• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak - - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "abstrak - - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Untuk beberapa bahan perbandingan kita dapat melihat hasil survei Emperor Family Foundation (KFF) sebagai berikut: a) Dua pertiga bayi dan balita sudah mulai menonton media layar rata-rata 2 jam sehari, b) Anak-anak di bawah umur dari 6 jam menonton rata-rata sekitar 2 jam media layar per hari, terutama televisi, video atau DVD. c) Anak-anak dan remaja berusia 8 hingga 18 tahun menghabiskan hampir 4 jam sehari di depan layar. Dalam situasi Indonesia saat ini, televisi telah menggantikan peran orang tua dalam bercerita dan mendongeng kepada anak.

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA a. Perkembangan

Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal masa pubertas bagi seorang pemuda, saat ia mengalami masa mimpi pertamanya, di mana ia tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal masa pubertas bagi seorang pemuda, yaitu saat ia mengalami masa mimpi pertamanya yang tanpa disadari ia mengeluarkan sperma, dan masa remajanya akan berakhir pada usia 21 tahun.

Ciri-ciri Remaja

Terkadang dia bisa sangat sedih, di lain waktu dia bisa sangat marah. e) Anda mulai merasa tertarik dengan lawan jenis. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik dengan lawan jenis dan mulai berpacaran. f) Menarik perhatian lingkungan.

Pengertian Moral

Sugarda Poerbakawatja menjelaskan, menurut arti asli latin (tidak), adat istiadat merupakan dasar penentu baik atau buruknya perbuatan seseorang. Oleh karena itu, untuk mengukur tingkah laku manusia, baik atau buruk, dapat dilihat apakah tindakan tersebut sesuai dengan adat istiadat yang berlaku umum pada suatu unit sosial atau lingkungan tertentu.

Macam-macam Moral

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moral

Perkembangan Moral

Hubungan antara diri sendiri dengan orang lain didasarkan pada asas kesetaraan, artinya orang lain mempunyai derajat yang sama dengan Anda. Moralitas pada hakikatnya adalah penyelesaian konflik antara diri sendiri dan orang lain, antara hak dan kewajiban.30. Beberapa penelitian mengenai perkembangan moral remaja yang mengacu pada teori perkembangan moral Kohlberg menunjukkan bahwa tahapan perkembangan moral remaja Indonesia pada umumnya bervariasi antara tahap 3 dan 4, bahkan banyak yang mencapai tahap 3.

Untuk itu perlu dilaksanakan program intervensi untuk meningkatkan tahapan penalaran moral Kohlberg, idealnya perkembangan moral generasi muda sudah mencapai tahap 5 yaitu sudah mempunyai prinsip moral tersendiri yang bisa sama atau berbeda dengan yang lain. sistem moral masyarakat. 31. Pada masa ini timbul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dianggap baik oleh orang lain. Proses perkembangan moral remaja berangsur-angsur berubah dari perkembangan yang lebih otoriter menjadi kurang otoriter seiring dengan berkembangnya aspek kognitif dan kepribadian.

PENGARUH MENONTON TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Pada usia pertengahan remaja, rata-rata remaja Amerika telah menyaksikan ratusan ribu tindakan kekerasan di televisi. Aspek moral mempunyai cakupan yang lebih luas, mengenai baik buruknya suatu hal, benar atau salahnya, apa yang boleh, apa yang wajar atau tidak, dan lain sebagainya yang mengacu pada nilai, norma, dan budaya yang ditetapkan oleh masyarakat. diterima. dimana visi itu ada. Begitu pula aspek moralitas yang bisa kontekstual dalam tayangannya, misalnya saja adegan berpegangan tangan sang pacar. Adegan ini secara visual tidak sesuai dengan moral karena dia bukan seorang Muslim, tetapi dapat dianggap normal untuk usia tersebut.

Aspek moralitas ini berpedoman pada baik buruknya suatu hal, berpedoman pada “nilai-nilai” yang tercantum dalam Peraturan Tentang Penyiaran P3SPS KPI (2007). Semakin besar frekuensi acara yang secara obyektif tidak sesuai dengan aturan tersebut, maka tergolong acara yang tidak sesuai dengan aspek moralitas.36 Dengan demikian, mayoritas televisi menayangkan adegan-adegan seperti kekerasan, kenakalan remaja, dan percintaan. Misalnya adegan memegang tangan pacar secara visual melanggar akhlak karena bukan mahramnya.

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Kedua, Siti Handriana Mardhiyani, tahun 2008, jurusan tarbiyah, program studi pendidikan agama Islam dengan judul “Studi Korelasi Pengguna Media Internet Dengan Semangat Kerja Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo Tahun Ajaran. Dengan tujuan penelitian: ( a) untuk mengetahui minat dan frekuensi penggunaan media internet siswa kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo pada tahun ajaran b) untuk mengetahui akhlak kelas siswa kelas X SMK Negeri 1 Ponorogo dalam bidang akademik tahun 2007/2008 Hasil Penelitian: (a) Minat dan frekuensi pengguna media internet kelas kelas

Ketiga, Ani Purwati, pada tahun 2012, jurusan Tarbiyah, Program Studi Keguruan Madrasah Ibtidaiyah dengan judul “Efektifitas Penggunaan Media Televisi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa”. Dengan tujuan penelitian: (a) untuk mengetahui motivasi belajar siswa yang menggunakan media televisi pada kelas V mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 2 Trisono Babadan Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran b) untuk mengetahui motivasi belajar siswa yang tidak menggunakan media televisi. media televisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN 2 Trisono Babadan Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran c) untuk mengetahui perbedaan motivasi siswa yang menggunakan media televisi dan yang tidak menggunakan televisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN 2 Trisono Babadan Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 . Hasil Penelitian: (a) Motivasi belajar siswa menggunakan media televisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN 2 Trisono Babadan Ponorogo Semester Genap tahun pelajaran 2011/2012 termasuk dalam kategori baik dengan persentase 50%.

