• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS PENGOBATAN SALEP DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol Blume Hook.f. & Thomson )

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UJI AKTIVITAS PENGOBATAN SALEP DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol Blume Hook.f. & Thomson ) "

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja ekstrak etanol 70% daun kepela dalam formulasi salep untuk penyembuhan luka bakar yang ditargetkan. Berdasarkan aktivitas daun kepel sebagai antioksidan dan antibakteri serta perasan buah kepel sebagai agen penyembuhan luka terbuka, maka pada pengujian ekstrak etanol 70% daun kepel memiliki aktivitas dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar. Proses penyembuhan luka bakar secara umum mirip dengan tahapan penyembuhan luka, yang membedakan adalah durasi setiap tahapannya (Tiwari 2012).

Determinasi dan Pengambilan Bahan Uji

Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel

Uji Karakteristik dan Penapisan Fitokimia a. Uji Organoleptis

Buka penutup dan biarkan penutup dalam oven, keringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 30 menit atau sampai berat tetap, saat oven dibuka botol segera ditutup dan dibiarkan dalam desikator sampai suhu mencapai suhu kamar sebelum menimbang. Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol 70% daun Kepel, meliputi adanya fenol (FeCl3), flavonoid (Shinoda dan amoniak), tanin (gelatin dan FeCl3), saponin (uji busa), alkaloid (Mayer, Bouchardat, Dragendorff). . ), steroid/terpenoid (Liebermann Burchard) (Hanani 2014).

Pembuatan luka bakar derajat III dan perlakuan terhadap hewan uji Tikus diaklimatisasi selama 1 minggu dan dicukur rambutnya di daerah

Pembuatan luka bakar derajat tiga dan perlakuan terhadap hewan coba Tikus diaklimatisasi selama 1 minggu dan dilakukan pencukuran bulu pada area tersebut. 9 – 22 Oleskan sediaan uji secara topikal dan tutupi dengan kasa steril 2 kali sehari (pagi dan sore) dan ukur luas luka bakar 11, 15,.

Pembuatan Preparat Histopatologi

8 Eosin (HE) dilakukan dengan deparafinisasi, slide direndam dalam xilena I dan xilena II masing-masing selama 2 menit. Kemudian direhidrasi dengan perendaman berturut-turut dalam alkohol absolut, yaitu alkohol 95% dan alkohol 80% selama dua menit dan kemudian dicuci dengan air mengalir. Sediaan selanjutnya didehidrasi, direndam dalam alkohol 95% dan alkohol absolut 10 kali pada setiap perendaman, kemudian dalam alkohol absolut II selama 2 menit.

Hasil Determinasi Tanaman Kepel

Hasil Ekstraksi Daun Kepel

Selain itu, metode ini baik digunakan pada senyawa yang mudah terurai pada metode ekstraksi menggunakan panas. Maserati yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 50ºC hingga diperoleh ekstrak kental yang mudah dituang.

Hasil Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel

10 masuk ke dalam pori-pori simplisia dan bahan aktif terserap lebih maksimal dan memudahkan proses ekstraksi. Sedangkan hasil penentuan susut pengeringan diperoleh sebesar 8,9226% yang dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang hilang selama proses pengeringan.

Hasil Uji Penapisan Fitokimia

12 Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 70% daun kepel menunjukkan hasil uji positif flavonoid, saponin dan tanin. Warna kuning berasal dari vaseline flavum sebagai dasar salep, sedangkan perubahan warna salep yang semakin kental disebabkan oleh peningkatan konsentrasi ekstrak, dengan bau khas ekstrak daun kepel. Pemilihan vaselin flavum sebagai bahan dasar minyak karena merupakan hidrokarbon, sehingga tidak mudah hilang jika terkena air, sehingga dapat memperpanjang kontak antara bahan obat dengan kulit (Sentat 2015).

Jumlah makrofag diperoleh dari preparat histologis dengan pewarnaan hematoxyllin-eosin dengan menghitung 10 lapang pandang pada area luka menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x. Sediaan uji yang diberikan kepada tikus adalah ekstrak etanol daun kopiah 70% dengan konsentrasi Burnazin®) sebagai kontrol positif dan vaselin flavum sebagai kontrol negatif. Burnazin®) sebagai kontrol positif karena merupakan gold standard dalam pengobatan luka bakar lokal dengan zat aktif yaitu silver sulfadiazine (SSD).

