1
INTERPRETASI PSAP NO 04
TENTANG
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN TANPA
PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN
KEUANGAN
STRUKTUR
1. PENDAHULUAN Referensi
Latar Belakang Permasalahan 2. INTERPRETASI
3. TANGGAL EFEKTIF
PENDAHULUAN
REFERENSI
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap
PSAP 09: Akuntansi Kewajiban
PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak Dilanjutkan
PSAP 12: Laporan Operasional
3
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
01. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) tidak mengatur mengenai penyajian
kembali laporan keuangan. Kewajiban penyajian kembali laporan keuangan diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) atau International Public Sector Accounting Standards (IPSAS), sehingga menimbulkan penafsiran bahwa penyajian kembali tersebut juga diperlukan dalam rangka penerapan SAP Berbasis Akrual sesuai Lampiran I Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Penafsiran ini didasarkan pada prinsip diperlukannya perbandingan laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya.
02. Terdapat berbagai tafsir tentang koreksi kesalahan akuntansi akibat belum diterapkannya akuntansi penyusutan aset tetap, akuntansi penyisihan piutang dan lain–
lain, sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005 dan Lampiran II PP Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur SAP Berbasis Kas Menuju Akrual untuk periode akuntansi 2005- 2014.
PENDAHULUAN
PERMASALAHAN
03. Penafsiran mengenai penyajian kembali laporan keuangan dapat berdampak luas bagi proses pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), antara lain :
1. Perubahan Undang-Undang (UU)/Peraturan Daerah (Perda) tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN/APBD.
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN/APBD setiap tahun ditetapkan dalam UU/Perda. Apabila dilakukan penyajian kembali laporan keuangan maka laporan keuangan yang menjadi dasar penetapan UU/Perda dimaksud akan berubah dan memerlukan pengesahan kembali.
2. Pemeriksaan (Audit) ulang
Laporan keuangan pemerintah setiap periode diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau auditor eksternal pemerintah. Apabila dilakukan penyajian kembali laporan keuangan, maka diperlukan pemeriksaan ulang atas unsur–unsur laporan keuangan yang berubah.
5
INTERPRETASI
04. Entitas tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Tahun 2014 berbasis Kas Menuju Akrual menjadi Laporan Keuangan Tahun 2014 berbasis Akrual agar dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan Tahun 2015.
05. Perubahan dalam penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 terhadap Laporan Keuangan Tahun 2014 bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi pada umumnya, namun lebih mendasar karena merupakan perubahan basis standar akuntansi. Penerapan SAP Berbasis Akrual (sesuai Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010) untuk tahun buku yang dimulai pada 1 Januari 2015 menyebabkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (sesuai Lampiran II PP Nomor 71 Tahun 2010) tidak berlaku lagi. Dengan demikian, kedua laporan keuangan (Laporan Keuangan per 31 Desember 2014 dan Laporan Keuangan per 31 Desember 2015) disajikan sesuai dengan basis akuntansinya masing-masing.
INTERPRETASI
06. Entitas tidak melakukan penyajian kembali laporan keuangan sebagai akibat perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan. Dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang berdampak pada laporan keuangan periode sebelumnya disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
07. Perubahan yang signifikan atas pos-pos laporan keuangan akibat dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang berdampak pada laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam rangka memberikan informasi atas keterbandingan laporan keuangan.
7
TANGGAL EFEKTIF
08. IPSAP ini berlaku untuk penyusunan laporan keuangan periode yang
dimulai pada dan setelah tanggal 1 Januari 2015.
9
- ILUSTRASI -
LK PEMDA SAAT INI
No Kondisi Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah per 31 Desember 2014
Persiapan menuju basis Akrual Tahun 2015
1. Neraca sudah berbasis akrual atau sudah melakukan akrualisasi pos-pos neraca.
Apabila pemerintah daerah sudah menerapkan basis akrual untuk pos-pos neraca, dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah dapat langsung menerapkan basis akrual tahun 2015.
