BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Lingkungan Hidup
1. Pengertian Lingkungan Hidup
Penggunaan istilah “lingkungan’’ sering kali digunakan secara bergantian dengan istilah “lingkungan hidup”. Kedua istilah tersebut meskipun secara harfiah dapat dibedakan, tetapi pada umumnya digunakan dengan makna yang sama, yaitu lingkungan dalam pengertian yang luas, yang meliputi lingkungan fisik, kimia, maupun biologi (lingkungan hidup manusia, lingkungan hidup hewan dan lingkungan hidup tumbuhan).1 Definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain dan dapat mempengaruhi hidupnya.2
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia
1 Dr. Muhammad Akib S.H., M.Hum, Hukum Lingkungan, Perspektif Global dan Nasional, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm .1.
2 N.H.T Siahaan Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan, Jakarta, Erlangga , 2004, hlm. 4.
dan jasad-jasad hidup lainnya.3 Sementara itu, menurut Otto Soemarwoto lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya.4
Manusia bersama tumbuhan dan hewan menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tidak hidup, seperti udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair, dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati makhluk hidup bersama benda hidup dan tidak hidup inilah dinamakan lingkungan hidup.5
Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya. Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut UUPPLH pada Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa :
“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”
Menurut UUPPLH Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
3 Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Jakarta : Binacipta, 1985, hlm. 67.
4 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : Djambatan, 1991, hlm. 48
5 Ibid, hlm. 49
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
2. Macam-Macam Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan.
Mempelajari lingkungan dalam kehidupan lebih banyak dipakai istilah lingkungan hidup. UUPPLH mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya”.
Sehingga dapat diartikan Lingkungan Hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.6
Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Contoh lingkungan alam yang ada di permukaan bumi adalah sungai, danau, laut, gunung dan lembah.
Sedangkan lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang sengaja atau tidak sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya desa, kota, pabrik, rumah, waduk, sawah, tambak, perkebunan.
3. Dasar Hukum Lingkungan Hidup
6 http://rideralam.com/2011/07/22/lingkungan-alam-buatan-dan-sosial-klh-series/, diakses pada tanggal 14 Februari 2019.
Pada hakekatnya tonggak sejarah politik hukum pengaturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dimulai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1982 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan sekarang diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.7
Perbedaan mendasar antar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrument pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.8
Semua Undang-Undang diatas hanya memuat asas-asas dan prinsip- prinsip pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka Undang-Undang tersebut berfungsi sebagai “payung” bagi penyusunan peraturan perundang- undangan lainnya. Dengan demikian Undang-Undang Lingkungan Hidup atau Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup atau Undang-Undang
7 Masrudi Muchtar, S.H.,M.H, Abdul Khair, S.KM.,M.Si, Noraida, S.KM.,M.Kes, Hukum Kesehatan Lingkungan, (Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran), Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2016, hlm.81.
8 Ibid, hlm. 82
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebut sebagai
“umbrella act” atau “umbrella provision”
Fungsi dari Undang-Undang Lingkungan Hidup dan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup atau Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut harus mampu menjadi dasar dan landasan bagi pembentukan peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup, disamping secara khusus memberikan arah serta ciri-ciri terhadap semua jenis tata pengaturan lingkungan hidup. Sehingga semua peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup dapat terangkum dalam satu sistem Hukum Lingkungan Indonesia.
Dalam UUPPLH digariskan konsep perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah upaya sistematika terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. 9 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai daerah.