Hasil tabel ANOVA jumlah makrofag pada hari ke 3, 7 dan 14 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada masing-masing kelompok (p < 0,05). Pengamatan pada hari ke-3 menunjukkan bahwa jumlah sel makrofag pada kelompok konsentrasi uji 13% sebanding dengan kelompok kontrol positif, dan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif (gambar 1). Makrofag penghuni jaringan berasal dari sel monosit darah yang bermigrasi ke jaringan ikat.

Jika terjadi inflamasi, jumlah monosit yang bermigrasi ke jaringan ikat meningkat sehingga makrofag teraktivasi (Franklin 2007; Dwintanandi et al. 2016).

HARI

15 Hasil analisis dengan uji Tukey pada pengamatan hari ke-7 dan ke-14 menunjukkan bahwa jumlah makrofag pada kelompok konsentrasi 13% sebanding dengan kelompok kontrol positif dan kelompok konsentrasi 6,5%, dan perbedaan yang signifikan ditunjukkan dengan kelompok kontrol negatif dan konsentrasi 3,25%. Dengan demikian, proses penyembuhan luka akan lebih lama pada kelompok kontrol negatif sehingga terjadi keterlambatan fase proliferatif. Hasil analisis uji Tukey pada pengamatan hari ke-3 menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan fibroblas pada semua kelompok bahan uji berbeda nyata dengan kontrol negatif.

Pengamatan pada hari ke-7 menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan fibroblas pada konsentrasi 13% tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dan konsentrasi 6,5%. Pengamatan pada hari ke-14 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rata-rata kepadatan fibroblas pada konsentrasi 13% dengan kontrol positif. Pada hari ke 7 dan 14 dari ketiga kelompok yang diberikan salep ekstrak etanol daun kepel, hanya salep etanol daun kepel konsentrasi 13% yang sebanding dengan kontrol positif.

Fase proliferatif luka dimulai pada hari ke-4 hingga hari ke-14, dimana terjadi proliferasi sel epitel. Berdasarkan persentase penyembuhan luka didapatkan bahwa konsentrasi 13% dari hari ke-2 menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif. Pada hari ke-14 persentase pembaharuan luka pada kelompok uji yang mendapat salep ekstrak daun kepel konsentrasi 13% adalah 92,32% dan kelompok positif 95,31%.

Ekstrak etanolik daun kepela 70% dengan konsentrasi 13% dalam bentuk salep memiliki aktivitas penyembuhan luka bakar yang sebanding dengan golongan positif (silver sulfadiazine).

Gambar 2. Histologi luka  Hari ke-3 dengan Pewarnaan  Hematoxylin- Hematoxylin-Eosin pada Perbesaran 400x
Gambar 2. Histologi luka Hari ke-3 dengan Pewarnaan Hematoxylin- Hematoxylin-Eosin pada Perbesaran 400x

IDENTITAS JURNAL

IDENTITAS SEMINAR

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% daun kepel (Stelechocarpus burahol [Blume] Hook.f. &. Konsentrasi 13% memiliki aktivitas terhadap kepadatan fibroblas untuk mempercepat penyembuhan luka bakar dan mendemonstrasikan ketebalan re-epitelisasi yang secara statistik sebanding dengan Burnazin® (silver sulfadiazine 1%) Dari ketiga konsentrasi yang diuji, salep ekstrak daun kepel dengan konsentrasi 13% paling cepat menyembuhkan luka bakar dengan persentase penyembuhan pada hari ke-14. 92,32%.

Hasil penelitian jangka pendek diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak etanol 70% daun kepel (Stelechocarpus burahol [Blume] Hook.f. & Thomson) dapat digunakan sebagai obat luka bakar. Ekstrak murni ini diharapkan dapat memberikan efek yang lebih optimal karena komponen/pengotor yang mengganggu telah dihilangkan dan penting juga untuk mengetahui senyawa aktif yang paling berperan dalam proses penyembuhan luka bakar. Efektivitas Hidrogel Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dalam menurunkan jumlah makrofag pada fase penyembuhan luka kondisi hiperglikemik tikus Wistar (Rattus norvegicus).

Pengaruh ekstrak dan serbuk ketimun (Cucumis sativus) terhadap jumlah makrofag dalam penyembuhan luka bakar derajat dua B pada tikus Wistar. Sebuah studi tentang efek ekstrak air dan alkohol dari kulit kayu Acacia catechu pada penyembuhan luka pada tikus. Uji aktivitas ekstrak etanolik daun alpukat (Persea americana Mill.) terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung mencit putih jantan.

