KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PADA PENAMBANGAN NIKEL DI
PT HILLCONJAYA SAKTI SITE PT HILLCONJAYA SAKTI HALMAHERA, MALUKU UTARA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Oleh:
LEWI AGRI SYEBAT DAMANIK 112200069
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PADA PENAMBANGAN NIKEL DI
PT HILLCONJAYA SAKTI SITE PT HILLCONJAYA SAKTI HALMAHERA, MALUKU UTARA
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan Skripsi pada jurusan Teknik Pertambangan
Oleh :
LEWI AGRI SYEBAT DAMANIK 112200069
PROGRAM SARJANA
PRGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA 2023
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PADA PENAMBANGAN NIKEL DI
PT HILLCONJAYA SAKTI SITE PT HILLCONJAYA SAKTI HALMAHERA, MALUKU UTARA
Oleh:
LEWI AGRI SYEBAT DAMANIK 112200069
Disetujui Untuk Program Sarjana
Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal: November 2023
Menyetujui Mengetahui,
Dosen Wali
D
r . Ir. Eddy Winarno, S.SI, M.T.
NIP. 19600608 199008 1 001 Koordinator Program Studi
Teknik Pertambangan
Ir. Wawong Dwi Ratminah, M.T.
NIP. 19620919 199009 2 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal skripsi dengan judul “Kajian Teknis Alat Muat Dan Alat Angkut Untuk Memenuhi Target Produksi Pada Penambangan Nikel Pt Hillconjaya Sakti Site Pt Hillconjaya Sakti Halmahera, Maluku Utara” ini dapat diselesaikan. Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Mohammad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor UPN “Veteran”
Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Sutarto, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Ir. Eddy Winarno S.Si., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Wawong Dwi Ratminah, M.T., selaku Koordinator Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta.
5. DR. Ir. Eddy Winarno, S.SI, M.T., selaku dosen wali.
6. Semua pihak yang telah membantu.
Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi mahasiswa teknik pertambangan UPN Veteran Yogyakarta pada umumnya.
Yogyakarta 29 Oktober 2023 Penyusun,
Lewi Agri Syebat Damanik
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 1
1.3. Tujuan Penelitian...1
1.4. Batasan Masalah ... 2
1.5. Hasil yang Diharapkan ... 2
II METODOLOGI PENELITIAN 3 2.1. Dasar Teori ... 3
2.2. Metode Pengambilan Sampel dan Data...15
2.3. Cara Pendekatan dan Metode Penelitian ... 15
III RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN 17 3.1. Pengolahan Data ... 17
3.2. Penyelesaian Masalah ... 17
3.3. Hasil yang diharapkan ... 17
3.4. Rencana Jadwal Pelaksanaan Mingguan...17 RENCANA DAFTAR ISI 1 8 RENCANA DAFTAR PUSTAKA 2 0
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Lebar Jalan Angkut...4
2.2.Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan Jenjang Kerja...4
2.3.Jari-Jari Tikungan Putar...6
2.4.Crest dan Toe...8
2.5.Face Angle...8
2.6.Irisan untuk Menentukan Pit Limit...10
2.7.Ilustrasi Model Kerucut Mengambang...12
2.8.Pola Geometri Dasar 1-9 dan 1-5...13
2.9.Algoritma Lerch-Grossman...14
2.10. Batas Penambangan Baru...16
2.11. Proyeksi Garis Batas Penambangan Tampak Isometrik...16
2.12. Proyeksi Garis Batas Penambangan Tampak Atas...16
2.13. Diagram Alur Kerja Optimalisasi Tambang Terbuka Micromine 2021...17
2.14. Skema Skenario Penambangan...19
2.15. Penampang Melintang Rancangan Jalan Angkut...22
2.16. Radius Putar Truk...23
2.17. Gaya yang Bekerja pada Tikungan Jalan Angkut...24
2.18. Grade Jalan...26
2.19. Penampang Cross Slope...27
2.20. Valley fill...29
2.21. Terraced Dump...29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Faktor Pengisian (Fill Factor)...8 2.1 Angka Superelevasi yang Direkomendasikan...25
4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 33
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan penambangan terdiri dari Pembongkaran, Pemuatan, dan Pengangkutan. Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi yang penting untuk mencapai sasaran produksi akhir yang telah ditentukan perusahaan. Pentingnya memperkirakan produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena ada kaitannya dengan target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan. Hubungan antara sasaran produksi dengan produksi alat akan menentukan jumlah alat muat dan alat angkut yang harus dipakai guna memenuhi target tersebut. Belum tercapainya sasaran produksi diakibatkan oleh kerja alat muat dan alat angkut yang belum maksimal serta masih banyaknya hambatan- hambatan waktu kerja sehingga perlu dilakukan kajian mengenai kerja alat muat dan alat angkut serta perbaikan waktu kerja.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang digunakan pada proses penambangan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waktu tunggu, sehingga berkurangnya waktu efektif, dan memberikan alternatif penyelesaian masalah tersebut.
