• Tidak ada hasil yang ditemukan

akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

i

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERNIKAHAN DINI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019

ATAS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL

Oleh

Mochamad Rifqi Yahya 21701021229

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2021

(2)

ii

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERNIKAHAN DINI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019

ATAS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum

HALAMAN SAMPUL

Oleh

Mochamad Rifqi Yahya 21701021229

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2021

(3)

x

RINGKASAN

Perkawinan di bawah umur merupakan perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan dimana umur keduanya masih dibawah batas minimum yang diatur oleh Undang-Undang dan kedua calon mempelai tersebut belum siap secara lahir maupun batin, serta kedua calon mempelai tersebut belum mempunyai mental yang matang dan juga ada kemungkinan belum siap dalam hal materil.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu Akibat Hukum Pernikahan Dini Berdasarkan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode yuridis normatif dalam melihat pelaksanaannya.

Penulis melakukan penelitian tentang akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974, perlindungan hukum terhadap pihak yang melakukan pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974

Kata Kunci : Akibat Hukum, Pernikahan Dini

(4)

xi

SUMMARY

Underage marriage is a marriage carried out by a man and a woman where the age of both of them is still below the minimum limit regulated by law and the two prospective brides are not ready physically and mentally, and the two prospective brides do not yet have the right mentality. ripe and also there is a possibility of not being ready in terms of material.

The problem in this research is the Juridical Review of Early Marriage Based on Islamic Law and Law Number 16 of 2019 on Amendments to Law Number 1 of 1974. The research method used is the normative juridical method in seeing its implementation.

The author conducted research on the legal consequences of early marriage based on Islamic law and Law No. 16 of 2019 on the amendments to Law No.

1/1974, legal protection for parties conducting early marriage based on Islamic law and Law No. 16 of 2019 on changes to Law No. 1/1974

Keywords: Juridical Review, Early Marriage

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kecenderungan untuk hidup saling berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Hidup berpasangan antara laki-laki dan perempuan bisa diperoleh dengan cara melaksanakan pernikahan, dengan melaksanakannya pernikahan dapat menyalurkan kebutuhan biologis secara sah. Terciptanya pernikahan yang sah harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Karena, Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang harus dipersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental, dan sosial ekonomi. Perkawinan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan suatu masyarakat bangsa dan negara.

Sebelum melangsungkan perkawinan, ada syarat yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai diantaranya calon mempelai pria sudah mencapai umur 19 tahun dan calon mempelai wanita sudah mencapai umur 19 tahun. Sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Jo Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Dengan demikian untuk yang belum mencapai umur 19 tahun tidak diperboleh kan untuk menikah kecuali adanya dispensasi untuk kedua calon mempelai dari pengadilan.

Dalam undang-undang no 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

(6)

2

masing-masing agama dan kepercayaannya itu dan Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.1

Perkawinan di bawah umur merupakan perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan dimana umur keduanya masih dibawah batas minimum yang diatur oleh Undang-Undang dan kedua calon mempelai tersebut belum siap secara lahir maupun batin, serta kedua calon mempelai tersebut belum mempunyai mental yang matang dan juga ada kemungkinan belum siap dalam hal materil.2

Menurut Sayyid Sabiq, “Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua mahluk tuhan, baik pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, atau melestarikan kehidupan”.3 Demi menjaga kehormatan dan martabat manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai, dengan adanya ijab kabul sebagai lambang rasa ridha meridhai, dan dengan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan lakilaki dan perempuan itu telah saling terikat. Bentuk perkawinan ini telah memberikan jalan aman pada naluri seks, memelihara perkawinan dengan baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana

1 Zamzami Abid, Pernikahan beda agama dalam prespektif hukum nasional dan hukum agama, 2017, Oktober.

2 Rahmatiah, “Studi Kasus Perkawinan di bawah Umur”, Al-Daulah Vol. 5, No. 1, Juni 2016.

3 Sayid Sabiq, Fiqih Sunah, Jilid 6, (Bandung: Al Ma’arif, 1980), h.7

(7)

3

rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Firman Allah STW.

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.

