• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI DAN VALIDASI INSTRUMEN REVISED CYBER BULLYING INVENTORY II (RCBI II) BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENEGAH ATAS DI INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ADAPTASI DAN VALIDASI INSTRUMEN REVISED CYBER BULLYING INVENTORY II (RCBI II) BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENEGAH ATAS DI INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI DAN VALIDASI INSTRUMEN REVISED CYBER BULLYING INVENTORY II (RCBI II) BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENEGAH ATAS DI INDONESIA.

Theodora Nurmalia1, Herdi2, Wirda Hanim3

1,2,3

Universitas Negeri Jakarta

Info Artikel

Masuk : 16/02/2023

Revisi : 23/05/2023

Diterima : 24/05/2023 Alamat Jurnal

▪ https://ojs.uniska- bjm.ac.id/index.php/A N-NUR/index

Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia disseminated below https://creativecommons.

org/licenses/by/4.0/

Abstract:

This study aims to adapt and validate the Indonesian version of the Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) instrument for high school students in Indonesia. Researchers conducted a confirmatory analysis (CFA) and found out the adaptation scale of Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) that can be applied in Indonesia. This study uses a quantitative method of psychometric properties. The research sample was 200 high school students in Indonesia. Data analysis used Confirmatory Factor Analysis (CFA) in the Linear Structural Relationship (Lisrel) program. Based on the Goodness of Fit Statistics, the model fit was obtained with the values:

RMSEA: 0.045; ECVI: 1.67; NFIs: 0.87; CFI: 0.94; RFI: 0.83; GFI: 0.91;

AGFI: 0.87. The conclusion from the research results is that the Indonesian version of the Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) instrument is suitable for use by students in high schools in Indonesia.

Keywords: adaptation, cyberbullying, cybervictimization

(2)

PENDAHULUAN

Gejolak remaja tak dapat dipungkiri, terjadi pada peserta didik Sekolah Menengah Atas.

Gejolak remaja menimbulkan permasalahan yang komplek jika tidak ditangani secara tepat. Pada umumnya, permasalahan remaja dapat diselesaikan melalui bantuan dari teman sebaya, orang tua dan guru. Christner dan Mennuti (2009) menjelaskan masalah-masalah remaja yang berkaitan dengan emosi, perilaku dan belajar. Hasil penelitian menunjukkan 50% remaja mengalami permasalahan pada aspek emosi, perilaku dan belajar di sekolah. Di sekolah, kejadian atau peristiwa yang menyangkut peserta didik dituliskan dalam catatan kejadian. Catatan kejadian digunakan untuk mengetahui dan mengamati perilaku peserta didik, membuat suatu analisa dan memberikan pendampingan secara khusus dan menyeluruh. Melalui catatan kejadian/anekdot, peneliti mengamati berbagai perilaku dan gejala peserta didik yang muncul. peneliti menganalisa perilaku peserta didik terhadap penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi. Sudah sepatutnya, peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran dengan disiplin dan tanggung jawab sehingga terhindar dari perilaku yang melanggar tata tertib sekolah seperti menyontek, tidak hormat pada guru, bermusuhan dengan teman dan kurang bijaksana dalam penggunaan media informasi dan komunikasi.

Gejala dari perilaku peserta didik berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Walaupun kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat menimbulkan keberhasilan dan kesulitan bagi remaja tetapi internet dan media sosial memiliki manfaat dan konsekuensi bagi pengguna (Subrahmanyam & Mahel, 2011). Kegunaan dari internet dan media sosial yaitu mengakses informasi, sumber belajar dan mengajar (Laouge, 2006) dan dukungan sosial (Amichai-Hamburger &

