BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Tanjungpinang merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai. Luas wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 239,50 km2 dengan keadaan geologis sebagian berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai ke tepian laut/pantai. Hampir 45% dari luas tersebut merupakan wilayah perairan atau laut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tanjungpinang dalam Angka 2019, Volume pengembangan produksi perikanan tangkap pada tahun 2019 tercatat 2.318 ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, volume produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan sebesar 19,05 persen yang dimana tahun 2018 tercatat 1.947 ton.
Kelurahan Senggarang merupakan salah satu Kelurahan di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Kekayaan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat dalam penerapan sumber perekonomian di sektor perikanan. Oleh karena itu, hampir keseluruhan masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Adapun alat tangkap yang banyak dioperasikan oleh masyarakat Kelurahan Senggarang adalah bubu belimbing. Cara pengoperasian alat tangkap bubu belimbing adalah dengan memasang perangkap umpan yang dimasukkan ke dalam bubu belimbing dengan tujuan penangkapan ketam. Bubu belimbing merupakan alat tangkap tradisional
1
yang terbuat dari rangkaian kawat besi dan tali nilon yang pengoperasiannya diletakkan dan dibiarkan semalaman di laut dan diambil ketika esok hari.
Usaha alat tangkap bubu belimbing menjadi mata pencaharian utama bagi kepala keluarga penduduk Kelurahan Senggarang, Kota Tanjungpinang. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis terhadap usaha yang sedang dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usaha, sehingga mendapatkan informasi akhir yang menunjukkan apakah usaha ini akan sangat menguntungkan atau sebaliknya. Usaha yang menguntungkan akan memberikan pengaruh positif dalam peningkatan perekonomian masyarakat setempat.
Analisis usaha pada usaha perikanan sangat diperlukan mengingat ketidakpastian usaha yang cukup besar, apalagi pada nelayan yang memiliki usaha perikanan dengan menggunakan alat tangkap bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau tidak melakukan pencatatan akuntansi pada biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang dihasilkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan nelayan untuk meningkatkan pendapatan pada usaha perikanan tangkap adalah mengusahakan agar unit usaha penangkapan lebih produktif, yaitu dengan jumlah hasil tangkapan yang optimal. Selain itu unit penangkapan tersebut haruslah bersifat ekonomis dan efisien. Kegiatan ini juga memerlukan investasi yang besar sehingga perlu adanya perencanaan dan pengendalian supaya usaha perikanan tangkap tersebut tidak mengalami kerugian.
Menurut Syahputra, dkk. (2016), analisis Revenue Cost Ratio dilakukan untuk melihat berapa penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan
pada unit usaha perikanan. Kriteria kelayakan usaha dapat diukur dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Analisis Revenue Cost Ratio ini merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan biaya (cost).
Hariyani (2018), menjelaskan bahwa periode pengembalian (Payback Period) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan–penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut atau untuk mengukur kecepatan kembalinya dana yang diinvestasikan. Jika periode pengembalian lebih cepat maka, usaha perikananan alat tangkap bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau layak untuk dikembangkan.
Menurut Siswanto (2018) mendefinisikan Break Even Point adalah suatu cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengetahui atau untuk merencanakan pada volume produksi atau volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian.
Pujianto, dkk (2013) mengemukakan bahwa Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value kas bersih dengan present value investasi selama umur investasi. Suatu proyek dikatakan layak kalau nilai tunai (NPV) lebih besar daripada nol, dimana NPV merupakan nilai tunai bersih.