KERANGKA BERFIKIR

PENGAJUAN HIPOTESIS

Pendekatan kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan positivisme dan digunakan untuk menyelidiki populasi atau sampel tertentu.37. Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas atau biasa disebut variabel bebas dan variabel terikat atau variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya atau terjadinya variabel terikat.

Sedangkan variabel terikatnya adalah variabel yang mempengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas.38 Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah menonton acara televisi, sedangkan variabel terikatnya adalah perkembangan moral remaja.

POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Sampel

Dalam penelitian ini digunakan buku Sugiyon sebagai acuan, dimana populasi penelitian ini berjumlah 130 orang dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel per kelas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel yang diteliti adalah 97 siswa.

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

46 Artinya, indikator-indikator yang diukur dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk membuat unsur-unsur instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden, dan yang menjadi responden adalah seluruh siswa kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016. tahun. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah, struktur organisasi, hubungan guru dan siswa, sarana prasarana, visi dan misi, serta letak geografis MTsN Sampung Ponorogo.

TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk mengetahui poin-poin jawaban angket dan perhitungan setiap item pernyataan untuk menguji validitas variabel menonton acara televisi, lihat lampiran 6 dan 8. Lembaga Keagamaan Islam Nomor 21/E/1987 yang menjelaskan bahwa madrasah ini berstatus sekolah cabang negeri bernama Madrasah Negeri Jetis Filial Bogem Sampung Ponorogo (MTsN Jetis Filial Bogem Sampung). Kemudian dengan berbagai upaya dari berbagai pihak, akhirnya pada tahun 1995 madrasah ini resmi menjadi MTsN Sampung berdasarkan Surat Keputusan MENAG (Menag) Nomor 515 A/1995 SK MENAG.

MTsN Sampung terletak di wilayah Kecamatan Sampung Ponorogo ± 4 km sebelah timur Kabupaten Sampung. Gedung madrasah ini dibangun di dekat kompleks Pondok Pesantren Sabilil Muttaqin dengan luas tanah 853 m2. MTsN ini terletak di ujung selatan dan berturut-turut di utara gedung SMA PSM Bogem Sampung Ponorogo. Untuk memperoleh data mengenai penayangan acara televisi di kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo, peneliti menyebarkan angket yang diketahui validitasnya kepada siswa Kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 130 siswa dengan sampel 97 siswa. .

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor tertinggi pada variabel menonton acara televisi adalah 60 dengan frekuensi 3 orang. Untuk memperoleh data menonton sinetron remaja di Kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo, peneliti menyebarkan angket yang diketahui validitasnya kepada siswa Kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 130 siswa dengan jumlah sampel 97 siswa. .

Analisi Data (Pengujian Hipotesis)

Tabel poin yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada lampiran 13. Perhitungan standar deviasi variabel Menonton Acara TV di MTsN Sampung Ponorogo. Dengan demikian dapat dikatakan tontonan acara TV siswa kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo berada pada kategori cukup. Untuk memperoleh data tersebut penulis menggunakan metode angket yang disebarkan kepada 97 siswa, untuk mengetahui perkembangan moral remaja di MTsN Sampung Ponorogo.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perkembangan moral remaja kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo berada pada kategori cukup. Berdasarkan data yang terkumpul yaitu data menonton acara TV dan perkembangan moral siswa muda MTsN Sampung tahun ajaran 2015/2016, data tersebut ditabulasikan. Fhitung > Ftabel, artinya variabel bebas (X) yaitu menonton acara TV berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu perkembangan moral remaja di MTsN Sampung Ponorogo.

Pembahasan dan Interprestasi

Dalam pembahasan menonton acara TV, penulis mengumpulkan data dengan menyebarkan kuesioner yang diisi oleh siswa kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa menonton acara TV siswa kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo tahun ajaran 2015/2016 berada pada kategori cukup dengan persentase (78,351%) yang ditunjukkan oleh 97 responden. Pembahasan Perkembangan Moral Siswa Muda di MTsN Sampung Ponorogo Pada tahun ajaran, penulis juga mengumpulkan data dengan cara menyebarkan angket yang diisi oleh siswa kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo.

Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan moral siswa kelas VIII. kelas di MTsN Sampung Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016 dalam kategori cukup dengan persentase (76,289%) yang ditunjukkan oleh 97 responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh menonton acara TV terhadap perkembangan moral remaja kelas VIII MTsN Sampung Ponorogo tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (R2) diketahui bahwa menonton acara TV berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja kelas VIII.

PENUTUP

SARAN

Seorang guru mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa menonton siaran televisi tidak hanya sekedar hiburan, tetapi televisi juga menambah pengetahuan. Orang tua sangat penting memberikan motivasi untuk meningkatkan perkembangan moral anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan kondisi anak dan mendampingi anak dalam pemilihan acara televisi. yang berdampak negatif dan membatasi anak-anak menonton siaran televisi. Agar siswa dapat memanfaatkan televisi sebagai alat pendidikan, informasi yang dapat menunjang pembelajaran di sekolah dan bukan sekedar hiburan yang bersifat sementara.

Gambar

Tabel 3.1   Daftar Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyanaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

Angket merupakan “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Hal ini