Academic Writing Learning Model Based on Critical Thinking Skills with Problem Based Learning Approach
M.Tahir1 , Syarifuddin Dollah2, dan Fitri Radiyani3 Universitas Negeri Makassar1,2,3
Abstract. The main objective of this study was to determine student responses and the effectiveness of using the Academic Writing teaching material model based on critical thinking skills with a problem solving approach. This research method is R & D. The significant test sample and the response to the application of the academic writing learning medium are English students who are FBS UNM. 30 samples representing the population were selected based on simple randomization from three English education classes. The results showed that the t-test is greater than the t-table, which means that there is a significant difference between before and after post-test. Student responses to the critical thinking-based academic writing learning model with a problem-based learning approach show that students are motivated and very understanding of the modules being taught. The conclusion of this research is that the learning model is significant for improving the competence of writing "academic writing" for English students of FBS UNM.
Keywords: Academic writing, pbl, dan critican thinking
PENDAHULUAN
Salah satu kecakapan dalam bidang akademik di perguruan tinggi yang sangat dibutuhkan dalam abad ke-21 adalah menulis akademik secara kritis, Menulis akademik di perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk bersikap kritis dalam melihat fenomena kemudian menuangkan pikiran dan ide mereka dalam bentuk narasi kritis. Narasi essay kritis yang bernuansa akademik membutuhkan keahlian dan model khusus. Tujuan menulis akademik secara kritis berarti bahwa ide dan informasi yang berasal dari tulisan bersumber dari pengetahuan apriori maupun apesteori yang sudah diuji secara ilmiah melalui proses akademik. Kemampuan untuk menggali fenomena sosisal-humaniora yang dibingkai dalam kerangka saintifik merupakan kecakapan dasar yang dibutuhkan mahasiswa perguruan tinggi untuk menilai narasi dan wacana secara kritis dengan arif dan bijaksana. Informasi yang keliru dan menyimpan dari tulisan yang ada dapat memberikan efek negative terhadap pengambilan keputusan maupun kesimpulan.
Banyaknya informasi hoaks baik di media sosial dan elektronik merupakan produk dari tulisan yang jauh dari fakta dilapangan. Informasi tulisan yang beredar
ditengah masyarakat merupakan produk kontruksi berpikir yang lemah karena disadari atau tidak kebanyakan dari orang awam mudah sekali percaya dengan berita yang menjadi rending topic di media sosial. Pada dasarnya prilaku yang terjadi ditengah masyarakat sehubungan dengan informasi yang tidak relevan dan menyimpan dari fakta sebenarnya juga biasa terjadi dalam kehidupan akademik khususnya diperguruan tinggi. Rendahnya literasi mahasiswa dianggap sebagai salahatu penyebab tulisan mereka berisi spekulasi dan asumsi umum. Tulisan yang kita baca acapkali merupakan opini pribadi atau hasil dari pengalaman pribadi yang belum tentu kebenarannya dapat dijamin.
Berangkat dari teori konstruktivisme yang meletakkan dasar berpikir manusia yang bisa dikembangkan atau direkonstruksi melalui proses pengetahuan dan pengalaman maka mahasiswa disatu sisi dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya untuk menjawab setiap tantangan kehidupan yang mereka alami dalam kehidupan mereka saat ini dan yang akan datang.
Berbagai upaya telah dijalankan oleh pemerintah dalam hal ini perguran tinggi untuk meningkatkan kulitas pembelajaran bahasa Inggris namun jika dilihat dari perangkat dan kualitas tulisan mahasiswa masih rendah dari sisi kualitas akademik.
Banyak karya ilmiah mereka masih terkesan asal jadi tanpa memperhatikan prinsip- prinsip kepaduan dan keruntutan ide yang bersumber dari pemikiran kritis yang rasional dan berbasis pendekatan ilmiah. Kebanyakan mahasiswa hanya menulis berdasarkan apa yang mereka pikirkan bukan berdasarkan apa yang mereka teliti dan baca dari pengetahuan sebelumnya. Rendahnya kualitas tulisan mereka merupakan bukti awal bahwa mahasiswa Indonesia memiliki daya kritis yang sanagat rendah. Temuan ini semakin diperparah ketika mereka menempuh akademikdi luar negeri dimana mereka diwajibkan mengembangkan budaya menulis secara kritis.
