• Tidak ada hasil yang ditemukan

administratio, Manajer Jurnal, 7 STRATEGI BUMDES BINTANG MUDA JAYA DESA SAKO MARGASARI DALAM MENGEMBANGKAN UNIT USAHA BARU KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

N/A
N/A
Fitroh Satrio

Academic year: 2023

Membagikan "administratio, Manajer Jurnal, 7 STRATEGI BUMDES BINTANG MUDA JAYA DESA SAKO MARGASARI DALAM MENGEMBANGKAN UNIT USAHA BARU KABUPATEN KUANTAN SINGINGI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

83

Volume 12 Nomor 1 Tahun 2021

S TRATEGI B UMDES B INTANG M UDA J AYA D ESA S AKO M ARGASARI DALAM

M ENGEMBANGKAN U NIT U SAHA B ARU K ABUPATEN K UANTAN S INGINGI

Adianto

1

, Mayarni

2

1,2,Universitas Riau adianto@lecturer.unri.ac.id

Abstrak

Kabupaten Kuantan Singingi juga harus melakukan penguatan terhadap BUMDes yang dimiliki desa. Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Kuantan Singingi memiliki jumlah desa sebanyak 218 desa, dari jumlah desa tersebut ada sebanyak 100 desa yang sudah memiliki BUMDes dan 118 desa yang belum memiliki BUMDes. Dari desa yang sudah memiliki BUMDes salah satunya adalah Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi. Realitas BUMDes di Desa Sako Margasari masih bergerak dalam kegiatan simpan pinjam bagi masyarakat desa. BUMDes yang dimiliki oleh Desa Sako Margasari belum bergerak dalam membentuk unit-unit usaha baru dalam upaya memperkuat permodalan BUMDes guna menunjang perekonomian masyarakat.

Penelitian ini menemukan bahwa strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi masih berjalan belum maksimal. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat penerapan strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi adalah faktor rendahnya kompetensi pengelola BUMDes, faktor minimnya modal usaha untuk membuka unit usaha baru dan faktor kurangnya mitra dari BUMDes

Kata Kunci: Strategi, Strategi Orgaisasi dan BUMDes

Abstract

Kuantan Singingi Regency must also strengthen the BUMDes owned by the village. Based on the data obtained, Kuantan Singingi Regency has 218 villages, of which there are 100 villages that already have BUMDes and 118 villages that don't have BUMDes. Of the villages that already have BUMDes, one of them is Sako Margasari Village, Logas Tanah Darat District, Kuantan Singingi Regency. The reality is that BUMDes in Sako Margasari Village are still engaged in saving and loan activities for village communities. The BUMDes owned by Sako Margasari Village have not yet formed new business units in an effort to protect BUMDes capital to support the community's economy. This study found that the strategy of BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari in developing new business units through technological innovation in Sako Margasari Village, Logas Tanah Darat District, Kuantan Singingi Regency is still not optimal. While the factors that hinder the implementation of BUMDes Bintang Muda Jaya Strategy in Sako Margasari Village in developing new business units through technological innovation in Sako Margasari Village, Logas Tanah Darat District, Kuantan Singingi Regency are the low competency of BUMDes managers, the lack of business capital to open new business units. and the reduction factor of BUMDes partners

Keywords: Strategy, Organizational Strategy, BUMDes

I. P

ENDAHULUAN

Implementasi visi Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi tertuang dalam beberapa misi, diantaranya “Mengembangkan perekonomian masyarakat yang mandiri dan berdaya saing guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat berbasis pertanian dan pariwisata”. Misi pada dasarnya memprioritaskan pembangunan berdasarkan potensi daerah melalui pemberdayaan masyarakat

dengan mensinkronkan berbagai aspek pembangunan sehingga mampu mandiri dan menghasilkan produksi yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berbasiskan kepada sektor pertanian dan pariwisata. Perwujudan dari misi ini harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi sampai pada level pemerintah yang terendah yaitu desa. Pemerintah desa harus Copyright® 2021. Owned by Author(s),

Published by Administratio.

This is an open-acces article under CC-BY- SA License

(2)

84 berupaya untuk bisa merealisasikan misi yang disusun dengan melakukan pemberdayaan masyarakat desa untuk bisa menghasilkan produksi yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing berdasarkan potensi desa yang dimiliki.

Oleh karenanya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat desa tersebut, disetiap desa dibentuk badan usaha miliki desa (BUMDes) guna memfasilitasi setiap produksi yang dihasilkan masyarakat desa.

Pembangunan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui status quo dilapangan dapat dilihat bahwa Desa merupakan garda terdepan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang bertujuan untuk masyarakat, karena pembangunan di tingkat desa berkenaan langsung dengan masyarakat. Dalam mendorong pembangunan di tingkat desa, pemerintah memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk mengelola daerahnya secara mandiri, salah satunya adalah melalui lembaga ekonomi yang berada di tingkat desa yakni Badan Usaha Milik Desa. Lembaga berbasis ekonomi ini menjadi salah satu program yang dijalankan desa sebagai sarana untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).

Peranan BUMDes sebagai instrumen penguatan otonomi desa dan juga sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat. BUMDes sebagai instrumen otonomi desa maksudnya adalah untuk mendorong pemerintah desa dalam mengembangkan potensi desanya sesuai dengan kemampuan dan kewenangan desa. Sedangkan sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat yakni dengan melibatkan masyarakat didalam pengelolaan BUMDes akan mendorong ekonomi dan juga mengurangi tingkat pengangguran di desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan semangat baru bagi desa untuk memperkasai dirinya dengan melahirkan semangat

“desa membangun”, artinya desa ditempatkan sebagai tonggak awal keberhasilan pembangunan secara nasional. Sehingga penguatan desa tidak lepas dari kekuatan desa dalam penggalian potensi kearifan lokal dan semangat gotong royong warganya. Berdasarkan kajian teoritis mengenai perekonomian desa, terdapat hal yang menarik di dalamnya, bahwa desa memiliki kondisi modal sosial masyarakat yang sangat kuat dan telah mengakar. Salah satu bentuk modal sosial yang dimaksud dapat digambarkan melalui beragamnya ikatan sosial dan solidaritas sosial yang kuat dimiliki masyarakat desa sebagai penyangga penting kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Namun kondisi modal sosial yang dimiliki masyarakat desa masih berbanding terbalik dengan kondisi modal ekonomi desa, dimana modal sosial masyarakat desa yang terdiri dari ikatan sosial (social bonding), jembatan sosial

(social bridging) dan jaringan sosial (social linking), yang ketiga ikatan sosial masyarakat desa tersebut bersifat parokial atau menjadi modal sosial yang paling dangkal, serta tidak mampu memfasilitasi pembangunan ekonomi, guna mewujudkan desa yang bersemangat sosial dalam koteks demokrasi lokal.