Berdasarkan ayat tesebut, jelas bahwasannya Allah menciptakan umatnya berpasang-pasangan dapat diartikan manusia diciptakan Allah selain untuk beribadah dan bertakwa kepadanya juga tempat untuk berkembang biak dan melangsungkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Sejalan dengan prinsip Undang-Undang Pekawinan, bahwa calon suami harus telah masak jiwa raganya, agar tujuan perkawinan dapat diwujudkan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.Berdasarkan firman Allah SWT :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda dapat menghasilkan keturunan yang khawatir kesejahteraannya. Akan tetapi, rendahnya usia perkawinan lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan perkawianan yaitu terwujudnya ketenteraman dalam rumah tangga berdasarkan kasih sayang.

Fenomena pernikahan dini ini kerap terjadi tanpa mempertimbangkan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Terlepas dari semua itu,

(8)

4

masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Ibnu Syubramah menyatakan bahwa agama melarang pernikahan dini (pernikahan sebelum usia balig). Menurutnya, nilai esensial pernikahan adalah memenuhi kebutuhan biologis dan melanggengkan keturunan, dan kedua hal ini tidak terdapat pada anak yang belum baligh. Ia lebih menekankan pada tujuan pokok pernikahan.

Oleh karena itu, dalam menyikapi pernikahan Nabi SAW dengan „Aisyah (yang saat itu berusia 6 tahun), Ibnu Syubramah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi Nabi SAW yang tidak dapat ditiru umatnya.4

Mengenai kasus pernikahan Siti Aisyah dengan Nabi SAW, Ibnu Syubramah berpendapat bahwa hal itu merupakan pengecualian atau suatu kekhususan bagi Nabi SAW sendiri yang tidak bisa diberlakukan bagi umatnya. Jika melihat pandangan jumhur ulama fiqh, Ibnu Syubramah dkk, apabila dikaitkan dengan teori pemikiran hukum Islam yang dikenal dengan produk ijtihad, memiliki status fatwa yang kebenarannya tidak terikat dan memaksa semua orang. Ia bisa mengikat dan memaksa jika telah menjadi pendapat yang disepakati oleh semua mujtahid yang dalam istilah ushul fiqh disebut Ijma’.5

Bicara mengenai batas usia nikah, Indonesia termasuk salah satu negara yang memberikan perhatian terhadap perkawinan meskipun dengan disahkannnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan

4 Dedi Supriyadi, Fiqh Munakahat Perbandingan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm. 58-59.

5 Desi Amalia, "Pernikahan Dibawah Umur Persepektif Hukum Islam Dan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia", (Jurnal al-Ashriyyah, Volume 3, 2017), hlm. 96.

(9)

5

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yang secara yuridis-formal merupakan suatu hukum nasional yang mengatur perkawinan di Indonesia. Dalam pembentukan sistem hukum nasional berkenaan dengan perkawinan, dilihat dari aspek filosofinya, hukum agama menempati posisi sebagai salah satu sumbernya. Namun belakangan ini banyak konflik bermunculan di kalangan pasangan suami- istri pasca menikah, dengan berbagai jenis sebab dan akibat. Salah satu faktor yang marak menjadi perdebatan adalah soal batasan usia nikah yang ada dalam hukum positif Indonesia yang mengatur tentang pernikahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perkawinan merupakan salah satu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan, dimana melibatkan siapnya fisik dan mental mereka, namun dewasa ini dijumpai di desa Srimenganten perkawinan di bawah umur dikarenakan faktor ekonomi, rendahnya pendidikan, kurangnya pengetahuan agama dan kurangnya pengawasan orang tua pada pergaulan mereka. Perkawinan di bawah umur tidak sejalan dengan tujuan dari perkawinan karena dikhawatirkan kesejahteraan rumah tangganya. Atas dasar pertimbangan tersebut penulis tertarik untuk meneliti permasalahan mengenai AKIBAT HUKUM TERHADAP PERNIKAHAN DINI BERDASARKAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 ATAS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

(10)

6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pihak yang melakukan pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan dan menganalisis akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan.

2. Untuk menjelaskan dan menganalisis perlindungan hukum terhadap pihak yang melakukan pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum keluarga yang berkaitan dengan pernikahan dini beserta dampaknya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan pemerintah khususnya bagi pemerintah dalam mengatur Undang-Undang.

(11)

7

b. Untuk mengkomparasikan dan mensinkronkan antara UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dengan Hukum Islam.

c. Penelitian ini dapat melengkapi hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan hukum keluarga yang berkaitan dengan pernikahan dini beserta dampaknya.

