• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA DAN MORALITAS SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SAYA

N/A
N/A
Tengku Virna Aulia

Academic year: 2024

Membagikan "AGAMA DAN MORALITAS SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SAYA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tengku Virna Aulia/22212093 UTS sostropologi

AGAMA DAN MORALITAS SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SAYA

Saya bertempat tinggal yang lingkungan nya itu menggabungkan dua suku, adat istiadat dan tentunya adalah kebudayaan, yaitu Madura dan Melayu. Walaupun dua suku ini terdengar akur tetapi ketika kita masuk kedalam nya juga lumayan canggung. yang saya amati ketika saya tinggal disana kedua suku ini memiliki banyak perbedaan dan juga m,emiliki persamaan juga, tak terlepas dari cara bicaranya yang sudah tentu berbeda dengan kami yang bersuku melayu yang ketika berbicara sangat alon\lembut berlawan dengan suku madura yang sudah menjadi ciri khas mereka yang ketika berbicara sangat menekankan intonasi kemaduraan mereka. Bagi kami orang melayu tidak penting berbaur dengan suku manapun, dalam artian kami sangat welcome kepada siapapun asalkan mereka bisa menghargai kami pula. Apa contoh keterbukaan kami kepada suku lain? Contohnya adalah kami tidak pernah membuat permukiman sendiri untuk warga melayu, karena itulah suku melayu itu dimana-mana (berpencar-pencar). Tidak seperti suku Madura yang biasanya membuat permukiman sendiri untuk yang bersuku madura saja, sekalinya ada suku lain yang masuk maka pilihan nya ada dua, yang pertama diusilkan dan yang kedua dihormati. Dan semua itu tidaak terlepas dari perlakuan dan sikap kita kepada mereka, biasanya ketika kita memperlukan mereka dengan baik atau setidaknya menghargai mereka maka mereka akan jauh lebih baik kepada kita dan feed back nya pasti akan selalu ada. Walaupun memang tidak semua orang akan diberlakukan hal yang sama, terkadang walaupun orang itu berusaha bersikap baik tetapi ada saja yang membuat orang itu tidak suka, faktornya bisa jadi karena iri akan kekayaan\ terkenal baik.

Disisi lain, saya akui dalam masalah kepedulian sesama orang madura adalah juaranya, orang madura adalah tipe orang yang sangat peka terhadap lingkungan sekitar, mereka tidak akan membiarkan saudaranya atau orang yang mereka kenal kesusahan, dengan sigap mereka bersama-sama membantu orang yang kesusahan. Kepedulian dan empati mereka yang membuat hubungan silaturahmi mereka sangat kuat, jadi menurut pandangan saya orang madura ini adalah contoh suku yang solidaritasnya sangat tinggi, tanpa diminta tolong pun ketika mereka ada saudara sesamanya membutuhkan bantuan mereka akan selalu ada, jadi wajar saja secara sosialitas mereke tidak pernah kesusahan karena selalu ada yang sigap membantunya.

(2)

Sikap mereka yang sangat solid itu membuat mereka ingin mengikuti dan mempunyai suatu milik orang lain yang dia sendiri belum punya, karena rasa bersaing akan kepemilikan yang mewah itu menurut saya sudah menjadi hal yang lumrah bagi orang madura, apalagi perhiasan emas. Tak jarang mereka memamerkan perhiasan emas di tubuh mereka, mungkin bagi orang non madura itu hal yang kurang enak untuk dilihat tetapi sebenarnya bagi orang madura itu adalah hal yang biasa. Dan kebiasaan orang madura adalah ketika dia membeli barang baru, dia akan bercerita kepada siapapun sesama mereka apalagi bagi mereka yang tinggalnya itu masih di ruang lingkup kecil, seperti perdesaan. Menurut saya itulah yang membuat rasa iri muncul ditengah-tengah hubungan yang solid, memercikkan api kecemburuan akan sesuatu yang dimiliki yang membuat orang lain juga ingin memilikinya juga adalah sesuatu yang lumrah juga yang saya amati, karena satu orang misalnya membeli suatu barang maka orang lain juga berbondong-bondong memiliki barang yang serupa pula.

