• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "abstrak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Jamaluddin. NPM. 16.81.0184, 2020. Tinjauan Yuridis Tentang Anak Di Bawah Umur Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan. Pembimbing I, Dr. Hidayatullah, S.H.I., M.H., M.Pd, Pembimbing II, Dr. Muhammad Aini, S.H.I., M.H.

Kata Kunci : Tinjauan Yuridis, Pidana Pencurian, Anak.

Pencurian adalah pengambilan milik orang lain tanpa diketahui pemiliknya atau dan dengan secara paksa. Seorang anak yng telah melakukn tindak pidana berupa pencurian diberlakukan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 yang berisi perlindungan hak asasi manusia anak. Perlindungan anak merupakan segala upaya yang di peruntukan untuk kebaikan si anak, merehabilitasi, dan membina karaha yang lebih positif anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosial nya. Disini dibutuhkan bukan hanya peran orangtua tetapi juga masyarakat disekeliling anak nanak yang memiliki umur di bawah 18 tahun.

Penelitian ini berfokus pada dua rumusan masalah yaitu: Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 11 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Bagaimanakah Penerapan Sanksi Pidana terhadap Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penulisan studi kepustakaan (Library Research) yang mana cara yang dipergunakan didalam penelitian hukum dengan meneliti suatu peraturan perundang-undangan, bahan pustaka atau data sekunder yang bersifat hukum. Oleh karena itu, bahan yang digunakan adalah bahan sekunder yang didapatkan melalui studi dokumen.

Hasil dari penelitian memberikan arah upaya dalam perlindungan suatupidana terhadap anak bagi anak yang meakukan tindak pidana dalam sistem peradilan hukum pidana anak di Indonesia berdasarkan UU RI No.11 Tahun 12 Tentang aturan peradilan pidana yang mencantumkan tentang Anak yang bermasalah terkait hukum anak disini adalah anak yang telah berumur 12 (Dua belas) tahun ,tetapi belum berumur 18 (Delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana adalah negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi dapat diterapkan disetiap tahapan-tahapan pemeriksaan,baik ditahapan penyidikan,penuntutan, di tahap sidang pengadilan (pemeriksaan perkara) dan di tahap pembinaan (Lembaga Permasyarakatan)

(2)

ABSTRACT

Jamaluddin. NPM. 16.81.0184, 2020. Juridical Overview of Minors Who Commit the Crime Of Theft. Thesis. Faculty of Law, Kalimantan Islamic University.

Advisor I, Dr. Hidayatullah, S.H.I., M.H., M.Pd, Advisor II, Dr. Muhammad Aini, S.H.I., M.H.

Keywords: Juridical Review, Criminal Theft, Children.

Theft is the taking of another's property without the owner knowing it or by force.

A child who has committed a crime in the form of theft is subject to the applicable laws and regulations, namely Law Number 35 of 2014 which contains protection of children's human rights. Child protection is all efforts that are intended for the good of the child, rehabilitating and fostering a more positive character of children who experience acts of mistreatment, exploitation and neglect in order to ensure the survival and development of children naturally, physically, mentally, and socially. his. Here it takes not only the role of parents but also the community around children who are under 18 years of age.

This research focuses on two problem formulations, namely: How to Protect the Law on Children as Criminal Actors in the Juvenile Justice System in Indonesia Based on RI Law Number 11 concerning the Juvenile Criminal Justice System, How is the Application of Criminal Sanctions against Theft committed by minors.

In this study using a normative juridical research type. Normative juridical research is a method of writing library research (Library Research), which is the method used in legal research by examining laws and regulations, library materials or secondary data that are legal in nature. Therefore, the materials used are secondary materials obtained through document study.

The results of the study provide direction for efforts to protect a crime against children for children who commit criminal acts in the juvenile criminal justice system in Indonesia based on the Republic of Indonesia Law No.11 of 12 concerning criminal justice rules which include children with problems related to child law here are children who has been 12 (twelve) years old, but not yet 18 (eighteen) years old who are suspected of committing a criminal act is the state is obliged to fulfill the right of every child to live, grow and develop, protection from acts of violence and discrimination can be applied at every stage examination, both at the stage of investigation, in prosecution, at the stage of court proceedings (case examination) and at the stage of guidance (Penitentiary)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Indonesia memiliki landaskan hukum, bukan didasarkan otoritas kekuasaan belaka.. Hal ini mempunyai suatu pengertian bahwa negara (temasuk didalamnya segala perangkat pemerintah dan lembaga- lembaga) dalam melaksanakan berbagai kegiatan apapun harus berlandaskan suatu aturan yang hadapakan untu di pertanggung awab kan di hadapan hukum yang telah berlaku.. Ada tiga landasan yang wajib

(3)

dihormati, ditaati, dan dijunjung tinggi bagi semua warga negara negara, yaitu : supremasi hukum, keadilan di depan hukum, penegakan hukum harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan norma hokum.