3. Mengetahui kebutuhan dari alat muat dan alat angkut sehingga terjadi keseimbangan diantara keduanya dan target produksi terpenuhi.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengkaji kemampuan produksi alat muat dan alat angkut
2. Menganalisis faktor penyebab tidak efisiennya produksi alat muat dan alat angkut
3. Mengupayakan tercapainya target produksi.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dibatasi pada area kerja perusahaan tersebut
2. Penelitian yang dilakukan hanya pada aspek teknis dan tidak mempertimbangkan aspek ekonomi.
3. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2023 hingga Maret 2023 1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengkaji alat muat dan alat angkut yang dibutuhkan untuk memenuhi target produksi perusahaan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Dasar Teori
Kegiatan pemuatan dan pengangkutan pada kegiatan penambangan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memindahkan material hasil penggalian ke tempat penimbunan dengan menggunakan alat-alat mekanis. Kondisi di lapangan sangat mempengaruhi kemampuan produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan.
2.1.1. Geometri Jalan Tambang
Adapun faktor-faktor yang merupakan geometri penting yang akan mempengaruhikeadaan jalan angkut adalah sebagai berikut : 1. Lebar Jalan Angkut
a. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan menurut “Aashto Manual Rural High- Way Design
”dengan persamaan sebagai berikut :
L = (n x Wt) + (n +1)(0,5x Wt)...(2.1) Keterangan :
L = Lebar minimum jalan angkut lurus, m N = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total, m
Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukkan bahwa ukuran aman kedua kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu setengah lebar terbesar dari alat angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari tepi kanan atau kiri jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan (Gambar 2.1).
Gambar 2.1
Lebar Jalan Angkut Lurus b. Lebar jalan angkut pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada jalan lurus (lihat Gambar 2.2).
Gambar 2.2
Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada:
a. Lebar jejak ban.
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang roda saat membelok.
c. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.
d. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapatmenggunakan persamaan :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C...(2.2) C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Fa = Ad x sin α
Sin α = Wb/RFb= Ab x sin α Keterangan :
W = Lebar jalan angkut pada tikungan, m n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan, m
Fa = Lebar juntai depan, m (dikoreksi dengan sinus sudut belok roda depan) Fb = Lebar juntai belakang, m (dikoreksi dengan sinus sudut belok roda depan) Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truck, m
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck, mα = Sudut penyimpangan (belok) roda depan
C = Jarak antara dua truck yang akan bersimpangan, m Z = Jarak sisi luar truck ke tepi jalan, m
R = Radius putar truk
Wb = Jarak sumbu roda depan dengan sumbu roda belakang 2. Jari-Jari Tikungan Jalan
Jari-jari tikungan jalan angkut adalah jari-jari yang besarnya dihitung dari pusat tikungan sampai perpotongan garis-garis yang ditarik dari titik di mana jalan mulaimembelok, sampai akhir belokan (Gambar 2.3).
Semakin besar jari-jari tikungan untuk sudut tikungan yang sama maka jari-jari tikungan yang lebih besar akan lebih memberikan rasa aman bagi pengemudi karena kendaraan tidak perlu mengurangi kecepatannya seperti pada jari-jari tikungan yang lebih kecil. Ini berarti besarnya radius tikungan minimum dipengaruhi oleh nilai superelevasi (e) dan koefisien gesekan melintang maksimum (f), sehingga terdapat nilai radius tikungan minimum untuk nilai superelevasi maksimum dan koefisiengesekan melintang maksimum.