Permasalahan lain yang muncul dalam konteks berpikir kritis secara umum dapat dijelaskan dari kehidupan mahasiswa didalam kelas dimana mereka hanya terbiasa menjawab pertanyaan sesuai dengan teks. Bahkan ketika dosen mereka meminta mengajukan pertanyaan umum mereka terkadang tidak bergairah dan saling tunjuk satu sama lain. Hal yang menarik mereka adalah ketika dosen memberikan bonus nilai barulah mereka mulai menjawab pertanyaan dosen atau bertanya satu persatu.
Ungkapan kritis dari mahasiswa baik lisan dan tulisan merupakan ciri yang menunjukkan bahwa mereka telah melalui proses kognitif yang matang dalam mengelola fakta dan informasi.
KAJIAN PUSTAKA
Academic writing dapat dijelaskan sebagai suatu skil atau keahlian menulis secara akademik yakni mengikuti pola dan style standar menulis akademik misalnya menulis thesis, desertasi maupun essay. Namun sanagat disayangkan mahasiswa kita sangat lemah dalam membangun argumen dan logika dalam menyempurnakan ide dan gagasan mereka. Menulis akademik merupakan salah satu mata kuliah yangdiajarkan dalam kurikulum pendidikan bahasa Inggris di perguruan tinggi. Lebih
lanjut dapat dijelaskan bahwa mahasiswa memasuki dunia akademik perguruan tinggi membutuhkan suatu konvensi akademik untuk melayani tujuan mereka sebagai seorang penulis (Berkenkotter, Huckin, & Ackerman, 1991, p. 19). Johns (1991) mengidentifikasi enam faktor yang dipercaya sebagai pemicu kualitas menulis akademik yang tidak dikuasai yakni: rendahnya pengetahuan dasar kedisiplinan, lemahnya daya identifikasi dari tujuan teks; kekurangan rencana ketika membaca dan memproduksi teks; ketidakmampuan mengelola konsep dengan fakta; ketersediaan kosa kata yang terbatas; dan ketidakinginan untuk menjadi objektif ketika mengelola teks atau topik yang menerangkan konflik nilai dan keyakinan.
Berbagai studi di bidang penulisan akademik telah menunjukkan bahwa budaya penulisan akademik bagi sebagian besar siswa Indonesia untuk diterima dalam budaya akademik pendidikan tinggi dalam masyarakat non-berbahasa Inggris masih sangat rendah. Hal ini terjadi tidak hanya di negara Inggris, tetapi juga di negara tidak pembicara bahasa Inggris. Fell dan Lukianova menyatakan bahwa alasan utama untuk rendahnya kualitas penulisan akademik siswa asing, terutama dalam membuat esai, disertasi dan tesis adalah tingkat rendah keterampilan berpikir kritis (2015). Menurut penatua, orang yang berpikir kritis adalah mereka yang bertindak menggunakan logika berpikir rasional, empati dan legitimasi. Mereka menggunakan logika berdasarkan pengalaman dan fakta yang ada dan mencoba untuk menghindari penilaian subjektif yang berasal dari sifat egosentris mereka dan kecenderungan sosial-eksentrik mereka yang dapat mempengaruhi penilaiannya.
Orang yang berpikir kritis umumnya akan mencapai tingkat kemampuan yang tinggi, integritas, empati, dan keadilan. Mereka menyadari keterbatasan pengetahuan intelektual mereka sehingga dengan keterbatasan yang mereka miliki akan membatasi pikiran mereka dari praanggapan, mendistorsi fakta, serta bias kesalahpahaman. Orang yang berpikir kritis selalu sejalan dengan prinsip yang diusulkan oleh Plato bahwa kehidupan yang tidak diuji adalah kehidupan yang tidak memiliki nilai atau makna. Oleh karena itu mereka sadar bahwa di luar kehidupan manusia yang sangat kompleks ada penilaian yang tidak adil dan rumit. Namun, penelitian menyarankan bahwa mengajar menulis akademik kepada siswa internasional di Inggris menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat kemampuan yang sangat rendah terutama kemampuan berpikir kritis dalam hal pemahaman, mengingat dan menerapkan (Halpern, 1998; Lipman, 1995; Tsui, 2006; Halpern, 1998) Critical Thinking Skills
Berbagai penelitian dalam bidang academic writing telah menunjukkan bahwa budaya academic writing bagi sebagian besar mahasiswa Indonesia untuk diterima dilingkungan budaya masyarakat perguruan tinggi di luar negeri masih sangat rendah. Hal ini terjadi bukan hanya di negara Inggris tapi juga dinegara bukan penutur bahasa Inggris. Fell dan Lukianova menyatakan bahwa penyebab utama rendahnya kualitas academic writing mahasiswa asing terutama dalam membuat essay, desertasi dan tesis adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis (2015).
