ALAM PEDESAAN DALAM NOVEL-NOVEL AHMAD TOHARI:
METONIMI KEJADIAN DAN METAFORA KEADAAN PIKIRAN DAN PERASAAN TOKOH-)
Mugijatna'.1
FSSR,
Universitas Negeri
SebelasMaret
Abstrak
\Novel-novelAhmad Tohari didominasi oleh latar alam pedesaanBanlrumas. Tulisan ini mengkaji masalah fungsi latar alam pedesaan dalam novel-novel Ahmad Tohari tersebut.
Kajian dilakukan dengan menggunakan metode semiotika struktural Saussurean,mengacu pada teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Sumber data berupa novel-novel Ahmad Tohari yang dipilih secara purposioe, berdasar pada kekayaan latar tempat yang berupa alam pedesaan.
Data berupa kata-kata, frasa, atau paragraf yang diambil dari novel-novel yang dipilih. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan langkah-langkah: pengambilan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan kembali lagi ke pengumpulan data.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa latar yang berupa alam pedesaan dalam novel-novel Ahmad Tohari di samping berfungsi sebagai latar kejadian juga berfungsi sebagai metafora bagi keadaan pikiran dan perasaan tokoh-tokohnya. Di samping itu, deskripsi latar yang bempa alam pedesaan dalam novel-novel tersebut menyajikan keindahan yang memberi kenikmatan kepada pembaca.
Kata-kata kunci: noael, latar, metonimi; metafora, semiotika.
Abstract
Noaels by Ahmad Tohari zoere dominated by oillage settings of Banyumas. This paper analyzed nature of
oillages function in the noaelsby AhmadTohari.
The research was performed using Saussurean semiotic stntctural method that refened to theory of syntaxes and paradigns relationship. Data source were nooels by Ahmad Tohari and were chosnr purposiaely based on richness setting of aillage nature in those nooels. The data in zoords, phrases or parngtaph were taken
from the nooels. Analysis was performed descriptioely in steps: collecting dnta, reducing data, perfonning data, taking conclusion, and gefting back to collecting data.
The result shozoed that the setting of aillage nature in those noaels, besides functioned as occurrence setting
also functioned as metnphor for zoay of thinking condition nnd feeling of the characters. The setting of place
Key u ot ils : n oo el, s ettirt g, met onymy, me t aphor, s emio ti c
1. Pendahuluan Dukuh
Parukbahwa t ilogr
Ronggeng Dukuh Novel-novel Ahmad Toharidikatagorikan
P-aru!-"Originally
rppearingin
a serialform
insebagai novel-novel dengan wama" lokal
the lakartadaily
Kompas,the
noaels hatse beenBany-umas,
sebagaim*u yir,g dikemukakan ytepo\zed
as sastrawarna lokal
(local colourCooper (2004:5il) tentang ftIogi
Ronggeng Jiction); a Senre that emergedin
the L970s,..."
59
Salah satn unsur wama lokal Banyumas dalam
novel-novel Ahmad Tohari itu adalah
latar tempat yang berupa alam pedesaan Banyumas.Latar tempat
dalamnovel-novel
tersebut sepengetahuanpeneliti belum pemah
dikaji.OIeh karena
itu, peneliti
terdorong melakukan kajian ini. Adapun masalah yang menjadi fokus kajian adalah fungsi latar alam pedesaan dalamnovel-novel Ahmad Tohari dan
bagaimana latar alam pedesaan tersebut dapat mememberi kenikmatan kepada pembaca.Hasil kajian ini
besarmanfaatrya
karenadapat menjadi masukan untuk
memahamifungsi latar dalamnovel.
