• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa 184

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa 184"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

184 Muh. Nur Fachry Syawal, Ibrahim Hafied, Sultan Iskandar

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA DESA

(Studi Kasus Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa)

Muh. Nur Fachry Syawal1, Ibrahim Hafied2, Sultan Iskandar3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1nurfachrysayawal@gmail.com, 2ibrahimhafied@gmail.com, 3sultaniskandar@gmail.com

ABSTRACT

This research aims at finding out the accountability of village fund management in Tonasa Village, Tombolo Pao District, Gowa Regency. The data analysis technique used was descriptive qualitative analysis using transcription method. Data collection techniques were interview, observation, and documentation. The result off the research showed that transparency in village fund management has been fully implemented by in the village government, all records of both revenue and expenditure were in Siskeudes application, accountability of village fund management had been carried out by the village government which has responsible to the Tonas village community, BPD and the regent related to the reports and making the media of information about village fund management.

Keywords: accountability, village fund

PENDAHULUAN

Sejak dimulainya masa otonomi daerah yang menganut sistem desentralisasi, dimana kewenangan diberikan kepada pemerintah daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri. Wewenang ini berkaitan dengan alokasi, supervisi, dan penggunaan sumber daya nasional yang setara serta keseimbangan keuangan pusat dan daerah dalam mencapai kesatuan Republik Indonesia. Sistem desentralisasi juga memiliki tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata.

Dengan sistem desentralisasi, desa memiliki peran penting untuk dimainkan dalam mengimplementasikan proses pembangunan yang bertujuan untuk mendukung implementasi otonomi daerah.

Pemerintah desa adalah tingkat pemerintahan terendah yang melayani masyarakat secara langsung. Dengan demikian, hal yang penting dan perlu diperhatikan adalah kepercayaan masyarakat.

Selaras dengan itu, peran desa diatur dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menjelaskan bahwa desa merupakan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu, desa harus menjadi daerah yang otonom, mapan, dan demokratis.

Bertambahnya kewenangan pemerintah desa untuk membangun wilayahnya secara mandiri, maka beban tanggung jawab dan kewajiban desa bertambah. Dengan demikian, setiap penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan termasuk tanggung jawab administrasi dana desa.

Salah satu yang perlu diperhatikan dalam hal pengelolaan dana desa adalah Undang-Undang Desa yang terkait dengan alokasi anggaran untuk desa. Besaran alokasi anggaran yang diperuntukkan ke Desa sebesar 10% dari dan di luar dana transfer daerah secara bertahap. Alokasi Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dihitung sesuai dengan jumlah penduduk, angka kemiskinan, tingkat kesulitan geografis, dan luas wilayah desa tersebut (Undang-undang nomor 6 tahun 2014 Pasal 72).

Dalam hal pengelolaan dana desa, dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tentang pengelolaan desa.

Undang-undang ini membahas metode penanganan dana desa yang teriri dari beberapa tahap. Thapan tersebut mulai dari

(2)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 184-189 185 tahap perencanaan hingga tahap pertanggungjawaban. Proses pengelolaan dana desa harus didasari asas akuntabel, transparan, dan partisipatif. Oleh karena itu, diperlukan dimensi tata kelola yang baik yang disebut good governance, di mana salah satu poin penting adalah transparansi.

Dengan besaran dana desa yang begitu besar, tidak menutup kemungkinan adanya penyelewengan yang dilakukan oleh perangkat desa, terbukti dengan adanya beberapa kepala desa yang ditangkap terkait penyelewengan dana desa pada tahun 2018. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa) untuk mengetahui lebih jauh tentang akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

Rumusan masalah yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas adalah bagaimana akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa?

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan dana desa di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa.

TINJAUAN LITERATUR

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014).

Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke RKUD (Rekening Kas Umum Daerah) dan pada akhirnya dipindahbukukan ke RKD (Rekening Kas Desa). Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

1. tahap I,· pada. bulan April sebesar 40%

(empat puluh per seratus);

2. tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40%

(empat puluh per seratus);

3. tahap III, pada bulan Oktober sebesar 20%

(dua puluh per seratus).

Pemindahan dana desa dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke RKUD (Rekening Kas Umum Daerah) akan diselesaikan dalam waktu selambat-lambatnya pada minggu keempat bulan tersebut.

Sedangkan setiap tahap penyaluran dana desa dari RKUD ke Rekening Kas Desa (RKD) berlangsung selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah menerima dana tersebut di RKUD.