Gambar 2.3 Jari-Jari Tikungan Putar
Besarnya jari-jari tikungan minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
R min = v2/ 127 (e maks + f maks) (2.3) Keterangan :
emaks = superelevasi, mm/m. V = kecepatan kendaraan, km/jam.
fmaks = koefisien gesekan. R min = jari-jari tikungan, m.
3. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi)
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedan ketinggian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal dan untuk mencegah atau menghindari kendaraan tergelincir keluar jalur.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada suatu lintasan datar atau miring yang berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka kendaraan tersebutbekerja gaya sentrifugal yang mendorong kendaraan tersebut secara radialkeluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus terhadap kecepatannya.
Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap pada jalurnya , maka perlu adanya gayayang dapat mengimbangi gaya tersebut sehingga terjadi suatu keseimbangan.
Untuk menghitung besar nilai superelevasi, dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
e + f = v2/ 127 R...(2.4) Keterangan :
e = superelevasi, mm/m.
f = koefisien gesekan.
V = kecepatan kendaraan, km/jam.
R min = jari-jari tikungan, m
4. Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Kemiringan jalan angkut merupakan suatu faktor penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini ikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya dinyatakan dalam persen (%) yang dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:
Grade (α) = ∆h / ∆x...(2.5) Keterangan :
Δh : Beda tinggi antara dua titik yang diukur.
Δx : Jarak antara dua titik yang diukur.
5. Kemiringan Melintang (Cross slope)
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horisontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk penampang melintang seperti kerucut.
Pembuatan Cross slope dimaksudkan agar saat turun hujan air tidak menggenangibadan jalan dan segera masuk kedalam parit yang berada disamping kiri dan kanan jalan, karena air yang menggenang pada permukaan jalan menyebabkan jalan menjadi becek dan akan mempercepat kerusakan jalan.
Angka Cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan horisontal dengan satuan mm/m. Nilai yang direkomendasikan adalahsebesar20 – 40 mm/m jarak bagian tepi jalan ke bagian tengah atau pusat jalan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
2.1.2. Factor Pengisian (Fill Factor)
Faktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas nyata muat dengan kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar faktor pengisian makasemakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Faktor pengisian mangkuk disebut juga sebagai bucket fill factor. Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut:
Fp = (Vb / Vd ) x 100 %...(2.6)
Keterangan :
Fp = Faktor pengisian
Vb = Kapasitas nyata alat muat, m3 Vd = Kapasitas teoritis alat muat, m3
Tabel 2.1
Faktor Pengisian (Fill Factor)
Excavating Conditions Bucket Fill
Factor Easy Excavating natural ground
ofclayey soil clay, or soft soil
1,1 – 1,2
Average Excavating natural ground ofsoil such as sandy soil, and
dry soil
1,0 – 1,1
Rather Difficult Excavating natural ground ofsandy soil with gravel
0,8– 0,9 Difficult Loading of blasted rock 0,7 – 0,8 Sumber : Anonymous (2005), Komatsu Performance Handbook, 26th
Edition, Japan
2.1.3. Waktu Edar
Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya semakin tinggi.
1. Waktu edar alat muat
Merupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai dari pengisian bucket sampai dengan menumpahkan muatan ke dalam alat angkut dan kembali kosong.
Rumus :
CTm = Am+Bm+ Cm + Dm...(2.7) Keterangan:
CTm = Total waktu edar alat muat (detik) Am = Waktu untuk mengisi mangkuk (detik)
Bm = Waktu mengangkat mangkuk bermuatan (detik)
Cm = Waktu untuk menumpahkan material yang dimuat (detik) Dm = Waktu memutar dengan mangkuk kosong (detik)
2. Waktu edar alat angkut
Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat untuk dimuat, waktu mengatur posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping, dan waktu kembali kosong.Waktu edar harus diperhatikan untuk dapat mengetahui alat tersebut bekerja. Rumus:
Cta = Aa + Ba + Ca + Da + Ea+ Fa (2.8) Keterangan :
Cta = Waktu edar alat angkut (menit)
Aa = Waktu mengambil posisi siap dimuati (menit) Ba = Waktu diisi muatan (menit)
Ca = Waktu mengangkut muatan (menit)
Da = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan (menit) Ea = Waktu muatan ditumpahkan (menit)
Fa = Waktu kembali kosong (menit) 2.1.4.Efisiensi Kerja (Job Efficiency)
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini
mesin (alat),keadaan cuaca dan kondisi kerja secara keseluruhan akan menentukan besarnya efisiensi kerja.
