakan salah satu Lembaga pemerintahan yang memiliki fungsi dalam pemberdayaan peternakan di Bangkalan. Dalam proses operasinalitasnya, dinas peternakan Bangkalan juga memiliki sistem keuangan untuk mendukung aktivitas operasionalitas sehari-hari. Dinas peternakan Bangkalan memiliki kebijakan akuntansi yang telah diatur dan ditetapkan sebagai dasar dalam manajemen keuangan dan akuntansi Lembaga tersebut. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh penerapan kebiajakan akuntansi terhadap akuntanbilitas dan pencegahan fraud pada dinas peternakan Bangkalan.
LANDASAN TEORI Fraud
Fraud adalah sebuah perbuatan ilegal yang dilakukan oleh satu orang atau lebih orang yang dilakukan dengan sengaja atau terencana dan menyebabkan menyebabkan seseorang itu mendapatkan keuntungan, dan dapat merugikan orang lain (Arifin, 2020).(Pill et al., 2006), telah mengidentifikasi empat elemen dalam setiap tindakan fraud: pertama, representasi palsu (pernyataan atau kelalaian palsu) yang bersifat material; kedua, tersangka mengetahui bahwa representasi tersebut tidak akurat; ketiga, orang/pihak (korban) yang menerima representasi mengandalkannya; dan keterwakilan serta ketergantungan terhadap hal tersebut mengakibatkan kerugian finansial, kerusakan atau cedera bagi korban. Segitiga penipuan (Cressey, 1953) telah menjadi salah satu kerangka teori yang berpengaruh untuk memahami fraud.
Meskipun fraud berbeda-beda dalam ruang lingkup, konteks dan posisi penipu, terdapat beberapa kesamaan dalam tujuan melakukan fraud. Dalam hal ini, (Pill et al., 2006) menyoroti dua kategori besar fraud: (1) fraud karyawan/penyalahgunaan aset dan (2) fraud laporan keuangan. fraud karyawan mencakup 'pencurian uang tunai atau
inventaris, penggelapan pendapatan, penipuan penggajian, dan penggelapan'. Secara umum, karyawan dan manajemen perusahaan bertanggung jawab atas fraud semacam ini.
fraud semacam ini merupakan ancaman serius karena merusak reputasi perusahaan (Pill et al., 2006) dan mengikis kepercayaan investor terhadap informasi keuangan (Rezaee, 2005).
Akuntanbilitas
Konsep akuntabilitas mempunyai tradisi panjang baik dalam ilmu politik maupun akuntansi keuangan. Dalam ilmu politik, teori keutamaan perwakilan John Locke mengemukakan bahwa demokrasi didasarkan pada gagasan bahwa akuntabilitas hanya mungkin terjadi jika yang diperintah juga dipisahkan dari gubernur (Locke, 2005).
Hanya sedikit tempat di mana hal serupa terjadi pada Konstitusi Amerika. Akuntabilitas adalah prinsip inti sebagai prinsip utama sistem politik Amerika. Pedoman sejak saat itu tetap ada pada kita hingga hari ini. Ketika kewenangan pengambilan keputusan dialihkan dari klien (misalnya masyarakat) kepada agen (misalnya pemerintah), harus ada mekanisme yang memastikan bahwa agen tersebut bertanggung jawab atas keputusannya dan konsekuensinya. jika perlu, menerapkan sanksi yang pada akhirnya mengakibatkan tersingkirnya agen dari kekuasaan.
Konsep akuntabilitas dalam akuntansi memiliki cakupan yang lebih panjang dan terbatas serta mencakup tradisi yang mengacu pada kehati-hatian keuangan dan akuntansi sesuai dengan aturan dan instruksi (Normanton, 1966). Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada pengklasifikasian tanggung jawab marjinal pada setiap tingkatan dalam organisasi yang ditujukan pada pelaksanaan kegiatan. Setiap jajaran aparatur bertanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan di pihaknya. Konsep ini membedakan antara aktivitas yang dapat dikontrol dan aktivitas yang tidak dapat dikontrol. Kegiatan yang dikendalikan adalah kegiatan yang sebenarnya dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak, artinya kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dinilai oleh pihak yang berwenang.