Pencurian merupakan pekeraan yang mau memiliki barang atau benda milik sesorang cara mengambil secara diam-diam.

Perlindungan anak adalah berbagai cara yang ditujukkan agar mencegah, merehabilitasi, dan memperlakukan dengan sebagaimana yang diatur dalam uu perlindungan anak, untuk dapat menumbuh kembangkan anak secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosialnya.

Disini dibutuhkan bukan hanya peran orangtua tetapi juga masyarakat disekeliling anak tersebut. Menegakkan keadilan terhadap anak dan memerhatikan masa depan sorang anak, merupakan usaha-usaha untuk membina anak sekaligus unutk mewuudkan keadilan dan memberikan perlindungan kepada anak tersebut. Setiap tindakan pemidanaan dinilai tidak hanya berdasarkan sifat keadilannya saja, melainkan juga akibat sifat kerukunan yang akan dicapainya, karena dalam kerukunan tercermin pula keadilan. Apabila setelah dipertimbangkan ternyata mereka kurang atau tidak mampu menerima pidana tersebut, maka mereka berhak untuk diberi pelayanan dalam bentuk pembinaan sebagai Anak Negara. Pasal 50 Rancangan KHUP Nasional

Penyebab perbuatan yang merugikan diantaranya sifat manusian yang ingin menguntungkan diri sendiri walaupun perbuatannya yang merugikan orang lain. Kenyataannya itulah yang memerlukan kehadiran peraturan atau UU.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal ini yang menjadi alasan peneliti mengangkat judul Tinjauan Yuridis Tentang Anak Di Bawah Umur Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia Berdasarkan UU RI Nomor 11 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak?

2. Bagaimanakah Penerapan Sanksi Pidana terhadap Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimanakah Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia Berdasarkan UU RI Nomor 11 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

2. Untuk Mengetahui bagaimanakah Penerapan Sanksi Pidana terhadap Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur.

(4)

D. Metode Penelitian

penelitian ini menggunakan hukum normative, dan penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Bahan Hukum yang dipakai adalah hukum primer, sekunder dan tersier

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia Berdasarkan Undang- Undang RI Nomor 11 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

1. Tahap penyidikan

Bagi pihak yang melakukan penyidikan diharuskan memberikan perlindungan khusus pada anak yang akan diperiksa dikarenakan tindak pidana yang dilakukannya.

2. Tahap Penuntutan

Penuntut dalam acara pidana anak agar melimpahkan perkara anak ke pengadilan anak dengan permintaan agar dapat diperiksa dan diputus oleh penyelenggara pengadilan khusus nya hakim yang dapt memebri catukan hukum anak dalam persidangan anak.

3. Tahap Pemeriksaan di Persidangan

Pada proses persidangan, pada prinsipnya anak di sidangkan dalam ruangan sidang khusus bagi anak dan ruang tunggu khusus anak di bedakan atau di pisah dari ruang tunggu sidang orang dewasa..

4. Tahap Pemasyarakatan

Lembaga Permasyarakatan Anak melaksanakan pembinaan kepada narapidana agar narapidana tidak melakukan tindakan kejahatan lagi kedepannya. berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lembaga Permasyarkatan Anak paling lama sampai berumur 18 tahun, apabila telah berumur 18 tahun tetapi belum selesai menjalani pidananya harus di pindahkan dan tempatnya terpisah dari narapidana yang telah berumur 21 tahun. Jenis-jenis pembinaan narapidana dapat digolongkan atas 3 (tiga), yaitu: Pembinaan Mental, Pembinaan Sosial, Pembinaan Keterampilan

5. Hak-Hak Anak.

Dalam suatu peradilan untuk anak sebaiknya anak diperlakukan dengan memetingkan kedaan berdasarkan umur anak dan di bedakan dengan orang dewasa, mendapat bantuan dan perlakuan hukum yang efektif, tidak telalu keras atau belebihan, penghukuman, dan suatu perlakuan yang tidak sesuai terhadap anak kejam.

B. Penerapan Sanksi Pidana terhadap Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur

Adanya peradilan khusus bagi anak dibawah umur yang telah terlibat tinadk pidana maka Peradilan Pidana Anak mewujudkan kesejahteraan anak, sehingga anak diadili secara tersendiri. Segala aktivitas yang dilakukan dalam Peradilan tindak pidana anak, seyogianya dilakukan oleh Penyidik Anak, Jaksa atau penuntut Anak, Hakim Anak,

(5)

atau Pegawai LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) Anak, berdasarkan prinsip demi keadilan serta kesejahteraan pada anak.

