• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Gelam (Melaleuca leucadendra Linn.) terhadap Salmonella enterica serovar Typhimurium

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Gelam (Melaleuca leucadendra Linn.) terhadap Salmonella enterica serovar Typhimurium"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Gelam (Melaleuca leucadendra Linn.) terhadap Salmonella enterica

serovar Typhimurium

Muhammad Irfan Sudiansyah1, Fathul Yusro1,2, Yeni Mariani1,2

1Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia

2PUI Herbal Tropis Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia

*Koresponden email: fathulyusro@gmail.com

Diterima: 9 Mei 2023 Disetujui: 13 Mei 2023

Abstract

Gelam or eucalyptus (Melaleuca leucadendra Linn.) belongs to the Myrtaceae family, which has been widely known and used by the public as an ingredient in traditional medicine, one of which is as a natural antibacterial. The study aimed to analyze the antibacterial activity of gelam bark extract (M. leucadendra) in inhibiting the growth of Salmonella Typhimurium. Gelam bark was extracted with 96% methanol and tested for its activity against Salmonella enterica serovar Typhimurium at several concentration levels (50, 100, 150, and 200 mg/mL) and compared to the negative control (96% methanol) and positive control (30 µg amoxicillin). The study results showed that the gelam bark yielded 6.18%. Gelam stem bark methanol extract inhibited the growth of S. Typhimurium with the highest inhibition of 2.67 mm at a concentration of 200 mg/mL.

Keywords: antibacterial, gelam stem bark extract, melaleuca leucandendra, salmonella typhimurium

Abstrak

Gelam atau kayu putih (Melaleuca leucadendra Linn.) termasuk famili Myrtaceae yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan obat tradisional, salah satunya sebagai antibakteri alami. Tujuan penelitian untuk menganalisis aktivitas antibakteri ekstrak kulit batang gelam (M.

leucadendra) dalam menghambat pertumbuhan Salmonella Typhimurium. Kulit batang gelam diekstraksi dengan metanol 96% dan diuji aktivitasnya terhadap bakteri Salmonella enterica serovar Typhimurium dengan beberapa level konsentasi (50,100,150 dan 200 mg/mL) dan dibandingkan dengan kontrol negatif (metanol 96%) dan kontrol positif (amoksisilin 30 µg). Hasil penelitian menunjukkan bahawa kulit batang gelam memiliki rendemen sebesar 6,18%. Ekstrak metanol kulit batang gelam mampu menghambat pertumbuhan S. Typhimurium dengan daya hambat tertinggi sebesar 2,67 mm pada konsentrasi 200 mg/mL.

Kata Kunci: antibakteri, ekstrak kulit batang gelam, Melaleuca leucadendra, Salmonella Typhimurium

1. Pendahuluan

Hutan rawa gambut di Kalimantan memiliki beragam biodiversitas. Hutan rawa gambut dengan karakteristik selalu digenangi air bersuasana asam, termasuk ke dalam ekosistem lahan basah yang cukup luas di Indonesia [1] . Hutan rawa gambut memiliki kekayaan alam berupa vegetasi dengan persebaran yang sangat luas, sehingga beberapa diantaranya bersifat endemik. Beberapa jenis tanaman pionir rawa gambut adalah jenis Koompassia malaccensis, Palaquium leiocarpum, Shorea sp., Combretucarpus rotundatus dan Melaleuca leucadendra [2][1]. Keanekaragaman jenis tersebut membuat hutan rawa gambut menjadi tempat untuk sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat, diantaranya sebagai tempat untuk mengambil tumbuhan obat [2][1].

Tumbuhan obat secara tradisional telah digunakan oleh penduduk yang berada sekitar hutan dalam penyembuhan berbagai macam masalah kesehatan [3]. Mereka memiliki kemampuan untuk menggunakan dan meramu tumbuhan sebagai bahan utama dalam pengobatan tradisional [4]. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan salah satunya kulit batang seperti sebagai antibiotik alami [5]. Salah satu cara pemanfaatan tumbuhan yaitu dengan melakukan ekstraksi senyawa metabolit, dengan tujuan untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan. Salah satu jenis tumbuhan yang potensial sebagai antibakteri adalah kayu gelam.