2. Baru melakukan sebagian
akrualisasi pos-pos neraca. Apabila baru melakukan akrualiasi sebagian atau belum seluruhnya sampai akhir tahun 2014, maka Pemda terlebih dahulu melakuan perhitungan dampak kumultif perubahan kebijakan akuntansi/basis kuntansi sampai dengan tahun 2014. Tujuan dari penghitungan dampak kumulatif ini adalah membedakan dampak perubahan nilai asset/kewajiban di neraca terhadap ekuitas atau pendapatan/belanja periode berjalan.
3. Belum sama sekali melakukan akrualisasi pos-pos neraca.
AKUN SUBLEDGER EKUITAS
11
Agar dapat dibuat Jurnal atas penghitungan kembali akun-akun yang belum diakrualisasi atau dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi perlu ditambahkan subledger akun ekuitas, antara lain sebagai berikut:
1) Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi - Aset Lancar Penyisihan Piutang Tak Tertagih
2) Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi - Aset Tetap Akumulasi Penyusutan
3) Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi - Aset Lainnya
Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud
ILUSTRASI I
Pemda JKL memiliki kendaraan bermotor senilai Rp200.000.000 yang diperoleh awal 2012.
Jumlah tersebut disajikan di neraca 2014 dengan nilai yang sama tanpa adanya penyusutan.
Sesuai dengan kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan Pemda JKL Aset terserbut memiliki masa manfaatnya 8 tahun.
Pada tahun 2015 Pemda JKL melakukan penghitungan nilai akumulasi penyusutan kendaraan bermotor dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dan penyusutan khusus tahun 2015. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka sebagai berikut:
a. Nilai Aset = Rp200.000.000
b. Penyusutan Aset/Tahun = Rp200.000.000/ 8 Tahun = Rp25.000.000 c. Akumulasi Penyusutan
Sampai tahun 2014 = Rp25.000.000 X 3 Tahun = Rp75.000.000 d. Penyusutan Tahun 2015 = Rp25.000.000
e. Akumulasi Penyusutan
Sampai dengan 2015 = Rp75.000.000 + Rp25.000.000 = Rp100.000.000
ILUSTRASI I
13
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-31 Des 2014
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi-Aset Tetap 75.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin 75.000.000
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Des 2015 Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin 25.000.000
Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin 25.000.000
Jurnal akuntansi yang dilakukan:
1. Mencatat Akumulasi Penyusutan 2012-2014:
2. Mencatat Penyusutan Tahun 2015
ILUSTRASI II
Pemda JKL memiliki Aset Tak Berwujud berupa Software senilai Rp20.000.000 yang diperoleh awal 2010. Jumlah tersebut disajikan di neraca tahun 2014 dengan nilai yang sama tanpa amortisasi. Sesuai dengan kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan Pemda JKL Aset Tak Brwujud berupa Sofware ditetapkan masa manfaatnya 4 tahun.
Pemda JKL melakukan penghitungan nilai akumulasi amortisasi dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dan tahun 2015 tidak ada lagi amortisasi. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka sebagai berikut:
a. Nilai Aset Tak Berwujud = Rp20.000.000
b. Amortisasi ATB/Tahun = Rp20.000.000/ 4 Tahun = Rp5.000.000 c. Akumulasi Penyusutan
Sampai tahun 2014 = Rp25.000.000X 4 Tahun = Rp20.000.000
d. Penyusutan Tahun 2015 = Rp -
e. Akumulasi Penyusutan
Sampai dengan 2015 = sama dengan tahun 2015
ILUSTRASI II
15
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-31 Des
2014 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar - Aset Tak Berwujud 20.000.0000
Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud 20.000.000
Jurnal akuntansi yang dilakukan:
1. Mencatat Akumulasi Penyusutan 2010-2014:
ILUSTRASI IIIA
Uraian Kualitas Jumlah Taksiran Piutang
Tak Tertagih Penyisihan Piutang Piutang Pajak Lancar Rp 16.000.000 0,5% Rp 80.000 Piutang Pajak Kurang Lancar Rp 2.500.000 10% Rp 250.000 Piutang Pajak Ragu-Ragu Rp 1.000.000 50% Rp 500.000
Pemda JKL memiliki Piutang Pajak pada 31 Desember 2014 sebesar Rp20.000.000 sampai tahun 2015 belum pernah dilakukan penyisihan atas piutang yang tak tertagih.