Efisiensi kerja dapat digunakan untuk menilai baik tidaknya pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam waktu kerja tidak semua waktu kerja yang tersedia dapat digunakan secara optimal, ada beberapa hambatan yang terjadi dalam bekerja.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang benar – benar digunakan oleh operatorbersama alat untuk operasi produksi. Waktu kerja efektif berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
We = Wt – ( Wtd + Whd)
Ek = (We / Wt ) x 100 %...(2.9) Keterangan :
We = Waktu kerja efektif, menit.
Wt = Waktu kerja yang tersedia, menit.
Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit.
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit.
Ek = Efisiensi kerja %.
2.1.5. Pola Pemuatan
Kegiatan pemuatan material hasil pembongkaran dari alat muat ke alat angkut memiliki beberapa cara pemuatan atau pola pemuatan. Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu berdasarkan cara dan posisi muat.
1. Berdasarkan Cara Pemuatan Material
Pada cara ini dilihat dari posisi alat muat terhadap permuka penggalian dan posisialat angkut terhadap alat muat. Berdasarkan posisi pemuatan ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) cara, yaitu:
a. Frontal cut
Posisi alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau permukaan penggalian. Pada pola ini alat muat memuat pertama kali pada truck sebelah kanan sampai penuh setelah itu dilanjutkan mengisi pada truck disebelah kiri (Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Frontal Cut
b. Parallel cut with turn drive by
Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan permukaan penggalian. Pola iniditerapkan apabila lokasi pemuatan memiliki 2 (dua) akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan (Gambar 2.5).
Gambar 2.5
Parallel Cut With Turn Drive-by
c. Parallel cut with turn and back
Parallel cut with turn and back terdiri dari 2 (dua) metode, yaitu:
1) Single Spotting / Single Truck Back Up
Pada cara ini truck kedua menunggu selagi alat muat mengisi truck pertama, setelah truck pertama berangkat, truck kedua berputar dan mundur, saat truck
kedua diisi, truck ketiga datang dan menunggu untuk melakukan manuver, dan seterusnya. Truck memposisikan untuk dimuati pada satu tempat (Gambar 2.6).
Gambar 2.6
Parallel Cut With The Single Spotting of Trucks
2) Double Spotting / Double Truck Back Up
Pada cara ini truck memutar dan mundur ke salah satu sisi alat muat pada waktu alat muat mengisi truck pertama. Setelah truck pertama berangkat, alat muatmengisi truck kedua ketika truck kedua dimuati, truck ketiga datang dan langsung berputardan mundur kearah alat muat, begitu pula seterusnya. Truck memposisikan untukdimuati pada dua tempat (Gambar 2.7).
Gambar 2.7
Parallel Cut With The Double Spotting of Trucks
2. Berdasarkan Posisi Pemuatan Material
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut, apakah kedudukan alat
muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan keduanya sama tinggi.
Cara pemuatan material dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : a. Top Loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truck (alat muat berada diatas tumpukkan material atau berada diatas jenjang). Cara ini hanya dipakai pada alat muat backhoe, selain daripada itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan material (Gambar 2.8a).
b. Bottom Loading
Kedudukan alat muat berada satu level dengan truck jungkit, cara ini dipakai padaalat muat hydraulic shovel (Gambar 2.8b), jika cara ini dipakai oleh alat muat (backhoe) yang ketinggian dan letak backhoe dan dumptruck adalah sama maka hal ini menjadikan waktu edar menjadi lebih besar, karena
“boom” harus diangkat tinggi agar mangkuk lebih tinggi dari dumptruck.
Gambar 2.8 Cara Pemuatan Material 2.1.6. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
Produksi Alat Muat dan Alat Angkut didasarkan pada perhitungan produksi alat yang seharusnya dengan produksi nyata alat di lapangan. Dalam menghitung produksi alat tidak menggunakan faktor pengembangan (swell Faktor), karena material pada saat diambil untuk dimuat ke bak truk sudah dalam keadaan lepas.