Hayat, 2011). Kemudahan dalam mengakses internet semakin meningkat dengan tersedianya smartphone dan web-enable (Weiss, 2014). Kenyataannya, media teknologi informasi dan komunikasi disalahgunakan oleh remaja demi kepentingan pribadi/kelompok. Peristiwa cyberbullying semakin meningkat pada tahun 2011 hingga 2019 dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sekitar 2.473 laporan. Beberapa penelitian menunjukkan peristiwa cyberbullying terjadi di berbagai negara. (Notice, 2018) mencatat kasus cyberbullying di Inggris menimpa remaja berusia sepuluh hingga lima belas tahun sebesar 7%. (Martinez, 2020) mengungkapkan 5,6% remaja di Amazonia mengalami cyberbulling. Inchley, et al. (2020) mengutarakan bahwa WHO mencatat hasil penelitian remaja berusia sebelas hingga tujuh belas tahun dari empat puluh lima negara yang menunjukkan sebesar 10% remaja mengalami cyberbullying sebanyak dua kali. Sebesar 6% remaja mengalami cyberbullying sebanyak tiga kali dalam dua bulan terakhir.

Penyalahgunaan media teknologi informasi dan komunikasi pada remaja memunculkan cyberbullying dan memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja. Penelitian Afiyani, I, Cicih, W dan Dhi, B. (2019) menjelaskan bahwa intimidasi dilakukan secara tidak sengaja dan tanpa disadari serta tindakan candaan/main-main terhadap korban. Menurut Dehue. et al. (2008);

Smith. et al. (2008), remaja pada umumnya tidak melaporkan peristiwa cyberbullying yang terjadi kepada orang dewasa. Slonje (2007) dan Kowalski (2008) mengatakan bahwa remaja menceritakan peristiwa cyberbullying yang terjadi pada dirinya kepada teman yang dapat dipercaya. Penelitian (Shaikh, 2020) mengungkapkan akses teknologi dan komunikasi sebagai salah satu prediktor dalam cyberbullying pada remaja. Menurut Chang & Wong, 2015; Huang & Chou, 2010; Smith. et al. 2008) cyberbullying muncul sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang berupa internet dan penggunaan smartphone yang makin meningkat di kalangan remaja.

Terutama masa pasca pandemi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di kalangan remaja semakin meningkat hingga menurunnya tingkat penyebaran covid-19 atau perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat. Oleh karena itu, peneliti melakukan telaah pada salah satu instrumen cyber bullying.

Fenomena cyberbullying mengarah pada masalah-masalah yang ditimbulkan dan konsekuensi faktor psikologis. Dampak cyberbullying yaitu menimbulkan kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, menderita sakit fisik yang tidak kunjung sembuh, kurang bersemangat,

(3)

membolos, putus sekolah dan mengakhiri hidup (Beran dan Li, 2005; Mitchell, Ybarra dan Finkelhor, 2007). Kurangnya kepercayaan diri dan tidak ada orang lain yang memahami akan memperparah korban untuk menyendiri hingga menutup pergaulan dengan teman sebaya (Setiawan, F, 2018). Selain itu, Goebert, et al. (2011) dan Gradinger. et al. (2011) melaporkan korban cyberbullying mengalami kesehatan mental yang lemah, menggunakan narkoba dan memiliki ide bunuh diri. Begitu pula Bauman (2009) menyebutkan korban cyberbullying biasanya mengalami tekanan emosional yang semakin meningkat. Selain itu, Beran & Li (2007) menjelaskan korban cyberbullying mengalami konsentrasi dan prestasi akademik yang menurun serta meningkatnya ketidakhadiran di sekolah.