BUMDes merupakan instrument pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis usaha sesuai dengan potensi yang dimiliki desanya. Pengembangan potensi ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga desa melalui pengembangan usaha ekonomi. Di samping itu, keberadaan BUMDes juga membawa dapak terhadap peningkatan sumber pendapatan asli desa (PAD) yang memungkinkan desa untuk mampu melakukan sebuah pembangunan dan juga untuk peningkatan kesejahteraan secara lebih optimal. BUMDes sejatinya sebagai lembaga social yang berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya sebagai penyedia pelayanan sosial. Namun BUMDes juga sebagai lembaga komersial dimana BUMDes bertujuan untuk mencari keuntungan melalui penjualan barang atau jasa yang diperuntukan kepada masyarakat.

BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan aturan yang berlaku di desa. Desa dapat mendirikan BUMDes esuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Sesuai dengan aturan tersebut, pembentukan BUMDes didasarkan atas kebutuhan dan potensi yang dimiliki desa, dengan tujuan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini perencanaan dan pembentukannya, BUMDes dibangun atas inisisai masyarakat desa, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif, dan emansipatif. Hal yang paling penting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional, kooperatif, dan mandiri. Dengan demikian, bangun BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Sehubung dengan itu, maka untuk membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik kelokalan termasuk ciri sosial budaya masyarakat.

Kehadiran BUMDes ini diharapkan desa menjadi lebih mandiri dan masyarakatnya pun menjadi lebih sejahtera. BUMDEs sebagai lembaga legal dalam mengembangkan usaha dan perekonomian masyarakat lokal (desa), diharapkan dapat melahirkan produk unggulan lokal yang mampu menjadi citra positif dalam kompetisi pasar bebas (MEA). Sehingga gambaran di atas bahwa desa yang memiliki sumber daya yang luar biasa, akan kalah bersaing apabilah tidak dapat menciptakan kesejahteraan masyarakatnya di era persaingan bebas yang memerlukan upaya kreatif dalam mengembangkan modal sosial yang

(3)

85 dimilikinya. Pengembangan usaha dan perekonomian masyarakat desa menjadi penting untuk diperhatikan, karena meningkatnya daya saing akan mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berkembang dan eksisnya desa sebagai satuan wilayah terendah, akan memberikan dampak positif secara nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

Kabupaten Kuantan Singingi juga harus melakukan penguatan terhadap BUMDes yang dimiliki desa. Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Kuantan Singingi memiliki jumlah desa sebanyak 218 desa, dari jumlah desa tersebut ada sebanyak 100 desa yang sudah memiliki BUMDes dan 118 desa yang belum memiliki BUMDes. Dari desa yang sudah memiliki BUMDes salah satunya adalah Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi yang dibentuk pada tahun 2012 dan berjalan hingga saat ini 2021. Desa Sako Margasari merupakan salah satu desa yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya berasal dari berkebun sawit.

Realitas BUMDes di Desa Sako Margasari masih bergerak dalam kegiatan simpan pinjam bagi masyarakat desa. BUMDes yang dimiliki oleh Desa Sako Margasari belum bergerak dalam membentuk unit-unit usaha baru dalam upaya memperkuat permodalan BUMDes guna menunjang perekonomian masyarakat. Oleh karena itu BUMDes di Desa Sako Margasari perlu menyusun strategi dalam membentuk unit-unit usaha ekonomi baru yang memanfaatkan inovasi teknologi berdasarkan potensi desa yang dimiliki.

Sebab ini nantinya bisa menjadi kekuatan modal dalam upaya memberdayakan perekonomian masyarakat desa.

II. T

INJAUAN

P

USTAKA

Strategi

Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Marrus (2002) strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selanjutnya Quinn (2009) mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Strategi merupakan sebuah pola atau rencana yang mengintegrasi tujuan pokoksuatu organisasi, kebijakan-kebijakan dan tahapan-tahapan kegiatan

ke dalamsuatu keseluruhan yang bersifat kohesif.

Suatu strategi yang dirumuskan dengan baik, membantu menata dan mengalokasikan sumber- sumber daya suatu organisasi menjadi sebuah postur yang unik, serta bertahan, yang berlandaskan kompetensi-kompetensi internalnya relatif, dan kekurangan-kekurangannya, perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam lingkungan (Winardi, 2006).

Jauch & Glueck dalam Akdon (2011) menyebutkan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organiasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Salusu (2006) menjelaskan bahwa strategi yaitu suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Hamel dan Prahaland dalam Rangkuti (2015), mendefinisikan strategi merupkan tindakan bersifat incremental (senantiasa meningkat) terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para konsumen dimasa depan. Dengan demikian, perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan konpetensi inti (core competencies).

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang akan datang, selain itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. Oleh karena itu, strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi itu sendiri biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.

Strategi secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa yang dilakukan.

Strategi Organisasi

Strategi organisasi berperan untuk mengidentifikasi berbagai pendekatan umum yang dipakai organisasi untuk mencapai tujuan.

Sehingga organisasi dalam mencapai tujuannya ada dua cara yaitu melalui pengelolaan yang lebih baik

(4)

86 atas apa yang sedang dikerjakan sekarang dan melalui penemuan hal-hal yang baru (Gibson dkk.

1996). Konsep lain menjelaskan bahwa strategi organisasi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu, 2003). Strategi organisasi merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan organisasi dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip umum untuk mencapai misi organisasi (Wibisono, dalam Lynch, 2006).