Dari jumlah tersebut Rp 16.000.000 memiliki umur kurang dari 6 bulan (lancar), Rp 2.500.000 antara 6-12 bulan (kurang lancar), Rp. 1.000.000 antara 1-2 tahun (ragu-ragu, Rp 500.000 memiliki umur datas 2 tahun. Berdasarkan kebijakan akuntansi penyisihan ditetapkan masing masing 0,5% untuk yang lancar, 10% untuk yang kurang lancar, 50%
untuk yang diragukan dan 100% yang macet.
ILUSTRASI IIIA
17
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-31 Des
2015 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar - Piutang 1.330.0000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 1.330.000
Jurnal akuntansi yang dilakukan:
1. Mencatat Penyisihan atas saldo piutang 31 Des 2014:
ILUSTRASI IIIB
Uraian Kualitas Jumlah Taksiran Piutang
Tak Tertagih Penyisihan Piutang Piutang Pajak Lancar Rp 20.000.000 0,5% Rp 100.000 Piutang Pajak Kurang Lancar Rp 3.200.000 10% Rp 320.000 Piutang Pajak Ragu-Ragu Rp 1.000.000 50% Rp 750.000
Pemda JKL memiliki Piutang Pajak pada 31 Desember 2015 sebesar Rp25.000.000 sampai tahun 2015 belum pernah dilakukan penyisihan atas piutang yang tak tertagih.
Dari jumlah tersebut Rp 20.000.000 memiliki umur kurang dari 6 bulan, Rp 3.200.000 antara 6-12 bulan, Rp. 1.000.000 antara 1-2 tahun, Rp 800.000 memiliki umur datas 2 tahun. Berdasarkan kebijakan akuntansi penyisihan ditetapkan masing masing 0,5%
untuk yang lancar, 10% untuk yang kurang lancar, 50% untuk yang diragukan dan 100%
yang macet.
ILUSTRASI IIIB
19
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-31 Des
2015 Beban Penyisihan Piutang 640.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 640.000
Jurnal akuntansi yang dilakukan:
1. Mencatat Penyisihan atas saldo piutang 2015:
2. Total penyisihan 1.970.000. Yang telah disisihkan pada 2014 sebesar
1.330.000 sehingga beban penyisihan 1.970.000-1.330.000=640.000
ILUSTRASI IV
Entitas pada 4 Januari 2012 menerima pendapatan sewa untuk masa sewa 5 tahun sebesar 250juta.
Pendapatan sewa menurut akrual sebesar 250juta/5=50juta
Pendapatan sewa yang sudah diakui 2012-2014 = 3 tahun 3 x 50 = 150juta
Pendapatan sewa tahun 2015 sebesar 50 juta
Akhir 2015, Pendapata sewa diterima dimuka bersaldo 50juta pada Neraca dan pendapatan sewa diakui sebesar 50juta dalam LO.
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-2015 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar-Aset Tetap 150.000.000
Pendapatan diterima dimuka 150.000.000
Tanggal Uraian Debit Kredit
ILUSTRASI V
21
Entitas 3 Jan 2014 membayar sewa sebesar 500 juta untuk masa sewa 5 tahun
Sewa per tahun sebesar 500 juta / 5 = 100 juta
1 Jan 2015 sewa dibayar dimuka = 400 dilakukan koreksi
LK tahun 2015
Sewa dibayar dimuka 300 Neraca
Beban sewa 100juta LO
Dampak kumulatif 400
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-2015 Sewa dibayar dimuka 400.000.000
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan - Sewa 400.000.000
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Des 2015 Beban Sewa 100.000.000
Sewa dibayar dimuka 100.000.000
Entitas memiliki peralatan dan tahun perolehan berikut ini:
ILUSTRASI
Aset Nilai Masa
manfaat Tahun Terlew
at Beban Depresi
asi
Akumula si Depresia
si 31/12/20
14
A 40.000 40 2005 10 1.000 10.000
B 10.000 20 2008 7 500 3.500
C 2.000 10 2012 3 200 600
D 1.500 5 2010 5 300 1.500
E 1.600 4 2013 2 400 800
TOT 2.400 16.400
Tanggal Uraian Debit Kredit
1 Jan-31 Des Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi-Aset Tetap 16.400
Entitas membeli peralatan awal 2013 sebesar 200 juta, masa manfaat 5 tahun.