Dana Desa biasanya digunakan untuk membiayai pemerintahan, pertumbuhan, pemberdayaan masyarakat dan masyarakat, tetapi prioritas diberikan pada pengembangan dana dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan utama menggunakan dana desa untuk mencapai tujuan pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kesejateraan sosial, kualitas hidup dan pengurangan kemiskinan.

Menurut (Mardiasmo, 2002) Akuntabilitas terdiri dari 2 macam, yaitu: 1) Akuntabilitas vertikal adalah kewajiban mengelola dana kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti akuntabilitas kepada pemerintah daerah dari unit kerja (dinas), kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat ke MPR; 2) Akuntabilitas horisontal dapat dianggap sebagai akuntabilitas bagi masyarakat luas.

Prinsip utama dalam pengelolaan keuangan daerah, menurut Mardiasmo dalam Arifiyanto dan Kurrahman (2014), yaitu prinsip transparansi atau keterbukaan, prinsip akuntabilitas, prinsip value for money.

Pengelolaan dana desa berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pengelolaannya merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

(3)

186 Muh. Nur Fachry Syawal, Ibrahim Hafied, Sultan Iskandar

Penelitian Fadhil Azhar berjudul Akuntabilitas pengelolaan dana desa (Studi Kasus di Desa Uekuli Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-Una) menemukan bahwa semua tahapan pengelolaan dana desa dilaksanakan dengan baik mulai dari tahap perencanaan sampai pertanggungjawaban.

Puteri Ainurrohma Romantis (2015) dengan judul Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo menemukan bahwa proses akuntabilitas untuk perencanaan dan implementasi telah menerapkan kriteria transparansi dan akuntabilitas. Meskipun transparansi teknis dan administrasi sangat bagus, pemerintah kabupaten masih perlu mendapatkan atau diberi panduan.

METODE PENELITIAN

Untuk mengawali penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data-data yang dibutuhkan rampung, kemudian di analisis menggunakan analisis kualitatif deskriptif untuk menjabarkan poin-poin pembahasan.

Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan dan saran.

Lokasi penelitian ini berada di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Desa Tonasa memiliki Kantor Kepala Desa yang beralamat di jalan Persatuan No.1.

sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan kurang lebih dua bulan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah 1) Data Primer adalah data yang pertama kali dikumpulkan dan dicatat oleh peneliti. Dalam hal ini adalah informasi yang diperoleh oleh peneliti dari pengamatan dan wawancara terkait dengan subjek yang sedang diteliti.

Data primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil observasi; 2) Data sekunder merupakan data yang tersedia yang kemudian digunakan sebagai data tambahan oleh peneliti untuk menjelaskan apa yang sedang diteliti.

Informasi sekunder dalam analisis ini adalah catatan yang dikelola oleh pemerintah desa Tonasa yang relevan dengan pengelolaan dana desa.

Berlandaskan pada permendagri No.

113 Tahun 2014 dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui observasi, wawancra, dan dokumentasi.

Kemudian analisis data yang digunakan adalah

analisis kualitatif deskriptif. Terakhir, penarikan kesimpulan dan saran atas hasil penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode transkripsi.

Transkripsi adalah metode menuangkan informasi ke dalam salinan tertulis (file komputer) yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan tinjauan dokumen.

Tujuannya bahawa seorang peneliti akan lebih mudah dalam menganalisis lebih jauh terkait data yang ada. Jika data yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan alat perekam, maka penulis perlu untuk memainkan ulang dan mencatatnya dalam bentuk file komputer. Jika data tersebut telah dicatat dalam bentuk tulisan tangan atau dalam bentuk lain sebagai hasil wawancara, observasi, maupun analisis dokumen, maka transkripsi, sejauh memugkinkan, tetap diperlukan.

Fokus penelitian ini adalah 1) Akuntabilitas adalah kewajiban yang harus dilakukan. Dimana pertanggungjawaban lebih mengacu pada kewajiban individu, komunitas atau lembaga untuk memenuhi tugas yang diberikan kepadanya; 2) Pengelolaan dana desa merupakan pengelolaan dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Akuntabilitas adalah suatu pertanggungjawaban oleh pihak yang diberikan amanah atau kepercayaan oleh masyarakat, kelompok, ataupun individu. Desa Tonasa adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang diberikan bantuan dari pemerintah berupa dana desa yang harus dikelola sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan pengelolaan yang baik maka perwujudan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance dapat terwujud serta pemenuhan salah satu pilar prinsip akuntablitas dapat tercapai. Penerapan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa bertujuan sebagai salah satu acuan bagi pemerintahan desa dalam melaksanakan

(4)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 184-189 187 kinerjanya terutama dalam pngelolaan keuangan desa.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah di jelaskan di atas, akuntabilitas dalam pengelolaan Dana Desa telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang diatur dalam Permendagri nomor 113 tahun 2014, dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan pengelolaan dana desa Pemerintah Desa Tonasa telah memenuhi prinsip partisipasi dan transparansi dalam melaksanakan perencanaan Dana Desa dimana masyarakat desa terlibat melalui musyawarah desa.