Di
sampingitu,
dapat menj adi masukan untuk memahami bagaimanadeskripsi latar mampu memberi
kenikmatankepada pembaca. Pada gilirannya,
secara praktis, hasil kajianini
dapat menjadi masukan bagi calon penulis novelunfuk
membuat latar yangpadu
denganunsur
novel yanglain
dan deskripsi I atar yang dapat memberi kenikmatan kepada pembaca.2. Teori dan Metodologi
2.1 Teori
Latar (setting) tempat dapat
berfungsi sebagai enaironment,bak
sebagai metonirni,maupun
sebagaimetafora bagi para
tokoh- tokohnya (Warren, 1961:202).Metonimi
adalahhubungan kedekatan, sementara
metaforaadalah hubungan kemiripan
(Silverman, 1983:109).Latar yang berupa kota modem merupakan metonimi bagi tokoh
modem, latar yang berupa sawah merupakanmetonimi bagi tokoh
petani atau orangdesa.
Deskripsilatar, sering tidak berhenti pada
deskripsitempat berlangsungnya kejadian
semata,melainkan dapat sampai pada
penciptaan suasana yangmenjadi
metaforakondisi batin tokoh-tokohnya,
metaforauntuk
"the internal states of the charactersor
of a peraasiae spiritualc a n dition " (Kenney, 19 65 :41).
]akobson
menjelaskanbahwa
hubunganmetaforik adalah hubungan kemiripan
atauanalogi antara kata-kata literal dengan
kata- kata metaforik yang menggantikannya, sepertikata
kandang atauliang untuk
menggantikankata gubug. Hubungan metonimik
adalah hubungan berdasar asosiasi antarakata
literal60
Widyapanrt?, Volurne 39, Nomorl
Juni 2011dengan penggantinya, seperti hubungan sebab akibat antara kemelaratan dan gubug, hubungan keseluruhan dan sebagian antara gubug dengan atap jerami, dan hubungan antara hal-hal yang biasanya berada secara berdampingan, seperti hubungan antara gubug dengan petani.
Apabila
aliran sastra romantisme didominasi
olehhubungan metaforik (menggunakan
alam sebagai metaforabagi pikiran dan
perasaan),aliran realisme didomimansi oleh
hubunganmetonimik, plot berpindah ke atrnosfer
dan karakter berpindah ke latarwaktu
atau tempat (Scholes, 197 8:20*21).]akobson menambahkan
konsePhubungan metonirhrik dan metaforik ini
keteori
Saussure tentanghubungan
sintagmatikdan paradigmatik (dalam
Scholes, 1974:19).Hubungan
sintagmatik sesungguhnya bersifatmetonimik dan hubungan paradigmatik
sesunggu}nya bersifa t metaforik.Seiain itu, baik
sebagaimetonirni
atau metafora,latar
dapat menciptakan keindahan sehinggamemberikan kenikmatan
tersendirikepada pembaca. Pertama, deskripsi
alambisa membawa pembaca
menggerakkanimaiinasinya membayangkan alam yang
dideskripsikan.
Pergerakandari
bahasa yang menggambarkan alam ke imajinasi alam yangdigambarkan oleh bahasa itu
memberikankenikmatan yang indah.
Kedua, bahasa yang digunakan j uga dapat memberikan keniktaman, terutama ungkapanfiguratif.
Perrine (1977 : 69) menjelaskanbahwa
"figuratiae languageffirds us
imaginatiue pleasure."
Pergerakan imajinasidari ungkapan figuratif ke realitas
harfiah memberikan kenikmatan imajinatif .2.2 Metodologi
Metodologi
yr.g
digunakan dalam kajianini adalah semiotika struktural
Saussurean.Menurut
Saussure,dalam bahasa
terdapathubungan sintagmatik dan
hubunganparadigmatik. Hubungan sintagmatik
adalahhubungan satu kata
dengankata lain
dalamrangkaian tuturan
(parole) secaralinear
yang tersusun berdasarkan afuran langue. Hubunganparadigmatik
adalahhubungan
persatuandi
luar wacana. Dalamhubungan sintagmatik, arti bersifatkumulatif;
sementara dalam hubunganparadigmatik, arti
bersi{at selektif. Hubungankata-kata ibu, pergi, ke, pasar dalam
kalimat
lba pergi ke pasar adalahhubungan
sintagmatik.Hubungan
ini
terbentuk berdasarkan peraturan bahasa Qt ar ole). Arti susunan sintagmatik tersebutbersifat kumulatif, linear, dan
berlangsungdalam wakfu: penambahan kata-kata
barudalam
susunnn tersebut akan menambaharti futuran
tersebut. Dengan demikian, hubungan sintagmatik bersifat diakronik. Hubungan kata- kata ibu dengan kata-katalain (di
luar katimat)yang memiliki hubungan fungsi
gramatikal yang sirma dengan katafuu, seperti bopa,paman, bibi, adalah hubunganparadigmatik.