Untuk itu, upaya dalam menekan peristiwa cyberbullying sangat diperlukan demi tercapainya kesehatan mental yang sehat bagi para remaja atau peserta didik. Rahman, Aryani dan Sinring (2019) mengatakan peserta didik diharapkan dapat meningkatkan penghargaan diri agar memiliki kepercayaan diri dan menghadapi peristiwa cyberbullying dengan tenang apabila terjadi. Lingkungan sekitar memiliki peran dalam menciptakan kondisi aman dan nyaman agar peserta didik mampu menikmati kehidupannya dengan tanggung jawab dan memperoleh kebahagiaan. Begitu juga, lingkungan sekolah sepatutnya menciptakan iklim sekolah yang nyaman dalam mendampingi peserta didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi secara online (Schultze-Krumbholz, Zagorscak & Scheithauer, 2016). Guru bimbingan dan konseling diharapkan memberikan intervensi layanan kesehatan mental bagi para peserta didik.

Dari penelitian sebelumnya, sangatlah terbatas pada adaptasi dan pengujian instrumen cyber bullying, tetapi instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat cyber bullying sangatlah diperlukan. Taufiq & Herdi (2020) menegaskan bahwa adaptasi dan pengujian instrumen perlu dilakukan agar menemukan alat ukur yang baku dan bermanfaat dalam memberikan interpretasi sesuai tujuan penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan adaptasi dan menguji secara empiris instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) . Tujuan penelitian ini agar tersedia alat ukur yang standar dan instrumen versi Bahasa Indonesia. Dengan demikian, peneliti melakukan adaptasi dan validasi instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) agar memperoleh alat ukur yang handal dan dipercaya sehingga layak digunakan di Indonesia bagi peserta didik Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) dikembangkan oleh Topcu dan Ozgur (2017). Peneliti melakukan analisis konfirmatori (CFA) dan mengetahui skala adaptasi Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II). Dengan demikian, instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) layak digunakan oleh pelajar di Indonesia.

METODE

Metode penelitian yang digunakan menggunakan prosedur adaptasi instrumen dari International Test Commission yang terdiri dari proses pre condition, test development, confirmation, administration, score scale and interpretation, dan documentation. Teknik analisis dapat yang digunakan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan adaptasi kuesioner yang mengukur frekuensi peristiwa cyberbullying yang terjadi, baik sebagai pelaku atau korban. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui frekuensi peristiwa cyberbullying yang terjadi, yaitu Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II). Adapun kelebihan dari pengukuran menggunakan Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) antara lain saran dari peneliti sebelumnya perlu mengamati dan memperhatikan peristiwa cyberbullying, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terkini dan mengikuti tren remaja dalam penggunaan media online serta tingkat keparahan cyberbullying, khususnya di kalangan pelajar Sekolah Menengah Atas.

Penelitian ini melibatkan 200 orang responden. Responden merupakan peserta didik sekolah menengah atas, pada beberapa sekolah swasta dan negeri di wilayah Indonesia yang berusia 15-18 tahun. Responden berdomisili tinggal bersama orang tua sebanyak 96% dan tinggal bersama wali 9%.

(4)

Analisa data menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada program Linear Structural Relationship (Lisrel). Hasil analisis CFA menunjukkan model 2 faktor tidak fit sehingga dilakukan modifikasi terhadap model dan kesalahan pengukuran pada dimensi dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lain, dengan demikian diperoleh model fit dengan Chi Square: 1717, 01, df: 147, P- value: 0,69, RMSEA: 0, 045. Nilai Chi- Square menghasilkan P-value > 0,05 (signifikan), artinya model dengan satu dimensi (unidimensional) dapat diterima dan menandakan seluruh item mengukur satu dimensi yaitu cyberbullying. Path diagram dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 1. Path diagram model pengukuran cyberbullying

Dari hasil analisa CFA diperoleh P-value sebesar 0,69 yang menunjukkan probability level >

0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian, H1 diterima, artinya instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) versi bahasa Indonesia memiliki propertis psikometrik untuk mengukur cyberbullying bagi peserta didik sekolah menengah atas di Indonesia. Selain itu, berdasarkan Goodness of Fit Statistics diperoleh kecocokan model dengan nilai: RMSEA: 0,045; ECVI: 1,67; NFI:

0,87; CFI: 0,94; RFI: 0,83; GFI: 0,91; AGFI: 0,87.