Musyawarah desa juga dihadiri oleh perangkat-perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Tokoh- tokoh Masyarakat. Musyawarah desa adalah mekanisme perencanaan dimana kesepakatan terkait perencanaan harus bersifat transparan serta diketahui oleh seluruh elemen masyarakat yang nantinya akan dipertanggungjawabkan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang dibuat oleh kepala desa, merupakan rancangan strategis desa untuk untuk mencapai tujuan visi dan misi desa. Maka apabila RPJMDes dapat disusun dengan baik maka desa akan mempunyai sebuah perencanaan yang memberikan ruang yang layak untuk keplaa desa dalam mewujudkan tata kelola yang baik (Good Governance) yang didalamnya memiliki prinsip akuntabilitas, partisipatif, dan transparansi.

2. Tahap Pelaksanaan pengelolaan dana desa Pelaksanaan Dana Desa diberikan kepada Tim Pelaksana Kegiatan yang bertugas untuk melaksanakan serta mengelola kegiatan yang dibiayai maupun diprioritaskan dalam penggunaan dana desa. Pelaksanaan dana desa ini dikelola oleh tim pelaksana dan bendahara yang diketuai oleh kepala desa. Dalam mewujudkan prinsip transparansi dalam pelaksanaan dana desa, pemerintah desa telah melaksanakan prinsip transaparansi ataupun keterbukaan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat dengan membuat papan informasi terkait pelaksanaan dana desa baik fisik maupun non-fisik. Informasi terkait seluruh program dana desa wajib disajikan di kantor desa serta melibatkan masyarakat

untuk mencapai penggunaan dana desa secara tepat.

Pemerintah Desa Tonasa memasang baliho APBDes ditempat umum dan dikantor desa yang disebut Papan Transparansi dengan tujuan agar masyarakat dapat mengetahui jumlah anggaran yang diterima oleh desa. Dalam Papan Transparansi tersebut Pemerintah Desa Tonasa mencantumkan jumlah pendapatan desa dalam satu tahun.

Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan pengelolaan dana desa telah sesuai dengan tujuan dana desa yaitu pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat desa.

3. Tahap Penatausahaan pengelolaan dana desa

Berdasarkan Permendagri No. 113 tahun 2014 dalam laporan Keuangan Daerah harus transparan serta memenuhi segala ketentuan yang telah ditetapkan.

Kegiatan pencatatan kas masuk maupun keluar dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat dan membuat papan pengumuman terkait kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Pada tahap Penatausahaan ini, bendahara desa melaksanakan pencatatan setiap penerimaan maupun pengeluaran serta mempertanggungjawabkan segala traksaksi tersebut melalui laporan pertanggungjawaban. Dalam menyusun laporan keuangan, Pemerintah Desa Tonasa dengan menginput segala penerimaan maupun pengeluaran menggunakan aplikasi sistem keuangan desa (siskeudes).

4. Tahap Pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan dana desa

Pelaporan Pengelolaan Dana Desa diatur dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 pasal 37 dimana kepala desa memberikan dan menyampaikan laporan Realisasi APBDes kepada Bupati/walikota berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir. Laporan semester awal tersebut disampaikan pada akhir bulan juli tahun berjalan dan laporan semester akhir paling labat disampaikan bulan januari tahun berikutnya. Selain penyampaian laporan realisasi APBDes, kepala desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes kepada Bupati/walikota setiap akhir tahun anggaran yang telah ditetapkan

(5)

188 Muh. Nur Fachry Syawal, Ibrahim Hafied, Sultan Iskandar

dengan peraturan desa. Laporan tersebut adalah bagian dari laporan penyelenggraan Pemerintahan Tonasa kepada Bupati melalui Camat. Pada Tahap ini, Pemerintah Desa Tonasa telah menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa dalam tahap pertanggungjawaban berjalan lancar dan baik.

