• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHMAD SYAHRIAN NOER-142010101071_.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "AHMAD SYAHRIAN NOER-142010101071_.pdf"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

“Perbandingan Kemampuan Aktivitas dan Tingkat Nyeri pada Pasien Fraktur Radius Distal Lansia Pasca Terapi dan Terapi Non Operasi” sepenuhnya merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan yang saya kutip sumbernya, belum pernah diajukan ke institusi manapun. . , dan bukan merupakan karya plagiat. Perbandingan kemampuan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien patah tulang radius distal lansia pasca terapi operatif dan nonoperatif. Koval dan Zuckerman (2002) juga menyatakan bahwa patah tulang radius distal pada orang lanjut usia berhubungan dengan osteopenia dan bertambahnya usia.

Fraktur radius distal adalah salah satu jenis fraktur yang paling umum, dengan lebih dari 640.000 kasus dilaporkan di Amerika Serikat selama tahun 2001 (Nellans, 2012). Di Departemen Ortopedi di East Avenue Medical Center Filipina dari Januari hingga Desember 2005, terdapat 1.957 kasus yang dirawat dan 111 kasus merupakan patah tulang radius distal (Dhakal dan Caro, 2012). Angka kejadian patah tulang radius distal di Indonesia belum terdata dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil terapi operatif dan non operatif pada pasien fraktur radius distal serta mengetahui perbandingan kemampuan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien fraktur radius distal setelah dilakukan terapi operatif dan non operatif. Penelitian ini dilakukan pada pasien fraktur radius distal yang telah ditangani dengan pengobatan operatif maupun non operatif pada tahun 2015-2017 di RSD dr. Hasil uji Mann Withney menunjukkan tidak terdapat perbedaan metode Operatif dan Non Operatif terhadap Kemampuan Aktivitas pasien dengan nilai signifikansi 0,088 (p>0,05).

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kapasitas Aktivitas dan Tingkat Nyeri pada Pasien Lanjut Usia Fraktur Radius Distal Pasca Operasi dan Non Operasi”.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selain itu, osteoporosis pada lansia merupakan masalah yang paling mempengaruhi terjadinya patah tulang radius distal (Arora et al, 2011). Penilaian hasil terapi dapat menggunakan indikator klinis yang dibedakan menjadi subjektif dan objektif. Penilaian hasil terapi menggunakan indikator klinis subjektif dapat didasarkan pada hasil yang dilaporkan pasien (Waljee et al, 2016).

Ada beberapa instrumen kuesioner yang biasa digunakan untuk menilai hasil terapi patah tulang radius distal. Salah satunya adalah kuesioner PRWE (Patient-Rated Wrist Evaluation), yang menilai kapasitas aktivitas dan tingkat nyeri pada fraktur radius distal. pasien setelah terapi (MacDermid, 1998). PRWE dianggap sebagai alat penilaian yang lebih baik untuk menilai hasil terapi pasien dengan fraktur radius distal (Changulani, 2008). Secara historis, pengobatan tertutup atau terapi nonoperatif telah menjadi pilihan utama untuk fraktur radius distal pada pasien usia lanjut (Liporace et al, 2009).

Menurut literatur, tidak ada konsensus mengenai pilihan terapi untuk fraktur radius distal pada pasien lanjut usia, sehingga memaksa dokter untuk memilih terapi operatif atau nonoperatif karena tidak cukup bukti mengenai hasil fungsi ekstremitas atas jangka panjang (Lau, 2014). Berdasarkan apa yang telah dijelaskan maka penulis tertarik dengan judul penelitian “Perbandingan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien lanjut usia dengan fraktur radius distal setelah pengobatan operatif dan non operatif”.

Rumusan Masalah

TINJAUAN PUSTAKA

  • ANATOMI .1 Tulang radius .1 Tulang radius
  • Faktor Resiko Fraktur Radius Distal
  • Patient Rated Wrist Evaluation (PRWE)
  • Kerangka Konseptual

Fraktur radius distal merupakan fraktur yang paling umum terjadi pada manusia (Paulsen dan Waschke, 2010). Koval dan Zuckerman (2002) juga menyatakan bahwa fraktur ini merupakan salah satu fraktur paling umum pada ekstremitas atas. Pada usia muda, patah tulang ini bisa terjadi akibat jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, atau aktivitas atletik. Mekanisme terjadinya fraktur ini adalah terjatuh dimana siku mengalami hiperekstensi dan pergelangan tangan mengalami dorsifleksi.

