• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi CIS- dan Trans-Sitral dari Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum citriodorum, L) dengan Metode Ekstraksi Bisulfit Dan Metode Distilasi Uap

N/A
N/A
Child TV

Academic year: 2023

Membagikan "Isolasi CIS- dan Trans-Sitral dari Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum citriodorum, L) dengan Metode Ekstraksi Bisulfit Dan Metode Distilasi Uap"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

Pada penelitian ini citral dalam minyak kemangi diisolasi dengan dua metode yaitu metode ekstraksi bisulfit dan metode distilasi uap. Isolasi citral pada minyak kemangi dilakukan dengan metode ekstraksi bisulfit dengan perbandingan (Citral : NaHSO3 : NaHCO3 : Aquades) berdasarkan literatur [8]. Hasil destilasi uap dianalisis dengan GC untuk mengetahui kandungan sitral pada minyak kemangi:air dengan perbandingan 1:6.

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kemangi
Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Kemangi

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen terendah diperoleh pada ekstraksi dengan mentega 100% dan rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan mentega 100%. Bilangan asam oleat tertinggi terdapat pada minyak yang diekstrak dengan mentega 100% dan terendah terdapat pada minyak yang diekstrak dengan mentega 100%. Bilangan ester terendah terdapat pada minyak yang diekstraksi dengan mentega 100% dan tertinggi terdapat pada minyak yang diekstrak dengan mentega 100%.

PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN

Ekstraksi minyak atsiri bunga melati dilakukan melalui beberapa tahap yaitu penyortiran bunga, pengaplikasian adsorben pada wadah, penempatan bunga pada wadah, penggantian bunga maksimal enam kali sehari, pengambilan pomade (adsorben yang menyerap bunga). ). minyak), pencampuran pelarut (alkohol), pemisahan lemak dan pemisahan pelarut dengan minyak bunga melati. Untuk memisahkan lemak dari pelarutnya dilakukan pengendapan pada suhu 5oC kemudian dilakukan penyaringan sehingga terbentuklah cairan pelarut dengan minyak bunga melati yang disebut ekstrak. Kandungan minyak bunga melati dipelajari menggunakan GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrcopy) Shimadzu QP 2010 Ultra dengan kolom kapiler silika leburan ZB-5MS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Sani et al3 menunjukkan bahwa berat jenis minyak melati yang diperoleh adalah sekitar g/ml. Jika dibandingkan dengan hasil tersebut maka nilai berat jenis minyak melati yang dihasilkan pada penelitian ini tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa rasio penggunaan penyerap tidak berpengaruh terhadap nilai kelarutan minyak melati dalam alkohol.

Tabel 2.  Parameter warna minyak melati pada beberapa imbangan absorben
Tabel 2. Parameter warna minyak melati pada beberapa imbangan absorben

DIVERSIFIKASI PRODUK FARMASI DARI MINYAK LAWANG DENGAN PENDEKATAN SINTESIS

KIMIA

PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Safrole merupakan senyawa utama minyak sassafras dan sering digunakan sebagai prekursor obat sintetik MDMA (Stojanovska et al. 2013) dan MDP2P (Cox et al. 2006). Penggunaan safrole sebagai bahan tambahan makanan saat ini dilarang karena dapat berinteraksi dengan tubuh dan bersifat karsinogenik (Schaffer et al. 2013), badan internasional untuk penelitian kanker mengklasifikasikan safrole pada kelompok 2B sebagai karsinogen (Fan et al. 2012) . Piperine merupakan senyawa alkaloid yang diuji aktivitas antitumornya dengan metode in vivo, mampu menghambat 56,8% (Bezerral et al. 2006), efek antioksidan dan hepatoprotektif (Mehta et al. 2012) serta dapat meningkatkan bioavailabilitas (Jin et al (2013).

Senyawa analog kurkumin (homolog) merupakan senyawa yang mungkin mempunyai sifat farmakologis yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan senyawa induknya (Yang et al. 2013) karena mempunyai bioavailabilitas yang rendah (Reddy et al. 2014). Kurkumin dan analog kurkumin memiliki aktivitas biologis seperti anti inflamasi, antioksidan, anti tumor dan anti kanker (pencernaan, payudara, ovarium, paru-paru, saraf) (Hahm et al. 2004; Anand et al. 2008; Labbozzetta et al. 2009; Shang dkk. 2010; Anand dkk. 2011). Diversifikasi produk berbahan dasar minyak lawang menjadi obat antikanker analog kurkumin melalui beberapa tahapan proses antara lain isolasi safrole dari minyak lawang, isomerisasi safrole, oksidasi, dan kondensasi.