Wheelen dalam Yunus (2016) strategi organisasi adalah serangkaian keputusan- keputusan dan tindakan yang mengarah kepada penyusunan strategi-strategi efektif untuk mencapai tujuan perusahaan dengan menggunakan analisis SWOT (strenghts, weakness, opportunitiy, threats). Analisis SWOT menjelaskan bangaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terjadi dalam menjalankan strategi yang kita lakukan. Sedangkan Roudledge Sculer dalam Yunus (2016) merumuskan suatu organisasi antara sumber daya dan keahlian internalnya dan kesempatan serta resiko yang terbentuk melalui lingkungan ekternalnya. Strategi disusun dan diimplementasikan untuk mencapai berbagai tujuan yang telah ditetapkan, sekaligus mempertahankan dan memperluas aktivitas organisasi pada bidang-bidang baru dalam rangka merespons lingkungan. Misalnya perubahan permintaan, perubahan sumber pasokan, fluktuasi kondisi ekonomi, perkembangan teknologi baru, dan aktivitas-aktivitas para pesaing.

Empat dimensi pokok yang terkandung dalam strategi organisasi menurut Robbins dalam Yunus (2016) yaitu:

a. Strategi Inovasi

Strategi inovasi secara khusus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengutamakan inovasi sebagai sumber keunggulan bersaing. Tidak semua perusahaan atau organisasi melakukan strategi inovasi, tetapi pada saat-saat tertentu barangkali strategi ini dirumuskan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Misalnya perombakan bersifat khusus dalam rangka memperbaiki pelayanan. Tahap-tahap dalam proses inovasi dalam organisasi sebagai berikut:

Agenda setting

Agenda setting merupakan semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi.

Penyesuaian

Penyesuaian dilakukan agar inovasi yang akan digunakan kemudian direncanakan dan dibuat penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi.

a. Strategi Diferensiasi Pasar

Strategi diferensiasi pasar ditunjukkan untuk menciptakan loyalitas konsumen melalui suatu produk atau jasa yang bersifat unik, dalam arti berbeda dari yang telah ada dipasar. Strategi ini tidak mesti dengan menciptakan produk atau jasa yang berkelas tinggi atau mahal, melainkan sesuatu yang memiliki nilai tambah yang berbeda dari produk-produk atau jasa yang sudah ada. Startegi ini biasanya diperkuat dengan iklan, segmentasi pasar, dan permainan harga.

b. Strategi Jangkauan

Strategi jangkauan adalah penetapan ruang lingkup pasar yang akan dilayani oleh organisasi seperti ragam atau jenis konsumen, cakupan geografisnya, dan jenis produk atau jasa yang akan ditawarkan.

Ada organisasi yang sengaja memilih fokus jangkauan yang terbatas, misalnya hanya untuk kategori konsumen, wilayah, atau produk dan jasa tertentu, serta mengembangkan jangkauan seluas- luasnya dengan tujuan menguasai pangsa pasar.

c. Pengendalian biaya

Strategi pengendalian biaya adalah sejauh mana perusahaan mengontrol biaya atau anggaran secara ketat. Strategi ini penting, khususnya ketika pengelola organisasi harus mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai secara maksimum tujuan-tujuan organisasi.

BUMDes

Perbandingan ketentuan BUMDes dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 dapat diketahui ketentuan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 lebih elaboratif. UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur hanya dalam satu pasal yaitu Pasal 213, bahwa:

1. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa

sesuai dengan kebutuhan

dan potensi desa.

2. Badan usaha milik desa berpedoman pada peraturan perundangundangan.

3. Badan usaha milik desa dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang- undangan.

Penjelasan Pasal 213 ini bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Adapun UU Nomor 6 Tahun 2014 mengatur lebih

(5)

87 terperinci. UU Desa ini mengatur tentang BUMDes pada Bab X kedalam tiga pasal:

a. Pasal 87 ayat (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa; ayat (2) BUM Desa dikelola dengan

semangat kekeluargaan dan

kegotongroyongan; ayat (3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa ayat (2) Pendirian BUM Desa (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

c. Pasal 89 hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk: 1) pengembangan usaha; dan 2) pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pasal 90, Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan: 1) Memberikan hibah dan/atau akses permodalan; 2) Melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; 3) Memprioritaskan BUMDesa dalam pengelolaan sumber daya alam di desa.

Beranjak dari ketentuan tersebut, sejatinya logika pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif, transparansi, emansipatif, akuntabel, dan sustainable dengan mekanisme berbasis anggota dan pengusahaan mandiri. Dari semua itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution).

BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Tujuan pendirian BUMDes antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes).

Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar.

Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata

perundang-undangan yang berlaku, ketentuan tersebut bersifat umum, sedangkan pembangunannya disesuaikan dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing desa.

Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen modal sosial yang diharapkan menjadi jembatan yang menghubungkan desa dengan lingkup perekonomian diluarnya sehingga menjadi penguat ekonomi di pedesaan. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan taktis guna mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan desain lembaga tersebut ke dalam suatu perencanaan. Di samping itu, perlu memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (good will) dari pemerintahan di atasnya untuk mengeliminir rendahnya surplus kegiatan ekonomi desa disebabkan kemungkinan tidak berkembangnya sektor ekonomi di wilayah pedesaan. Sehingga integrasi sistem dan struktur pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga. Pendirian badan usaha harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah (kabupaten/kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. Mengingat badan usaha ini merupakan lembaga ekonomi baru yang beroperasi di pedesaan dan masih membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang. Pembangun landasan bagi pendirian BUMDes adalah Pemerintah. BUMDes dalam operasionalisasinya idealnya juga ditopang oleh lembaga moneter desa (unit pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang memadai, maka pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi di pedesaan.

Oleh karena itu, meski setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), namun penting disadari bahwa BUMDes didirikan atas prakarsa masyarakat dan didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain, pendirian BUMDes bukan merupakan paket instruksional yang datang dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten.

Jika yang berlaku demikian dikhawatirkan BUMDes akan berjalan tidak sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang. Tugas dan peran pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui

(6)

88 pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri. Pemerintah memfasilitasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUMDes.

III. M

ETODE

P

ENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi penelitian. Setalah data terkumpul dari setiap infoman penelitian, kemudian akan digunakan metode triangulasi dengan chek and cross chek terhadap hasil tanggapan yang diberikan informan penelitian yang terdiri dari Masyarakat Desa, Kepala Desa, Direktur BUMDes dan Pengelola BUMDes . Teknik triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi dengan sumber data. Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan cara memaparkan data yang diperoleh dari pengamatan kepustakaan dan pengamatan lapangan, kemudian dianalisa dan diinterprestasikan dengan memberikan kesimpulan.