Wound healing activity of the ethanolic flower extract of Sesbania grandiflora Linn using an incisional wound model in Wistar rats.

Efficacy of Kepel (Stelechocarpus burahol [Blume]

It is hoped that the result of this study can increase the knowledge on the efficacy of indigenous Indonesian plants and useful in the healing process of burn wounds. On the seventh and 14th day of observation, the number of macrophages in the 13% concentration group is equivalent to the positive control group and the 6.5% concentration group, however, it showed significant difference with the negative control group and the 3.25 concentration group % (Table 2). This result indicates that the inflammatory process in the negative control group is still in progress.

34 the number of macrophages in the negative control group indicates a prolonged inflammation due to the growth of more microorganisms in the burn wound. The lack of active ingredients in the negative control group may be the reason for the presence of microbes and the number of tissue damages that must be phagocytosed by macrophages in the wound area (Sura et al. 2013). Thus, the wound healing process in the negative control group will be prolonged and lead to the delay of the proliferation phase.

In the 13% concentration group and also other concentration groups, the number of macrophages is lower, which indicates the end of the inflammation process and marks the beginning of the proliferation process. The seventh day of observation showed that the mean density in the 13% concentration group had no significant difference with the positive control and 6.5% concentration groups. The 14th day observation showed that the average density of fibroblast in the 13% concentration group does not show significant difference with the positive control and 6.5% concentration groups.

In the proliferation phase, the thickness of the epithelial layer continues to increase until the wound area completely closes. On the 14th day the wound dried up and the scab started to come off. The removal of scabs indicates the growth of new cells thus accelerating the process and helping to attach the wound edges (Aponno et al. 2014). 38 Wound narrowing percentage in the 13% concentration group is 92.32% and in positive control group is 95.31% on the 14th day of observation.

Table 1. Dosing and Treatment of Test Animals
Table 1. Dosing and Treatment of Test Animals

Effect of Kepel (Stelechocarpus burahol [Blume]

Vera Ladeska 1* , Lusi Putri Dwita 1 , Fadilla Oktaviany 1 , Ovimia Fathonah Putri 1

Based on the antioxidant and antibacterial activity of kepel leaves, as well as the role of kepel juice in healing open wounds, there is a possibility that the 70% ethanol extract of kepel leaves could accelerate the healing process of burn wounds. . After that, the molding process is done using paraffin blocks and stored in a refrigerator. The preparation of the sample in the form of an ointment based on vaseline flavum has the properties of a hydrocarbon that is difficult to dissolve in water, therefore the contact between the medicinal ingredients and the skin is prolonged (Sentat, 2015).

On the third day of observation, the number of macrophage cells in the 13% concentration group is higher than in the negative control group, the latter having the lowest number (Table 2). Macrophages in the tissue originate from the monocyte cells in the blood that have migrated to the connective tissue. 47 On the seventh and 14th day of observation, the number of macrophages in the 13% concentration group was similar to the positive control group and the 6.5% concentration group, but showed a significant difference from the negative control group and the 3.25% concentration group (Table 2).

The high number of macrophages in the negative control group indicates long-term inflammation due to the growth of multiple microorganisms in the burn wound. It is thought to be related to the presence of secondary metabolic compounds in the kepel leaf extract that aid in the healing process, such as flavonoids, saponin and tannin, which act as antioxidants and antimicrobials. Saponin could trigger vascular endothelial growth factor (VEGF) and increase the number of macrophages migrating towards the wound area, thereby increasing fibroblast-activating cytokine production in the wound tissue (Reddy et al., 2011).

Figure 1 showed that the density of fibroblasts in all concentration groups is still low because fibroblasts do not yet have a role in the inflammatory process.

Table 2. The mean value of macrophage
Table 2. The mean value of macrophage

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptis Serbuk dan Ekstrak Etanol 70% Daun Kepel
Gambar 1. Penurunan Jumlah Makrofag
Tabel 6. Hasil Rerata Jumlah Makrofag
Gambar 2. Histologi luka  Hari ke-3 dengan Pewarnaan  Hematoxylin- Hematoxylin-Eosin pada Perbesaran 400x
+7

Referensi

Dokumen terkait

Garis biru menunjukan kelompok yang diberikan sediaan salep luka mulai mengalami persembuhan luka pada hari ke 3 dengan presentase luas luka jauh lebih rendah dibandingkan