Menurut Elder orang yang berpikir kritis adalah mereka yang bertindak menggunakan logika berpikir rasional, empati serta dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Mereka menggunakan logika berdasarkan pengalaman dan fakta yang ada serta berusaha untuk menghindari penilaiansubyektif yang bersumber dari sifat egosentris dan kecendrungan sosioentrik mereka yang dapat mempengaruhi penilaian mereka (2002).
Orang yang berpikir krtiis akan mencapa tingkat kemampuan serta integritas yang tinggi,empati, serta keadilan Mereka sadar akan keterbatasan pengetahuan intelektual mereka sehingga dengan keterbatasan itu mereka akan membatasi pikiran mereka dari persangkaan, pemutarbalikan fakta, kesalahan pemahaman serta pemahaman yang bias. Orang yang berpikir kritis selalu sejalan dengan prinsip yang dikemukakan Plato bahwa kehidupan yang tidak diuji merupakan suatu kehidupan yang tidak punya nilai atau makna. Oleh karena itu mereka sadar bahwa diluar kehidupan manusia yang sangat kompleks terdapat penilaian yang yang tidak adil dan berbahaya. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa pengajaran academic writing kepada mahasiswa internasional di Inggris terindikasi memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat rendah dalam hal memahami, mengingat serta mengaplikasi (Halpern, 1998; Lipman, 1995; Tsui, 2006).
Gambaran berpikir kritis digambarkan oleh Facione yang terdiri dari tujuh domain yang mengarah kepada level cognitive atau skil yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Disadari atau tidak bahwa kendala utama yang dialami siswa dalam bersikap kritis adalah kurangnya rasa percaya diri.
Sementara disisi lain rendahnya pengetahuan mahasiswa juga dipercaya membatasi mereka dalam menyalurkan sikap kritis mereka walaupun banyak faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya daya kritis dikalangan mahasiswa.
Table 1 Facione’s (2013) critical thinking skills
Skills Defenition
Interpretation Interpretation “to comprehend and express the meaning or significance of a wide variety of experiences, situations, data, events, judgments, conventions, beliefs, rules, procedures, or criteria.”
Analysis “to identify the intended and actual inferential relationships among statements, questions, concepts, descriptions, or other forms of representation intended to express belief, judgment, experiences, reasons, information, or opinions.”
Evaluation “to assess the credibility of statements or other representations which are accounts or descriptions of a person’s perception, experience, situation, judgment, belief, or opinion; and to assess the logical strength of the actual or intended inferential relationships among statements, descriptions, questions or other forms of representation.”
Inference “to identify and secure elements needed to draw reasonable conclusions; to form conjectures and hypotheses; to consider relevant information and to reduce the consequences flowing from data, statements, principles, evidence, judgments, beliefs, opinions, concepts, descriptions, questions, or other forms of representation.”
Explanation “to state and to justify that reasoning in terms of the evidential, conceptual, methodological, criteriological, and contextual considerations upon which one’s results were based; and to present one’s reasoning in the form of cogent arguments.”
Self- regulation
“self-consciously to monitor one’s cognitive activities, the elements used in those activities, and the results educed, particularly by applying skills in analysis, and evaluation to one’s own inferential judgments with a view toward questioning, confirming, validating, or correcting either one’s reasoning or one’s results.”