IV. H

ASIL DAN

P

EMBAHASAN

Strategi yang dilakukan pihak Desa Sako Margasari dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakatnya dengan membuka atau membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes yang dimiliki diharapkan bisa menjadi wadah untuk menampung setiap kegiatan ekonomi masyarakat dalam upaya menunjung pendapatan keluarganya.

Oleh karenanya dalam menjalankan hal tersebut dibutuhkan strategi organisasi (BUMDes) yang efektif, sehingga keberadaan BUMDes memang bisa memberikan kontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat desa secara khusus dan pendapatan desa secara umum.

Strategi organisasi berperan untuk mengidentifikasi berbagai pendekatan umum yang dipakai organisasi untuk mencapai tujuan.

Sehingga organisasi dalam mencapai tujuannya ada dua cara yaitu melalui pengelolaan yang lebih baik atas apa yang sedang dikerjakan sekarang dan melalui penemuan hal-hal yang baru. Realitas ini menjelaskan bahwa strategi organisasi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Strategi organisasi merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau

kebijakan organisasi dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip umum untuk mencapai misi organisasi.

Hasil observasi dan FGD yang dilakukan menunjukkan bahwa Kepala Desa dan BUMDes menginginkan adanya strategi dalam pengembangan potensi desa yang dimiliki sebagai sumber ekonomi baru bagi masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat memiliki sumber ekonomi tambahan selain mengharapkan dari hasil perkebunan sawit yang dimilikinya. Observasi dan FGD yang dilakukan membuka peluang bagi masyarakat desa untuk bisa diberdayakan melalui potensi desa yang dimiliki. Sehingga nantinya masyarakat desa dapat memiliki sumber ekonomi baru untuk bisa menunjung pendapatan keluarganya. Potensi kelapa sawit yang besar di Desa Sako Margasari tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi baru dengan adanya sentuhan inovasi teknologi. Inovasi teknologi yang dipilih tentunya berkaitan dengan pemanfaatan kelapa sawit yang ada di Desa Sako Margasari sebagai potensi utama desa. Sebab kelapa sawit pada umumnya banyak memiliki ketermanfaatan apabila disentuh dengan inovasi teknologi yang tepat. Oleh karena itu pemilihan inovasi teknologi yang tepat tentunya akan membantu masyarakat desa untuk bisa memberdayakan dirinya agar bisa berkembang sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui inovasi teknologi diharapkan bisa membantu membuka peluang sumber ekonomi baru dalam menunjang pendapatan masyarakat desa.

Strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi, ditinjau dari empat dimensi pokok yang terkandung dalam strategi organisasi menurut Robbins, yaitu:

Strategi Inovasi

Strategi inovasi secara khusus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengutamakan inovasi sebagai sumber keunggulan bersaing. Tidak semua perusahaan atau organisasi melakukan strategi inovasi, tetapi pada saat-saat tertentu barangkali strategi ini dirumuskan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Misalnya perombakan bersifat khusus dalam rangka memperbaiki pelayanan. Tahap-tahap dalam proses inovasi dalam organisasi sebagai berikut:

Pertama, agenda setting merupakan semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi organisasi. Kedua, penyesuaian dilakukan agar inovasi yang akan digunakan kemudian direncanakan dan dibuat penerapan

(7)

89 inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Wawancara yang dilakukan dengan informan tentang strategi inovasi dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari menjelaskan bahwa pada dasarnya BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum memiliki strategi inovasi dalam upaya mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi. Sebab BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum bisa merumuskan strategi atau langkah-langkah yang membuat organisasi tersebut berdaya saing. Kondisi ini dikarenakan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari memang baru saja bergerak untuk menjalankan organisasinya sebagai badan usaha milik desa.

Faktanya diawal-awal BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari berjalan hanya memiliki unit usaha simpan pinjam saja, namun saat ini BUMDes sudah berkembang unit usahanya melalui beberapa bidang usaha seperti BRI-Link, Waserda dan pengkreditan barang. Unit-unit usaha yang dibuka tentunya berdasarkan kebutuhan masyarakat akan badan usaha desa yang dimiliki.

Sehingga masyarakat desa sangat terbantu dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Karena realitasnya keberadaan BUMDes memang berusaha membantu masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya dan membantu dalam memasarkan atau mempromosikan produk desa yang dihasilkan.

Ketidakmampuan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam menyusun strategi inovasi dalam upaya memanang persaingan tidak terlepas juga dari rendahnya pendidikan pengelolanya. Sebab pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari umumnya memiliki tingkat pendidikan SLTA. Sehingga dengan pendidikan yang minimal sulit merangsang para pengelolanya untuk berfikir berdaya saing dengan organisasi BUMDes yang sejenis lainya.

Pola fikir pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari mulai peka setelah dilakukannya pelatihan pemerintahan desa dan BUMDes yang mengajarkan peluang dan inovasi yang bisa dikembangkan dalam upaya pengelolaan BUMDes yang berdaya saing. Peluang tersebut muncul dengan membuka unit usaha baru yang berdasarkan kebutuhan masyarakat dan potensi lokal desa. Sehingga setelah adanya pelatihan yang dilakukan, pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari mulai membuka unit usaha baru secara berlahan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dampaknya unit usaha BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari yang awalnya hanya simpan pinjam hari ini sudah berkembang dalam beberapa unit usaha diantaranya unit usaha pengkreditan barang, unit

usaha keuangan (BRI Link) dan unit usaha warung serba ada (Waserda).

Perkembangan unit usaha yang dimiliki oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari tidak terlepas dari upaya pemberian pelatihan kepada pengelolanya agar mampu berdaya saing.

Setelah melakukan pelatihan, pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari juga berkolaborasi dengan pihak Universitas Riau dalam upaya mengembangkan potensi lokal desa yang bisa menjadi produk guna dipasarkan oleh BUMDes, hal ini merupakan kerja sama yang di inisiaisi oleh bagian LPPM dan Dosen maupun mahasiswa yang memiliki keinginan untuk riset ataupun memberikan inovasi. Proses kolaborasi yang dilakukan dengan pihak universitas Riau dengan pengembangan potensi lokal desa dilaksanakan melalui: Pertama, pelatihan dan pengembangan nira sawit menjadi produk gula merah. Proses pelatihan ini mengajarkan langsung kepada masyarakat bagaimana cara pembuatan nira sawit menjadi produk gula merah. Pelatihan yang dilakukan diharapkan bisa memberdayakan masyarakat desa khususnya kaum laki-laki untuk memiliki sumber pendapatan baru selain sumber pendapatan yang sudah ada. Sebab produk gula merah yang berasal dari nira sawit memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat.