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu diikuti tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum. Dengan begitu, UUPPLH merupakan dasar ketentuan pelaksanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar
9 Ibid, hlm. 83
penyesuaian terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta menjadikannya sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh di dalam suatu sistem. Sebagai subsistem atau bagian (komponen) dari "sistem hukum nasional" Indonesia, hukum lingkungan Indonesia di dalam dirinya membentuk suatu sistem, dan sebagai suatu sistem, hukum lingkungan Indonesia mempunyai subsistem yang terdiri atas :
a. Hukum Penataan Lingkungan;
b. Hukum Perdata Lingkungan;
c. Hukum Pidana Lingkungan;
d. Hukum Lingkungan Internasional
B. Tinjauan Tentang Sampah`
1. Pengertian Sampah
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk yang dilakukan industri tetapi yang bukan biologis karena human wastes tidak termasuk di dalamnya dan umumnya bersifat padat, karena air bekas tidak termasuk di dalamnya.10
Menurut Hadiwiyoto Sampah adalah Istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi social ekonimis tidak ada harganya dan
10 Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta: PT. Mutiara sumber Widya, 1995. hlm.6.
dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup.11 Menurut Tchobanoglous, Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat dan dibuang ketika tidak dikehendaki atau sia-sia.12
Menurut Alex S Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya dari pemakai semula, atau sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai”.13
2. Sumber Sampah
Menurut Dainur sampah bersumber dari :14
a. sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.
b. sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko, dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan,
11 Hadiwiyoto S, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Jakarta: Yayasan Idayu, 1983, hlm.134.
12 Tchobanoglous.,. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues. New York: Mc Graw Hill Inc. 1993.hlm. 78
13 Alex S, Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2012, hlm.78.
14 Dainur, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika, 1995. hlm. 76
dan pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya
c. sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.
d. sampah industri termaksud diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah ini dari perkantoran, baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabbish).
f. Sampah yang berasal dari pertanian atau perkebunan. Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
g. Sampah yang berasal dari pertambangan. Sampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
3. Jenis-Jenis Sampah
Menurut Panji Nugroho, jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain :15
a. Berdasarkan sumbernya 1) Sampah Alam
Yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai menjadi tanah . Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
15 Nugroho Panji, Panduan Membuat Kompos Cair, Jakarta: Pustaka baru Press, 2013.
hlm. 16
menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman
2) Sampah manusia
Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan dalam mengurangi penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
3) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia (pengguna barang), dengan kata lain adalah sampah hasil konsumsi sehari -hari. Ini adalah sampah yang umum, namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
4) Sampah Industri
Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat proses proses industri. Sampah yang dikeluarkan dari sebuah industri dangan jumlah yang besar dapat dikatakan sebagai limbah.
b. Berdasarkan sifatnya
1) Sampah organik
Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2) Sampah anorganik
Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas.
c. Berdasarkan bentuknya 1) Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
2) Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Seperti sampah cair yang dihasilkan dari toilet, selanjutnya sampah
cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian.
Sampah-sampah ini mungkin mengandung patogen berbahaya.
4. Pengelolaan Sampah
Undang-Undang Pengelolaan Sampah dalam Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, meyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tehnik pembuangan sampah dapat dilihat dari sumber sampah hingga ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA). Usaha utama adalah mengurangi sumber sampah dari segi kuantitas dan kualitas dengan:16
a. Meningkatkan pemeliharan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah;
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku
c. Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya penggunaan pembungkus plastik diganti dengan kertas atau daun, untuk itu diperlukan partisipasi dan kesadaran masyarakat.
Menurut Azwar, dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebaran penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (estetis), dan tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.
Pencemaran lingkungan paling utama pada kota-kota di Indonesia adalah pencemaram oleh sampah domestik. sehingga penanggulangannya harus
16 Soemirat Juli Slamet Op.cit.hlm. 80
mendapat prioritas utama.17 Dalam menyatakan jumlah sampah pada umumnya ditentukan oleh kebiasaan hidup masyarakat musim atau waktu, standar hidup, keragaman masyarakat, dan cara pengelolaan sampah.
Sehingga dalam pengelolan sampah meliputi tiga hal, yaitu:
a. Penyimpanan sampah (refuse storage);
b. Pengangkutan sampah; dan c. Pemusnahan sampah.
Menurut Haeruman, rencana pengelolaan sampah yang komprehensif harus memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran dan interaksi dari peredaran sampah dalam suatu lingkungan urban atau wilayah, sehingga didapat dua tujuan utama, yaitu:18
a. Pengelompokan sampah perlu dilakukan untuk mempermudah penghitungan dalam satuan yang konsisten;
b. Pembinaan ukuran intensitas sampah.