Akuntabilitas diartikan sebagai perwujudan kewajiban mempertanggungjawabkan berhasil tidaknya misi organisasi dalam mencapai maksud dan tujuan yang telah ditentukan melalui media akuntabilitas yang dilakukan secara berkala (Halim, 2008).
Sistem akuntansi dan pengendalian manajemen (MACS) dapat dilihat sebagai hasil organisasi atau sebagai aspek struktur organisasi dan konsisten dengan teori eselon atas,
kemungkinan besar dipengaruhi oleh karakteristik CEO dan kegiatan (Kalkhouran et al., 2015). Meskipun penelitian empiris sebelumnya meneliti hubungan antara karakteristik CEO dan kinerja perusahaan, temuannya tidak konsisten. Beberapa penelitian menemukan hubungan positif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian dengan desain deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena, maupun keadaan secara objektif dan lebih jelas menggunakan parameter angka. Dimana angka menjadi acuan utama mulai dari pengumpulan data, penafsiran hingga hasil akhirnya. Penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melakukan Analisa deskripsi kepada hasil kuantitatif yang telah ditetapkan sebelumnya. Parameter angka membuat penelitian deskriptif kuantitatif menjadi lebih terstruktur dan pasti.
Penelitian kuantitatif mengandalkan pengumpulan dan analisis data numerik untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, atau mengontrol variabel dan fenomena yang diminati. Salah satu prinsip yang mendasari penelitian kuantitatif adalah keyakinan filosofis bahwa dunia kita relatif stabil dan seragam, sehingga kita dapat mengukur dan memahaminya serta membuat generalisasi yang luas mengenai dunia tersebut. Anda harus segera memperhatikan perbedaan yang mencolok antara keyakinan ini dan keyakinan penelitian kualitatif, yaitu bahwa dunia terus berubah dan peran peneliti adalah beradaptasi dan mengamati perubahan yang terus-menerus tersebut. Gay dan rekannya menyatakan bahwa, dari perspektif kuantitatif, kesimpulan yang diambil tentang dunia kita dan fenomenanya tidak dapat dianggap bermakna kecuali kesimpulan tersebut dapat diverifikasi melalui pengamatan dan pengukuran langsung.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi. Peneliti menyiapkan pertanyaan formal dan menggunakan kebebasan untuk mengembangkan pertanyaan dan menjelajahinya terlebih dahulu. Peneliti menggunakan metode penelitian kuantatif yang diusung oleh definisi (Creswell, 2003), yang menggambarkan penelitian ini harus interaktif yang mengharuskan peneliti mengumpulkan data dengan pendekatan tatap muka. Menurut (Gay & Airasian, 2003), komponen terpenting dalam pengambilan sampel
adalah memutuskan partisipan yang dapat memberikan informasi untuk memenuhi pertanyaan penelitian. Seperti disebutkan di atas, pendekatan pengumpulan data untuk penelitian ini adalah wawancara semi-terstruktur, yang menunjukkan metode dasar desain penelitian kualitatif, desain masuk akal bagi peserta untuk bereaksi secara bebas menggunakan kata-kata dan sudut pandang mereka sendiri. (Mitchell & Jolley, 2010) menyatakan bahwa pengaturan ini akan lebih memberikan kebebasan kepada peserta dalam menjawab pertanyaan. Peneliti melakukan setiap wawancara secara terpisah untuk menghormati privasi para peserta.
Observasi atau observasi merupakan metode pengumpulan data yang pertama kali digunakan dalam penelitian. Observasi dilakukan dengan mengamati dan mempelajari objek. Observasi adalah pengamatan yang cermat, penuh perhatian, dan menyeluruh terhadap suatu peristiwa, kejadian, atau masalah. Kegiatan observasi ini menghasilkan data penting yang menginformasikan penelitian dan menentukan metode penelitian selanjutnya. Peneliti juga meninjau dan mengutip dokumen cetak seperti majalah dan buku cetak, sedangkan peneliti materi elektronik meninjau dan mengutip dokumen seperti Sage Journals, ACM Digital Library, Research Gate, Pro-Quest, Jostor, Google Scholar, dll dalam Mengumpulkan informasi dari berbagai database sumber.
