• Tidak ada hasil yang ditemukan

a.b. Koloni bakteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "a.b. Koloni bakteri"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri adalah fiksasi, fiksatif warna, substrat, intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan bahan pewarna overlay. Sediaan yang telah menyerap warna kemudian dicuci dengan asam encer untuk menghilangkan seluruh warna. Penggunaan pewarna memungkinkan pengamatan struktur seperti spora, flagela dan inklusi yang mengandung butiran pati dan fosfat (Entjang, 2003).

Penggunaan satu jenis pewarna (methylene blue/air fuchsin) hanya digunakan untuk menunjukkan bentuk selnya. Berbagai jenis bakteri secara morfologi (kokus, basil, spirila, dll) dapat dibedakan dengan pewarna sederhana, yaitu dengan mewarnai sel bakteri hanya dengan satu jenis pewarna. Beberapa contoh pewarna yang umum digunakan adalah methylene blue (30-60 detik), crystal violet (10 detik), dan carbol fuchsin (5 detik).

Keempat reagen tersebut adalah pewarna utama (kristal violet), mordan (larutan iodium), pencuci pewarna dalam bentuk alkohol atau aseton dan bahan penutup yaitu safranin. Mordan berfungsi untuk mengintensifkan warna utama, sedangkan color wash berfungsi untuk mengencerkan warna utama. Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu pewarna, seperti pewarnaan Gram dan pewarnaan tahan asam.

Pewarna ini ditujukan untuk bakteri yang mengandung lemak konsentrasi tinggi sehingga sulit menyerap zat warna, namun apabila bakteri tersebut diberi zat warna khusus seperti karbolfukhsin melalui proses pemanasan maka zat warna tersebut akan terserap dan akan tahan terhadap pengikatan kaleng. dapat dibersihkan bahkan dengan bahan pemutih yang kuat seperti asam, alkohol.

Sterilisasi A. Sterilisasi

  • STERILISASI DAN DESINFEKSI
  • JENIS STERILISASI DAN FUNGSINYA
  • Pembiakan mikroorganisme 1.Reproduksi mikroorganisme
  • Pertumbuhan mikrooganisme 1. Definisi pertumbuhan
    • Pengukuran pertumbuahan
    • Laju Pertumbuhan
    • Isolasi pada agar cawan
    • Isolasi pada medium cair
  • Pertumbuhan Mikroorganisme
    • Fase lag (Masa persiapan, Adaptasi, Adaptation phase)
    • Fase tumbuh dipercepat (Logaritme, Eksponensial, Logaritma phase)
    • Fase Stasioner
    • Fase Kematian
  • Metabolit yang dihasilkan bakteri
    • Asam –asam yang dihasilkan oleh bakteri

Pembakaran dilakukan terhadap alat-alat yang terbuat dari logam atau kaca dengan cara dilewatkan di atas nyala api Bunsen, namun jangan sampai menyala. Sterilisasi dengan cara ini digunakan untuk benda yang terbuat dari kaca, cawan petri, tabung erlenmeyer, tidak ada bahan yang terbuat dari karet atau plastik. Sterilisasi dengan metode ini dapat digunakan untuk mensterilkan biohazard (limbah bakteri hasil kerja praktek) dan alat-alat yang tahan panas (ujung biru, mikropipet), penyiapan media dan sterilisasi cairan.

TEKNOLOGI BUDAYA DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME Identifikasi mikroorganisme yang dibudidayakan seringkali memerlukan pemindahan ke budaya segar tanpa kontaminasi. Agar miring umumnya digunakan untuk menyimpan kultur murni, sedangkan pelat agar umumnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme (Lay, 1998). Oleh karena itu diperlukan teknik untuk membudidayakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi kultur (Dwijoseputro, 1998).

Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan biner, di mana satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Pembelahan biner yang terjadi pada bakteri adalah pembelahan biner transversal, yaitu suatu proses reproduksi aseksual, setelah terbentuknya dinding sel transversal, satu sel membelah menjadi dua sel yang disebut sel anak. Dasar pengenceran adalah untuk mengurangi jumlah mikroorganisme sehingga hanya ada satu sel dalam tabung reaksi pada satu waktu (Winarni, 1997).

Setiap koloni individu yang muncul di piring setelah inkubasi berasal dari satu sel. Metode Gores Kuadran: Jika dilakukan dengan benar, metode ini menghasilkan isolasi mikroorganisme, dengan setiap koloni muncul dari satu sel. Pembahasan sebelumnya menjelaskan bahwa sistem reproduksi bakteri terjadi melalui pembelahan biner transversal, dimana satu sel membelah menjadi dua sel anak yang identik dan terpisah.