1. Produksi Alat Muat
Produksi Alat Muat dalam hal ini Backhoe dipengaruhi oleh kapasitas mangkok, Faktor pengisian, waktu edar dan efisiensi kerja alat. Untuk mengetahui produksi
Pam = (60/Ctam) x Kb x Ff x Ek...(2.10) Keterangan :
Pam = produksi Alat Muat (ton/jam) Ctam = waktu edar Alat Muat (menit) Kb = kapasitas bucket (m3)
Ff = fill faktor ( % )
Ek = efisiensi kerja Alat Muat ( % ) 2. Produksi Alat Angkut
Produksi alat angkut dalam hal ini truk dipengaruhi oleh banyaknya trip atau lintasan yang dapat dicapai oleh alat angkut tersebut per satuan waktu.
Banyaknyatrip dipengaruhi oleh waktu edar dan efisiensi kerja alat. Untuk menghitung produksi truk dapat menggunakan persamaan :
Pam = (60/Cta) x Kb x n x Ff x Ek...(2.11) Keterangan :
Pa = produksi Alat Angkut (ton/jam) Cta = waktu edar Alat Angkut (menit) Kb =kapasitas bucket (m3)
n = banyaknya pengisian mangkok ke dalam bak Alat Angkut Ff = fill Faktor ( % )
Ek = efisiensi kerja Alat Angkut ( % ) 2.1.7.Keserasian Kerja Alat (Match Factor)
Faktor keserasian kerja merupakan suatu persamaan matematis yang digunakan untuk menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuksetiap kondisi kegiatan pemuatan dan pengangkutan.
Operasi kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut akan memperlancar kegiatan pemuatan dan pengangkutan untuk produksi yang dihasilkan akan optimum. Hal ini dapat dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, ukuran dan kemampuannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut baik untuk alat muat maupun alat angkut. Penyesuaian berdasarkan spesifikasi teknisalat, terutama pada saat merencanakan pemilihan alat.
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat muat dan alat angkut, maka produksi alat muat harus sesuai dengan produksi alat angkut.
Faktorkeserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan produksi alat angkut yang dinyatakan dalam Match Factor (MF).
Hal ini dapat dicapai dengan penilaian terhadap cara kerja, jenis alat, kapasitas dan kemampuansuatu alat, baik untuk alat muat maupun alat angkut.
Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut dapat digunakan rumus
“Match Factor” yaitu :
MF = (Na x n x CTm) / (Nm x Cta)...(2.12) Keterangan :
MF = Match Factor Na = Jumlah alat angkut n = Banyak pengisian
CTm = Waktu edar satu kali pemuatan, (menit) Nm = Jumlah alat muat
Cta = Waktu edar alat angkut, (menit) Bila hasil perhitungan diperoleh :
1. MF<1
a. Produksi alat angkut lebih kecil dari produksi alat muat b. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
c. Waktu tunggualat muat (Wtm) ; Wtm = ( (Cta x Nm ) / Na) – CTm d. Faktor kerja alat angkut (Fka) = 100%
e. Faktor kerja alat muat (Fkm) = MF x 100%
2. MF>1
a. Produksi alat angkut lebih besar dari produksi alat muat b. Waktu tunggu alat muat (Wtm) = 0
d. Faktor kerja alat muat (Fkm) = 100%
e. Faktor kerja alat angkut (Fka) = (1 / MF ) x 100%
3. MF=1
a. Produksi alat angkut sama dengan produksi alat muat b. Waktu tunggu alat muat (Wtm) = 0
c. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0
d. Faktor kerja alat muat sama dengan faktor kerja alat angkut (Fkm = Fka).
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor kerja dimana hubungan yang tidak serasi tersebut akan menurunkan faktor kerja itu sendiri. Adapun cara untuk menyimpulkan tingkat keserasian kerja sebagai berikut:
1. MF < 1, artinya keadaan ini menunjukkan kerja alat angkut 100 % sedangkan alat muat bekerja < 100 %.
2. MF > 1, artinya kerja alat muat 100 % sedangkan alat angkut < 100 %.
3. MF = 1, artinya keserasian kerja sempurna, kerja alat muat dan alat angkut 100%.
2.2. Metode Pengambilan Data dan Sampel
Penelitian dimulai dengan observasi lapangan untuk mendapatkan data primer. Data primer yang dibutuhkan meliputi data yang diperoleh di lokasi penelitian berupa data waktu edar (cycle time) alat muat dan angkut, waktu kerja efektif, dan Geometri jalan angkut (jarak tempuh, lebar, dan grade jalan).