Berdasarkan hasil terjemahan ahli bahasa dan budaya sebanyak empat orang dan dua tokoh expert judgement yang telah dilakukan maka instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) versi Bahasa Indonesia dapat digunakan bagi peserta didik Sekolah Menengah Atas di Indonesia.

Dengan demikian, instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) versi Bahasa Indonesia layak bagi peserta didik Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Peneliti memvalidasi instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) dan membandingkan validasi pada penelitian sebelumnya (Topcu & Erdur-Baker, 2017) sehingga diperoleh hasil seperti tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Validasi Instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II)

Instrumen Hasil Propertis

Psikometrik Kriteria

Batas Kategori

Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II)

(Topcu & Erdur-Baker, 2017)

RMSEA: 0,09 SRMR: 0,5 Chi Square: 568,77 CFI: 0,87

TLI: 0,83

< 0,05

< 1

< 3

>0,90

>0,90

Sangat Baik Standar Cukup Cocok Sangat Tinggi Fit Marginal

(5)

Revised Cyber Bullying Inventory II

(RCBI II) versi Bahasa Indonesia RMSEA: 0,045 SRMR: 0,66 Chi Square: 231,61 CFI: 0,93

TLI: 0,91

< 0,05

< 1

< 3 >0,90

>0,90

Baik Standar

Cocok Sangat Tinggi

Good Fit

PENUTUP

Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa instrumen Revised Cyber Bullying Inventory II (RCBI II) versi bahasa Indonesia layak digunakan oleh peserta didik pada Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Berdasarkan analisis faktor konfirmatori yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh indeks kecocokan yang dapat diterima yaitu nilai RMSEA (0,045) dan indeks kecocokan ECVI (1,67), NFI (0,87), CFI ( 0,93), RFI (0,83), GFI (0,91) serta AGFI (0,87).

REFERENSI

Akbulut, Yusuf & Bahadir (2010). Development of Scale to Investigate Cybervictimization among Online Social Utility Members. Contemporary Education Technology.

Afiyani, I., Cicih, W. dan Dhi, B. (2019). Identifikasi Ciri-Ciri Perilaku Bullying dan Solusi untuk mengatasinya di Sekolah. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur.

Alvarez, D., et al. (2015). Validation of the Cybervictimization Questionnaire (CYVIC) for Adolescent. Computer in Human Behavior.doi.org/10.1016/j.chb.2017.01.007

Barlett, C., Douglas, A., & Chelsea, C. (2016). Predicting Cyberbullying From Anonymity.

Psychological Association. doi.org/10.1037/ppm0000055

Barlett, C.., Kristina, C., Zachary, W. (2017). Predicting Cyberbullying Perpetration in Emerging Adults : A Theretical Test of the Barlett Gentile Cyberbullying Model.

Aggressive Behaviour. doi.org/10.1002/ab.21670

Barlett, C., et al., (2018). Social Media Use as a Tool to Facilitate or Reduce Cyberbullying Perpetration : A Review Focusing on Anonymous and Nonanonymous Social Media Platform. Violence And Gender. doi: 10.1089/vio.2017.0057

Bauman, S., & Newman, M. (2013). Testing assumptions about cyberbullying: Perceived Distress Associated with Acts of Conventional and Cyber Bullying. Psychology of Violence. doi: 10.1037/a0029867

Buelga, S., Belen, M,, & Maria-J. (2017). Differences in Family Climate and Family Communication among Cyberbullies, Cybervictims, and Cyber Bully Victims.

Computer in Human Behaviour. doi: 10.1016/j.chb.2017.07.017

Butt, S., Farhat, J., Ruhi, K. (2019). Cyberbullying, Self-Esteem and Interpersonal Trust in Young Adults. Pakistan Journal of Social and Clinical Psychology.