Penghukuman pidana adalah merupakan tindakan yang waib harus dipertanggungjawabkan agar beradil bagi pelaku atau anak. Setiap pelaksanaan pidana atau tindakan, diusahakan tidak menimbulkan korban, penderitaan, kerugian moril, fisik dan sosial. Dasar etis bagi pemidanaan tersebut, yaitu: keadilan sebagai dasar pemidanaan; setiap tindakan pemidanaan dinilai tidak hanya berdasarkan sifat keadilannya saja, melainkan juga akibat sifat kerukunan yang akan dicapainya, karena dalam kerukunan tercermin pula keadilan; pemidanaan merupakan tindakan terhadap Anak yang bermasalah dengan Hukum yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya; penilaian Anak Nakal atau Anak yang bermasalah dengan Hukum, tidak selalu didasarkan pada kualitas kemampuan rokhaniah dan psikis pada waktu kenakalan dilakukan, tetapi terutama didasarkan pada kemampuan mereka untuk menerima pidana dan tindakan.

Apabila setelah dipertimbangkan ternyata mereka kurang atau tidak mampu menerima pidana tersebut, maka mereka berhak untuk diberi pelayanan dalam bentuk pembinaan sebagai Anak Negara.

Pertimbangan psikologis dan melihat anak masih perlu di dibmbing, jika Hakim memutuskan anak tersebut diserahkan kembali kepada orang tuanya atau wali dari orang tua asuhnya, maka orang tua/wali/orang tua asuhnya mengoreksi atau introspeksi diri atau keluarga, untuk mengetahui latar belakang anak melakukan kenakalan. Tindakan selanjutnya, orangtua/wali atau orang tua asuhnya diharapkan melakukan suatu perbuatan yang memungkinkan tercipta kembali keharmonisan keluarganya, dapatberupa perhatian terhadap perkembangan jasmani maupun rohani anak, sehingga kejadian yang menimpa anaknya tersebut tidak terulang.

Jika anak itu diserahkan kepada negara atau organisasi sosial kemasyarakatan, maka anak tersebut dididik dengan berbagai upaya untuk menghilangkan tabiat buruk dan berbuat baik, serta sadar berdisiplin. Diharapkan setelah anak tersebut keluar dari tempat didikannya, mampu kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi perbuatannya. Apabila Hakim menilai bahwa perbuatan yang dilakukan anak itu, dipandang berat serta mengakibatkan kegelisahan dalam masyarakat, maka anak itu dijatuhi pidana. Hakim Anak tidak menjatuhkan pidana semata-mata sebagai efek jera atas perbuatan anak dalam tindak pidana. Hakim melihat masa depan anak atau mepertimbangkan perkembangan fisik, mental dan sosial anak. Seorang anak yang belum sepenuhnya dapat mempertanggungjawabkan kesalahannya, lingkungan bisa memberikan peluang padanya untuk melakukan pelanggaran itu.

Hukuman percobaan (probatian) bagi anaklebih banyak manfaatnya daripadahukuman bentuk lain, sambil diberikan peringatan

(6)

keras bahwa orang tua/wali/orang tua asuh akan mempertanggung- jawabkan tingkah lakunya.

. III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem peradilan hukum terhadap tindaak pidana yang dilakukan kepad anak di negara kita adalah berdasarkan Undang-Undang yang mana dilaksanakan di pengadilan khusus anak.

2. Pencurian yang dilakukaan anak pemberlakuan suatu sanksi hokum yang kemudian di jatuhkan terhadap anak, yaitu Sanksi hukum berupa pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. diantaranya : (1) pidana penjara; (2) pidana kurungan; (3) pidana denda; (4) pidana pengawasan. Tentang pidana terdapat tambahan dua macam, yaitu: (1) perampasan barang-barang tertentu; (2) pembayaran denda.

B. Saran

1. Diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam pencegahan tindakan pencurian yang dilakukan oleh anak demi kepentingan bersama.

2. Diperlukan pembenahan dan peningkatan sumber daya personalia aparat penegak hukum, sehingga tuntutan tersedianya pejabat khusus yang mengenai anak pelaku tindak pidana dapat terwujud sesuai tuntutan dalam UU mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak.

DAFTAR PUSTAKA

Atmasasmita, Romli, (1983). Problem Kenakalan Anak-Anak Remaja, (Bandung : Armico), cet. Ke 1.

Hamzah Hasan, (2012). Kejahatan Kesusilaan Perspektif Hukum Pidana Islam (Makassar: Alauddin University Press).

Siku, Abdul Salam (2012). Perlindungan HAM saksi dan korban Dalam Peradilan Pidana (Jakarta: Rabbani Press).

Soekanto, Soerjono dan Pamudji, Sri (2010). Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali Pers.

Sudarsono,(2004). Kenakalan Remaja, (Jakarta: Renata Cipta).

Wagiati Soetodjo, (2006). Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama).

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tetang Perubahan atas Undang-undang No.

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu sistem peradilan pidana yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Peradilan Pidana Anak. Istilah sistem peradilan pidana anak merupakan terjemahan dari

Adapun ketentuan Ketentuan Hukum Tentang Penahanan Anak Pelaku Tindak Pidana terdapaat dalam Pasal 32 ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem