BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Penyebaran Berita Bohong
Di dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
telah diatur mengenai hal-hal yang berupa kejahatan Komputer dan kejahatan Internet yang merupakan hasil ciptaan manusia, salah satu kejahatan internet ialah penyebaran berita bohong.
Tindak pidana penyebaran berita bohong adalah suatu perbuatan yang di lakukan oleh seseorang dengan sengaja, serta sudah mempunyai niat untuk menyampaikan dengan cara menyebarluaskan berita yang bersifat palsu atau belum pasti kebenarannya, kepada seluruh masyarakat dari berbagai belahan dunia melalui media elektronik, hal tersebut dilakukan untuk memberikan pandangan serta pemahaman yang salah terhadap berita tersebut.
Tindak pidana penyebaran berita bohong selalu meningkat setiap harinya.
Pada bulan April 2018 hingga bulan April 2019, total tindak pidana penyebaran berita bohong yang berhasil didapatkan yang kemudian diidentifikasi, diverifikasi, dan divalidasi menjadi 1.731 tindak pidana penyebaran berita bohong dimedia sosial. Pada bulan Agustus 2018 ada 25 kasus tindak pidana penyebaran berita bohong yang diidentifikasi, kemudian meningkat jumlah kasus tersebut pada bulan September 2018 sebanyak 27 kasus. Sementara pada bulan Oktober hingga November 2018 masing-masing meningkat hingga 53 sampai dengan 63 kasus, di bulan Desember meningkat lagi jumlahnya mencapai 73 konten tindak pidana
penyebaran berita bohong. Peningkatan jumlah konten hoax sangat signifikan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2019. Sebanyak 175 konten tindak pidana penyebaran berita bohong yang berhasil diverifikasi. Angka ini naik dua kali lipat di Februari 2019 menjadi 353 kasus. Angka tersebut terus menanjak menjadi 453 kasus tindak pidana penyebaran berita bohong selama bulan maret 2019.1
Tindak pidana penyebaran berita bohong telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan diantaranya Pasal 390 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dan Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pasal 390 Berbunyi :
Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak menurunkan atau menaikkan harga barang dagangan, fonds atau surat berharga uang dengan menyiarkan kabar bohong, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan.
Unsur dari Pasal 390 KUHP adalah sebagai berikut : Barang siapa :
Barang siapa merujuk pada subyek hukum sebagai pelaku daripada suatu tindak pidana, yaitu setiap orang yang dipandang mampu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya menurut hukum.
Dengan maksud :
Menurunkan atau menaikkan harga barang dagangan, fonds atau surat berharga. Menaikkan atau menurunkan harga barang-barang tersebut dengan menyiarkan kabar bohong itu dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
1https://bisnis.tempo.com, diakses pada tanggal 20 februari 2020, pukul 12:45 WIT
Menyiarkan :
Menyiarkan kabar bohong, Kabar yang disiarkan tersebut adalah kabar bohong. Yang dipandang kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian.
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik berbunyi :
Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
Unsur dari pasal 28 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Setiap orang :
Setiap orang merujuk pada subyek hukum sebagai pelaku dari pada suatu tindak pidana.
Dengan sengaja dan tanpa hak :
Dengan sengaja dan tanpa hak, harus ditelaah terlebih dahulu apakah memang terkandung niat jahat dalam perbuatan itu. Dan juga apakah perbuatan itu memang dilakukan tanpa hak.
Menyebarkan :
Menyebarkan berita Bohong dan menyesatkan Kabar yang disiarkan tersebut adalah kabar bohong. Yang dipandang kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Menyebarkan berita bohong
yang diatur adalah perbuatannya sedangkan kata menyesatkan yang diatur adalah akibatnya Kerugian konsumen dalam transaksi elektronik .
Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik ini mengatur mengenai penyebaran berita bohong secara luas. Dan untuk membuktikan telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) UU ITE, maka semua unsur dari pasal tersebut haruslah terpenuhi.
B. Cyber Patrol Dalam Proses Penyidikan
Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat itulah penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan. Pada tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti”. Penyidikan bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya.