Dengan adanya dana desa maka bertambah pula kewenangan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa. Dimana desa sebagai ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merupakan tujuan maupun prioritas penggunaan desa guna membantu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Berikut rincian dana desa yang diterima Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa:

Tabel 1. Rincian Dana Desa yang diterima Desa Tonasa

Tahun Anggaran

2016 Rp. 685.594.877 2017 Rp. 873.600.127 2018 Rp. 1.280.815.601 Sumber: Data Desa Tonasa

Dalam menghasilkan kinerja pelaksanaan dan pelayanan masyarakat, dapat ditinjau dari kondisi kemampuan maupun kapasitas keuangan yang dikelola oleh pemerintah Desa Tonasa itu sendiri. Terlihat dari jumlah pendapatan Desa Tonasa mulai dari tahun 2016, 2017, sampai 2018 mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya.

Akan tetapi, masih banyak bidang infrastruktur yang masih perlu dibenahi begitupun dengan bidang-bidang lainnya.

Berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014 yang kemudian diganti dengan PP Nomor 22 tahun 2015, Pengalokasian Dana Desa tergantung dari kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maka dari itu dana desa yang diterima oleh setiap desa tidaklah sama.

Mekanisme Pengelolaan Dana Desa di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa diawali dengan pembentukan tim penyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) yang dibuat oleh pemerintah desa. Dalam tim tersebut

melibatkan masyarakat, kepala desa, kepala urusan perencanaan, Lembaga-lembaga yang ada pada desa, dan BPD. Tujunannya, agar pembangunan desa dapat bekerja lebih efektif guna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.

PENUTUP

Ditinjau dari hasil penelitian akuntabilitas pengelolaan Dana Desa di Desa Tonasa Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Akuntablitas yang berasaskan prinsip akuntabel, transparan dan partisipatif dalam pengelolaan dana desa telah sepenuhnya diterapkan oleh pemerintah desa; 2) Segala pencatatan baik penerimaan maupun pengeluaran itu dimasukkan ke dalam aplikasi sistem keuangan desa; 3) Akuntabilitas pengelolaan dana desa telah dilaksanakan oleh pemerintah desa kemudian bertanggungjawab kepada masyarakat desa, BPD dan Bupati perihal laporan-laporan yang dibutuhkan dan membuat papan transparansi sebagai salah satu media informasi tentang pengelolaan dana desa.

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dijelaskan, maka saran dari penulis sebagai berikut: 1) Pemerintah desa harus selalu konsisten dalam penerapan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa; 2) Membuat website desa sebagai salah satu sarana untuk menyebarluaskan informasi;

3) Pembenahan data base desa yang ada dalam komputer agar lebih efektif dalam mencari data terdahulu; 4) Mengadakan pelatihan komputer khusus untuk para pegawai pemerintahan desa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanto, Dwi Febri, dan Kurrohman, Taufik. (2014). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Jember.

Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan.

Jember: Universitas Jember.

Astri Juanita, Grace, dan Karamoy, Herman.

(2015). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Mobagu. Jurnal Riset Akuntansi.

Manado: Universitas Sam Ratulangi.

(6)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 184-189 189 Azhar, Fadhil. (2017). Akuntabilitas

Pengelolaan Dana Desa. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Desa Tonasa. Gowa. (2018). Profil Desa Tonasa. Gowa; Desa Tonasa.

Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik.

Yogyakarta: CV Andi Offset

Moleong, Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Bupati Gowa Nomor 7 tahun 2018 tentang Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa di Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Romantis, P. (2015). Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Panurukan Kabupaten Situbondo Tahun 2014. Skripsi. Jember:

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Salman, D. 2012. Sosiologi Desa Revolusi Senyap dan Tarian Komplekitas. Makassar:

Penerbit Ininnawa.

Subroto, A. (2009). Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (studi kasus Pengelolaan Dana Desa di Desa-desa dalam wilayah Kecamatan Tiogomuyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008. Dipublikasikan.

Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi. Universitas Diponegoro Semarang.

Sujarweni, Wiratna. (2015). Akuntansi Desa Panduan Tata Kelola Keuangan Desa, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Syachbrani, Warka. (2012). Akuntansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa. Tugas Akhir Mata Kuliah. Program Magister sains Akuntansi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 72 tentang keuangan desa.

Wijaya, David. (2018). Akuntansi Desa.

Yogyakarta:Penerbit Gava Media

.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa ADD dalam pencapaian Good Government Governance di Desa Bone Kecamatan Bajeng