Penelitian terdahulu yang mendukung judul penelitian ini yaitu: (1) Zamdial (2021), dengan judul “Analisis Usaha Penangkapan Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kelurahan Kandang, Kota Bengkulu” judul penelitian ini berbeda dengan apa yang akan
dilakukan, pada judul “Analisis Usaha Penangkapan Kepiting Bakau (Scylla sp.) di Kelurahan Kandang, Kota Bengkulu” penulis ingin melakukan analisis usaha pada penangkapan kepiting bakau di Kelurahan Kandang, Kota Bengkulu. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti ingin melakukan analisis usaha pada penangkapan kepiting laut di Kelurahan Senggarang, Kota Tanjungpinang. (2) Septian Ragil Agusta (2021), dengan Judul ”Analisis Usaha Perikanan dengan Menggunakan Alat Tangkap Bubu Lipat di Desa Danasari Kabupaten Pemalang”, pada judul ini penulis ingin mengetahui hasil analisis usaha perikanan dengan menggunakan alat tangkap bubu lipat. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan ingin mengetahui hasil analisis usaha perikanan dengan menggunakan alat tangkap bubu belimbing. (3) Eko Hadi Partoyo (2018), dengan “Analisis Usaha Penangkapan Rajungan (Purtonus Palagicus) Dengan Menggunakan Alat Tangkap Bubu Rajungan di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau” pada judul tersebut peneliti melakukan analisis kelayakan usaha dengan kriteria Revenue Cost Of Ratio, Financial Rate of Retrun dan Payback Period. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan Peneliti ingin melakukan analisis kelayakan usaha dengan kriteria Revenue Cost Of Ratio, Payback Period, Break Even Point dan Net Present Value.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha (Revenue Cost Ratio,Payback Period, Break Event Point dan Net Present Value) pada Alat Tangkap Bubu Belimbing, Di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau”.
1.2 Identifikasi Masalah
Nelayan yang melakukan usaha perikanan alat tangkap bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau masih belum memiliki pencatatan yang terstruktur dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Sehingga dengan pendapatan yang tidak dapat diperkirakan hasilnya maka akan sulit bagi nelayan untuk menentukan layak atau tidaknya usaha bubu belimbing tersebut untuk dijalankan. Untuk itu diperlukan suatu analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha bubu belimbing tersebut untuk dijalankan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Analisis Revenue Cost Ratio dapat digunakan untuk mengetahui penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada unit usaha bubu belimbing.
2. Analisis Payback Period dapat digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal usaha bubu belimbing.
3. Analisis Break Even Point dapat digunakan untuk mengetahui pada pendapatan ke berapa usaha bubu belimbing mencapai titik impas.
4. Analisis Net Present Value dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah usaha pada alat tangkap bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang menguntungkan dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio?
2. Berapa lama pengembalian modal usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau bila dihitung dengan menggunakan analisis Payback Period?
3. Pada titik berapakah usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau berada pada titik impas dengan menggunakan analisis Break Even Point?
4. Apakah usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau layak untuk dijalankan dengan menggunakan analisis Net Present Value?
1.4 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
2. Penelitian yang diteliti yaitu Revenue Cost Ratio, Payback Period, Break Even Point dan Net Present Value.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada nelayan yang memiliki alat tangkap bubu belimbing.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui usaha pada alat tangkap bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau menguntungkan dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio.
2. Untuk mengetahui lama pengembalian modal usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau bila dihitung dengan menggunakan analisis Payback Period.
3. Untuk mengetahui pada titik berapakah usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau berada pada titik impas dengan menggunakan analisis Break Event Point.
4. Untuk mengetahui usaha bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau bisa dikatakan layak dengan menggunakan analisis Net Present Value.
1.6 Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya ataupun untuk menjadi bahan bacaan terutama tentang analisis kelayakan usaha (Revenue Cost Ratio, Payback Period, Break Even Point dan Net Present Value).
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta menambah ilmu pengetahuan.
3. Bagi nelayan bubu belimbing di Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, diharapkan peneltian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan suatu penilaian baru dalam upaya mengelola usaha bubu belimbing di masa yang akan datang.
4. Bagi pemerintah, diharapkan peneltian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai usaha perikanan yang terdapat di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau guna pencapaian tujuan dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan seluruh masyarakat.
1.7 Sistematika Penelitian
Skripsi ini terbagi atas lima bab, di mana masing-masing bab terbagi atas sub- sub bab.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN TERDAHULU, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bagian ini merupakan dasar teori yang membahas alat tangkap, aspek ekonomi, dan analisis kelayakan usaha. Dalam bab ini juga memuat review penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini merupakan objek dan ruang lingkup penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, teknik penentuan populasi dan sampel, dan metode analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan deskripsi analisis atau observasi penelitian, hasil dan pembahasan penelitian atau jawaban dari rumusan masalah penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang akan menyajikan kesimpulan atas hasil penelitian dan saran atau rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.