Hadiwiyoto menyatakan, bahwa dalam pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah:19
a. Menggunakan bak kotak tong sampah, bak skala kecil di rumah tangga ataupun skala besar di pinggir jalan;
b. Menggunakan saluran peluncur (chlute) yang kemudian ditampung di terminal penampungan;
c. Menggunakan mesin mekanis yang dilengkapi penampungan sampah;
d. Menggunakan sistem udara (pneumatic) dengan peralatan penyerap sampah dan ditampung pada wadah-wadah;
e. Menggunakan sistem air, dengan sampah terkumpul dalam penampungan yang merupakan terminal trasportasi sistem air; dan f. Pengumpulan dengan cara manual seperti sapu lidi, penggaruk
dan mengumpulkan sapuan jalan.
17 Azwar, A, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995. hlm 172
18 Haeruman, H. J, Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB, 1979. hlm. 67
19 Hadiwiyoto, S, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Jakarta: Yayasan Idayu, 1983.
hlm. 36
Murtadho mengatakan, bahwa pemanfatan sampah menjadi suatu produk bernilai ekonomi merupakan aspek yang diharapkan semua pihak.
Akan tetapi di dalam pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang tepat sesuai dengan karakteristik sampah yang ada, yang juga membantu mengembangkan lapangan pekerjaan yang pada akhirnya akan mendatangkan penghasilan bagi masyarakat. Sedangkan menurut Hadiwiyoto , bahwa sampah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna tergantung teknologi yang digunakan. Antara lain dapat dibuat sebagai pupuk, bio gas, alkohol dan bahan pakan ternak.20
Pengelolaan sampah yang baik dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
a. Dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja yang bersih mencegah tempat berkembang biaknya vektor hama penyakit dan mencegah pencemaran lingkungan hidup;
b. Dari segi ekonomi, mengurangi biaya perawatan dan pengobatan bagi akibat yang ditimbulkan sampah;
c. Dari segi estetika, menghilangkan pemandangan tidak sedap dipandang mata, menghilangkan timbulnya bau yang tidak enak mencegah keadaan lingkungan yang kotor dan tercemar.
Menurut Widyatmoko, bahwa kebijakan pengelolaan sampah meliputi:21
a. Penetapan instrumen kebijakan:
1) Instrumen regulasi, penetapan aturan kebijakan (beleidregels) untuk melaksanakan kebijakan pengelolaan sampah;
2) Instrumen ekonomik, penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi beban penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif)
b. Mendorong pengembangan konsep 4 R, yaitu: upaya mengurangi (Reduce) memakai kembali (Re-use), mendaur-ulang (Recycling) sampah, dan mengganti (Replace);
c. Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan
20Ibid, hlm. 37
21Sintorini Widyatmoko, Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Jakarta : Abadi Tandur, 2002, hlm. 35
d. Pengembangan teknologi, standart dan prosedur penanganan sampah:
1) Penetapan kriteria dan standart minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah,
2) Penetapan lokasi pengolahan akhir sampah,
3) Luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir sampah, 4) Penetapan lahan penyangga (buffer zone),
5) Penetapan kriteria dan standar prasarana penanganan sementara sampah bagi pengembang kawasan pemukiman;
e. Pengembangan program pengelolaan sampah yang meliputi, antara lain:
1) Waste to energy, yaitu pemanfaatan sampah organik sebagai sumber energi (biogas),
2) Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan, 3) Pengembangan teknik dan metoda penanganan sampah yang
ramah lingkungan (teknologi tepat guna).
Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan pengumpulan pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan. Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan pengelolaan sampah, dan pelaksanaan pengelolaan sampah. Menurut Reksosoebroto Sampah yang harus dikelola meliputi sampah yang dihasilkan dari:
a. Rumah tangga;
b. Kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran dan tempat hiburan
c. Fasilitas sosial: rumah ibadah, asrama, rumah tahanan, rumah sakit, klinik, dan puskesmas;
d. Fasilitas umum: terminal bis, pelabuhan laut, bandar udara, halte kendaraan umum, taman, jalan, dan trotoar
e. Industri;
f. Fasilitas lainnya: perkantoran dan sekolah;
g. Hasil pembersihan saluran terbuka umum, seperti sungai danau dan pantai.