1 Jan 2015 akumulasi penyusutan = 80 koreksi Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar-Aset Tetap 80
Akumulasi penyusutan 80
Beban penyusutan 40
Akumulasi penyusutan 40
Beban penyusutan 40 LO Koreksi kesalahan 80 LPE
Akumulasi penyusutan 120 Neraca
Entitas 3 Jan 2013 membayar sewa sebesar 1000 juta untuk masa sewa 10 tahun.
1 Jan 2015 sewa dibayar dimuka = 400 koreksi
Sewa dibayar dimuka 800
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar-Sewa 800
Beban sewa 100
Sewa dibayar dimuka 100
Sewa dibayar dimuka 700 Neraca Beban sewa 100 LO Koreksi kesalahan 800 LPE
LATIHAN - AKRUAL
Entitas pada 4 Januari 2012 menerima pendapatan sewa 1.000juta untuk masa sewa 10 tahun sebesar 100juta. Sewa per tahun sebesar 1.000/10 = 100juta
1 Jan 2015 pendapatan sewa diterima dimuka = 700 koreksi (3 tahun) Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan
Akuntansi/Kesalahan Mendasar-Pendapatan sewa 700
Pendapatan diterima dimuka 700
Pendapatan diterima dimuka 100
Pendapatan sewa 100
Koreksi kesalahan 700 LPE Pendapatan sewa 100 LO
Pendapatan diterima dimuka 600 Neraca
Entitas 31 Desember 2015 memiliki piutang pajak 400. Piutang awal tahun 300 juta. Selama satu tahun terdapat penerimaan pajak kas 5.000
Kas 5.000 Perubahan SAL 5.000
Pendapatan pajak LO 5.000 Pendapatan LRA 5.000 Piutang pajak 100
Pendapatan pajak LO 100
ILUSTRASI - AKRUAL
PENYUSUNAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
25
Penyusunan laporan Perubahan Ekuitas untuk pertama kali tidak disajikan secara komparatif, karena baru pertama kali dibuat.
Sebagai contoh;
Dari Laporan Operasional 2015 diperoleh Surplus/ Defisit LO sebesar Rp 212.850.000.000
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan Akuntansi terdiri atas:
1. Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp 2.000.000.000 2. Akumulasi Penyusutan Rp180.000.000.000 3. Akumulasi Amortisasi ATB Rp 50.000.000
Jumlah Rp 182.050.000.000
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PEMERINTAH DAERAH/SKPD LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 dan 2014
Dalam Ribuan Rupiah
URAIAN 2015 2014
EKUITAS AWAL 2.624.000.000
SURPLUS/DEFISIT-LO 212.850.000
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI/KESALAHAN MENDASAR
- Aset Lancar-Penyisihan Piutang (2.000.000) - Aset Tetap – Akumulasi Penyusutan (180.000.000) - Aset Lainnya –Amortisasi Aset Tak Berwujud (50.000)
LPE TAHUN 2016
27
Untuk periode selanjutnya (2016 dan seterusnya):
Dampak Kumulatif perubahan kebijakan Akuntansi atau koreksi kesalahan tidak ada jika tidak terdapat perubahan kebijakan Akuntansi atau koreksi kesalahan
Dampak Kumulatif perubahan kebijakan Akuntansi atau koreksi kesalahan akan disajikan jika terdapat perubahan kebijakan Akuntansi atau koreksi kesalahan, misal ada asset yang belum didepresiasi
Dampak pada LPE dapat dibuat secara kumulatif, bila terdapat
perubahan kebijakan akuntansi/kesalahan mendasar yang
mempengaruhi periode-periode sebelumnya disajikan dalam
Dampak Kumulatif perubahan Kebijakan Akuntansi/Kesalahan
mendasar pada LPE.