E. Orisinalitas Penelitian

Kajian pustaka dalam hal ini ialah satu diantara dalam upaya mendapatkan data yang telah tersedia, sebab data mencorakkan sesuatu yang sangan penting dalam sebuah ilmu pengetahuan, yaitu agar supaya fakta-faktanya disimpulkan dan gejala-gejalanya yang baru diramalkan, atau mengisi yang sudah ada atau sudah terjadi. Sepanjang yang diketahui oleh kami, sampai detik ini masih belum ada yang spesifik mengkaji pengaruh pernikahan dini terhadap keharmonisan dalam rumah tangga berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam, baik itu berbentuk jurnal, buku, ataupun berbentuk karya-karya ilmiah yang lain.

Akan tetapi di dalam memperkuat masalah yang lebih dalam lagi atas permasalahan di atas, kami berupaya untuk mengerjakan pengkajian atas sebagian literatur yang cocok dan terkait dengan rumusan masalah yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

(12)

8

No

Judul Penelitian

Rumusan Masalah Hasil

1. Tinjauan

Hukum Islam Terhadap

Dampak

Pernikahan Dini Karena Paksaan Orang Tua (Studi Kasus Di Dusun

Kenitupekon Serungkuk Kec.Belalau Kab. Lampung Barat)

oleh : Nazwin Pratama

1. Bagaimana

dampak yang timbul akibat pernikahan dini karena paksaan orang tua?

2. Bagaimana

pandangan hukum Islam terhadap pernikahan dini disebabkan

paksaan orang tua?

1. Dampak yang timbul akibat dari pernikahan dini karena paksaan orang tua berupa dampak negative dan dampak positif. Namun, perkawinan yang terjadi di Dusun Kenitu, adalah perkawinan yang dipaksakan oleh orang tuanya dan berdampak baik bagi kehidupan mereka.

2. Hukum pernikahan dini dalam Islam adalah mubah, atau boleh dilakukan asalkan rukun dan syarat pernikahan sudah terpenuhi. Pernikahan karena paksaan orang tua yang diantara kedua mempelai tidak ada rasa ridho diantaranya tidak diperbolehkan.

2. Tinjauan 1. Bagaimana 1. pertimbangan hakim dalam

(13)

9

Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah

Umur Dan

Akibat Hukumnya (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Sukoharjo) Oleh : Rabbil Sonya Gesa

pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan bagi anak di bawah umur?

2. Bagaimana dasar hukum bagi hakim dalam

mengabulkan permohonan izin perkawinan bagi anak di bawah umur?

Bagaimana akibat hukum setelah anak melakukan

perkawinan di bawah umur dalam Penetapan Izin Perkawinan di Pengadilan Agama

penetapan

No.0052/Pdt.P/2011/PA.Skh dan

No.030/Pdt.P/2010/PA.Skh cukup beralasan untuk dikabulkannya permohonan dispensasi nikah ini.

2. dasar hukum yang digunakan oleh hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan bagi anak di bawah umur, seorang hakim harus memiliki dasar yang kuat agar keputusannya dapat dipertanggungjawabkan 3. akibat hukum setelah anak

melakukan perkawinan di bawah umur itu sendiri bahwa anak tersebut telah dianggap dewasa dan cakap dalam melakukan suatu perbuatan hukum atau ia tidak berada di bawah

(14)

10

Sukoharjo? pengampuan orangtuanya lagi 3. Akibat Hukum

Pernikahan Di Bawah Umur Menurut

Undang-

Undang Ri Nomor 1 Tahun 1974 (Studi Di Kota Takengon) Oleh: Reny Melinda

1. apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya

perkawinan

dibawah umur di Kecamatan

Pegasing

Kabupaten Aceh Tengah Kota Takengon,

2. Bagaimana akibat hukum

perkawinan

dibawah umur di Kecamatan

Pegasing

Kabupaten Aceh Tengah kota Takengon

3. Bagaimana solusi perkawinan

dibawah umur di

1. Perkawinan anak dibawah umur ini, disebabkan oleh beberapa faktor yakni kurangnya pencegahan dari orang tua; kurangnya efektifitas UndangUndang Perkawinan dan kurangnya kesadaran hukum masyarakat; kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua; faktor kemiskinan dan ekonomi; faktor kebiasaan dan turun menurun dan hamil diluar nikah.