Gelam atau kayu putih (Melaleuca leucadendra Linn.) termasuk famili Myrtaceae yang fungsi dan

(2)

bahan baku konstruksi, daun sebagai obat herbal, dan kulit kayu sebagai obat diare, muntah dan luka [6]

[7] [8]. Kulit kayu gelam diketahui mengandung flavonoid, alkaloid, kuinon dan polifenol, dimana senyawa tersebut dipercaya memiliki sifat antibakteri [9] seperti pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli [10][7]. Namun untuk jenis lain seperti pada bakteri Salmonella enterica serovar Typhimurium belum diketahui aktivitas penghambatannya. Bakteri S. Typhimurium diketahui sebagai salah satu penyebab penyakit demam tifoid [11][12]. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas daya hambat ekstrak kulit batang gelam (M. leucadendra) terhadap pertumbuhan S. Typhimurium.

2. Metode Penelitian Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2022 pada beberapa tempat, yaitu Desa Karimunting Kabupaten Bengkayang (lokasi pengambilan sampel) dan Laboratorium di Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura untuk penyiapan sampel dan pembuatan ekstrak. Pengujian daya hambat pertumbuhan bakteri dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

Persiapan sampel kulit batang gelam

Pengambilan kulit batang gelam dilakukan di Desa Karimunting, Kabupaten Bengkayang. Kulit kayu diambil dengan cara menyayat kulit batang gelam setinggi dada (diameter pohon ±20 cm, tinggi pohon ±25 m) menggunakan parang tanpa melukai kambiumnya (Gambar 1). Kulit batang kemudian dibersihkan dari benda asing (lumut, jamur dan kotoran), perkecil ukuran menggunakan pisau dan jemur kulit batang dibawah matahari hingga kering. Kulit batang yang sudah kering selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan hammer mill untuk menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh kemudian disaring menggunakan messh screen berukuran lolos 40 mesh tertahan 60 mesh.

Gambar 1. Tumbuhan gelam (M. leucadendra).

(a) tegakan gelam, (b) daun dan bunga gelam, (c) kulit batang luar, (d) kulit batang dalam Sumber: Analisa Data (2022)

Pengukuran kadar air serbuk

Sebanyak 2g simplisia ditempatkan ke dalam aluminium foil yang telah diketahui beratnya, kemudian dipanaskan pada temperatur 103±ᵒC selama 24 jam [13]. Segera setelah sampel dikeluarkan dari oven, temperaturnya dikondisikan menggunakan desikator selama 15 menit. Perlakuan ini diulangi hingga berat simplisia yang diperoleh konstan. Penentuan kadar air selanjutnya dihitung menurut Ref. [14].

(a) (b)

(c) (d)

(3)

Pengukuran rendemen ekstrak

Serbuk kulit batang M. leucadendra sebanyak 1gram dimasukkan ke dalam wadah yang beratnya sudah diketahui, kemudian dituang ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan pelarut metanol sebanyak 10 mL dengan perbandingan sampel dan pelarut 1:10 secara bertahap [13][15]. Homogenkan sampel dan pelarut hingga rata selama 24 jam menggunakan shaker, kemudian saring menggunakan kertas saring. Lakukan pengulangan terhadap perlakuan tersebut hingga mendapatkan filtrat yang jernih untuk kemudian ditampung di dalam cawan porselen. Setelah itu filtrat diuapkan menggunakan oven 40ᵒC hingga kering.

Rendemen ditimbang dan dihitung persentasenya berdasarkan Ref. [14]:

Pembuatan ekstrak kulit batang gelam

Ekstrak kulit batang gelam diperoleh dengan merendam 200g serbuk dengan 3,4 L pelarut metanol 96% (perbandingan 1:17), digunakannya perbandingan 1:17 karena berat jenis serbuk kulit batang gelam rendah sehingga diperlukannya pelarut yang lebih besar untuk mengekstraksi senyawa aktif di dalam serbuk kulit batang gelam. Setelah direndam, campuran diaduk dengan shaker selama kurang lebih 24 jam. Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan filtrat dan residu dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak pekat yang kemudian dipanaskan dalam oven dengan temperatur 45˚C hingga diperoleh ekstrak padat kulit batang gelam Penyiapan media MHA (Muller-Hinton Agar)

38gram media MHA dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk dilarutkan dengan 1000 mL aquades [16]. Panaskan MHA dan aquades dalam erlenmeyer hingga mendidih pada penangas air, kemudian diaduk agar homogen. Sterilisasi menggunakan autoclave suhu 121oC bertekanan 1 atm selama 15 menit.