Deenamjued, R., & Waiphot K. (2017). Antecendents of Cyber Bullying Behaviors of High School Students: A Case Study of Facebook. Conference of the International Journal of Arts & Sciences. doi: 10(02):295–304

Fernandez, C., Felix, E.. & Rosario, O. (2015). Explicative Factors of Face-to-Face Harassment and Cyberbullying in a Sample pf Primary Students. Psicothema. doi:

10.7334/psicothema2015.35

(6)

Festl, R., et al. (2017). Longitudinal Patterns of Involvement in Cyberbullying: Results from a Latent Transiton Analysis. Computer In Human Behavior.doi:

10.1016/j.chb2016.09.027

Fluck, J. (2018). Investigating the Comparability of Two Multi-Item-Scales for Cyber Bullying Measurement. International Journal of Environmental Research and Public Health. doi:10.3390/ijerph15112356

Gencdogan, B. & Ozkan, C. (2015). Reliability And Validity Studies Of The Turkish Version of The e-Bullying Scale (e-BS) and e-Victimization Scale (e-VS). Journal of Theory and Practise in Education.

Hellfeldt, K., et al. (2019). Cyberbullying and Psychological Well-being in Young Adolescence: The Protective Mediation Effects of Social Support from Family, Friends, and Teachers. International Journal of Environmental Research and Public Health.

doi.org/10.3390/ijerph17010045

Hidajat, M., et al., (2015). Dampak Media Sosial dalam Cyber Bullying. Journal Comtech:

Computer, Mathematics and Engineering Aplications. doi:10.21512/comtech.v6i1.2289 Hinduja, S. & Justin, W. (2017). Cultivating Youth Resilience to Pevent Bullying and Cyberbullying Victimazation. Child Abuse & Neglect.doi:

10.1016/j.chiabu.2017.09.010

Iranzo, B., et al., (2019). Cyberbullying, Psychosocial Adjustment, and Suicidal Ideation in Adolescence. Psychosocial Intervention. doi.org./10/5093/pi2019a5

Li, J., et al., (2019). Incidence, Risk Factors and Psychosomatic Symptoms for Traditional Bullying and Cyberbullying in Chinese Adolescents. Children and Youth Services Review. doi: 10.1016/j.childyouth.2019.10451

Listiyani, L., Astuti, W., dan Flora, G. (2020). Mengatasi Perilaku Cyberbullying pada Remaja. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian pada Masyarakat.

Lucas, M., et al., (2021). Bullying, Cyberbullying and Mental Health: The Role of Student Connectedness as a School Protective Factor. Psychosocial Intervention.

Makri, E & G, Karagianni. (2014). Cyberbullying in Greek Adolescents: The Role of Parents Procedia: Social and Behavioral Sciences. doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.742

Martinez, J., Antonio, J., & Izabela, Z. (2020). Bullying and Cyberbullying in Adolescent from Disadvantaged Areas: Validation of Questionnaires; Prevalence Rates; and Relationship to Self-Esstem, Empathy and Social Skills. International Journal of Environmental Research and Public Health. doi.10.3390/ijerph17176199

Mawardah, C., et al., (2018). The Factors of Cyber Bullying and the Effects on Cyber, Victims. International Journal of Research and Innovation in Social Science (IJRISS).

Nasywa, N., Fatwa, T. & Mujidin. (2020). Testing the Validity and Reliability of the Cyber . American Research Journal of Humanities Social Sciences (ARJHSS).

Notice, A. H. (2018). Bullying in England April 2013 to March 2018. London: Departement for Education.Ahmad, H. (2022). Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Kontrol Diri Siswa Sekolah Menegah Pertama. Realita: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 6(2).