2. Akibat hukum dari perkawinan dibawah umur tersebut yakni berdampak terhadap status perkawinannya;

kedudukan anak; harta kekayaan dalam perkawinan dan anak yang mendapat dipensasi kawin.

3. solusi untuk mencegah

(15)

11

Kecamatan Pegasing

Kabupaten Aceh Tengah kota Takengon.?

perkawinan di bawah umur ini, yakni dengan membuat kebijakan-kebijakan strategis nasional seperti pemerintah perlu membuat komitmen politik dan pernyataan yang tegas untuk memberhentikan praktek-praktek tradisi yang berbahaya, meratifikasi dan menerapkan secara efektif instrument - instrumen internasioanal, serta melakukan reformasi UndangUndang Perkawinan.

4. Implementasi Batas Usia Minimal

Perkawinan Berdasarkan UU No 16 Tahun 2019 Tentang

Perubahan Atas

Apakah regulasi UU Nomor 16 Tahun 2019 mengenai batas minimal usia pernikahan sudah diterapkan dan dapat diterima secara efektif dalam masyarakat?

Pertama, UU nomor 16 Tahun 2019 pelaksanaannya belum efektif, masih banyak pernikahan yang terjadi dengan umur dibawah ketentuan undang-undang. Kedua, KUA telah melakukan upaya seperti sosialisasi kepada masyarakat tetapi masih banyak faktor-

(16)

12

UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan Oleh: Saffira Wahyu Septiana

faktor yang menghambat upaya KUA untuk menjalankan UU Nomor 16 Thaun 2019 secara efektif.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempergunakan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan melalui analisis yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan seperti buku, diktat, dan lain-lain dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan dan konsep para ahli hukum sebagai basis penelitiannya.6

Di dalam bukunya Fuady disebutkan bahwa penelitian hukum normatif adalah suatu penelitian hukum baik bersifat murni maupun bersifat terapan, yang dilakukan oleh seorang peneliti hukum untuk meneliti suatu norma (karena itu disebut normatif) seperti dalam bidang-bidang keadilan, kepastian hukum, ketertiban, kemanfaatan, dan efisiensi hukum, otoritas hukum serta norma dan doktrin hukum, yang mendasari diberlakukannya unsur-unsur tersebut ke dalam bidang hukum yang bersifat prosedural dan subtantif, baik dalam

6 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), 25.

(17)

13

bidang hukum publik, seperti prinsip-prinsip negara, kekuasaan dan kewenangan alat-alat negara, hak-hak warga negara, prinsip-prinsip perbuatan pidana atau pemidanaan dan hukuman maupun dalam bidang hukum perdata, seperti dalam bidang hukum orang, keluarga, dan perkawinan, hukum benda dan perutangan, hukum kontrak, kewarisan, dan sebagainya.7

Penelitian hukum normatif memiliki ciri-ciri yaitu beranjak dari kesenjangan dalam norma atau asas hukum, tidak menggunakan hipotesis, dan menggunakan bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Di dalam penelitian hukum normatif, maka penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan dalam berperilaku atau bersikap tidak pantas.8

Dalam penelitian hukum normatif dikenal metode pendekatan yaitu pendekatan analisis konsep (analytical concept approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan fakta (fact approach), pendekatan frasa (word and phrase approach), pendekatan sejarah (historical approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).9 Dalam penulisan penelitian ini digunakan metode pendekatan analisis konsep hukum, analisis perundang-undangan, dan beberapa literatur

7 Muniri Fuady, Metode Riset Hukum: Pendekatan Teori dan Konsep, (Depok: Rajawali Pers, 2018), 130.

8 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, 2009), 107.

9 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:

Bayumedia, 2011), 300.

(18)

14

lainnya yang berkaitan dengan pernikahan dini beserta akibat hukumnya.

2. Bahan Hukum

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber penelitian yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier yang berkaitan secara langsung dengan objek yang diteliti, dengan rincian sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya, memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber-sumber tersebut berupa: UUD 1945, KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan juga Kompilasi Hukum Islam.

b. Bahan Hukum Sekunder

Merupakan data-data yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini, terdiri dari atas buku-buku (textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yuris prudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian skripsi ini. Dalam penulisan

(19)

15

skripsi, penulis mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Islam Malang.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.10 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode pengumpulan data melalui studi dokumen/ kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan pernikahan dini beserta dampaknya, pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet.