Setiap sel individu, setelah mencapai ukuran tertentu, akan membelah menjadi mikroorganisme lengkap yang memiliki bentuk dan sifat fisiologis yang sama. Hal ini tergantung pada kondisi awal, jika mikroorganisme ditanam pada substrat atau media yang sesuai maka akan terjadi pertumbuhan. Pada akhir setiap persiapan, sel mikroorganisme akan membelah. Masa ini disebut masa pertumbuhan, dimana setiap sel tidak sama dalam masa persiapan, sehingga pertambahan jumlah populasi sel mikroorganisme secara bertahap mencapai akhir fase pertumbuhan mikroorganisme. Setelah setiap individu beradaptasi dengan lingkungan baru. pada fase lapisan, kemudian mulai berubah bentuk dan bertambah jumlah individu selnya, sehingga kurvanya meningkat tajam (lereng).

Fase ini dimulai setelah jumlah mikroorganisme yang dihasilkan mencapai jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir mikroorganisme tetap maksimum pada waktu tertentu. Asam yang timbul akibat aktivitas bakteri dapat berupa asam organik dan asam anorganik, sebagian asam tersebut menjadi garam, sebagian lagi digunakan oleh mikroorganisme lain.

FUNGI

  • ACRASIOMYCETES
  • MYXOMYCETES
  • PHYCOMYCETES
  • ASCOMYCETES
  • BASIODIOMYCETES
  • DEUTEROMYCETES (FUNGI IMPERFECTI)
  • KHAMIR
  • Kapang

Jamur ini merupakan kelompok jamur lendir seluler yang hidup bebas di dalam tanah, biasanya diisolasi dari tanah humus. Ciri-ciri sel jamur tersebut adalah dapat berpindah pada media padat (pseudopodia), makan dengan cara fagositosis, misalnya dengan memakan bakteri. Perkembangbiakan jamur ini diawali dengan perkecambahan spora, kemudian sel berkembang biak membentuk pseudoplasmodium, kemudian sel-sel tersebut berkumpul dan membentuk tubuh buah, yang akhirnya membentuk sporokarp yang selanjutnya menghasilkan spora.

Sel diploid berkembang menjadi plasmodium yang berinti banyak tetapi uniseluler, kemudian membentuk tubuh buah berupa sporangium. Jamur ini merupakan jamur berfilamen yang mempunyai hifa tidak bersekat, sel vegetatif berinti banyak atau disebut thallus soenositik. Secara generatif dapat membentuk tubuh buah yang disebut ascocarp, yang di dalamnya terdapat ascus (kantung) yang menghasilkan ascospora.

Jamur ini umumnya dapat menguraikan bahan organik seperti kayu, buah, kulit, dan sisa tanaman. Ciri khas jamur ini adalah mempunyai basidium berbentuk gada, tidak mempunyai septa dan terdapat 4 basidiospora pada ujungnya. Jamur ini merupakan bentuk konidia dari kelas Ascomycetes yang mana ascusnya tidak tertutup atau hilang akibat evolusi.

Hidup di dalam tanah atau debu di udara, tanah, daun, nektar bunga, permukaan buah, tubuh serangga dan cairan yang mengandung gula seperti sirup, madu dan lain-lain. Secara vegetatif (aseksual), (a) dengan cara bertunas (Candida sp., dan khamir pada umumnya), (b) pembelahan sel (Schizosaccharomyces sp.), dan (c) pembentukan spora aseksual (kelas Ascomycetes). Terdapat 3 jenis konjugasi khamir yaitu (a) konjugasi isogami (Schizosaccharomyces octosporus), (b) konjugasi heterogami (Zygosaccharomyces priorianus) dan konjugasi ascospore pada Zygosaccharomyces sp. sel vegetatif haploid), serta pada Saccharomyces sp., dan Saccharomycodes sp.

Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari thallus yang tersusun atas filamen bercabang yang disebut hifa. Spora uniseluler, terbentuk dalam kantung spora yang disebut sporangium di ujung hifa khusus yang disebut sporangiofor. Klamidospora, spora ini mempunyai dinding yang tebal dan sangat tahan terhadap kondisi buruk yang terbentuk pada sel hifa vegetatif.

Suhu pertumbuhan optimum untuk sebagian besar bentuk adalah sekitar 25-30oC, namun beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih. Bentuknya ada yang bersifat psikrotrofik, yaitu dapat tumbuh dengan baik pada suhu lemari es, bahkan ada pula yang dapat tumbuh lambat pada suhu di bawah titik beku, misalnya -5 hingga -10o C. Selain itu, ada pula bentuk yang bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi untuk tumbuh (Waluyo, 2004).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The research objectives include identifying and examining innovative evaluation techniques, exploring the challenges and opportunities associated with their implementation,