Di dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP:
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
Berdasarkan rumusan Pasal 1 angka 2 KUHAP, unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian penyidikan adalah :
a. penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan-tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhungungan
b. penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik c. penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-
undangan
d. tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan buktu itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan tersangka.
Berdasarkan keempat unsur tersebut sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana tetapi tindak pidana itu belum terang dan belum diketahui siapa yang melakukannya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari penyelidikannya2.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Serta melaksanakan tugasnya penyidik tersebut wajib menjunjung tinggi hukum yang telah ditetapkan dimana dalam hal ini terkutip didalam Pasal 7 Ayat (3) KUHAP. Disamping itu penyidik juga mempunyai tugas :
2 Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hlm.380-381
1. Membuat berita acara tentang hasil pelaksanaan tindakannya
2. Menyerahkan berkas-berkas perkara kepada penuntut umum atau jaksa penyidik dari Pegawai Negeri Sipil menyerahkannya dengan melalui penyidik dari pejabat kepolisian Negara.3
Menurut Pasal 7 KUHAP, seorang penyidik mempunyai wewenang : 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 1992 tentang perkeretaapian Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang untuk :
1. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan, pengaduan atau keterangan tentang adanya tindak pidana.
2. Memanggil dan memeriksa saksi atau tersangka.
3. Melakukan penggeledahan, penyegelan, dan atau penyitaan alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
4. Melakukan pemeriksaan tempat yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana.
5. Meminta keterangan kepada saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti dari orang dan badan hukum sehubungan dengan tindak pidana.
6. Membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan
7. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana.
3 Ibid 125
Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib mengadakan penyidikan dan menyampaikan atau memberitahukan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik Polri sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP kemudian penyidik membuat berita acara yang dibuat untuk setiap tindakan tentang :
1. Pemeriksaan tersangka 2. Pemasukan rumah 3. Penyitaan benda 4. Pemeriksaan surat 5. Pemeriksaan saksi
6. Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkan kepada penyidik polri setempat.
Dalam pasal 43 ayat (1), (2), (3) dan (5), Undang-undang ITE juga mengatur mengenai penyidikan tindak pidana di bidang transaksi elektronik dan wewenang penyidik dalam melakukan penyidikan, sebagai berikut :
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.
(2) Penyidikan di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan perlindungan terhadap privasi, kerahasiaan, kelancaran layanan publik, dan integritas atau keutuhan data sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap Sistem Elektronik yang terkait dengan dugaan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi
dan Transaksi Elektronik dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana.
(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
b. memanggil setiap Orang atau pihak lainnya untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi sehubungan dengan adanya dugaan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
c. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
d. melakukan pemeriksaan terhadap Orang dan/atau Badan Usaha yang patut diduga melakukan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
e. melakukan pemeriksaan terhadap alat dan/atau sarana yang berkaitan dengan kegiatan Teknologi Informasi yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
f. melakukan penggeledahan terhadap tempat tertentu yang diduga digunakan sebagai tempat untuk melakukan tindak
pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
g. melakukan penyegelan dan penyitaan terhadap alat dan/atau sarana kegiatan Teknologi Informasi yang diduga digunakan secara menyimpang dari ketentuan peraturan perundang- undangan
h. membuat suatu data dan/atau Sistem Elektronik yang terkait tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik agar tidak dapat diakses
i. meminta informasi yang terdapat di dalam Sistem Elektronik atau informasi yang dihasilkan oleh Sistem Elektronik kepada Penyelenggara Sistem Elektronik yang terkait dengan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
j. meminta bantuan ahli yang diperlukan dalam penyidikan terhadap tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik, dan/atau
k. mengadakan penghentian penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana.
Proses penyidikan tidak selalu berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan di dunia nyata saja, melainkan terjadi pula proses penyidikan di dalam
dunia maya, karena telah banyak kejahatan yang beredar di dalam media sosial yang sangat mengkhawatirkan dan bahkan meresahkan.