Metode kimia menggunakan NaOH (Kapelle et al. 2010), sedangkan metode fisik didasarkan pada perbedaan titik didih komponen. Reaksi sintesis analog kurkumin merupakan proses reaksi kondensasi antara dua senyawa karbonil yang berbeda dan umumnya menggunakan dua kondisi reaksi yaitu kondisi asam dan kondisi basa (Yin dkk. 2013). Reaksi dalam kondisi basa sering digunakan karena dapat memberikan hasil yang lebih baik (Chen et al. 2011).

Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat produk farmasi analog kurkumin dari minyak lawang dengan jalur sintesis kimia.

METODE PENELITIAN (MATERIALS AND METHODS) Bahan dan Alat

Proses oksidasi isosafrole menghasilkan piperonal merupakan reaksi oksidasi alkena, dimana produk yang dihasilkan bergantung pada kondisi reaksi dan struktur alkena yang digunakan. Reaksi oksidasi dilakukan dengan menggunakan KMnO4 sebagai oksidan dalam sistem dua fasa yaitu air dan fasa organik, sehingga untuk memperbaiki reaksi ditambahkan katalis pemindah fasa (Sastrohamidjojo 2004). Obat analog kurkumin sintetik yang akan dibuat mempunyai perbedaan yaitu simetris dan asimetris, namun berasal dari bahan dasar piperonal yang disintesis dari minyak lawang.

Kemudian campuran diekstraksi dengan diklorometana, dicuci dengan air suling, dikeringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat dan diuapkan kembali. Rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol, hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan GCMS dan 1H-NMR.

HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULT)

Proses sintesisnya menggunakan kondisi proses basa, dan metode yang digunakan adalah metode konvensional dan microwave. Hasil produk sintetik AKS dengan metode konvensional pada suhu kamar (27oC) selama 3 jam memberikan rendemen sebesar 78,43%. Produk AKS juga dapat disintesis menggunakan metode gelombang mikro dengan reaktan piperonal, aseton, katalis NaOH dan pelarut metanol.

Rendahnya rendemen produk yang dihasilkan disebabkan karena proses sintesis AKS menggunakan pelarut metanol yang dapat menguap jika terkena radiasi gelombang mikro. Sintesis AKAS tahap kedua menggunakan dua metode proses yaitu metode konvensional dan metode gelombang mikro dengan reaktan asetofenon, zat antara dan katalis alkali NaOH. Tahapan proses sintesis AKAS menggunakan metode konvensional dengan reaktan asetofenon, zat antara, katalis NaOH dan pelarut metanol pada suhu kamar selama 3 jam memberikan rendemen sebesar 99,55%.

Metode proses sintesis AKAS menggunakan iradiasi gelombang mikro 140 watt selama 2 menit dengan persentase reaktan yang sama dengan metode konvensional sehingga menghasilkan rendemen produk sebesar 82,82%. Azarifar dkk (2003) juga menggunakan iradiasi gelombang mikro untuk reaksi kondensasi menghasilkan beberapa produk dengan daya 300 watt selama beberapa menit dan diperoleh produk dengan rendemen 80–95%. Hasil rendemen AKAS yang diperoleh dengan metode microwave mempunyai hasil yang baik dan tidak jauh berbeda dengan metode konvensional yaitu sebesar 16,73%.

Pengaruh pelarut metanol pada metode microwave pada produk AKAS tidak memberikan dampak yang signifikan.

KESIMPULAN (CONCLUSION)

Piperine dan quercetin meningkatkan efek antioksidan dan hepatoprotektif kurkumin pada stres oksidatif yang diinduksi parasetamol. Pengaruh kurkumin, campuran kurkumin dan piperin serta kurkum (kunyit) terhadap profil lipid tikus normal dan hiperlipidemia. Bunga melati putih (Jasminum sambac) mempunyai banyak manfaat seperti sebagai bunga hias, pengharum teh, dan dapat diolah menjadi minyak atsiri.