HASIL PENELITIAN
Kebijakan Akuntansi Dinas Peternakan Bangkalan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Dinas peternakan Bangkalan, beberapa kebijakan akuntansi yang diterapkan Dinas Peternakan Bangkalan disusun berdsasarkan cash basis, metode yang digunakan berbeda dengan penyusunan LO yang berdasarkan akrual, karena pada laporan LRA ini sistem kas didasarkan pada cash basis, untuk jenis pendapatan sendiri Dinas Peternakan Bangkalan mendapatkan pendapatan dari rumah potong hewan dan puskeswan maupun jasa Lab. Berikut merupakan detail pendapatan retribusi daerah-LRA 2023 Dinas Peternakan Bangkalan.
Pendapatan Retribusi Daerah - LRA tahun 2023 sebesar Rp 312.125.000,- atau 75,93%
dari anggaran sebesar Rp. 236.996.550.
Kebijakan Akuntansi yang digunakan Dinas Peternakan Bangkalan dalan penyusuan Laporan Operasional (LO) menggunakan basis akrual yang berbeda dengen LRA yang menggunakan basis Cash, karena dalam CALK Dinas Peternakan 2023 di
sebutkan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas.
Dalam hal peraturan, pendaptan LO Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan berasal dari Retribusi rumah potong Hewan – Ternak Besar, Retribusi pelayanan kesehatan hewan dan Penerimaan jasa giro.
Apabila ada kesalahan mengenai Pendapatan LO, kesalahan akan membuat laporan menjadi berbeda , misalkan apabila terdapat kesalahan pelaporan data jenis item pada peternakan, maka Bapenda yang bertugas untuk melakukan koreksi, jika terdapat permasalahan akuntansi yang kurang sesuai maka ini sangat berurusan dengan BPKAD.
Dalam hal ini, Dinas tidak mempunyai hak, sehingga urusan ini di serahkan langsung kepada BPKAD. Dalam penerapannya Dinas Peternakan melakukan belanja sesuai dengan anggaran j yang telah di tetapkan,apabila sudah terlanjur menggantinya, baik belanja langsung atau tidak langsung harus dilakukan sesuai prosesnya masing- masing, dimana untuk pembelian tidak langsung yang mengunakan GU (ganti uang) harus melakukan pengajuan terlebih dahulu, Belanja diakui pada saat dikeluarkan dari kas daerah dan telah dipertanggungjawabkan, dalam aspek belanja, terdapat beberapa aspek belanja operasi dan belanja modal. Berikut merupakan detail aspek belanja operasi dan belanja modal. Belanja Operasi pada Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan tahun 2023 sebesar Rp. 10.437.753.585,- atau 98,67% dari anggaran belanja sebesar Rp.
10.578.584.071.
Aset tetap diakui ketika Pemerintah Kabupaten Bangkalan melakukan pengeluaran kas untuk memperoleh aset yang penganggarannya melalui belanja modal dan sesuai dengan hasil rekonsiliasi dengan penyimpan barang dan pengurus barang.
Realisasi belanja modal merupakan langkah awal bagi Pemerintah Kabupaten Bangkalan untuk menambah mutasi aset tetapnya. Contoh aset tetap yang ada Di Dinas Peternakan yaitu ada Kendararaan kantor dan juga ada gedung dan Aset Tetap Kecil lainnya.