Gangguan fungsi saraf medial dapat terjadi akibat traksi pada saat pergelangan tangan dalam posisi hiperfleksi/hiperekstensi dorsal, trauma langsung dari fragmen fraktur, pembentukan hematoma, atau peningkatan tekanan kompartemen (Koval dan Zuckerman, 2002). Gambaran radiologi normal radius distal menurut Koval dan Zuckerman (2002) dapat dilihat dari Radial inklinasi: mean 23 derajat (kisaran 13 derajat hingga 30 derajat), Panjang radial: mean 13 mm (kisaran 8 hingga 18 mm), volar kemiringan : sedang - rata-rata 11 derajat (kisaran 1 derajat hingga 21 derajat). Mekanisme terjadinya fraktur ini adalah terjatuh dengan pergelangan tangan fleksi dan tangan dalam posisi supinasi.

Fraktur ini merupakan fraktur radius distal dengan fragmen distal meluncur menembus sendi dan terjadi perpindahan fraktur dan seluruh komponen sendi ke arah volar. Berbagai pilihan terapi operatif untuk fraktur radius distal meliputi intrafocal pinning (K-wire), fiksasi eksternal non-bridging, fiksasi eksternal bridging, fiksasi eksternal dengan bantuan arthroscopic, fiksasi internal reduksi terbuka, dan fiksasi spesifik fragmen (Liporace et al., 2009. , 2009. ). Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan faktor risiko patah tulang radius distal adalah jenis kelamin, defisiensi vitamin D, kondisi lingkungan, obat-obatan (glukokortikosteroid) dan osteoporosis.

Jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya patah tulang radius distal karena memiliki risiko osteoporosis yang jauh lebih tinggi (Diamantopoulos, 2012). Angka kejadian patah tulang pergelangan tangan meningkat secara signifikan setelah usia 50 tahun, patah tulang belakang meningkat setelah usia 60 tahun, dan patah tulang pinggul sekitar 70 tahun (Kosnayani, 2007). Pada musim panas, masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan masyarakat yang tinggal di perkotaan, sehingga hal ini dapat meningkatkan risiko patah tulang radius distal, karena pada musim panas masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di dalam ruangan dengan kedua tangan. (Litwic, 2014) ).

PRWE merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur nyeri pergelangan tangan dan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari dan terdiri dari 15 pertanyaan. PRWE memungkinkan pasien untuk menilai tingkat nyeri dan kecacatan pergelangan tangan mereka dari 0 hingga 10, dan terdiri dari 2 subskala. Tidak ada skala penilaian pasien standar yang dapat mengukur nyeri dan kecacatan pergelangan tangan, dan survei kesehatan umum seperti SF-36 terlalu panjang dan tidak mengatasi masalah pergelangan tangan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dokter, dikembangkan instrumen baru untuk mengukur status patah pergelangan tangan dalam bentuk sederhana, pendek dan sederhana yang secara terpisah mengukur nyeri dan kecacatan sehari-hari. Titik fungsi spesifik terdiri dari aktivitas yang melibatkan gerakan pergelangan tangan dan kekuatan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai gerakan pergelangan tangan.

Gambar 2.1 Tulang radius (Netter, 2011)
Gambar 2.1 Tulang radius (Netter, 2011)

PRWE

Hipotesis Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Rancangan Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Instrumen Penelitian .1 Informed consent .1 Informed consent

Pasien tidak mengalami beberapa patah tulang ekstremitas atas dan leher pada sisi yang sama dengan patah tulang radius distal. Variabel independen penelitian ini adalah pasien fraktur radius distal setelah terapi operatif atau nonoperatif di RSD dr. Variabel kontrol penelitian ini adalah jangka waktu pasca terapi, usia, tingkat kesadaran, keterbatasan sebelum terapi dan tempat tinggal pasien.