Perrutur harusmemilih
salah satudari
kata-kataitu,
iatidak dapat
menggunakan semuanya dalam kalimatitu
dalam fungsi gramatikal yang sama.Selain kesamaan
fungsi gramatika|
hubunganparadigmatik yang lain adalah
hubungansinonim/antonim dan hubungan pola bunyi
y.ung s,rma (Scholes, 197 8:19). Dengan demikian, hubungan paradigmatik bersifat sinkronik.
Hubungan
sintagmatik danparadigmatik dapat diterapkan dalam berbagai
wacana sekunder seperti sastr4film,
lukisary fotografi,dan seni bangunan (Silverman,
1983:106).Dalam kajian sastra, hubungan sintagmatik dan
paracligmatik digunakan untuk
menganalisisstruktur internal karya sastra.
Hubungansintagmatik digunakan untuk
menganalisishubungan peristiwa-peristiwa,
sebagaimana dikemukakan Berger (2000: aa)."Sunioticians use the term symtagmatic analysis
for
interpretation of texts that look at them in tmns of the sequsnce of eaents that giae meaning- in
the same way that the sequence of wordszfie use in a sentence generntes meaning." Sebab
akibat menjadi kttnci penghubungan p*istiwa- peristiwa ini.
Hubungan paradigmatik
digunakanuntuk
menganalisis hubung an binary oryosition antaraperistiwa yang satu
dengan peristiwayang lain. Menurut
Roman]akobson
(dalamBerger,
2000:47-48),binary
opposisitonyang berasal dari Levy-Strauss merupakan
thefundamental *oy the human mind
produces meaning.Oposisi (pertentangan)
merupakankunci penghubungan peristiwa yang
satudengan peristiwa yang lain.
Setairu oposisi-biner, bentuk hubungan paradigmatik yrog
lain adalah hubungan
kemiripan
atau analogi.Todorov menyebut hubungan sintagmatik sebagai
hubungan in
presentiadan
hubunganparadigmatik
sebagaihubungan in
absentia.Hubungan in presentiamerupakakan hubungan
konfigurasi, konstruksi. Sebab
akibatmenghubungkan
persitiwa-peristiwa
sehinggaperistiwa-peristiwa berkaitan safu
sama lain.Hubungan-hubungan in
absentiamerupakanhubungan makna dan
perlambangan.Signifiant mengacu ke signifie;
unsur-unsurtertenfu mengungkapkan unsur-unsur lain;
peristiwa-peristiwa tertentu
melambangkan gagasan-gagaffu:rlain., Meskipun
demikian, ada unsur-unsuryangtak hadir di
dalam teksyang demikian hidup dalam pikiran kotektif
pembaca (pada suatu masa) yang termasuk ke dalam unsu r in pr es entia. Sebaliknya, ada b a giandari teks yang cukup panjang berada jauh dari
bagian teks yanglain
yang hubungannyatidak berbeda
denganhubungan in
absentia.(Todorov, 1985:1 1-12).
Dengan demikian, metodologi
dalampenelitian ini dapat dirumuskan
sebagaiberikul apabila latar membentuk
hubungansintagmatik, yakni hubungan
kedekatandengan kejadian, latar tersebut
adalahmetonimi bagi kejadian, dan apabila
latarmembentuk hubungan paradigmatik, yakni hubungan kemiripan atau analogi
dengankeadaan pikiran atau
perasaantokoh,
latar tersebut adalah metafora bagi keadaanpikiran
atau perasaan tokoh.