Pembuatan standar kekeruhan larutan (Mc. Farland 1)

Standar pembuatan suspensi bakteri dibuat menggunakan standar Larutan Mc. Farland dengan kekeruhan yang sebanding dengan konsentrasi 300 x 106CFU/mL. Larutkan 9,9 mL larutan H2SO4 1%

dengan 0,1 mL larutan BaCl2 1% ke dalam tabung reaksi untuk membuat larutan Mc. Farland 1 [16].

Selanjutnya homogenkan dengan mengocok campuran larutan hingga kekeruhan larutan terbentuk [17].

Perbanyakan isolat bakteri

Penelitian ini menggunakan bakteri uji S. Typhimurium. Jarum ose steril digunakan untuk mengambil bakteri uji yang kemudian ditanamkan pada media MHA yang telah dituang ke atas cawan petri dengan goresan pola zig-zag berulang dan berputar minimal 60o agar terdistribusi secara merata [16]. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji aktivitas antibakteri

Metode difusi Kirby and Bauer atau yang lebih dikenal sebagai disc diffusion digunakan untuk menganalisis kemampuan ekstrak kulit batang gelam dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.

Typhimurium menggunakan kertas cakram Whattman No. 41. Konsentrasi yang digunakan untuk bakteri S.

Typhimurium adalah 50 mg/mL, 100 mg/mL, 150 mg/mL, 200 mg/mL. Kontrol positif menggunakan antibiotik amoksisilin 30 μǥ dan kontrol negatif menggunakan metanol.

Sebanyak 5-6 mL media MHA diberikan pada cawan petri hingga memadat. Kemudian gunakan catton swab untuk mencelup dan mengoles suspensi bakteri yang sudah dibuat. Sembari menunggu campuran MHA dan suspensi bakteri memadat, rendam kertas cakram diameter 5 mm dengan masing- masing konsentrasi larutan kulit batang gelam sebanyak 20 μL menggunakan spuit, dan diamkan agar ekstrak kulit batang gelam terserap ke dalam kertas cakram selama 15 menit [18]. Letak kertas cakram tersebut menggunakan pinset steril di atas media MHA yang berisi suspensi bakteri. Cawan petri yang masing-masing berisi biakan berikutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dengan pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.

Diameter zona hambat yang dihasilkan selanjutnya diukur menggunakan penggaris dengan cara mengurangi zona hambat yang dihasilkan dengan ukuran kertas cakram yang digunakan. Hasil pengukuran zona bening kemudian dianalisis secara statistik menggunakan software SPSS 24 (RAL). Apabila terdapat pengaruh perlakuan yang signifikan, dilakukan uji lanjut Tukey.

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan metanol sebagai pelarut untuk mendapatkan rendemen ekstrak kulit batang gelam (M. leucadendra). Hasil proses maserasi diperoleh rendemen ekstrak 6,18% dengan kadar air serbuk 6,97%. Rendemen tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kulit batang tanaman lain seperti belimbing hutan (Baccaurea angulata Merr.) dengan rendemen sebesar 4,208 % [19]. Rendemen diatas 4% menunjukkan bahwa kandungan kimia kayu pada ekstrak kulit batang gelam (M. leucadendra)

(4)

disebabkan oleh pemilihan kulit kayu sebagai bagian tanaman yang diekstraksi. Kulit merupakan bagian pada tumbuhan yang memiliki kandungan zat ekstraktif tertinggi [13]. Metode ekstraksi juga mempengaruhi hasil rendemen. Metode ekstraksi maserasi dengan keuntungan berupa cara yang mudah dan sangat kecil kemungkinan bahan alam akan rusak, juga memengaruhi besarnya rendemen [20].

Pecahnya dinding sel dan membran sel menyebabkan zat ekstraktif akan terlarut pada pelarut yang digunakan pada proses maserasi [21].