PENYAJIAN NERACA
• Penyajian Neraca 2015 disajikan secara komparatif dengan tahun sebelumnya (2014).
• Untuk hal-hal yang tidak dapat dibandingkan karena tahun
sebelumnya tidak ada diberikan tanda khusus atau dikosongkan angka yang tidak relevan untuk disajikan pada salah satu tahun pelaporan.
• Contoh neraca komparatif basis CTA dan basis akrual sebagai
berikut:
NERACA
29
PEMERINTAH DAERAH/SKPD NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 dan 2014
Dalam Ribuan Rupiah
URAIAN 2015 2014
ASET
ASET LANCAR
Kas 300.000.000 272.000.000
Investasi Jangka Pendek 150.000.000 145.000.000
Piutang 10.000.000 6.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (3.000.000)
Persediaan 30.000.000 22.000.000
JUMLAH ASET LANCAR 487.000.000 445.000.000
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non-Permanen 2.000.000 1.000.000
Investasi Permanen 130.000.000 125.000.000
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 132.000.000 126.000.000
ASET TETAP
Tanah 555.000.000 555.000.000
Peralatan dan Mesin 260.000.000 248.000.000
Gedung dan Bangunan 600.000.000 586.000.000
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 650.000.000 510.000.000
Aset Tetap Lainnya 40.000.000 34.000.000
Konstruksi Dalam Pengerjaan 35.000.000 31.500.000
Akumulasi Penyusutan (205.000.000)
JUMLAH ASET TETAP 1.935.000.000 1.964.000.000
DANA CADANGAN
Dana Cadangan 80.000.000 80.000.000
ASET LAINNYA
Tagihan TGR
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 9.000.000 9.000.000
Aset Tak Berwujud 500.000 500.000
Akumulasi Amortisasi (200.000)
Aset Lain-Lain 5.000.000 5.000.000
JUMLAH ASET LAINNYA 14.300.000 14.500.000
JUMLAH ASET 2.668.300.000 2.630.000.000
NERACA
PEMERINTAH DAERAH/SKPD NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 DAN 2014
Dalam ribuan rupiah
URAIAN 2015 2014
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 100.000 144.000
Utang Jangka Pendek Lainnya 7.500.000 5.856.000
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 6.000.000 6.000.000
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Pemerintah Pusat 0 0
JUMLAH KEWAJIBAN 7.600.000 6.000.000
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
SILPA 415.356.000
Pendapatan yang Ditangguhkan 1.500.000
Cadangan Piutang 6.000.000
Cadangan Persediaan 22.000.000
Dana Yg Disediakan U/ Pemb. Utang Jk. Pendek (5.856.000)
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 439.000.000
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 1.964.500.000
NERACA 2016
31
Untuk periode selanjutnya Neraca disajikan secara komparatif dengan basis yang
sama, yaitu basis akrual.