Apalagi pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa menjadi wadah dalam menginformasikan dan mempromosikan produk gula merah yang dihasilkan masyarakat desa.

Kedua, pelatihan dan pengembangan lidi sawit menjadi produk handmade melalui sentuhan inovasi teknologi. Kegiatan pelatihan ini juga mengajarkan secara langsung kepada masyarakat desa khususnya kaum perempuan dalam membuat produk handmade seperti piring dan keranjang buah dari lidi sawit. Produk handmade yang memiliki nilai jual yang tinggi tentunya bisa merangsang masyarakat desa untuk memiliki penghasilan tambahan bagi keluarganya. Dimana BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari sebagai lembaga informasi dan promosi terhadap produk handmade yang diciptakan. Janji nilai ekonomi yang ditawarkan dari pembuatan produk handmade yang dilakukan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat desa. Apalagi bahan baku yang diperlukan dalam membuat produk handmade banyak tersedia di desa. Artinya masyarakat tidak lagi memiliki kesulitan dalam upaya mencari bahan baku dalam proses pembuatan produk handmade yang bernilai ekonomi.

Namun program pelatihan pemberdayaan masyarakat desa melalui sentuhan inovasi teknologi yang dilakukan berdasarkan kolaborasi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dan pihak universitas belum berimplikasi kepada keinginan masyarakat untuk mulai mencoba dan

(8)

90 mengadopsi inovasi tersebut sebagai sumber pendapatan barunya. Akibatnya program pelatihan yang dilakukan hanya sekedar pemberitahuan dan informasi kepada masyarakat bahwa tanaman sawit bisa dimanfaatkan menjadi beberapa produk unggulan dengan adanya sentuhan inovasi teknologi. Padahal apabila pelatihan yang diberikan bisa diadopsi oleh masyarakat desa dan bisa diwadahi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam pemasarannya, tentu BUMDes sudah memiliki produk unggulan desa yang dapat dipromosikan. Hal ini tentunya merupakan salah satu strategi inovasi agar BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dapat bersaing dengan BUMDes lainnya yang ada di Kecamatan Logas Tanah Darat dan Kabupaten Kuantan Singingi khususnya serta BUMDes di Indonesia pada umumnya.

Strategi Diferensiasi Pasar

Strategi diferensiasi pasar ditunjukkan untuk menciptakan loyalitas konsumen melalui suatu produk atau jasa yang bersifat unik, dalam arti berbeda dari yang telah ada dipasar. Strategi ini tidak mesti dengan menciptakan produk atau jasa yang berkelas tinggi atau mahal, melainkan sesuatu yang memiliki nilai tambah yang berbeda dari produk-produk atau jasa yang sudah ada. Startegi ini biasanya diperkuat dengan iklan, segmentasi pasar, dan permainan harga.

Wawancara yang dilakukan dengan informan tentang strategi diferensiasi pasar dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari menjelaskan bahwa pada dasarnya BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum memiliki strategi diferensiasi dalam pengelolaannya. Sebab BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum memiliki produk unggulan yang bisa menumbukan loyalitas konsumen atau masyarakat untuk selalu belanja produk tersebut di BUMDes. Karena unit usaha yang dikembangkan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari hingga hari ini belum ada yang berupa produk, tetapi masih bersifat lembaga jasa layanan, seperti jasa layanan keuangan (BRI Link dan simpan pinjam), jasa pengkreditan barang dan jasa layanan warung serba ada. Unit usaha yang dikembangkan pada dasarnya baru berupa pemenuhan kebutuhan jasa layanan untuk masyarakat desa. Sehingga BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum memikirkan unit usaha yang menghasilkan produk unggulan bagi BUMDes dan desa.

Walaupun salah satu unit yang dimiliki oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari hari ini menjadi favorit bagi masyarakat desa karena mampu memenuhi kebutuhan masyarakat desa dalam bentuk barang, tetapi juga belum bisa memberikan jasa layanan yang maksimal. Hal ini

dikarenakan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari memiliki modal yang terbatas untuk memenuhi seluruh kebutuhan pengkreditan barang yang diajukan oleh masyarakat desa.

Apalagi pada masa pandemi covid 19 saat ini, usulan pengkreditan barang dari masyarakat desa meningkat tinggi terutama pada barang kebutuhan fasilitas anak sekolah seperti laptop dan HP.

Akibatnya dalam upaya memenuhi kebutuhannya, masyarakat desa harus rela antri di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari atau mencari lembaga lain yang bisa membantu memenuhi kebutuhan barang yang diperlukan.

Fakta ini membuat BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum bisa menanamkan loyalitas kepada masyarakat desa untuk bisa memenuhi kebutuhannya di BUMDes tersebut saja.

Kedepannya, BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari harus bisa memiliki strategi diferensiasi dengan membuat produk unggulan desa yang bisa menumbukan loyalitas masyarakat desa. Karena BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari telah berkolaborasi dengan pihak universitas dalam mengembangkan produk desa melalui sentuhan inovasi teknologi. Kolaborasi yang dilakukan dengan memberdayakan masyarakat desa melalui pelatihan, diharapkan bisa merangsang masyarakat membuat produk desa dan memasarkannya di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Apabila hal ini bisa dilakukan oleh masyarakat desa, maka BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari juga harus bisa menyusun strategi bersaing dalam penjualan produk desa yang dihasilkan. Oleh karenanya, pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari harus memiliki pola fikir yang mengembangkan produk desa dari potensi yang dimiliki dan mempromosikannya kepada pihak luar sebagai strategi diferensiasi dan strategi inovasinya.

Strategi Jangkauan

Strategi jangkauan adalah penetapan ruang lingkup pasar yang akan dilayani oleh organisasi seperti ragam atau jenis konsumen, cakupan geografisnya, dan jenis produk atau jasa yang akan ditawarkan. Ada organisasi yang sengaja memilih fokus jangkauan yang terbatas, misalnya hanya untuk kategori konsumen, wilayah, atau produk dan jasa tertentu, serta mengembangkan jangkauan seluas-luasnya dengan tujuan menguasai pangsa pasar.