Pelarut yang digunakan dalam penentuan rendemen ekstrak kulit batang gelam adalah metanol. Ref [22] mengemukakan bahwa perbedaan tingkat kepolaran pelarut sangat berpengaruh pada hasil rendemen.

Metanol dengan sifat yang universal mampu melarutkan sebagian besar komponen kimia yang ada dalam serbuk baik yang bersifat polar maupun non-polar [23].

Uji aktivitas antibakteri S. Typhimurium

Hasil uji daya hambat pertumbuhan bakteri yang dimiliki oleh ekstrak kulit batang gelam terhadap S. Typhimurium pada setiap perlakuan (kontrol positif (+), kontrol negatif (-), 50 mg/mL, 100 mg/mL, 150 mg/mL dan 200 mg/mL) memberikan dengan respon hambat yang berbeda-beda pada kertas cakram (Gambar 2).

Gambar 2. Hasil daya hambat ekstrak kulit batang gelam terhadap bakteri S. Typhimurium.

(a) Kontrol negatif dan positif, (b) Konsentrasi 50 mg/mL, 100 mg/mL, 150 mg/mL dan 200 mg/mL Sumber: Analisa Data (2022)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol negatif (metanol 96%) sebagai pelarut tidak memberikan pengaruh pada ekstrak yang digunakan, sehingga kemampuan hambatan yang diperoleh dipengaruhi oleh kandungan metabolisme ekstrak pada setiap konsentrasi yang diujikan [24]. Kontrol positif (amoksisilin 30 µg) menunjukkan hasil dengan zona hambat tertinggi dibandingkan dengan zona hambat yang dihasilkan oleh beberapa level konsentrasi ekstrak yang diberikan. Amoksisilin sebagai antibiotik dengan spektrum yang luas dan bersifat membunuh bakteri, umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif salah satunya dari genus Salmonella [25][26].

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang gelam memiliki daya hambat terhadap bakteri S. Typhimurium sebesar 0,92; 1,92; 2,08; dan 2,67 mm pada konsentrasi 50, 100, 150, dan 200 mg/mL (Gambar 3). Daya hambat yang diperoleh ini tergolong rendah dan beberapa tanaman lain juga menunjukkan aktivitas hambatan rendah terhadap bakteri S. Typhimurium seperti pada minyak atsiri tanaman daun kari (Muraya koenigii L Spreng) [27] dan minyak atsiri tanaman jeruk purut (Citrus histrix) [28].

S. Typhimurium termasuk golongan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif tersusun atas dinding sel tebal berupa peptigoglikan dan lebih banyak mengandung lipid serta sifat resistensi tinggi terhadap antibiotik. Ref [19] menyatakan bahwa sistem membran pada struktur dinding sel bakteri gram negatif berupa lapis tiga dengan lipoprotein (luar), lipopolisakarida (tengah), dan peptidoglikan (dalam). Hal tersebut menyebabkan senyawa antibakteri sulit untuk masuk ke dalam sel sehingga aktivitas antibakterinya akan lemah. S. Typhimurium memiliki membran protein dalam sel yang menghasilkan enzim yang mampu menolak suatu agen antibakteri sehingga memiliki sifat melawan agen antibakteri (resistensi alami) [17].

A B

(5)

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak kulit batang gelam menunjukkan adanya zona hambat terhadap pertumbuhan S. Typhimurium. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang gelam (M.

leucadendra) terbukti secara ilmiah memiliki potensi menjadi antibakteri.

Keterangan: Huruf yang berbeda pada masing-masing grafik menunjukkan perbedaan nyata pada taraf kepercayaan 95%

Gambar 3. Penghambatan ekstrak kulit batang gelam terhadap bakteri S. Typhimurium Sumber: Analisa Data (2022)

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang gelam memiliki rendemen 6,18%. Ekstrak metanol kulit batang gelam gelam (M. leucadendra) mampu menghambat pertumbuhan S. Typhimurium dengan daya hambat tertinggi sebesar 2,67 mm pada konsentrasi 200 mg/mL. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dari ekstrak kulit batang gelam terkait penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan S. Typhimurium serta dilakukannya isolasi dan identifikasi senyawa tunggal yang bersifat sebagai antibakteri.

5. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih diucapkan kepada Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura yang telah membiayai penelitian ini sebagai bagian dalam penelitian DIPA Tahun Anggaran 2022.

6. Referensi

[1] T. Kalima and Denny, “Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (Species Composition and Peat Swamp Forest Structure in Sebangau National Park, Central Kalimantan),” J. Penelit. Hutan dan Konserv. Alam, vol. 16, no. 1, pp. 51–

72, 2019.

[2] R. M. Sukarna, “Perubahan Struktur Dan Komposisi Hutan Rawa Gambut Menggunakan Citra Penginderaan Jauh Dan Pendekatan Ekologis di Kawasan Bekas Pengembangan Lahan Gambut Provinsi Kalimantan Tengah,” J. Ilmu Kehutan., vol. 7, no. 2, pp. 129–146, 2013.

[3] F. Falah and N. Hadiwibowo, “Species Identification of Traditional Medicine Plants for Women ’ S Health in East Kalimantan : Lesson Learned From Local Wisdom,” Indones. J. For. Res., vol. 4, no. 1, pp. 49–67, 2017.

[4] H. Hardiana, Y. D. Safrida, and R. K. Maulianda, “Uji Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Etanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.) terhadap Bakteri Escherichia coli,” J. Serambi Eng., vol. 5, no.

4, pp. 1385–1390, 2020.

[5] E. Rusmiyanto, P. Wardoyo, and D. E. Diputri, “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Acalypha hispida terhadap Bakteri Shigella flexneri Dan Bacillus cereus IHB B 379,” J. Tengkawang, vol. 10, no. 2, pp. 97–108, 2020.

[6] Supriyati, W., Prayitno, T. A., Sumardi, S., & Marsoem, S. N., “Kearifan Lokal Penggunaan Kayu Gelam Dalam Tanah Rawa Gambut di Kalimantan Tengah,” J. Mns. dan Lingkung., vol. 22, no. 1,

a a a a a

b

0,00

19,67

0,92 1,92 2,08 2,67

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Metanol 96%

Amoksisilin 30 µg

50 mg/mL 100 mg/mL 150 mg/mL 200 mg/mL

Zona hambat (mm)

Perlakuan

(6)

[7] A. Test, W. Wood, and E. Extract, “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Ethanol Daun Kayu Putih ( Melaleuca leucadendron L .) terhadap Pertumbuhan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus ( MRSA ),” Pros. Mhs. Semin. Nas. Unimus, vol. 2, no. 2, pp. 109–115, 2019

[8] A. Meisarani and Z. M. Ramadhina, “Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas,” Farmaka, vol.

14, pp. 213–221, 2018.

[9] R. Roro, A. Alicia, K. Wardhani, O. Akhyar, and E. Prasiska, “Skrining Fitokimia, Aktivitas Antioksidan, dan Kadar Total Fenol-Flavonoid Ekstrak Daun Dan Buah Tanaman Galam Rawa Gambut (Melaleuca cajuputi ROXB),” Al Ulum J. Sains dan Teknol., vol. 4, no. 1, pp. 39–45, 2013.

[10] M. A. Wibowo, D. N. Sari, A. Jayuska, and P. Ardiningsih, “Komposisi Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) Dari Kota Singkawang,”

Biopropal Ind., vol. 12, no. 1, pp. 1–7, 2021.

[11] A. Anita, S. Khotimah, and A. H. Yanti, “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Benalu Jambu Air ( Dendropthoe pentandra ( L .) Miq ) Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi,” Protobiont, vol. 3, no. 2, pp. 268–272, 2014.

[12] M. Tuntun, “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus,” J. Kesehat., vol. 7, no. 3, pp. 497–502, 2011.

[13] W. Prihatiningtyas, Y. Mariani, H. A. Oramahi, F. Yusro, and L. Sisilia, “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff) Terhadap Escherichia coli ATCC 25922 DAN Staphylococcus aureus ATCC 25923,” J. Tengkawang, vol. 8, no. 2, pp. 59–74, 2018.

[14] H. Wila, F. Yusro, and Y. Mariani, “Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang (Eusideroxylon zwageri) Terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhi,” J. Tengkawang, vol. 8, no. 1, pp. 38–49, 2018.