Padahal tidak seharusnya mereka mengabarkan sesuatu yang itu akan menjadi bahan untuk persaingan sesama. Seperti yang sudah saya paparkan diatas, bahwa tidak semua orang memiliki ekonomi yang lebih, syukur-syukur cukup. Mereka harus bisa mengalahkan ego mereka demi mempertahankan jatah keuangan mereka, semisal uang Rp. 50.000 cukup untuk satu hari yang bisa mencakup kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur, ikan dll. Tetapi karena keinginan untuk membeli barang demi mengikuti trand maka berkuranglah uang yang seharusnya dipakai untuk membeli kebutuhan untuk satu hari dan bertambahlah pengeluaran keuangan yang seharusnya uang itu bisa ditabung untuk kebutuhan yang mendesak atau yang diluar perkiraan, malah menjadi sia-sia. Itulah sebabnya saya agak keberatan dengan perkumpulan ibu-ibu walaupun bukan standar perkumpulan ibu-ibu sosialita, tetapi dampaknya sangat buruk bagi orang yang tidak bisa terpengaruh.

Tetapi dibalik sisi gelap dari kebiasaan suku madura, ada suatu hal yang perlu saya akui kehebatannya, yaitu yang berkaitan dengan keagamaan. Selama 10 tahunan saya hidup di lingkungan itu, tidak pernah sedikitpun mereka melewatkan hari-hari besar islam, jangankan hari besar untuk shalat wajib saja baik itu perempuan maupun laki-laki sebisa mungkin mereka akan shalat berjamaah di masjid. Walaupun sumber mata pencarian mereka adalah sebagai petani dan peternak, tapi itu semua tidak menjadikan halangan dan rintangan bagi mereka untuk memburu pahala shalat yang besar. Bukan hanya peringatan hari besar islam yang mereka rayakan, tetapi juga setiap bulan islam pun juga mereka rayakan dirumah mereka masing-masing secara bergilir dan yang membuat saya takjub adalah mereka tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya untuk acara tersebut, mereka tidak pelit untuk hal yang seperti ini.

(3)

Kebanyakan suku madura bisa dikatakan hampir semuanya mengikuti organisasi keagamaan NU, karena mungkin dari nenek moyang mereka memang sudah banyak yang mengikuti organisasi keagamaan NU ini.

Bahkan banyak pula ulama pencetus NU yang berasal dari suku madura, contoh nya seperti Kyai Haji Hasyim Asy'ari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama yang berasal dari Madura, dan Kyai Haji Syamsul Arifin yang merupakan ayah dari KH As'ad Syamsul Arifin yang juga pendiri NU.1 Ini adalah salah satu penyebab kenapa suku madura lebih banyak mengikuti organisasi keagamaan NU. Saya akui bahwa orang madura secara outside maupun inside sangat agamis, mulai dari cara mereka berpakaian yang tidak lepas dari sarung dan kopiah tinggi bagi yang laki-laki dan rok bagi perempuan.

Kekompakan yang mereka tunjukkan membuat mereka saling mengayomi dan saling merangkul satu sama lain tanpa terkecuali, walaupun bukan saudara sedarah mereka tetapi jika itu masih dalam satu keturunan suku maka mereka akan menganggap mereka sebagai keluarga sendiri.

Saya menyaksikan langsung sikap kekeluargaan mereka saat berjualan, pada suatu waktu saya dan teman saya pergi untuk membeli makanan di warung ibu madura, ketika sampai disana teman saya langsung membeli dan berbicara dengan bahasa madura, yang tadinya harga makanan satu porsi Rp.12.000 menjadi Rp.10.000, setelah selesai membeli saya dan teman saya kembali ke motor, apa yang membuat ibu nya menurunkan harga makanan, tanya saya? Ternyata teman saya hanya berbicara dengan menggunakan bahasa madura membuat ibunya memliki saudara di perantauan jakarta. Ternyata semudah itu untuk merangkul saudara seper-sukuan mereka.

Tidak banyak perbedaan dari kedua suku ini tetapi adat dan norma yang mereka terapkan sedikit berbeda dari yang biasa kami orang melayu biasa dilakukan, seperti hal nya cara berpakaian, biasanya perempuan madura saat mereka memakai hijab maka yang mereka lakukan adalah dengan melilit hijab tersebut dengan rambut yang masih terlihat dan tanpa disematin, dan ciri khas itu bisa jadi penanda antara ibu-ibu madura dan ibu-ibu melayu.

Sebenarnya hidup di lingkungan yang bercampur dengan berbagai macam suku itu sangat unik, karena dengan keunikan itu kita bisa menilai dan menyadari bahwa keberagaman itu sangat indah dan tercermin pula pada dasar negara indonesia, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Keterkaitan antara agama dan budaya sosial yang terjadi di masyarakat adalah cerminan

1 “9 Pondok Pesantren Terbesar di Indonesia, Salah Satunya Al Zaytun Indramayu,” diakses 25 Oktober 2023, https://www.inews.id/news/nasional/9-pondok-pesantren-terbesar-di-indonesia-salah-satunya-al-zaytun- indramayu.

(4)

bahwa kedua hal ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan seperti halnya diibaratkan dengan raga dan nyawa, jika salah satu tidak ada maka tidak akan hidup sama seperti agama dan budaya, saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.

Sepengamatan saya dan pengalaman saya hidup di lingkngan yang mengharuskan terbiasa dengan dua suku yang berbeda adalah sesuatu yang unik bagi saya dan keluarga saya, karena disinilah kita dituntut untuk menjadi adil dalam bermasyarakat, kita tidak bisa hidup monoton dalam satu suku tetapi harus netral dalam bermasyarakat. Karena ketika kita susah atau terjadi musibah yang menimpa kita maka kita tidak bisa kalau Cuma mengandalkan suku kita saja, karena orang yang kita andalkan belum tentu bisa membantu kita, tetapi terkadang orang lain yang berhati nurani dan berperikemanusiaan itulah yang menolong kita tanpa tau asal muasal suku atau agama apa yang dianut, apakah sama dengan kita atau malah berbeda. Sama seperti beragama, terkadang orang yang berbeda agama atau non-islam lebih kuat dalam bertoleransi dibanding dengan orang yang sama dalam beragama dengan kita, saya menceritakan pengalaman saya yang bertentangga dengan chinese, saat hari-hari besar mereka maupun hari-hari besar islam mereka sangat toleransi, tidak peduli satu agama atau tidak tetapi sifat saling mengayomi sangat terpancar dari mereka. Sebut saja saat hari lebaran chinese, mereka tidak tanggung-tanggung memberi makanan ciri khas mereka kepada kami sekaligus mengundang kami untuk menghadiri pesta lebaran mereka dan begitu pula sebaliknya2, kami juga memberi makanan ciri khas kami dan mengundang mereka saat perayaan hari lebaran. Yang saya rasakan adalah baik itu berbeda salam suku, budaya, adat istiadat, kebiasaan, maupun agama, itu tidak memengauhi keberadaan kita ataupun kerukunan kita dalam bermasyarakat dan bertetangga, asalkan kita memperhatikan sikap, sopan santun, dan perilaku kita kepada mereka. Karena terkadang kita akan diberlakukan sama dengan yang kita lakukan kepada mereka, jika kita berlaku julid atau jahat kepada mereka makan mungkin mereka akan melakukan hal yang sama, tetapi jikalau kita berlaku baik dan sopan maka insyaAllah kita akan mendapatkan hal yang serupa pula.

Menurut pengalaman saya setelah hidup kurang lebih sepuluh tahun tepatnya di daerah kayong utara (kalimantan barat)3 adalah pengalaman yang bisa membuat suatu pengamatan bahwa antara budaya dan agama adalah satu kesatuan yang perbedaan nya inilah yang menjadikan indonesia indah dengan berbagai macam suku, budaya dan agama.

2 “Kue keranjang,” dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 19 Juni 2023, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kue_keranjang&oldid=23712779.

3 “Kabupaten Kayong Utara,” dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 29 September 2023, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabupaten_Kayong_Utara&oldid=24361681.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

“9 Pondok Pesantren Terbesar di Indonesia, Salah Satunya Al Zaytun Indramayu.” Diakses 25 Oktober 2023. https://www.inews.id/news/nasional/9-pondok-pesantren-terbesar- di-indonesia-salah-satunya-al-zaytun-indramayu.

“Kabupaten Kayong Utara.” Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 29 September 2023. https://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Kabupaten_Kayong_Utara&oldid=24361681.

“Kue keranjang.” Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 19 Juni 2023.

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kue_keranjang&oldid=23712779.

Referensi

Dokumen terkait

Subyek memiliki latar belakang keluarga yang beragama berbeda walaupun satu atap, ketika memutuskan untuk memeluk agama islam dapat dilaksanakan dengan cepat karena adanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMA Negeri 2 Batu ini adalah setiap siswa yang beragama non

Peran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi Udik berbeda dengan peran agama Islam di antara orang Betawi Tengah dan Betawi Pinggir di mana pada

3 Menurut Islam orang yang melakukan pernikahan berbeda agama atau dengan orang yang beragama lain dari Islam, maka perkawinan tersebut adalah haram kecuali bagi

Lalu ada juga yang prinsipal berbeda agama (kawin dilaksanakan secara Islam, laluu pihak suaminya kemudia kembali ke agama semula), dia menceritakan tidak puas,

Sedangkan untuk siswa yang beragama non Islam (peserta pasif) dilakukan oleh guru agama mereka masing-masing, akan tetapi GPAI yang ada terkadang masih memberi masukan

Peradilan Agama bertugas untuk menyelesaikan perkara di tingkat pertama orang-orang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan

Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di SMK Nurul Islam adalah setiap siswa yang beragama non-Islam