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier diinvetarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode dokumentasi, metode ini dimaksudkan dengan mencari hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, media online, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.11 4. Metode Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

10 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing,2008), 296.

11 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 201.

(20)

16

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum dengan melakukan analisis secara kritis dan mendalam mengenai yang pertama, dampak dari pernikahan dini terhadap keharmonisan rumah tangga berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Kemudian yang kedua mengenai dampak dari pernikahan dini terhadap keharmonisan rumah tangga berdasarkan Hukum Islam.

Selanjutnya, data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif normatif, yaitu dengan cara menjabarkan dengan kalimat-kalimat sehingga diperoleh bahasan atau paparan yang sistematis agar mudah dimengerti serta digunakan untuk melakukan ananlisis untuk mengkaji data hasil penelitian berdasarkan teori dan dokumen hukum. Dengan analisa tersebut diharapkan pada akhirnya dapat mengungkapkan masalah yang terjadi secara rinci dan menghasilkan suatu kesimpulan.

(21)

17

G. Sistematika Penulisan

Agar Penelitian ini tertulis secara sistematis, maka menggunakan sistematika seperti berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan, terdiri dari sub bab yang membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.

BAB II : Dalam pembahasan kajian pustaka ini akan membahas konsep Hukum Positif tentang Perkawinan dan Hukum Islam tentang Perkawinan, yang di dalamnya akan dibahas tentang pengertian dasar hukum prinsip-prinsip dan batas usia dalam perkawinan serta konsep keluarga harmonis.

BAB III : merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang menganalisis mengenai yang pertama; akibat hukum terhadap pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Kedua; perlindungan hukum terhadap pihak yang melakukan pernikahan dini berdasarkan hukum Islam dan UU Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

BAB IV : Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

(22)

74

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan alaisis pada bab-bab sebelumnya, maka penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Akibat hukum setelah anak melakukan perkawinan di bawah umur, yaitu anak tersebut telah dianggap dewasa dan dianggap cakap dalam melakukan suatu perbuatan hukum, atau ia tidak berada di bawah pengampuan orangtuanya lagi.

Setelah anak melakukan perkawinan kemudian anak itu hamil dan melahirkan seorang anak, maka anak tersebut menjadi anak sah selama ia menikah sebagai akibat ia dinikahkan.

2. Perlindungan Terjadinya Pernikahan Dini yaitu UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan suatu perlindungan hukum bagi si pemohon.

Bukan berarti ingin mengenyampingkan UU Perlindungan Anak akan tetapi banyak pertimbangan hakim secara sosiologis untuk mengabulkan dispensasi tersebut, misalnya saja pihak wanita sudah hamil, maka tidak mungkin untuk tidak diberikannya izin untuk menikah. Namun jika permohonan dispensasi nikah itu ditolak, biasanya hakim mempertimbangkan usia si anak misalnya 12 tahun kebawah, bukan karena hamil, dan alasan administrasi. Jika ditolak, kemungkinan si anak akan menikah secara sah sesuai agamanya masing- masing, tapi tidak dapat dicatatkan karena tidak memiliki izin. Maka harus menunggu usia nya mencapai 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi wanita untuk dilakukannya pencatatan perkawinan. Akan tetapi setelah adanya

(23)

75

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang batas usia nikah, yaitu bermula dari keluarnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dalam pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Artinya setiap orang yang masih dibawah umur 18 tahun adalah masih masuk dalam kategori anak.

B. Saran

Pada akhirnya, penulis menyarankan agar bagi hakim yang menangani perkara dispensasi nikah agar memperketat persyaratan-persyaratan dalam mengajukan permohonan izin dispensasi nikah dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kasus pernikahan dini yang sekarang sedang marak terjadi di Indonesia, di dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 atas perubahan Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

dan juga dicantumkan alasan-alasan izin dispensasi nikah, agar hakim dalam memberikan izin dispensasi nikah dapat memberikan pertimbangan atau keputusan yang terbaik tanpa ada campur tangan dari pihak manapun, serta lebih memperhatikan lagi akibat-akibat yang ditimbulkan apabila dikabulkan permohonan ijin kawin di bawah umur.

(24)

76

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abdussalam dan Adri Desasfuryanto. 2014. Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:

PTIK.