Patroli siber atau Cyber Patrol dilakukan oleh tim pasukan siber atau polisi khusus yang memiliki kemampuan dalam bidang informasi dan teknologi, khususnya komunikasi di dalam media sosial yaitu dengan memantau aktivitas atau pergerakan jaringan teroris atau Hoax lewat dunia maya. Ada tim 'cyber army', 'cyber troops' (pasukan siber). Dalam memantau laman website, tim tersebut melakukan pelacakan terhadap situs yang menjadi komunikasi para teroris di dunia maya. Tugas-tugas yang harus dipahami oleh tim cyber patrol adalah :4
1. Mempunyai akun media social mulai Whatsapp, Facebook, Twitter, Instagram dll
2. Mampu berkomunikasi dengan macam Group
3. Membuat grup-grup bayangan dan mencari Member Group sebanyak mungkin
4. Mampu menganalisa kata kunci yang mengandung arti radikal
5. Selalu cek Trending Topik Radikal Pada Mesin Pencari atau Mesin Pencari Media Sosial
6. Mampu menganalisa penyebaran link-link hoax maupun radikal yang tersebar diberbagai macam Platform media online, mulai Blog, Wiki, Forum sosial media dll
4https://www.kompasiana.com/bloggerpolri. diakses pada tanggal 2 April 2019, pukul 12:45 Wit
7. Selalu melakukan pengawasan guna mengawasi munculnya artikel- artikel baru dengan menggunakan manfaat Google Trend atau Keyword Analysis.
Tugas-tugas di atas merupakan hal yang sangat penting, yang tidak boleh dilepas pisahkan daripada bagian tim patroli siber itu sendiri, sebab tugas-tugas di atas dapat menjadi senjata bagi tim patrol siber untuk mencari serta menemukan pelaku-pelaku penyebar berita Hoax.
Dalam melakukan proses penyidikan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi pihak tim satgas cyber patrol yakni :
1. Terdapat isi konten dalam digital yang hilang sehingga dapat menghilangkan jejak pelaku tindak pidana dan akan membuat sulit suatu penyelidikan dan penyidikan sehingga akan memerlukan waktu yang cukup lama dalam mengungkap pelaku tindak pidana tersebut.
2. Sering ditemukannya akun anonymous atau akun media sosial tanpa nama sehingga menyulitkan proses penyelidikan dan penyidikan untuk mengetahui siapa sebenarnya pemilik akun di suatu media sosial tersebut.
3. Akun yang digunakan adalah fake account atau akun palsu disuatu media sosial yang digunakan oleh oknum-oknum tertentu, dengan cara pelaku mencuri data dari akun milik orang lain lalu membuka, menyimpan dan menggunakan data tersebut. Setelah itu pelaku membuat akun baru menggunakan akun nama orang lain atau nama palsu bahkan foto yang digunakan adalah foto yang diambil secara diam-diam dari akun milik orang
lain yang digunakan oleh orang tersebut guna merahasiakan identitas aslinya untuk memposting dan memviralkan berita yang bersifat bohong tersebut.
4. Kendala lainnya adalah terdapat saksi yang mendengar, melihat atau membaca yang langsung menghapus data atau isi konten dari suatu bukti dari perbuatan pidana tersebut sehingga membuat penyidik menjadi kehilangan beberapa keterangan dari saksi.
5. Terdapat 6 (enam) akun yang menyebarkan berita bohong (hoax), namun penyidik baru mendapatkan 1 (satu) akun saja dikarenakan kelima akun lainnya langsung dihapus oleh pelaku yang melakukan penyebaran berita bohong (hoax) tersebut5.