Aset tetap Dinas Peternakan Bangkalan akan tetap menjadi aset selama aset itu tidak rusak dan tetap di simpan saja akan tetapi jika asset tersebut rusak karena ulah dari Dinas Peternaka Bangkalan sendiri, maka harus membuat laporan ke BPKAD dengan membuat berita acara, yang perlu digaris bawahi yakni aset tidak boleh hilang, karena apabila hilang akan bermasalah dan dapat menjadi temuan BPK. Pernah terjadi sebuah
kasus dimana salah seorang pegawai dinas peternakan Bangkalan pensiun kemudian meninggal dan pegawai tersebut memegang aset kendaraan yang hilang. Sehingga Setiap kehilangan atau kerusakan yang ada harus membuat berita acara, dimana laporan berita acara ini berisi pegawai yang menghilangkan dan ia memiliki tanggung jawab mengganti, dimana BPKAD atau BPK yang menentukan nilainya. Perhitungan nilai aset tetap pada Peternakan Kabupaten Bangkalan tahun 2023 sebesar Rp.13.317.976.933,26.
Nilai aset tetap pada Peternakan Kabupaten Bangkalan tahun 2023 sebesar Rp.
25.102.865.023.
Persedian yang dimliki oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan Sendiri terdiri dari beberapa barang di antaranya masker, handglove, alcohol dan masih banyak lagi, dimana dari hasil wawancara penggunaanya menggunakan metode rata rata namun dalam CALK Dinas Peternakan Bangkalan 2023 di sebutkan Metode Penilaian Persediaan Pemerintah Kabupaten Bangkalan menggunakan 2 metode yaitu : 1) Metode FIFO (First In First Out) Barang yang pertama kali masuk adalah yang keluar pertama kali. 2) Metode FEFO (First Expired First OUT) Barang dengan masa kadaluarsa yang terdekat harus keluar lebih dulu.
Jika dalam pengadaan barang terdapat barang yang rusak, sebelum barang masuk barang harus di cek terlebih dahulu demi menghindari adanya kerusakan dalam pengadaan, namun apabila ada stock barang rusak dalam CALK Dinas Peternakan Bangkalan 2023 wajib menyebutkan bahwa Persediaan dalam kondisi rusak atau usang dan hal ini tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atau Laporan Keuangan.
Pada aktivitas kebijakan akuntansi Dinas Peternakan Bangkalan tidak pernah terjadi perubahan estimasi akuntansi, sehingga untuk melakukan program kerja, Dinas Peternakan Bangkalan sangat menyesuaikan anggaran, sehingga tidak mungkin melakukan kegiatan yang di luar anggaran, kecuali terdapat kondisi darurat seperti PMK , PMK juga harus melalui prosedur yang di tentukan. Sehingga perubahan sekecil apapun harus didasarkan keputusan dari pemerintah pusat.
Untuk saat ini tidak ada operasi yang di hentikan dalam Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan, Tergantung adanya anggaran yang ada di Dinas Peternakan Jika anggaran itu tidak cukup maka kegiatan yang dianggap tidak terlalu penting akan dihentikan.
Pengaruh Kebijakan Akuntansi terhadap Akuntanbilitas dan Pencegahan Fraud Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh dinas peternakan Bangkalan sudah melibatkan aspek yang lengkap untuk penciptaan akuntanbilitas dan pencegahan fraud.
Laporan keuangan yang dan perincian Setiap perseidaan sudah menunjukan adanya akuntanbilitas . Akuntanbulitas ini mencakup struktur organisasi, metode dan langkah- langkah yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa keakuratan dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajemen(Mulyadi, 2013). Sistem akuntansi pada dinas peternakan Bangkalan memainkan peran penting dalam mencegah dan mendeteksi penipuan dan melindungi sumber daya organisasi baik berwujud atau tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).