Poblem Based Learning (PBL)
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasiatau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching approach) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasai penerapan metode ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktifitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya (Hamruni, 2012:6). Dalam pembelajaran ilmiah mahasiswa diharapakan mampu menggunakan daya pikir tingkat tinggi atau high orer thinking skills yang dapat diasah melalui kemampuan mensintesa,menganalisa dan menjelaskan masalah yang ada dengan kerangka berpikir kritis, logis dan runtut. Dengan menguasai konsep berpikir ilmiah dan didukung dengan kemampuan reasoning yang baik, mahasiswa akan dapat mengemukakan pendapatnya dengan logis dan sistematis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan R & D dengan tujuan untuk menghasilakn prototype bahan ajar (Academic Writing) berbasis Critcal thinking dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini adalah
dokumen hasil penelitian berupa modul pengajaran bahasa Inggris. Modul tersebut diperoleh melalui validasi instrument di lapangan. Untuk menguji efektifitas dari ujicoba produk bahan ajar ini maka selanjutnya materi tersebut diuji cobakan terbatas kepada mahasiswabahas Inggris.
Langkah selanjutnya adalah mengajarkan produl luaran kepada mahasiswa bahasa Inggris sebagai reprsentasi populasi di jurusan bahasa Inggris maka prodi pendidikan bahasa Inggris terpilih menjadi sampel penelitian karena mahasiswa ini telah menyelesaikan mata kuliah Academic Writing pada semester genap 2019/2020.
Setelah melakukan uji efektifitas maka selanjutnya mahasiswa diberikan instrument survey untuk mengetahui respon mahasiswa mengenai karakteristik model pengajaran academic writing
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis data melalui respon mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran penulisan academic berbasis Critical Thinking Skills dengan pendekatan Problem Based Learning (CTS-PBL) sangat baik. Rata-rata 92,83% siswa menyatakan senang terhadap perangkat pembelajaran, materi pelajaran, suasana pembelajaran di kelas, dan cara dosen mengajar. 86,33% mahasiswa menyatakan perangkat pembelajaran, materi pelajaran, suasana pembelajaran di kelas, dan cara dosen mengajar dianggap baru bagi mereka. 83,72% siswa menyatakan berminat untuk mengikuti pelajaran seperti yang telah mereka ikuti (model penulisan academic writing berbasis CTS-PBL.
90,67% siswa menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran berbasis CTS-PBL menarik dan merasakan ada kemajuan setelah mengikuti proses pembelajaran. 92,67%
mahasiswa menyatakan setuju jika dalam kegiatan belajar mengajar dosen menggunakan perangkat model pembelajaran berbasis CTS-PBL
Tahap Pendefenisian (define)
Tahap pendefenisian adalah proses awal pengembangan model pembelajaran dengan menentukan, mendefinisikan, dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pembelajaran academic writing berbasis CTS-PBL. Setelah proses pendefenisian terlaksana, barulah dapat dilanjutkan ke tahapan pengembangan berikutnya. Hasil kegiatan pendefenisian dapat diuraikan sebagai berikut:
Hasil analisis Awal-Akhir
Tahapan pertama yang dilakukanadalah melaksnakanobservasi dilingkungan kampus khususnya jurusan pendidikan BahasaInggris yang sedang dalam tahun terakhir penyelesaian skripsi. Seperti banyak diketahui bahwa hampir 100% mahasiswa terlibat dalam kegiatan plagiarisme. Dikalangan dosen juga marak terjadi kasus serupa baik buku, artikel maupun jurnal yang begitu bebas di unduh dan ditulis tanpa mencamtumkan nama asli pengarang.
Secara umum gambaran lokasi dan subbjek penelitian telah banyqakmengetaui tentang defenisi plagiat. Namun hanya sedikit dosen yang konsen terhadap isu
tersebut sehingga dengan hadirnya model penulisan thesis ini diharapakan dapat mengembalikan kepercayaandiri mahasiswa dan dosen dalam meningatkan kualitas hasil thesis mahasiswa bimbingannya.
Hasil Analisis Daya Tarik dan Motivasi Mahasiswa
Mahasiswa menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester tujuh Juruusan Pendidikan bahasa Inggris sebanyak 100 orang angkatan 2017-2018. Pada analisis mahasiswa peneulismenelaah tentang sikap dan minat, partisipasi di kelas, dan sikap percaya diri dalam mempelajari academic writing CTS-PBL melalui lembar angket.
Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Item pertanyaan
1. Pembelajaran menggunakan perangkat model academic writing berbasil CTS-PBL membuat saya tertarik
2. Materi pembelajaran menggunakan perangkat model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL lebih sulit dipahami dari yang saya bayangkan 3. Materi pembelajaran menggunakan perangkat model penulisan academic
writing berbasil CTS-PBL sangat menarik perhatian
4. Isi Pembelajaran perangkat model penulisan academic writing berbasil CTS- PBL sangat sesuai dengan minat saya
5. Menyelesaikan tugas penulisan academic writing berbasil CTS-PBL memotivasi saya mendapatkan nilai bagus
6. Saya sangat senang pada pembelajaran academic writing berbasil CTS-PBL sehingga saya ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasannya
7. Saya benar-benar senang mempelajari penulisan academic writing berbasis CTS-PBL
Hasil respon mahasiswa dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Daya Tarik Mahasiswa terhadap academic writing berbasil CTS-PBL Persentase yang
diperoleh
Frekuensi Keterangan
85% 85 Sangat tertarik
10% 10 Tertarik
5% 5 Tidak tertarik
0% 0 Sangat tidak tertarik
100% 100
Apabila setiap mahasiswa menjawab semua item dengan nilai score maksimal, maka mereka akan mencapai skor 28. Berdasarkan analisis data, maka dapat dijelaskan bahwa 85% atau 85 orang mahaiswa sangat tertarik setelah mempelajari academic writing berbasil CTS-PBL sedangkan 10% atau 10 orang mengatakan
tertarik, dan 5% mengatakan tidak tertarik mempelajari penulisan dengan model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL
Sedangkan untuk pemahaman mahasiswa terhadap model penulisanacademic writing berbasil CTS-PBL dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Pemahaman mahasiswa Pendidikan bahasa Inggris terhadap model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL
Persentase yang
diperoleh Frekuensi
(mahasiswa) Keterangan
71% 71 Sangat Paham
16% 16 Paham
9% 9 Tidak Paham
4% 4 Sangat tidak paham
100% 100
Dari Tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 100 mahasiswa brpatisipasi dalam survey ini nampak bahwa sebanyak 71 orang mahasiswa menyatakan bahwa mereka paham dengan pembelajaran tersebut sementara itu 13 orang atau 13%
menyatakan tiak paham dan sanagat tidak paham terhadap materi pembelajaran.
Sisanaya sebagnyak 16% menyatakan bahwa mereka paham dengan materi pembelajaran. Item 4 pada survey terhadap model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL menjelaskan tentang motivasi mahasiswa untuk mempelajari materi tersebut yang dapat djelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Motivasi mahaiswa pendidikan bahasa Inggris mengikuti model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL
Persentase yang diperoleh
Frekuensi (mahasiswa)
Keterangan
84% 71 Sangat termotivasi
16% 16 termotivasi
0% 0 Tidak termotivasi
0% 0 Sangat tidak termotivasi
100% 100
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa pembelajaran model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL dapat memotivasi mahasiswa denagan sanagat baik halini dapat dibuktikan melalui data diatas diamana 84 atau 84% mahasiswa sangat termotivasi belajar model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL dan tak
satupun mahasiswa yang tidak atau sangat tidak termotivasi ketika sedang belajar model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL
Sedangkan dari sisi minat mahasiswa data juga menujukkan kecendrungan yang sama pemerolehan poinnya dengan motivasi mereka. Informasi mengenai minat mereka terhadap model penulisan academic writing berbasil CTS-PBL dapat dielaborasi sebagai berikut:
Tabel 4. Minat Mahasiswa pendidikan bahasaInggris terhadap CTS-PBL Persentase
yang diperoleh Frekuensi
(mahasiswa) Keterangan
73% 73 Sangat sesuai dengan
Minat
22% 22 Sesuai dengan Minat
5% 5 Tidak sesuai dengan Minat
0% 0 Sangat tidak sesuai Minat
100% 100
Dari Tabel 4 diatas dapat dikemukakan bahwa sebanyak 73 orang mahasiswa berpendapat bahwa model pembelajaran penulisan CTS-PBL sangat sesuai dengan minat mereka sedangkan 22% atau 22 orang mahasiswa menyatakan bahwa topik tersebut sudah sesuai dengan minat mereka dan hanya 5% menyatakan bahwa topik tersebut tidak sesuai dengan minat mereka.