Ozgur, H. (2015). Exploring The Distance Education Students Cyberbullying, Cyber . Turkish Online Journal of Distance Education. doi: 10.17718/tojde.07460

Phizacklea, T. & Rebecca, J. (2018). The Cyberbullying Experiences Survey with New

Zealand Psychology Students. International Journal of Psychology & Behavior

Analysis. doi: 10.15344/2455-3867/2018/146

(7)

Qodir, A., Ahmad, M. & Triantoro, S. (2019). Cyberbullying, Happiness, And Style of Humor Among Perpetrators is There a Relationship? Humanities & Social Sciences Reviews. doi.org/10.18510/hssr.2019.7331

Setiawan, F. (2018). Dampak Perilaku Bullying Terhadap Kehidupan Sosial Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Driorejo Kabupaten Gresik. Jurnal Inventa. 11, (1), 87-92.

Shaikh, F., Mobashar, R. & Aamir, A. (2020). Cyberbullying: A Systematic Literature Review to Identify the Factors Impelling University Students Towards Cyberbullying.

IEEE Xplore. doi: 10.1109/ACCESS.2020.3015669

Smith, P., et al., (2006). An Investigation Into Cyebrbullying, Its Forms, Awareness and Impact, and The Relationship Between Age and gender In Cyberbullying. Research Brief .

Suslu, D. (2018). A Study on Self-Esteem, Mother, Father, and Peer Relations as Predictors of Cyberbullying and Cyber-victimization in High School Students. Journal of Human Sciences.

Taufiq, A., & Herdi, H. (2020). New Group Counseling Competencies Scale-Short Form to Supervise Group Counselor Candidates. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling. doi:

10.17977/um001v5i22020p055

Topcu, C. & Ozgur, E. (2010). The Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) : Validity . Procedia Social and Behavioral Sciences. doi: 10.1016/j.sbspro.20

10.07.161

Topcu, C. & Ozgur, E. (2017). RCBI II: The Second Revised Cyber Bullying Inventory.

Measurement and Evaluation in Counseling and Development. doi:

10.1080/07481756.2017.1395705

Triantoro, S. (2016). Prevalence and Impact of Cyberbullying in a Sample of Indonesian Junior High School Students. . Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET.

Utami, Y. (2014). Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang Korban Cyberbullying di Kalangan Remaja di Surabaya). Journal Universitas Airlangga.

Uusitalo, L & Juhani, E. (2016). Happiness and depression in the traditionally bullied and cyberbullied 12-year-old. Open Review of Educational Research.

Wani, M., R. Sankar. & Anichman, J. (2017). Assesment of Cyber Bullying and Emotional Stabiliy Among Higher Secondary Students. Journal of Scientific & Technological Research: Bio Medical. doi:10.26717/BJSTR.2017.01.000147

Wolke, D., Kirsty, L. & Alexa, G. (2017). Cyberbullying: a Storm in a Teacup?. European Child & Adolescent Psychiatry.

Yubero, S., et al., (2017). Cyberbullying Victimization in Higher Education: An Exploratory Analysis of Its Association with Social and Emotional Factors among Spanish Students.

Computers in Human Behavior. doi: 10.1016/j.chb.2017.05.037

Yunanto, T. (2018). Perlukah Kesehatan Mental remaja? Menyelisik Peranan Regulasi Emosi dan Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam Diri Remaja. Jurnal Ilmu Perilaku. doi:

10.25077/jip.2.2.75-88.2018

Zhang, X., Ziqiang, H., & Zhanlong, B. (2020). Cyberbullying Involvement and

Psychological Distress among Chinese Adolescents: The Moderating Effects of Family

Cohesion and School Cohesion. International Journal Environmental Research and

Public Health. doi:

(8)

10.3390/ijerph17238938

Zych, I., Rosario, O., & Rosario, D. (2015). Sytematic Review of Theoretical Studies on

Bullying and Cyberbullying: Where have we been and where are we going. Aggression

and Violet Behavior. doi: 10.1016/j.avb.2015.05.015

Referensi

Dokumen terkait

The analysis tool used with panel data regression, the results of the study showed: Education sector expenditure had a negative but insignificant effect on the HDI of