Penerapan strategi jangkauan yang dilakukan oleh organisasi pada dasarnya untuk menfokuskan siapa yang akan menjadi konsumen dari organisasi tersebut. Dimana dengan adanya pengkhususan konsumen yang ditetapkan dalam pemasaran yang dilaksanakan oleh organisasi, diharapkan organisasi mampu memperoleh laba yang besar atau mampu memberikan layanan yang

(9)

91 memuaskan. Sebab dengan mengetahui karakteristik calon konsemen yang akan menggunakan produk yang dimiliki organisasi, maka organisasi mampu menjangkau seluruh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada dalam melakukan pemasaran produknya.

Wawancara yang dilakukan dengan informan tentang strategi jangkauan dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari menjelaskan bahwa BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari pada dasarnya sudah bisa melakukan strategi jangkauan terhadap setiap unit usaha yang dibukanya. Karena kemampuan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam menjangkau setiap calon konsumen yang akan membeli dan menggunakan jasa dari setiap unit usaha yang dimiliki ditujukan dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat desa dan meminimalisir kemungkinan kerugian yang akan diterima. Produk-produk yang ditawarkan dalam setiap unit usaha BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari juga didasarkan dari apa yang paling diperlukan oleh masyarakat desa. Hal ini dilakukan oleh pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari karena keterbatasan modal usaha yang dimiliki. Sehingga dalam upaya untuk tetap mengeksiskan keberadaan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari, perlu dilakukan strategi jangkauan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.

Penetapan unit usaha yang akan dikelola oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari juga sudah berdasarkan pertimbangan yang matang dari seluruh pengelolanya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi banyak kerugian dalam upaya menjalan unit-unit usaha yang dikelola oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari tersebut. Pertimbangan pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam menetapkan unit usaha yang dikelolanya diantaranya sebagai berikut: Pertama¸ Unit usaha simpan pinjam dibuka oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dikarenakan dasar dari pendirian BUMDes ini dari modal usaha simpan pinjam yang sudah dikelola sebelumnya. Kegiatan simpan pinjam yang dilakukan pada dasarnya untuk membuka peluang kepada masyarakat desa yang membutuhkan modal usaha dalam memberdayakan ekonomi keluarga yang dimiliki. Walaupun dalam praktiknya unit usaha simpan pinjam yang dilaksanakan masih belum optimal, namun setidaknya pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa menjangkau siapa saja konsumen dari kegiatan simpan pinjam yang dilakukan.

Kedua, Unit usaha BRI Link dibuka oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari didasari oleh pertimbangan kebutuhan

masyarakat desa akan transaksi keuangan yang dilakukan. Dimana masyarakat desa yang mayoritas merupakan petani sawit, sangat membutuhkan jasa transaksi keuangan dalam upaya menjalankan kegiatan ekonomi yang dilakukan. Selain itu juga unit usaha jasa transaksi keuangan yang dikelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari akan memberikan kemudahan kepada masyarakat yang akan melakukan transaksi keuangan kepada keluarga yang berada di luar desa tanpa harus ke ibukota kecamatan dan kabupaten.

Ketiga, Unit usaha perdagangan (Waserda) dibuka oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari didasari oleh pertimbangan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kebutuhan bahan pangan dan sandang. Setiap masyarakat desa pasti membutuhkan pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang bagi keluarganya, sehingga keberadaan Waserda yang dimiliki BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa membantu masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun barang-barang yang dimiliki oleh Waserda BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari belum secara keseluruhan memenuhi kebutuhan pangan dan sandang masyarakat desa. Tetapi setidaknya masyarakat desa sudah bisa memiliki pilihan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan sandang bagi keluarganya.

Keempat, Unit usaha jasa pengkreditan barang dibuka oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari didasari oleh pertimbangan kebutuhan masyarakat desa yang disebabkan situasi lingkungan yang mendadak berubah.

Kondisi pandemi covid 19 telah membuat banyak perubahan bagi aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat desa, termasuk dalam bidang pendidikan bagi para anak-anak mereka.

Kebutuhan akan sarana dan fasilitas yang bisa menunjang proses belajar bagi anak-anak masyarakat desa tidak dapat dihindari. Sehingga masyarakat desa suka atau tidak suka harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Padahal dari segi ekonomi dan pendapatan yang dimiliki masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi oleh masyarakat desa. Oleh karenanya salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan anak dalam proses belajar yang dilakukan dengan mengkredit barang yang diperlukan. Maka dari itu kehadiran unit usaha pengkreditan barang yang dilakukan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari memang sangat membantu masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan sarana dan fasilitas pendidikan bagi anak-anaknya. Bahkan saat unit usaha BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari yang paling berkembang adalah usaha pengkreditan barang yang dibukanya.

Realitas dari setiap unit usaha yang dibuka oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari

(10)

92 menunjukkan bahwa pengelola sangat memperhitungkan strategi jangkauan yang akan diterapkan. Karena dengan adanya kemampuan pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam menetapkan siapa saja calon konsumennya, apa saja produk yang akan ditawarkan dan mana saja wilayah yang akan dijangkau tentu saja akan membantu BUMDes dalam mengembangkan unit-unit usaha baru yang akan dikelolanya pada masa mendatang. Sebab untuk mengembangkan unit usaha baru bagi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dibutuhkan modal yang kuat, agar unit usaha baru yang dibuka nantinya bisa memberikan laba bagi BUMDes.

Strategi Pengendalian Biaya

Strategi pengendalian biaya adalah sejauh mana perusahaan atau organisasi mengontrol biaya atau anggaran secara ketat. Strategi ini penting, khususnya ketika pengelola organisasi harus mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai secara maksimum tujuan-tujuan organisasi. Penerapan strategi pengendalian biaya dilakukan organisasi bertujuan agar organisasi tetap bisa eksis dan hidup dalam melaksanakan kegiatan-kegiatanya. Sebab apabila organisasi tidak mampu mengendalikan biaya yang dikeluarkan, maka berkemungkinan organisasi tersebut akan rugi dan bahkan bisa hilang dari keberadaanya. Oleh karena itu pengendalian biaya dalam setiap organisasi sangat dibutuhkan dalam upaya mengontrol setiap anggaran dan modal yang dikeluarkan guna pelaksanaan aktivitas-aktivitas organisasi yang telah direncanakan.