[15] F. V. Hutabarat, F. Diba, and L. Sisillia, “Daya Hambat Ekstrak Kulit Jati (Tectona grandis Linn F) terhadap Pertumbuhan Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune Fries,” J. Hutan Lestari, vol.

7, no. 3, pp. 1078–1089, 2019.

[16] A. D. Nofita, “Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Bawang Merah (Allium cepa L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dalam Media Mueller Hinton Agar (MHA),” Media Inf., vol. 16, no. 1, pp. 1–7, 2021.

[17] Y. Mariani, F. Yusro, and E. Wardenaar, “Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Ulin (Eusideroxylon Zwageri Teijsm & Binn) Terhadap Empat Jenis Bakteri Patogen,” J. Biol. Trop., vol. 20, no. 1, p.

94, 2020.

[18] P. Zeniusa, M. R. Ramadhian, S. H. Nasution, and N. Karima, “Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Escherichia coli Secara In Vitro,” Major. Med. J. Lampung Univ., vol. 8, no.

2, pp. 136–143, 2019.

[19] H. Heni, S. Arreneuz, and T. A. Zahara, “Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Belimbing Hutan (Baccaurea angulata Merr.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,” J. Kim.

Khatulistiwa, vol. 4, no. 1, pp. 84–90, 2015.

[20] Susanty and F. Bachmid, “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.),” J. Konversi, vol. 5, no. 2, pp. 87–93, 2016.

[21] A. E. Novitasari and D. Z. Putri, “Isolasi Dan Identifikasi Saponin Pada Ekstrak Daun Mahkota Dewa Dengan Ekstraksi Maserasi,” J. Sains, vol. 6, no. 12, pp. 10–14, 2016.

[22] N. P. P. Aristyanti, N. M. Wartini, and I. B. W. Gunam, “Rendemen dan Karakteristik Ekstrak Pewarna Bunga Kenikir K (Tagetes erecta L .) Pada Perlakuan Jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi,”

J. Rekayasa dan Manaj. Agroindustri, vol. 5, no. 3, pp. 13–23, 2017.

[23] N. Salamah and E. Widyasari, “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kelengkeng (Euphoria longan L. Steud.) dengan Metode Penangkapan Radikal 2, 2’-difenil-1-pikrilhidrazil,”

Pharmaciana, vol. 5, no. 1, pp. 25–34, 2015.

[24] A. C. Nugraha, A. T. Prasetya, and S. Mursiti, “Isolasi, Identifikasi, Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Sebagai Antibakteri dari Daun Mangga,” Indones. J. Chem. Sci., vol. 6, no. 2, pp. 91–96, 2017.

[25] P. D. Dianci, Wulandari, D. L. Santi, and Harmoko, “Daya Hambat Antibakteri Ekstrak Akar Rumput Bambu (Lophatherum gracile) terhadap Bakteri Streptococcus sp Secara In Vitro,”

BIOEDUSAINS, vol. 4, no. 2, pp. 450–456, 2021.

[26] M. Mardiah, “Uji ResistensiStaphylococcus aureusTerhadap Antibiotik, Amoxillin, Tetracyclin dan Propolis,” J. Ilmu Alam dan Lingkung., vol. 8, no. 2, pp. 1–6, 2017.

(7)

[27] N. Hidayanti, F. Yusro, and Y. Mariani, “Bioaktivitas Minyak Daun Kari Murraya koenigii L.

Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella Typhimurium,” Bioma J. Biol.

Makassar, vol. 5, no. 1, pp. 95–102, 2020.

[28] T. O. Simanjuntak, Y. Mariani, and F. Yusro, “Komponen Kimia Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) dan Aktivitasnya terhadap Bakteri Salmonella typhi dan Salmonella Typhimurium,”

Cendekia Eksakta, vol. 6, no. 1, pp. 49–56, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Efek antibakteri makin meningkat dengan peningkatan konsentrasi larutan uji berturut- turut dari 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%, ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

Optimasi komposisi campuran minyak atsiri daun cengkeh dan kulit batang kayu manis dalam penelitian ini dilakukan terhadap 3 jenis pengujian, yaitu: uji daya antibakteri, uji