3. Data dan Sumber Data
Data dalam novel berupa
kata-kata, frasa, atauparagrat
yangdiambil dari
novel-novel Ahmad Tohari, dipilih
secara purposioe berdasar kekayaannovel-novel
tersebut akan latar alam pedesaan. Berdasarkriteria
tersebu!novel yang
terpilih
adalah Di Kaki Bukit Cibalak(DKCB), triogi
Ronggeng Dukuh Paruk (RDP), dan Bekisar Merah(BM).
Selainkaya
denganlatar alam pedesaan, novel-novel
tersebutmemiliki keunikan tersendiri. DKCB
adalahnovel pertama Ahmad Tohari, RDP
karyamasterpiece Ahmad Tohari; dan BM merupakan
novel Ahmad Tohari yang populer
setelah RDP. Lebih dariitu,
RDP adalahtrilogi, terdiri
Alam Pedesaan dalam Novel-Novel Ahmad Tohari: Metonimi Kejadian dan Metafora Keadaan
Pikiran
61atas tiga novef sehingga dengan
demikianyang
dibahas dalamkajian ini
sesungguhnya berjumlah lima novel.4. Analisis
Analisis dilakukan
secaradeskriptif,
ber- dasarhubungan
kedekatanlatar
dengan ke-jaclian dan hubungan kemiripan
antara latar dengan keadaanpikiran
dan perasaan tokoh-tokoh,
sebagaimanayang telah
dikemuka-kan
dalam metodologi.Adapun
proses anali-sis dilakukan
secarainteraktif,
sebagaimana yang dikemukakan olehMiles
dan Huberman (1984:23),mulai dari pengambilan data, reduksidat4
penyajian data, hingga penarikan kesim- pulan, dan kembali lagi ke pengambilan data.Paragraf berikutnya
mendiskripsikanperubahan yang terjadi pada lorong
yang menembus semak puyenganitu
menjadi jalan setapak."sekarang terowongan
di
bawah belukar puyengnnitu
lenyap, berubah menjadi jalan setepak. Tak terdengarlagi
suara kovnkankerbau, karena binatang
itu
telah banyak dingkutke
kota, dandi
sana akan diolah menjadi daging goreng atau makanan aniing.Di sekitar kaki Bukit Cibalak, tenaga kerbau
telah digantikan traktor-traktor
tangan.Burung-burung kucica
yang telah
turun-temurun mendaulat belukar
puyengan terpaksa hijrah lde semak-semak kerontang yang menjadi batas antara Bukit Cibalak dan Desa Tanggir di kakinya. Orang-orang yang biasa memburuh dengan bajak kemudian berganti pekerjaan '.."
(Tohari,2005:5).Deskripsi Perubahan lorong
Yangmenembus semak
puyenSanmenjadi
jalan setapakdiikuti dengan deskripsi
perubahankaki Bukit
Cibalak,di
manaperistiwa
dalam4.1 Latar Kejadian
Ahmad Tohari memulai DKCB
dengandeskripsi
sebuahjalan
setapakyang
semula-"*pikuo terowongan menembus
semak- semak."Dulu, jalan setapak
itu
adalah terowonganyang
menembusbelukar
Puyengan- Bila iring-iringan kerbaulewa! tubuh
mereka tenggelamdi bawah
terowongan semakitu.
Hanyabunyi
korakan yang tergantung pada leher mereka terdengar dengan suara berdentang-dentang, iramanyatetap
dandatar. Burung-burung kucica yang terkejut,
terbang mencicit. Mereka tetap
tidakmengerti mengaPa kerbau-kerbau senang mengusik ketenteraman belukar puyengan tempat burung-burung kecil
itu
bersarang'Meskipun
kerbau-kerbauitu telah
jauhmemasuki hutan
jati Bukit
Cibalak, suara korakan mereka masih tetap terdengar. Danbunyi
korakan adalah pertanda yang selalu didengarkan olehmajikan."