Data primer merupakan data yang penulis peroleh dari sumber pertama berupa hasil pengisian kuesioner yang diberikan penulis kepada responden, dan data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari orang lain dan tidak dilakukan oleh pihak yang berwenang. pengarang. penulis, yang dalam penelitian ini berbentuk rekam medis. Tingkat nyeri Nyeri yang dialami pasien fraktur radius distal setelah terapi operatif atau non operatif pada saat istirahat, mengangkat benda berat, melakukan pekerjaan. Kemampuan pasien fraktur radius distal setelah terapi operatif atau nonoperatif menggunakan pergelangan tangannya untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti membuka pintu, memotong daging dengan pisau, mengancingkan pakaian, berdiri dari kursi dengan penyangga patah. aktivitas tangan dan sehari-hari, termasuk mandi, mencuci, menyapu, melakukan pekerjaan sehari-hari, rekreasi.

Instrumen ini berisi pernyataan tentang kesediaan sampel untuk menjadi responden dalam penelitian dan berisi penjelasan selama pengumpulan. Penelitian ini menggunakan subjek manusia, sehingga pelaksanaan penelitian harus lulus uji kelayakan oleh komite etika kedokteran. Penulis menyiapkan surat pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Jember kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BAKESBANGPOL), ditujukan kepada RSD dr. Soebandi Jember yang telah melakukan penelitian.

Penelitian ini didasarkan pada kasus-kasus yang pernah terjadi pada pasien, oleh karena itu dalam pelaksanaannya memerlukan data pasien melalui rekam medis sebagai data sekunder. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan software statistik yang digunakan untuk uji statistik menganalisis setiap variabel.

Tabel 3.1 Definisi operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional

KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan

Perbandingan fungsi ekstremitas atas pada fraktur intra-artikular muda metafisis distal radius antara prosedur operatif dan non-operatif menggunakan skor klinis Quickdash. Tren Amerika Serikat dalam pengobatan patah tulang radial distal pada orang tua. Epidemiologi fraktur radius distal energi rendah dan tinggi pada pria dan wanita paruh baya dan lanjut usia di Norwegia selatan.

Distal end radius fractures: evaluation of results of various treatments and assessment of treatment choice. Which measure should be used to determine the patient's functional outcome after distal radius fracture. A combined randomized and observational study of surgery for distal radius fractures in the elderly (CROSSFIRE) - A study protocol.

Komplikasi yang berhubungan dengan pengobatan operatif dan nonoperatif pada fraktur radius distal pada pasien berusia 65 tahun ke atas. Dengan judul penelitian “Perbandingan kapasitas aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien fraktur radius distal setelah terapi operatif dan non operatif”. Pertanyaan di bawah ini akan membantu kami memahami seberapa besar masalah yang Anda alami pada pergelangan tangan Anda dalam seminggu terakhir.

Nilai rata-rata jumlah nyeri pada pergelangan tangan Anda selama seminggu terakhir dengan melingkari angka yang paling menggambarkan nyeri yang Anda alami pada skala 0-10. Nol (0) berarti Anda tidak merasakan nyeri dan sepuluh (10) berarti Anda merasakan nyeri terparah yang pernah Anda alami atau Anda tidak dapat melakukan aktivitas karena nyeri tersebut. Nilailah tingkat kesulitan yang Anda alami selama seminggu terakhir dalam menjalankan setiap poin di bawah ini dengan melingkari angka yang mewakili tingkat kesulitan Anda pada skala 0-10.

Silakan nilai tingkat kesulitan yang Anda alami selama seminggu terakhir dalam melakukan aktivitas yang biasa Anda lakukan di setiap area di bawah ini dengan melingkari angka yang paling mewakili kesulitan Anda pada skala 0-10. Yang kami maksud dengan 'aktivitas sehari-hari' adalah aktivitas yang Anda lakukan sebelum pergelangan tangan Anda mulai mengganggu Anda. Mahasiswa Kedokteran Universitas Jember (Ahmad Syahrian Noer) melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan kemampuan aktivitas dan tingkat nyeri pada pasien lanjut usia dengan fraktur radius distal setelah terapi operatif dan non operatif.

Jika Anda tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh peneliti, Anda dapat meninggalkan penelitian ini kapan saja. Sebagai pertimbangan pemilihan terapi operatif atau nonoperatif pada pasien fraktur radius distal.

Gambar

Gambar 2.1 Tulang radius (Netter, 2011)
Gambar 2.2 Articulatio Radiocarpalis (Netter, 2011)
Gambar 2.3 Proses penyembuhan tulang (Solomon et al., 2010)
Gambar 2.4 Fraktur Colles (Tharu, 2014)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Idha Arsila NIM : 22020119130077 Fakultas/ Departemen : Kedokteran/ Keperawatan Jenis :