Wawancara yang dilakukan dengan informan tentang strategi pengendalian biaya dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari menjelaskan bahwa pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari sudah melaksanakan strategi pengendalian biaya dalam operasional BUMDes-nya. Walaupun pelaksanaan strategi ini belum sangat optimal, namun pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari akan terus mengefisiensikan penggunaan modal usaha yang dimiliki. Hal ini dilakukan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari untuk menjaga stabilitas modal usaha yang dimiliki. Oleh karena itu pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari tidak pernah terburu-buru dalam upaya menggunakan modal usaha yang dimiliki untuk setiap pelaksanaan operasionalnya dan pembukaan unit usaha baru. Desa yang dijadikan mitra BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam setiap pengambilan keputusan tentunya akan memberikan pertimbangan-pertimbangan yang positif guna menjaga eksisitas BUMDes tersebut.

Penerapan strategi pengendalian biaya yang dilakukan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari didasari oleh penyertaan modal usaha yang kecil dan tuntutan pihak desa sebagai penyerta modal agar BUMDes harus bisa bertahan serta berkembang sesuai dengan kapasitan yang dimiliki. Tuntutan yang diberikan membuat BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam membuka unit usaha baru yang melibatkan modal usaha yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari tidak mengalami kerugian dari setiap unit usaha baru yang dibukanya. Sebab apabila terjadi kerugian yang besar dalam pengelolaan unit usaha baru, maka dengan sendirinya akan mengurangi modal usaha yang dimiliki oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Maka dari itu pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari selalu berkomunikasi dan berdiskusi dengan pihak desa sebagai mitranya apabila ingin membuka unit usaha baru bagi BUMDes-nya.

Pengendalian biaya operasinal dan pembukaan unit usaha baru yang dilakukan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bertujuan untuk menciptakan kestabilan anggaran dan modal usaha yang dimiliki serta efisiensi keuangan yang dikelolanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap setiap penggunaan anggaran yang dilakukan pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Pengawasan terhadap pengendalian biaya yang dilakukan untuk melihat dan menilai ketercapaian perencanaan yang dilakukan dari keberadaan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Sehingga apabila ditemukan ada penyelewengan dalam proses pencapaian rencana, maka pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dengan mitranya bisa segera melakukan koreksi dalam pelaksanaannya. Hal ini juga berlaku bagi setiap unit usaha yang dimiliki oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari, apabila dalam perjalanan usahanya menemukan hambatan dan kegagalan dalam berkembang maka pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa melakukan perbaikan atau bahkan menutup unit usaha tersebut demi kestabilan penggunaan biaya yang dilakukan. Oleh sebab itu, strategi pengendalian biaya ini sangat penting bagi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengukur tingkat keberhasilan dalam pengembangan unit usahanya yang akan berkontribusi kepada APBDes bagi desa.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi masih berjalan belum maksimal. Hal ini dikarenakan

(11)

93 dalam penerapan startegi yang dilakukan, baik strategi inovasi, strategi diferensiasi pasar, strategi jangkauan dan strategi pengendalian biaya belum bisa optimal dilakukan. Walaupun dalam realitasnya strategi jangkauan dan strategi pengendalian biaya bisa dilakukan dengan cukup baik, tetapi dalam upaya mendukung pengembangan unit usaha baru melalui inovasi teknologi belum dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu butuh penambahan pengetahuan, ketrampilan dan brainstorming bagi pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari yang bertujuan untuk memberikan kecakapan dan wawasan yang luas dalam mengelola BUMDes yang bisa berkontribusi bagi APBDes desa.

Observasi dan wawancara yang dilakukan kepada informan penelitian juga menemukan faktor-faktor yang menghambat penerapan strategi BUMDes dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi, sebagai berikut:

1. Rendahnya kompetensi pengelola BUMDes Kompetensi yang dimiliki oleh individu yang berada dalam organisasi merupakan ukuran kecakapan dan kapasitas yang dimiliki dari segi pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Setiap individu dalam organisasi harus memiliki kompetensi dasar dalam upaya melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan. Sama halnya bagi pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam upaya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan tentunya membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi yang baik. Karena dengan kompetensi SDM yang sesuai standart akan memudahkan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari untuk merealisasikan tergat yang dibebankan. Tetapi realitas yang terjadi tidak berjalan demikian, dimana masih banyak pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari yang belum berkompetensi yang baik. Sehingga belum dapat sepenuhnya mengembangkan unit usaha baru bagi BUMDes, terutama unit usaha yang berkaitan dengan inovasi teknologi. Padahal pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari sudah pernah dilatih dalam pemanfaatan potensi lokal untuk menjadi produk desa dan dilatih penggunaan media online sebagai sarana informasi dan promosi produk desa. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan melalui program pelatihan belum mampu diserap dengan baik oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari.

2. Minimnya modal usaha untuk membuka unit usaha baru

Modal usaha merupakan salah satu kekuatan bagi organisasi untuk bergerak dan melaksanakan aktivitas organisasinya. Ketersediaan modal usaha

yang minim akan sangat berdampak bagi kelancaran pelaksanaan aktivitas yang dilakukan oleh organisasi. Sama halnya dengan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari, keterbatasan modal usaha yang diperoleh dari pihak desa memang sangat menghambat pengelola dalam berkreatifitas dan berinovasi untuk mengembangkan unit usaha yang dimiliki.

Walaupun pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari memiliki rencana yang baik dalam mengembangkan unit usaha baru yang berproduktivitas. Namun apabila modal usaha yang dimiliki tidak mendukung, maka rencana yang baik juga tidak dapat dijalankan. BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari memiliki modal usaha awal dari kegiatan simpan pinjam yang dilakukan. Tetapi akibat dari ketidaklancaran msayarakat desa dalam mengembalikan pinjamanya, membuat modal usaha yang dimiliki BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dari waktu ke waktu semakin berkurang.

Meskipun pihak desa sudah memberikan suntikan dana segar bagi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari, tetapi belum juga secara maksimal bisa memberikan kontribusi positif bagi pengembangan unit usaha baru yang berproduktivitas. Akibatnya pengenalan dan pelatihan inovasi teknologi yang memanfaatkan potensi local sebagai upaya penciptaan produk desa belum bisa dilakukan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Padahal produk desa yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan yang dilakukan memiliki peluang ekonomi yang baik, apabila dikelola dengan benar oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari. Untuk itu dibutuhkan juga mitra yang bisa memberikan bantuan modal kepada pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam upaya mengembangkan unit usaha baru yang berproduktivitas.