Teknik pengelolaan sampah dapat dimulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah pada Pasal 4 bahwa Tujuan pengelolaan sampah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Upaya yang dapat ditempuh dalam tujuan pengelolaan sampah:
a. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis.
b. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Ada beberapa metode dalam pengelolaan sampah yang dikenal dengan 3RC yaitu:
a. Reduce (mengurangi sampah)
Reduce (mengurangi sampah) berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Reduksi atau disebut juga mengurangi sampah merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbulan sampah di TPA. Menghancurkan sampah menjadi jumlah yang lebih kecil dan hasilnya diolah, hanya saja biayanya sangat mahal tidak sebanding dengan hasilnya.22
b. Reuse (menggunakan kembali)
Reuse (menggunakan kembali) yaitu pemanfaatan kembali sampah secara lansung tampa melalui proses daur ulang.
Contohnya seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik, pemanfaatan botol bekas untuk dijadikan wadah cairan misalnya spritus, minyak cat. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina.23
Syarat reuse adalah barang yang digunakan kembali bukan barang yang disposable (Sekali pakai, buang), barang yang dipergunakan kembali merupakan barang yang lebih tahan lama, hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah dan sampah plastik yang digunakan bukan berupa kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang berdifusi kedalam makanan. 24 Sebelum sampah digunakan kembali, dilakukan proses pembersihan dan pengelompokkan sampah menurut jenis.
Sampah yang digunakan sampah nonorganik seperti kertas, plastik, korang dll.
22 Azwar, Op,.CIt. hlm. 72
23 Suyono, dan Budiman, Ilmu kesehatan masyarakat, Jakarta: EGC, 2010. hlm. 99.
24 Kuncoro Sejati. Pengolahan Sampah Terpadu, Yogyakarta: Kanisius, 2009. hlm .57.
c. Recycling (mendaur ulang)
Recycling (mendaur ulang) adalah pemanfaatan bahan buangan untuk di proses kembali menjadi barang yang sama atau menjadi bentuk lain. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama.25 Material yang dapat didaur ulang diantaranya:
1) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal.
2) Kertas, terutama kertas bekas kantor, koran, majalah, dan kardus.
3) Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton.
4) Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jeringen, ember.
Pengelolaan sampah secara daur ulang merupakan salah satu cara yang efektif, dengan syarat sampah yang digunakan adalah sampah yang dapat didaur ulang, memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tidak mengunakan jenis kertas berlapis minyak atau plastik, untuk sampah nonorganik dilakukan proses pembersihan terlebih dahulu sebelum didaur ulang, dan pemilihan atau pengelompokkan sampah menurut jenis sampah.26
d. Composting
Composting adalah suatu cara pengelolaan sampah secara alamiah menjadi bahan yang sangat berguna bagi pertanaman atau pertanian dengan memanfaatkan kembali sampah organik dari sampah tersebut dengan hasil akhir berupa pupuk kompos yang tidak membahayakan penggunaanya.27 Pengomposan dilakukan untuk sampah organik, kegiatan ini dilakukan secara terbuka (aerob) maupun tertutup (anaerop)
Material yang dapat yang dapat dijadikan kompos yaitu bahan-bahan organik padat misalnya limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar / kota, kotoran / limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri.
C. Tinjauan Tentang Tanggung Jawab Hukum`
25 Suyono dan Budiman, Op.cit. hlm .66.
26 Purwendro, S. Nurhidayat, Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organik.
Jakarta: Penebar Swadaya, 2006, hlm. 63
27 Suyono dan Budiman, Op.cit. hlm. 77
1. Pengertian Tanggung Jawab
Pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). 28 Konsep pertanggungjawaban hukum berhubungan dengan pertanggungjawaban secara hukum atas tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang bertentangan dengan undang-undang.