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:Sinar Grafika.

Anonim. 2015. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilas Hukum Islam. Surabaya: Sinarsindo.

Anonim. 1992. Kompilasi Hukum Islam. Bandung: Humaniora Utama Press.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2015. Fiqh Munakahat Khitbah, Nikah, dan Talak. Jakarta: Amzah.

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Departemen Agama R.I. 2001. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia.

Djamil, M. Nasir. 2015. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Fuady, Muniri. 2018. Metode Riset Hukum: Pendekatan Teori dan Konsep.

Depok: Rajawali Pers.

Ghozali, Abdul Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hadrami, Salim bin Samir. t.t. Safinah al-Najah. Surabaya: Dar al-‘Abidin.

(25)

77

Hanafi, Yusus. 2011. Kontroversi Perkawinan Anak dibawah Umur Perspektif Hukum Islam. Ham Internasional. dan Undang-Undang Nasional Bandung: Mandar Maju.

Ibrahim, Johnny. 2011. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Surabaya: Bayumedia.

Khasanah, Nginayatul. 2017. Pernikahan Dini Masalah dan Problematika Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kiwe, Lauma. 2017. Mencegah Pernikahan Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Lubis, Namora Lumongga. 2013. Psikologi Kespro: Wanita dan Perkembangan Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologinya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Mughniyah, Muhamad Jawad. 2000. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera.

Nasution, Bahder Johan. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: Mandar Maju.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. 2016. Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih. Uu No.

1/1974 Sampai KHI. Jakarta: Prenadamedia Group.

Purbasari, Indah. 2017. Hukum Islam Sebagai Hukum Positif di Indonesia; Suatu Kajian di Bidang Hukum Keluarga Malang: Setara Press.

Ramulyo, Idris. 1995. Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat menurut Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

(26)

78

Rofiq, Ahmad. 2015 . Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Sabiq, Sayid. 1980. Fiqih Sunah. Jilid 6. Bandung: Al Ma’arif.

Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir al Misbah. Pesan. Kesan dan Keserasian al- Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Sinamo, Nomensen. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera.

Supriyadi, Dedi. 2009. Fiqh Munakahat Perbandingan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Surayin. 2005. Analisis Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Syarifuddin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan .Jakarta: Kencana.

Utsaiin, Muhammad Sholeh dan Abdul Aziz Ibn Muhammad Dawud. 1991.

Pernikahan Islami: Dasar Hidup Berumah Tangga. Surabaya: Risalah Gusti.

Waluyadi. 2009. Hukum Perlindungan Anak. Bandung : Mandar Maju.

Wirdhana, Indra. dkk. 2014. Pegangan Kader tentang Bimbingan dan Pembinaan Keluarga Remaja. Jakarta Timur: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

(27)

79

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Jurnal:

Amalia, Desi. 2017. "Pernikahan Dibawah Umur Persepektif Hukum Islam Dan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia". al-Ashriyyah. Volume 3.

Ansori dan M. Fuad Zain. “Rekonstruksi Batas Usia Perkawinan Pasca Putusan MK Nomor 22/PUU-XV/2017 Sebagai Penguat Bangsa di Era Industri 4.0”.

Imron, Ali. 2013, November. “Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Dalam Perkawinan di Bawah Umur”. Jurnal. Vol. 13. No. 2. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang.

Rahmatiah. 2016, Juni. “Studi Kasus Perkawinan di bawah Umur”. Al-Daulah Vol. 5. No. 1.

Siregar, Rahmat Efendy Al Amin & Hikmatul Sadami. 2017, Januari-Juni.

“Tinjauan Analisis Mengenai Ancaman Pidana Bagi Persetubuhan Anak Dibawah Umur Dalam Hubungan Perkawinan”. Legitimasi. Vol. VI No. 1.

Sixtrianti, Mulia. 2015, Oktober. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perkawinan Dibawah Umur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak”. Hukum Vol. II No. 2.

(28)

80

Sunendi. 2009. “Sanksi Pidana Bagi Praktek Perkawinan Dibawah Umur”.

Skripsi. Fakultas Syari’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Zamzami Abid, Pernikahan beda agama dalam prespektif hukum nasional dan hukum agama, 2017, Oktober.

Referensi

Dokumen terkait

In addition, based on the results of the above conclusions, it is suggested that parties with an interest in education can improve the managerial skills of school heads,