3. Kurangnya mitra BUMDes

Mitra merupakan rekanan yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya mewujudkan tujuan bersama. Dimana setiap mitra akan berkolaborasi dengan kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada agar bisa merealisasikan tujuan yang sudah disepakati bersama. Sama halnya dengan BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari yang hingga saat ini belum memiliki mitra dalam mengembangkan modal usaha yang dimiliki.

Walaupun untuk mitra pengembangan pengetahuan dan ketrampilan pada dasarnya BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari sudah melakukannya dengan pihak universitas.

Tetapi hasil transfer pengetahuan dan ketrampilan yang dilakukan pihak universitas belum bisa diterapkan oleh BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari karena kendala modal usaha yang minim.

(12)

94 Padahal apabila BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa bermitra dengan pihak lain yang bisa memberikan suntikan modal usaha, maka akan banyak unit usaha baru yang berkembang dengan sentuhan inovasi teknologi yang dilakukan. Sebab peluang bermitra BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari untuk memiliki tambahan modal usaha bisa dilakukan pada dasarnya. Asalkan pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari berani menjajakinya dengan pihak swasta yang ada di sekitar desa dan BUMN yang mendukung berkembangnya BUMDes di desa. Realitas ini apabila terlaksana maka akan memberikan suntikan modal usaha bagi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari untuk bisa berkembang dengan membuka unit usaha baru yang memiliki sentuhan inovasi teknologi.

V. P

ENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, hasil penelitian ini menemukan bahwa strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi masih berjalan belum maksimal. Hal ini dikarenakan dalam penerapan startegi yang dilakukan, baik strategi inovasi, strategi diferensiasi pasar, strategi jangkauan dan strategi pengendalian biaya belum bisa optimal dilakukan. Walaupun dalam realitasnya strategi jangkauan dan strategi pengendalian biaya bisa dilakukan dengan cukup baik, tetapi dalam upaya mendukung pengembangan unit usaha baru melalui inovasi teknologi belum dapat berjalan dengan baik. Kedua, hasil penelitian ini juga menemukan faktor-faktor yang menghambat penerapan strategi BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam mengembangkan unit usaha baru melalui inovasi teknologi di Desa Sako Margasari Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi adalah faktor rendahnya kompetensi pengelola BUMDes, faktor minimnya modal usaha untuk membuka unit usaha baru dan faktor kurangnya mitra dari BUMDes.

Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka rekomendasi yang diberikan sebagai berikut: Pertama, untuk bisa menerapkan strategi yang disusun pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari bisa melakukan penambahan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh pengelolanya. Hal ini bisa dilakukan pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dengan berkerjasama dengan pihak

universitas dari mitra yang selama ini sudah terjalin. Pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan akan menambah kompetensi yang dimiliki oleh pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dalam melaksanakan strategi yang telah disusun. Kedua, untuk bisa mengembangkan unit usaha yang dimiliki, pihak BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari perlu melakukan brainstorming ke beberapa BUMDes lain yang berhasil mengembangkan unit usaha yang dimiliki. Brainstorming yang dilakukan bertujuan untuk menambah wawasan dan motivasi bagi pengelola BUMDes Bintang Muda Jaya Desa Sako Margasari dengan keterbatasan yang dimiliki.

Sehingga kedepannya pengelolaan BUMDes yang dilakukan bisa lebih professional dan berkontribusi bagi APBDes desa.

VI. D

AFTAR

P

USTAKA

Albury David. 200., Innovation in the Public Sector.

Discussion paper. London: The Mall

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Kencana Predana Media Group

Creswell, John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif. Kuantitatif, dan Campuran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Emzir, Prof. Dr. M.Pd. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Faedlulloh, D. 2018. BUMDes dan kepemilikan warga: membangun skema organisasi partisipatoris. Journal of Governance, 3(1).

Fkun, E. 2019. Eksistensi Badan Usaha Milik Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Desa Subun Bestobe Kecamatan Insana Barat. Jurnal Poros Politik, 1(1), 10-16.

Goldsmith, S., dan Donald F. K. 2009. Unlocking The Power of Networks: Key To Hight Performance Government. Wachington D.C:

Brookings Institution Press

Halvorsen, Thomas, et al. 2005. On the Differences between Public and Private Sector Innovations. Publin Report. Oslo

Jaka Sulaksana dan Irni Nuryanti. 2019. Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Kasus Di Bumdes Mitra Sejahtera Desa Cibunut Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Universitas Brawijaya. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) Volume 3, Nomor 2.

Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019).

Pemberdayaan masyarakat. Deepublish Muhammad Nursan dan Aeko Fria Utama. 2019.

Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik

(13)

95 Desa (Bumdes) Berbasis Pertanian Di Kabupaten Sumbawa Barat. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Jurnal SEA Volume 8, No. 2.

Rangkuti, F. 2015. Teknik membedah kasus bisnis Analisis SWOT. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Robiatul Adawiyah. 2018. “Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berbasis Aspek Modal Sosial (Studi pada BUMDes Surya Sejahtera, Desa Kedungturi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo)”.

Universitas Erlangga. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 6, Nomor 3.

Rogers, E.M. 2003. Diffusion of Innovations 5thedition. New York: Free Press.

Samah, A. A., & Aref, F. (2009). People’s participation in community development: A case study in a planned village settlement in Malaysia. World Rural Observations, 1(2), 45-54.

Sutawa, G. K. (2012). Issues on Bali tourism development and community empowerment to support sustainable tourism development. Procedia economics and finance, 4, 413-422.

Sulistiyani, A. T. (2004). Kemitraan dan model- model pemberdayaan. Gava Media.

Wahyudi, A. (2016). Implementasi rencana strategis badan pemberdayaan masyarakat dan desa dalam upaya pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, 2(2), 99-103.

Winardi. 2006. Teori organisasi dan pengorganisasian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Yogi Suwarno. 2008. Inovasi di Sektor Publik.

Jakarta: Penerbit STIA – LAN Press.

Yunus, E. (2016). Manajemen Strategis. Penerbit Andi.

(14)

96

Referensi

Dokumen terkait

oleh karena itu pemerintah desa Rengaspendawa melakukan berbagai strategi usaha mengembangkan inovasi di BUMDes, upaya yang dilakukan yaitu dengan cara membuat

Next, the teacher directs the students to write the second quick writing about the information of the topic; An Elephant post reading quick write on their paper of the quick write