Perawatan PEF melibatkan penerapan medan listrik pendek berulang melalui bunga melati yang ditempatkan di antara dua elektroda. Medan listrik membentuk pori-pori pada membran sel sehingga minyak atsiri keluar tanpa menggunakan suhu tinggi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kombinasi frekuensi PEF dan rasio pelarut terhadap bahan yang tepat dengan metode maserasi untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak atsiri.

Ia menggunakan medan listrik berdenyut pendek yang diulangi melalui bunga melati yang ditempatkan di antara dua elektroda. Beberapa metode ekstraksi bunga melati antara lain ekstraksi pelarut uap (solvent Extraction) dan ekstraksi lemak dingin (enfleurisasi). Oleh karena itu, perlu dilakukan alternatif penerapan Pulsed Electric Field (PEF) sebagai pre-treatment untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak atsiri. 2012), PEF merupakan metode alternatif untuk meningkatkan laju difusi produk keluar jaringan tanaman selama ekstraksi.

Oleh karena itu, akan dianalisis pengaruh frekuensi perlakuan PEF dan perbandingan pelarut terhadap bahan baku pada metode maserasi terhadap mutu minyak atsiri bunga melati.

METODE PENELITIAN (MATERIALS AND METHODS) Alat dan bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULT) Indeks Bias

Rata-rata indeks bias menunjukkan kombinasi faktor rasio pelarut dengan frekuensi yang berbeda nyata dibandingkan indeks bias beton minyak melati. Rata-rata rendemen beton minyak melati tertinggi dihasilkan pada rasio bahan terhadap pelarut 1:3 (b/v) dengan frekuensi 2000Hz. Rata-rata rendemen beton minyak melati terendah dihasilkan pada rasio bahan terhadap pelarut 1:2 (b/v) dengan frekuensi 1500Hz.

Nilai rendemen rata-rata beton minyak melati berbeda nyata pada perbandingan bahan terhadap pelarut antara 1:2 (b/v) dan (1:3). Hasil pengujian komponen karakteristik minyak melati pada 3 perlakuan dengan indeks bias tertinggi dan rendemen tertinggi. Hasil pengujian komponen beton minyak melati menghasilkan lilin yang terdiri dari komponen hidrokarbon rantai panjang berupa dekana, undekana, dodekana, tetradekana dan lain sebagainya.

Menurut (Nisak, 2013), pemberian pretreatment berupa PEF pada bunga melati dapat meningkatkan komponen utama minyak melati. Komponen lilin dan komponen lain yang larut dalam proses pelindian menyebabkan minyak melati absolut menjadi sedikit maserasi. Neraca massa proses produksi beton minyak melati dengan perlakuan PEF merupakan neraca massa yang dihasilkan dari perlakuan terbaik dengan perbandingan bahan terhadap pelarut 1:3 dengan frekuensi PEF 1500Hz.

Penguapan pelarut memisahkan n-heksana dari beton minyak melati menggunakan prinsip tekanan dan penguapan dalam labu dasar sampel.

Tabel 1. Nilai Rerata Indeks Bias Concrete Minyak Melati Berdasarkan Rasio Bahan Banding  Pelarut dan Frekuensi
Tabel 1. Nilai Rerata Indeks Bias Concrete Minyak Melati Berdasarkan Rasio Bahan Banding Pelarut dan Frekuensi

KESIMPULAN (CONCLUSION) Kesimpulan

Minyak atsiri dilaporkan memiliki sifat biologis seperti antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, antitumor, dan penetral racun [1-7]. Minyak atsiri daun Zingiberaceae dilaporkan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan mampu menghancurkan biofilm khususnya minyak atsiri daun kapulaga (Electtaria cardamomum). Minyak atsiri daun kunyit juga dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan Aspergillus flavus dan aflatoksin [9,10]. Minyak atsiri yang diperoleh ditempatkan dalam botol berwarna gelap dan disimpan dalam lemari pendingin untuk tahap analisis selanjutnya.

Rendemen minyak atsiri yang diekstraksi dari daun zingiberaceae pada penelitian ini sangat bervariasi antara 0,01% hingga 3,15% (Tabel 1). Minyak atsiri yang diperoleh dari daun lengkuas sangat langka, begitu pula dengan minyak atsiri dari buah lengkuas Alpinia yang rendemennya hanya 0,2%. Warna minyak atsiri yang diperoleh dari daun Zingiberaceae berkisar antara tidak berwarna sampai kuning kecoklatan (Tabel 1).