Data primer ditunjang dengan data sekunder, data sekunder yang dibutuhkan yaitu peta lokasi, data spesifikasi alat muat dan alat angkut, dan target produksi perusahaan. Lalu dilanjutkan dengan studi pustaka untuk dilakukan analisis dari data dan teori yang ada. Data yang telah terkumpul diolah dengan cara matematis dan menggunakan software excel. Setelah, itu akan didapat korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.
2.3. Cara Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penyelesaian permasalahan penelitian ini, tahap-tahap yang dilakaukan adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan memahami teori yang mendasari materi penelitian. Selain itu studi literatur berguna untuk mengolah data yang diperoleh dan juga dibandingkan dengan peraturan/standar.
2. Penelitian langsung di lapangan, meliputi : a. Orientasi lapangan.
b. Penentuan titik-titik pengamatan.
c.Checking terhadap permasalahan 3. Pengambilan data, antara lain :
a. Data waktu edar (cycle time) alat muat dan angkut.
b. Waktu kerja efektif.
c. Geometri jalan angkut (jarak tempuh, lebar, dan grade jalan).
4. Pengolahan data,
Dari data yang didapat, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus- rumus yang ada.
5. Analisis pengolahan data
Seluruh data yang diperoleh dapat diolah dan dianalisis. Proses analisis dibantu dengan diskusi antara penulis dan pembimbing lapangan. Hasil analisis tersebut menjadi dasar evaluasi, yang menjadi alternatif solusi untuk memenuhi target produksi perusahaan.
6. Pengolahan data,
Menyimpulkan hasil pengolahan data dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan produktifitas alat.
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
3.1. Pengolahan Data
Permasalahan yang timbul di lapangan selanjutnya dilakukan pengolahan dengancara mengkaji dan juga menganalisis, sehingga mendapatkan koreralsi antara permasalahan yang ada dilapangan dengan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Pengolahan data meliputi data primer dan data sekunder dengan cara analitik dan numerik.
3.2. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dimulai dari :
a. Menghitung produktivitas alat muat dan alat angkut saat ini.
b. Menghitung factor tidak tercapainya produksi seperti geometri jalan angkut,
match factor, dan efisiensi kerja.
c. Melakukan perbaikan yang bisa dilakukan untuk mencapai target produksi
3.3. Hasil yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang dapat dilakukan untuk mencapai target produksi perusahaan tersebut.
3.4. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian direncanakan dilaksanakan pada Februaei 2024 hingga Maret 2024. Berikut adalah rencana penelitian mingguan.
No. KEGIATAN
Bulan
Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur 2 Orientasi Lapangan
3 Pengambilan Data Lapangan
4 Pengolahan Data
5 Analisa Data
6 Pembuatan Draft
Rencana Pelaksanaan Kegiatan :
1. Studi literatur selama 8 minggu dari bulan Februari sampai Maret.
2. Orientasi lapangan selama 4 minggu pada bulan Februari hingga Maret.
3. Pengambilan data lapangan selama 4 minggu pada bulan Februari hingga Maret.
4. Pengolahan data selama 5 minggu pada bulan Februari sampai Maret.
5. Analisa data selama 4 minggu pada bulan Februari sampai Maret.
6. Pembuatan draft selama 4 minggu pada bulan Februari sampai Maret
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaufman, W.W., and Ault J.C, 1977, Design of Surface Mine Haulage Roads- A Manual. U.S Dept. of The Interior, Bereau Mines.
2. Peurifoy, R.L., et. 2006, Construction Planning, Equipment, and Methods 7th edtion, McGraw-Hill, Boston.
3. Pfleider, E.P., 1972. Surface Mining 1st Edition, America Institute of Minin, Metallurgical, and Petroleum Engineers, New York.
4. Tannat, D.D., & Regensburg B., 2001, Guidelines for Mine Haul Road Design, School of Mining and Potreleum Engineering Departement of Civil and Environmental Engineering University of Alberta, Canada.
5. Waterman S.B, 2017, Perencanaan Tambang, Prodi Teknik Pertambangan. Yogyakarta.
6. Yanto Indonesianto., 2014, Pemindahan Tanah Mekanis, Prodi Teknik Pertambangan UPN “Veteran”, Yogyakarta.