(Tohari, 2005:5-6).
62
Widyapanua, Volume 39, Nomorl
Juni 2011,/ tekno-ekonomi dan perubahan
sosial-budaya' , (Conclusonrnwin)
mayarakat Desa Tanggir, desa yang terletak di' \---l kaki Bukit
Cibalak,di mana
perisLiwa dalamnovel ini
berlangsung' Tenagakerbau diganti
dengantraktor
dan orang-orang desa berganti pekerjaan.Deskripsi jalan setapak itu
menjadiawal deskrlpsi alam
pedesaanyang
menjadilatar fisik bagi kehidupan sosial
masyarakatDesa Tanggir. Kehidupan sosial
masyarakat pedesaanini pada gilirannya menjadi
latariosial-budaya bagi kehidupan tokoh
utama, yaituPamludi,
seorang pemuda yangiujur
dan amanahberkonflik dengan tokoh lain, yaitu Dirgomulyo, lurah terpilih
yang suka korupsi,*uit't p"."topuan,
danberjudi. Deskripsi
latarberupa alam
pedesaanyang dimulai
dengandeskripsi jalan
setapakitu dengan demikian
merupakanmetonimi bagi kehidupan
tokoh- tokoh dalam novelDKCB.
'Tritogi
RonggengDukuh Paruk dimulai dengan deskripsi
sePasangburung
bangau terbang melayangti.ggi di langif dilanjutkan
dengan deskripsi sawah yang kering-kerontang,deskripsi burung pipit dikejar burung
alap-alap
di
bagianlangit
yanglain,
dan kemudian deskripsi musim kemarau yang kering."Sepasang burung bangau melayang meniti
angrn, berputar-putar tinggi di
langit.Thnpa sekali pun mengepak sayap, mereka mengapung, berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air.
Kedua unggas
itu
telah melayang beratus- ratus kilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat mereka mencari mangsa; katak, ikary udang, atau serangga air lainnya.Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah
tujuh bulan
kerontang. Sepasang burung bangauitu
tak akan menemukan genangan air meski hanya selebar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering berwarna kelabu. Segalajenis rumput, mati.
Yang menjadi bercak-bercakhijau di
sana sini adalah kerokot, sajian alam bagi berbagai jenis belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktusini
justru hanya munculdi
sawah sewaktu kemarau ber1aya." (Tohari, 2004:9-10).Alam yang dipaparkan pada
halamanpertama RDP merupakan latar depan
bagiDukuh Paruk, pedukuhan kecil dan
terpecilyang hanya dihuni oleh 23
keluarga. Dalam tataran latar kejadian, sawah kering-kerontangmerupakan metonimi bug
kehidupanwarga Dukuh Paruk
sebagiorang
desa yang terbelakang dan melarat.Bekisar Merah dimulai
dengan pemandangan pohon kelapa yangdilihat dari
balik tirai hujan tampak seperti perawanmandi
basah."Dari balik tirai hujan
sorehari
pohon- pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah: segar, penuh gairatr,dan daya hidup.
Pelepah-pelepah yangkryrp
adalah rambut basah yang tergerai danjatuh di
belakang punggung. Batang- batang yang ramping danmeliukliuk
oleh embusanangin seperti tubuh
semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.Ketika angin tiba-tiba bertiup lebih kencang pelepah-pelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikui irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung terbanjar dan bergurau
di
bawah curah pancuran." (Tohari, 2005: 5).Sebagaimana
latar
alam pedesaan dalamDKBC dan RDP, deskripsi alam
pedesaanberupa pohon kelapa yang ditimpa
hujandan ditiup angin
pada halaman pertamaBM
ini merupakan metonimi bagi kehidupan tokoh-tokohny4 yaitu
Darsa, Lasi dan Kanjat.Darsa, suami pertama
Lasi,
adalah penyadapnira. Kanjat kekasih Lasi yang kemudian
menjadi suami Lasi (setelah Lasi berceraidari Handarbeni, suaminya yang kedua)
adalahanak tengkulak gula, Pak Tir, yang
menjualgula yang dibelinya dari penduduk
desa Karangsoga ke]akarta.