ILU ST RA SI L AP OR AN A RU S KA S 20 15 D AN 2 01 4
LAK Dua Periode Akuntansi
Klasifikasi Berbeda
Dilakukan
PEMERINTAH KABUPATEN MAKMUR MERATA LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2015 dan 2014 Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 2015 2014
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Penerimaan Pajak Daerah 330,000,000 326,000,000 4 Penerimaan Retribusi Daerah 45,000,000 42,000,000 5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 25,000,000 23,000,000 6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah 190,000,000 180,000,000 7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak 500,000 384,000 8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam - - 9 Penerimaan Dana Alokasi Umum 1,100,000,000 952,000,000 10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus 40,000,000 36,000,000 11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus 2,000,000 1,000,000 12 Penerimaan Dana Penyesuaian 30,000,000 25,000,000 13 Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak 170,000,000 165,000,000 14 Penerimaan Bagi Hasil Lainnya 35,000,000 25,000,000
15 Penerimaan Hibah 6,000,000 4,000,000
16 Penerimaan Dana Darurat - -
17 Penerimaan Lainnya 251,000,000 248,000,000
18 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa - N/A
19 Jumlah Arus Masuk Kas 2,224,500,000 2,027,384,000
20 Arus Keluar Kas
21 Pembayaran Pegawai 1,200,000,000 1,100,000,000
22 Pembayaran Barang 355,000,000 351,000,000
23 Pembayaran Bunga 12,000 12,000
24 Pembayaran Subsidi - -
25 Pembayaran Hibah 45,000,000 41,000,000
26 Pembayaran Bantuan Sosial 50,000,000 40,000,000 27 Pembayaran Tak Terduga 880,000 841,000 28 Pembayaran Bagi Hasil Pajak 45,000,000 35,000,000 29 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi 25,000,000 20,000,000 30 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 20,000,000 15,000,000
31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa - N/A
32 Jumlah Arus Keluar Kas 1,740,892,000 1,602,853,000
33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 483,608,000 424,531,000
34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi/Investasi Aset Non Keuangan
35 Arus Masuk Kas
36 Pencairan Dana Cadangan 30,000,000 N/A
37 Penjualan atas Tanah - - 38 Penjualan atas Peralatan dan Mesin 60,000,000 50,000,000 39 Penjualan atas Gedung dan Bangunan 45,000,000 - 40 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 13,000,000 - 41 Penjualan Aset Tetap Lainnya 12,000,000 15,000,000 42 Penjualan Aset Lainnya 1,000,000 12,000,000 43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 20,000,000 N/A
44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen 30,000,000 N/A
45 Jumlah Arus Masuk Kas 211,000,000 77,000,000
46 Arus Keluar Kas
47 Pembentukan Dana Cadangan 20,000,000 N/A
48 Perolehan Tanah 120,000,000 100,000,000
49 Perolehan Peralatan dan Mesin 26,000,000 20,000,000 50 Perolehan Gedung dan Bangunan 60,000,000 50,000,000 51 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan 55,000,000 45,000,000 52 Perolehan Aset Tetap Lainnya 12,000,000 10,000,000
58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan/Pembiayaan
59 Arus Masuk Kas
60 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 5,000,000 25,000,000 61 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 2,000,000 3,000,000 62 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 15,000,000 10,000,000 63 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 10,000,000 - 64 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi - - 65 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya - - 66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara - - 67 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 12,000,000 12,000,000 68 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya - -
69 Pencairan Dana Cadangan N/A 50,000,000
70 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan N/A 5,000,000
71 Jumlah Arus Masuk Kas 44,000,000 105,000,000
72 Arus Keluar Kas
73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 5,000,000 5,000,000
74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya - - 75 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank - - 76 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank - - 77 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi - - 78 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya - -
79 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara - -
78 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 20,000,000 15,000,000
79 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya - -
80 Pembentukan Dana Cadangan N/A 10,000,000
81 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah N/A 25,000,000
82 Jumlah Arus Keluar Kas 25,000,000 55,000,000
83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan/Pembiayaan 19,000,000 50,000,000
84 Arus Kas dari Aktivitas Transitoris/Nonanggaran
85 Arus Masuk Kas
86 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 30,000,000 27,000,000
87 Jumlah Arus Masuk Kas 30,000,000 27,000,000
88 Arus Keluar Kas
89 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 35,000,000 26,000,000
90 Jumlah Arus Keluar Kas 35,000,000 26,000,000
91 Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris (5,000,000) 1,000,000
92 Kenaikan/Penurunan Kas 400,608,000 322,531,000
93 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran 1,322,530,999 999,999,999 94 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran 1,723,138,999 1,322,530,999
95 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan 15,000,000 15,000,000
96 Saldo Akhir Kas 1,738,138,999 1,337,530,999
TERIMA KASIH
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Gedung Prijadi Praptosuhardjo III, Lt. 2, Kementerian Keuangan Jl. Budi Utomo No. 6, Jakarta Telepon/Fax (021) 352 4551 website : www.ksap.org Email: [email protected]