Pembahasan
Pemilihan bahan ajar sesuai dengan mata kuliah memungkinkan mahasiswa memperoleh alternatif model pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran yang ditawarkan pada mata kuliah academic writing. Materi yang ditawarkan dalam bahan ajar merupakan materi yang diangkum sesuai dengan prinsip berpikir kritis yakni evaluasi, syntesa, summary dan simpulan sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk selalau mengedepankan berpikir kritis dalam menulis essay akademik di perguruan tinggi. Salah satu kekurangan yang dialami mahasiswa dalam menulis akademik adalah rendahnya cara berpikir kritis yang menyebabkan mereka tidak menulis ssuai dengan arah dan cara berpikir intelek dengan kata lain mereka menulis masih sebatas dengan pengetahuan semata tanpa mendukung alasan dan logika ilmiah yang mendasari hasil pemikiran mereka ke dalam bentuk tulisan ilmiah.
Pemilihan bahan ajar merangsang mereka berpikir ilmiah adalah salahsatu upaya pengajar dalam memberikan kontribusi akademik bagi mahasiswa khususnya mahasiswa bahasa Inggris di perguruan tinggi. Dengan mengetehui minat dan daya tarik mahsiswa akan konten materi bahan ajar maka mereka akan smerasa senang mengikuti tatap muka perkuliahan. Sehubungan denga hal tersebut, maka pemilihan bahan yang menarik minat mahasiswa belajar melalui nahan ajar penulisan
akademik berbasis critical thinking skills dengan pendekatan PBL dapat diterapkan pada mata kuuliah academic writing di kalangan perguruang tinggi khususnya di Fakultas Bahasa dan Sastra UNM.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini masih menyisakan banyak hal yang menjadi perhatian.
Penelitian ini baru menjelaskan sebagain kecil hasil penlitian sehingga masih jauh dari hsil yang diharapkan. Hal yang belum sempat dijelaskan dalam penelitian ini adalah pembuatan RPS, LKS, penilaian (assessmen) esai akademik, validitas dari ahli (validator).
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah bahwa model bahan ajar yang sekarang ini dikembangkan merupakan model yang masih memerlukan validasi lanjutan mengingat masih terbatasnya ruang dan waktu yang peneliti lakukan. Walaupun materi ajar yang diberikan menarik namun masih perlu penyempurnaan lagi kedepan agar menghasilkan model bahan ajar yang efektif, attraktif, adaptif dan komunikatif.
REFERENSI
Berkenkotter, C., & Huckin, T. (1995). Genre Knowledge in disciplinary communication. Hillsdale, NJ:Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Berkenkotter, C., Huckin, T., & Ackerman, J. (1991). Social context and socially constructed texts: The initiation of a graduate student into a writing research community. In C. Bazerman & J. Paradis (Eds.), Textual dynamics of the professions (pp. 191–215). Madison, WI: University of Wisconsin Press.
Elena V. Fella, Natalia A. Lukianova.(2015). International Students’ Alleged Lack of Critical Thinking. Social and Behavioral Sciences 2015 ( 2015 ) 2 – 8
Elder, L. (2002). The Teacher’s Manual for the Miniature Guide to Critical Thinking for Children. Foundation for Critical Thinking. Dillon Beach, CA.
Facione, P. A. (2013). Critical thinking: what it is and why it counts. Retrieved from http://www.insightassessment.com/CT-Resources/Critical-Thinking-What-It- Isand-Why-It-Counts
Johns, A. (1991). Faculty assessment of ESL student literacy skills: Implications for writing assessment. InHamp-Lyons (Ed.), Assessing second language writing in academic contexts (pp. 167–179). Norwood, NJ: Ablex Publishing Corporation.
Johns, A. (1997). Text, role, and context: Developing academic literacies. Cambridge:
Cambridge University Press.
Lipman, M. (1995). Thinking in education. Cambridge: Cambridge University Press.
Halpern, D.F. (1998). Teaching critical thinking for transfer across domains:
Dispositions, skills, structure training, and metacognitivemonitoring. American Psychologist, 53(4), 449-455.
Tsui, L. (2006). Cultivating critical thinking: Insights from an elite liberal arts college.
The Journal of General Education, 55(2), 200-227.