Oleh sebab itu polri selaku penyidik yang oleh aturan telah diberikan wewenang dalam melakukan proses penyidikan, membentuk satuan tugas cyber patrol, cyber patrol digunakan dalam proses penyidikan dengan tugas yang dilaksanakan yaitu dengan melacak dan menemukan pelaku kejahatan di dunia maya, sebagai sarana dalam bidang transaksi elektronik untuk membantu proses penyidikan kejahatan dunia maya, Proses penyidikan menggunakan cyber patrol ialah dengan melakukan proses pemantauan seluruh aktifitas online setiap pengguna akses internet dan seluruh aktifitas online media sosial, memantau setiap pergerakan jaringan terorisme dan juga penyebaran berita bohong, setiap hari tim cyber patrol melaksanakan tugas penyidikan dengan cara masuk dalam setiap obrolan dalam grup-grup, baik di whatsapp, messenger, facebook,
5http://repository.unika.ac.id/19455/4/15.C1.0121%20NAGITA%20DYAH%20PUS PITASARI%20%285.03%29..pdf%20BAB%20III Diakses pada tanggal 16 februari 2020, pukul 11:30 WIT
line,instagram dan setiap grup yang terbentuk dalam suatu media sosial, proses penyidikan dilakukan setiap harinya dengan membaca seluruh situs atau website.6
C. Peranan Cyber Patrol Dalam Penyebaran Berita Bohong
Kegiatan patroli tidak hanya berupa patroli fisik saja untuk menjaga keamanan, tetapi ada juga patroli di dunia maya guna menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penggunaan media sosial, pihak kepolisian melakukan patroli di dunia maya atau cyber patrol.
Cyber patrol dibentuk untuk mencegah adanya potensi provokasi dalam hal ini penyebaran berita bohong dan kejahatan lainnya, terutama di media sosial.
Cyber patrol dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan unggahan tertulis atau gambar yang rawan menimbulkan konflik. Sehingga kepolisian dapat mencegah hal tersebut berlanjut. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah keberlanjutan penyebaran berita bohong ialah dengan menetralisir opini, bisa dilakukan dengan teknik-teknik hacking, bahkan bisa juga dengan melakukan penegakan hukum kalau memang perlu untuk dilakukan.7
Penyebaran berita bohong yang terjadi diketahui dari adanya kegiatan Cyber patrol atau patroli siber. Istilah Cyber patrol sedang menjadi trending sejak adanya hoax atau munculnya pemberitaan palsu atau bohong. Pihak kepolisian membentuk tim Cyber patrol, dimana sistem tersebut bertujuan untuk mencegah akan adanya potensi provokasi, mengintai akun-akun yang dicurigai melakukan
6https://www.kompasiana.com/bloggerpolri, diakses pada tanggal 16 Februari 2020, pukul 11:45 WIT
7www.tabloid-wani.com, diakses pada tanggal 16 Februari 2020, pukul 11:50 WIT
tindak pidana di media sosial, dan sistem tersebut juga digunakan untuk memblokir situs-situs yang mengandung kekerasan, pornografi, narkotika, dan berita bohong agar situs-situs tersebut tidak sampai dikonsumsi oleh masyarakat yang melihat situs dan mendengar pemberitaan tersebut.
Kegiatan patroli siber atau Cyber patrol yang dilakukan oleh tim pasukan siber yaitu dengan cara memantau dan melakukan pelacakan terhadap segala aktivitas di dunia maya melalui berbagai media sosial. Menurut Agung Prabowo Kegiatan Patroli siber merupakan serangkaian tindakan untuk mengintai melalui komputer untuk melihat adanya dugaan suatu kejahatan Cyber yang terjadi sehingga akan menimbulkan keresahan dan kegaduhan di masyarakat. Kegiatan patroli siber yang dilakukan oleh polisi dilakukan dengan cara mengintai melalui komputer untuk mendapatkan postingan-postingan yang mencurigakan atau yang mengandung unsur kejahatan dunia maya.8
Penyidikan tindak pidana penyebaran berita bohong, tidak terlepas dari peranan cyber patrol, yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan proses penyidikan tindak pidana penyebaran berita bohong. Cyber patrol dibentuk untuk menjadi upaya hukum pencegahan atau biasanya disebut sebagai upaya hukum preventif yang dilakukan oleh kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana penyebaran berita bohong dengan cara membentuk Satuan Tugas Cyber Patrol (Satgas Cyber Patrol) di dunia maya.