Karena rendahnya rendemen minyak atsiri dari daun lengkuas dan daun jahe, maka warna minyak atsiri kedua daun tersebut tidak dapat ditentukan. Untuk mengetahui kemampuan senyawa dominan minyak atsiri daun jahe dalam bertindak antiglikasi, maka ditentukan senyawa murni caryophyllene dari TCI (Tokyo Chemical Industry) yang aktivitas antiglikasinya. Salah satu senyawa aktif pada minyak atsiri daun jahe adalah caryophyllene yang mempunyai nilai anti glikasi IC50 sebesar 113,8 µM.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh senyawa lain pada minyak atsiri daun jahe, maka perlu dilakukan pemisahan minyak atsiri yang dilanjutkan dengan uji aktivitas.

Gambar 1. Daun Zingiberaceae yang digunakan pada penelitian ini  2. 2. Isolasi Minyak Atsiri
Gambar 1. Daun Zingiberaceae yang digunakan pada penelitian ini 2. 2. Isolasi Minyak Atsiri

PENINGKATAN RENDEMEN DESTILASI MINYAK JAHE MELALUI FERMENTASI JAHE MERAH

METODE PENELITIAN 1 Alat dan Bahan

Setelah distilasi, hasil destilat berupa air dan minyak jahe kemudian dipisahkan dengan corong pemisah selama 24 jam. Minyak jahe yang dihasilkan dimasukkan ke dalam botol plastik berwarna gelap yang ditutup rapat, kemudian dilakukan uji GC untuk menganalisis profil komponen minyak jahe. Namun pada awal fermentasi 8 hari, rendemen minyak jahe lebih rendah dibandingkan variabel fermentasi 6 hari.

Jika ditinjau menurut Ketaren (1985), zingiberene merupakan komponen volatil utama yang memberikan aroma khas pada minyak jahe. Untuk membandingkan komposisi kelima komponen pada keempat variabel, maka dihitung volume masing-masing komponen minyak jahe sehingga diperoleh variabel dengan volume komponen tertinggi. Perhitungan volume komponen diperoleh dengan mengalikan komposisi masing-masing komponen (fraksi volume) dengan volume total minyak jahe.

Profil GC analisis kimia minyak jahe dengan variabel (i) tanpa fermentasi; (ii) fermentasi selama 2 hari; (iii) fermentasi selama 6 hari; (iv) fermentasi 8 hari. Secara berturut-turut komponen minyak jahe tanpa fermentasi dan dengan fermentasi 2, 6 dan 8 hari sebanyak 27 komponen. Perbedaan komposisi dan jumlah komponen penyusun minyak jahe kemungkinan disebabkan oleh hidrolisis minyak jahe selama proses fermentasi.

Perubahan volume masing-masing komponen minyak jahe pada waktu fermentasi yang berbeda-beda, selain itu jumlah komponen pada keempat minyak jahe juga berbeda-beda.

Gambar 1. Skema fermentor  2. 4 Destilasi Uap
Gambar 1. Skema fermentor 2. 4 Destilasi Uap

Gambar

Gambar 1. Kromatogram GC standar sitral (atas) dan minyak kemangi (bawah)  Dari kromatogram Gambar 1, kandungan sitral yang terdapat dalam sitral standar sebesar 98%
Gambar 2. Mekanisme reaksi snyawa sitral dengan NaHSO 3
Gambar 3. Kromatogram hasil distilasi uap 1:1 (atas); 1:3 (tengah) dan 1:6 (bawah)  Gambar  3  menunjukkan  kromatogram  hasil  distilasi  uap  1:1  menunjukkan  kandungan  sitral  dengan  konsentrasi  tertinggi  pada  puncak  enam  dan  delapan
Tabel 2. Perbandingan hasil isolasi sitral dan rendemennya secara kualitatif berdasarkan  kromatogram
+7

Referensi

Dokumen terkait

2003, there are five steps that can be followed in implementing the MoL technique as shown in Figure 5 refer Figure 2, Figure 3 and Figure 4 : Figure 5: Steps in Implementing the MoL