Akuntanbilitas yang diterapkan oleh dinas peternakan bangkalan dapat menciptakna pengendalian internal yang baik dalam badan organisasi. Pengendalian internal yang baik memungkinkan manajemen bersiap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat, pergeseran persaingan untuk penipuan, penipuan, dan restrukturisasi untuk kemajuan di masa depan (Prasetio & Efend, 2022). Kuat dan lemahnya pengendalian internal perusahaan dapat menjadi tolak ukur besar terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan, jika pengendalian internal perusahaan kuat maka kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan dapat diminimalisir, namun jika pengendalian internal lemah maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin besar. penipuan dan kesalahan sangat besar. Sekaligus sebagai pendeteksi dini terjadinya penipuan dan segera dapat dilakukan pencegahan dini. Sebagai lembaga Lembaga pemerintahan, dinas peternakan Bangkalan sangat rentan terjadinya kecurangan, maka diperlukan pemahaman mengenai pengendalian internal dalam sistem akuntansi oleh manajemen dan seluruh pegawai. Pengendalian intern merupakan gambaran seluruh aktivitas dalam organisasi yang harus dijalankan, dimana proses yang dilakukan oleh dewan komisaris ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan pengendalian operasional yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan. , dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (Paranoan et al., 2018)
Sistem akuntansi Dinas Peternakan Bangkalan juga membantu mencegah penipuan. Pemicu terjadinya kecurangan sangat beragam, mungkin didukung oleh
dorongan dari orang lain atau adanya kemungkinan untuk melakukan kecurangan, namun juga karena kekecewaan terhadap ekspektasi yang diciptakan oleh pelaku.
Menurut Tuanakotta (2010) (Zamzam et al, 2017), tentu terdapat perbedaan alasan dan motif ketika seseorang melakukan kecurangan. Penipuan didorong oleh beberapa motif yang dikenal sebagai segitiga penipuan: tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Jika penipu mempunyai sesuatu yang mendesak untuk dilakukan, mereka dapat berada di bawah tekanan kapan saja, dan mereka akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan penipuan. Tentu saja, situasi ini dapat memudahkan rencananya jika ada peluang atau peluang.
Jika tanpa adanya peraturan yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban dijalankan dalam suatu instansi, tentunya para calon pelaku penipuan akan menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah pembenaran karena bisa jadi ia merasa bahwa apa yang telah dilakukan terhadap perusahaan tersebut begitu besar dan merasa bahwa timbal balik perusahaan tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan terhadap perusahaan, maka tindakan fraud dapat menjadi pembenaran baginya. Untuk mencegah hal-hal yang menjadi motivasi dan dorongan untuk melakukan tindakan kecurangan, maka perusahaan perlu memiliki tata kelola perusahaan yang baik agar seluruh elemen perusahaan mengetahui hak dan kewajibannya, serta mempunyai pandangan tentang bagaimana perusahaan akan berjalan dan Pengendalian Internal sebagai suatu struktur sistematis dan pengawasan tindakan agar peraturan dan kebijakan serta tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai aturan yang berlaku. Sistem akuntansi yang kredibel, terpercaya, dan terbuka ini menciptakan prinsip akuntanbilitas keuangan oleh dinas peternakan Bangkalan, secara lebih lanjut ini juga memberikan ruang gerak yang lebih sempit terhadap aksi fraud.
KESIMPULAN
Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh dinas peternakan Bangkalan didasarkan atas kebutuhan dan regulasi yang ditetapkan oleh dinas peternakan Bangkalan dan pemerintah daerah setempat. Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh dinas peternakan Bangkalan menerapkan prinsip akuntanbilitas, transparansi dan pencegahan fraud. Hal ini ditunjukan dengan pelaporan keuangan akuntansi yang detail, runtut dan lengkap. Sehingga memudahkan tracking laporan akuntansi keuangan dan
meminimalisir terjadinya fraud. Prinsip akuntanbilitas juga terlihat dari kerasnya upaya dinas peternakan Bangkalan dalam menjaga kestabilan pelaporan keuangan dan secara rutin melaporkan Setiap persidiaan dan keuangan yang ada. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan akuntansi yang diterapkan ileh dinas peternakan Bangkalan berpengaruh terhadap akuntanbilitas dan pencegahan fraud.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. (2020). Fraud, Mendeteksi dan Mengatasinya (Pendekatan Akuntansi Forensik
& Audit Investigatif). EKONESIA.
Bernitz, U., Nergelius, J., Cardner, C., & Groussot, X. (2008). General Principles of EC Law in a Process of Development. Kluwer Law International.