Menurut Hans Kelsen, Sebuah konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab (pertanggungjawaban) hukum. Bahwa seseorang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu atau bahwa dia bertanggungjawab atas suatu sanksi bila perbuatannya bertentangan. Biasanya, yakni bila sanksi ditunjukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri. Dalam kasus ini subjek dari tanggungjawab hukum identik dengan subjek dari kewajiban hukum.29
Purbacaraka berpendapat bahwa tanggung jawab hukum bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak atau/dan melaksanakan kewajibannya. Lebih lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak
28 (http://inspirasihukum.blogspot.com/2011/04/pertanggung-jawabanadministrasi- negara_23.html). Di akses pada tanggal 18 Februari 2019
29 Kelsen, Hans, Cetakan VII, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel, Ujungberung Bandung: Nusa Media, 1971. hlm. 97.
baik yang dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggungjawaban.30
Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.31 Menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.32 Tanggung jawab hukum itu terjadi karena adanya kewajiban yang tidak dipenuhi oleh salah satu pihak yang melakukan perjanjian, hal tersebutjuga membuat pihak yang lain mengalami kerugian akibat haknya tidak dipenuhi oleh salah satu pihak tersebut.
Ridwan Halim mendefinisikan tanggung jawab hukum sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada.33
Selanjutnya menurut Titik Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi
30 Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Bandung; Citra Aditya, 2010, hlm.l 37.
31 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.
32 Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm.64.
33 Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan: Pasca Sarjana, 2008, hlm. 4.
seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.34 2. Prinsip Tanggung Jawab
Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:35
a. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liabilityatau liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.
Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok yaitu:
1) adanya perbuatan;
2) adanya unsur kesalahan;
3) adanya kerugian yang diderita;
4) adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat.
b. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Kata “dianggap”
pada prinsip “presumption of liability” adalah penting, karena ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia telah
“mengambil” semua tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan terjadinya kerugian. Dalam prinsip ini, beban
34 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2010, hlm.48.
35 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,2006, hlm.73.
pembuktiannya ada pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah (presumption of innocence). Namun jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas demikian cukup relevan. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada pada pihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah.
Tentu saja konsumen tidak dapat sekehendak hati mengajukan gugatan. Posisi konsumen sebagai penggugat selalu terbuka untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan tergugat.
c. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan.
Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin atau bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya.
Pihak yang dibebankan untuk membuktikan kesalahan itu ada pada konsumen.
d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi di atas.
Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun adapengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.
Menurut E. Suherman, strict liability disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri.
Tanggung jawab adalah mutlak36
e. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan
36 Ibid, hlm. 23
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya ditentukan, bila film yang ingin dicuci atau dicetak itu hilang atau rusak (termasuk akibat kesalahan petugas), maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru.
3. Perbuatan Melawan Hukum
Dalam teori hukum umum, menyatakan bahwa setiap orang, termasuk pemerintah, harus mempertangungjawabkan setiap tindakannya, baik karena kesalahan atau tanpa kesalahan. 37 Dari teori hukum umum, munculah tanggung jawab hukum berupa tanggungjawab pidana, tanggungjawab perdata, dan tanggungjawab administrasi.
Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Ketentuan perundang- undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.38 Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:39
a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan
b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian)
37 Fuady, Munir, Teori Negara Hukum Modern (Rehctstaat), Bandung: Refika Aditama,2009, hlm.147.
38 Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2001, hlm.12.
39 Djojodirdjo,Moegni, Perbuatan melawan hukum: tanggung gugat (aansprakelijkheid), Bandung: Gramedia, 2009. hlm .70.
c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian
Dalam hukum perdata, perbuatan melawan hukum dapat ditemukan dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:
“tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Dalam ketentuan pasal tersebut, terdapat unsur-unsur perbuatan melawan hukum, yaitu adanya perbuatan, adanya unsur kesalahan, adanya kerugian yang diderita, serta adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.