Cyber patrol dilakukan oleh tim pasukan siber yaitu dengan memantau aktivitas atau pergerakan jaringan teroris lewat dunia maya. Ada tim “cyber
8 repository.unika.ac.id, diakses pada tanggal 16 februari 2020, pukul 10:00 WIT
army”, “cyber troops” (pasukan siber), Pekerjaan yang dilakukan Tim Cyber ini adalah dengan membaca segala website-website yang ada di dalam aktifitas online pengguna internet. Dalam memantau laman website, tim tersebut melakukan pelacakan terhadap situs-situs di dunia maya.
Cara kerja yber patrol yaitu dengan masuk dan bergabung dalam grup- grup yang beredar di media sosial, membaca seluruh situs-situs atau website- website yang mengandung kekerasan atau pornografi. Di dalam melakukan tugasnya, cyber patrol pun bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, untuk mengungkap pelaku tindak pidana yang terjadi di dunia maya, salah satunya ialah pelaku penyebaran berita bohong di media sosial, Kemenkominfo akan membantu tim cyber patrol dalam menemukan pelaku penyebaran berita bohong di media sosial, walaupun postingan pelaku terkait dengan penyebaran berita bohong telah dihapus di media sosial sekalipun.
Bekerjanya Kemenkominfo dalam membantu tim cyber patrol adalah dengan memberikan rekam jejak pelaku yang terekam di dalam rekam digital milik Kemenkominfo.
Tim Cyber Patrol sangat membuka diri untuk bekerja sama dengan semua departmen apapun jika berhubungan dengan penyidikan tindak pidana di bidang transaksi elektronik. Dalam masa ini, dunia sedang dilanda virus covid-19 yang sangat meresahkan masyarakat, karena penyebarannya yang sangat cepat. Dalam kondisi seperti ini, masih saja ada pelaku-pelaku kejahatan yang beredar di dunia maya atau media sosial untuk menyebarakan pemberitaan bohong terkait dengan virus corona ini. Dalam pemberitaan tersebut pelaku sering memberikan berita
yang tidak benar atau bohong terkait dengan korban-korban dari virus tersebut, yang dinyatakan meninggal dunia, padahal kenyataannya tidak benar. Dengan kejadian tersebut, menjadikan tim cyber patrol harus bekerja sama dengan Gugus Penanganan Covid-19, atau Dinas Kesehatan untuk mendapatkan data terkait dengan pasien dari covid-19 tersebut.
Tim cyber patrol mengawasi setiap kegiatan di internet termasuk Media Sosial (Medsos). Tim ini berpatroli di jagat dunia maya atau media sosial.
Memantau para pengguna yang terindikasi menampilkan sesuatu yang bersifat provokatif, konten pornografi, SARA dan menyebarkan ujaran kebencian. Jika yang disebarkan itu berita bohong, maka akan diluruskan. Adanya pengawasan Cyber Patrol untuk memantau para pengguna akun Medsos. Tetaplah dipantau terus akun tersebut, sejauh mana aktivitasnya. Tim cyber patrol bertugas untuk melacak, mencari serta menemukan pemilik akun penyebaran berita bohong tersebut. Kemudian memanggil, menangkap serta memprosesnya secara hukum.
Hal-hal yang dilakukan tim cyber patrol adalah sebagai berikut :
1. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat pengguna media sosial 2. Mencegah adanya potensi provokasi dan keberlanjutannya
3. Mendeteksi adanya kemungkinan unggahan-ungahan tertulis maupun gambar yang dapat menimbulkan kegaduhan
4. Mengawasi seluruh akun-akun media sosial
5. Membaca seluruh situs-situs atau laman-laman website yang ada pada jaringan online
6. Memblokir seluruh situs-situs yang mengandung, kekerasan, pornografi, SARA, hoax, dan lain-lain
7. Melakukan pemantauan seluruh akun-akun media sosial
8. Melakukan pelacakan terhadap akun-akun yang melakukan kejahatan dunia maya.
Hal-hal di atas, adalah tugas-tugas yang dilakukan tim cyber patrol yang merupakan peranan penting bagi tim cyber patrol dalam melaksanakan tugas selaku penyidik tindak pidana di bidang transaksi elektronik atau tindak pidana di dunia maya.