Bijsterveld, S. van. (2004). TRANSPARENCY IN THE EUROPEAN UNION: A CRUCIAL LINK IN SHAPING THE NEW SOCIAL CONTRACT BETWEEN THE CITIZEN AND THE EU.
Bröhmer, J. (2004). Transparenz als Verfassungsprinzip - Grundgesetz and Europäische Union (Vol. 106). Mohr Siebeck.
Cressey, D. R. (1953). Other people’s money; a study of the social psychology of embezzlement.
Creswell, J. W. (2003). RESEARCH DESIGN Qualitative, Quantitative. and Mixed Methods Approaches (2nd ed.). Sage Publications.
Curtin, D., & Meijer, A. J. (2006). Does transparency strengthen legitimacy?
https://doi.org/10.3233/IP-2006-0091
Dwiyanto, A. (2008). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Pubik.
Gadjahmada University Press.
Foucault, M. (1979). Discipline and Punish: The Birth of the Prison.
Gay, L. R., & Airasian, P. W. (2003). Educational Research: Competencies for Analysis and Applications (7th ed.). Merrill/Prentice Hall.
Grant, R. W., & Keohane, R. O. (2005). Accountability and Abuses of Power in World Politics. American Political Science Review, 99(1), 29–43.
https://doi.org/10.1017/S0003055405051476
Halim, A. (2008). Akuntansi keuangan daerah akuntansi sektor publik Abdul Halim.
Kalkhouran, A. A. N., Rasid, S. Z. A., Sofian, S., & Nedaei, B. H. N. (2015). A Conceptual Framework for Assessing the Use of Strategic Management Accounting in Small and Medium Enterprises. Global Business and Organizational Excellence, 35(1), 45–54. https://doi.org/10.1002/joe.21644
Lipovetsky, G. (1992). Le crépuscule de devoir: L’éthique indolore des nouveaux temps démocratiques.
Locke, E. A. (2005). Why emotional intelligence is an invalid concept. Journal of Organizational Behavior, 26(4), 425–431. https://doi.org/10.1002/job.318
Mitchell, M. L., & Jolley, J. M. (2010). Research Design Explained (7th ed.). Wadsworth.
Mulyadi. (2013). Sistem Akuntansi (3rd ed.). Salemba Empat.
Normanton, E. L. (1966). The Accountability and Audit of Governments.
Paranoan, N., Tandungan, E. S., & Sipi, A. D. S. (2018). Efektivitas Pengendalian Internal, Kepuasan Kerja, dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akun Nabelo, 1.
Pill, J. S., Clayton, M. M., Skalak, S. L., & Golden, T. W. (2006). A Guide to Forensic Accounting Investigation (1st ed.).
Plattner, M. F., Diamond, L. D., & Schedler, A. (1999). The self-restraining state: Power and accountability in new democracies. Journal of Democracy, 14.
Prasetio, A. B., & Efend, D. (2022). ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DAN SPI DALAM PENCEGAHAN FRAUD PADA PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO . Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol 11 No 8.
Purwanda, E., & Harahap, E. A. (2017). PENGARUH AKUNTABILITAS DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung). Jurnal Akuntansi, 19(3), 357.
https://doi.org/10.24912/ja.v19i3.85
Rezaee, Z. (2005). Causes, consequences, and deterence of financial statement fraud.
Critical Perspectives on Accounting, 16(3), 277–298.
https://doi.org/10.1016/S1045-2354(03)00072-8
Trisakti, F., Dikeu Dewi Berliana, A., Bukhori, A., Fitri, A., & Sunan Gunung Djati Bandung, U. (2021). TRANSPARANSI DAN KEPENTINGAN UMUM. In Jurnal DIALEKTIKA : Jurnal Ilmu Sosial (Vol. 19, Issue 1). http://jurnaldialektika.com Zamzam, I., Mahdi, S. A., & Ansar, R. (2017). Pengaruh Diamond Fraud Dan Tingkat
Religiuitas Terhadap Kecurangan Akademik (Studi Pada Mahasiswa S-1 di Lingkungan Perguruan Tinggi se Kota Ternate). Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 3.