Sebagian besar wargadesa Karangsoga memang penyadap nira.
Latar alam
dalartnBM memiliki tingkat kepaduan yang lebih ti.ggi
dibandingkandengan latar alam dalam DKBC dan
RDRkarena latar alam yang
dideskripsikansekaligus merupakan sumber
kehidupan tokoh-tokohnya. Darsahidup dari
menyadap nira, dan dari menyadap nira pula ia mendapatkecelakaan yang menjadikannya
terus-menerus kencing tanpa terasa dan
prosespenyembuharmya mengantarkannya
ke pengkhianatanterhadap
Lasi,istrinya.
Cerita pun berkembang, Lasilari
ke ]akarta danjatuh ke tangan Hadarbeni yang
memperistrinyahanya untuk menjadikannya hiasan
rumah, sebagaimanabekisar menjadi hiasan
rumah-rumah
mewah.Kemudian ia jatuh ke
tanganBambung yang juga menjadikannya
hiasanrumah.
Setelahbercerai dengan
Handarbenidan belum jatuh ke tangan Bambung
secarapaksa, Lasi sudah menikah dengan Kanja!
sehingga
Lasipun
menolak melayani Bambungmeskipun Lasi berada dalam
kekuasaan Bambung.Sebagai
latar kejadian, alam
pedesaan dalam novel-novelAhmad
Tohari merupakanbagian yang tak terpisahkan dari
kehidupantokoh-tokoh.yu. Desa adalah tempat tokoh hidup, mereka hidup dari alam
pedesaan yangdihadirkan
pengarang. Hubungan antaraalam
pedesaandengan para tokoh
tersebut merup akan hubungan kedekatan.4.2 Metafora bagi Keadaan Pikiran dan
Perasaan Tokoh-TokohSelainberfungsi sebagailatarkej adian, alam
dalam novel-novel Ahmad Tohari
berfungsiAlam Pedesaan dalam Novel-NovelAhmad Tohari: Metonimi Kejadian dan Metafora Keadaan
Pikiran
53sebagai
metafora bagi
keadaanpikiran
atau suasanahati tokoh-tokohnya. Dalam
DKCB, perubahan terowongan yang menembus semak puyengan menjadi jalan setapak, berpindahnyaburung kucica ke tempat lain karena
semak puyengantak
adalagi, dan
pergantian tekno-ekonomi di
DesaTanggir: kerbau dan
bajak diganti traktortangan dan penduduk desayangsemula hidup dari bertani
sebagian beralihhidup dari memburuh, merupakan
metaforabagi peristiwa dalam novel ini.
Deskripsiperubahan alam itu menggarnbarkan hilangnya suasana tenteram dan damai dalam kehidupan
di
desa. Gambaranini mempakan
metaforabagi
keadaanpikiran dan
suasanahati
tokohutama, Pambudi, dan
suasanakehidupan di
desa secara menyeluruh.
Pambudi
adalahpemuda
yangjujur
danamanah. Sebagai karyawan koperasi
desa,Pambudi ingin bekerja
secarawajar
sesuaiperaturan yang berlaku. Tetapi lurah
baru,Pak Dirgomulyo,
menggunakan dana daruratkoperasi
desauntuk
kepentinganpribadi.
Ia menolak usulan Pambudiuntuk
mengabulkanpermintaan Mbok Ralem meminjam
uangdari dana darurat koperasi desa
unfuk
berobatke
Jakarta.Pak Dirgo sudah Punya
rencanasendiri tentang Penggunaan dana
darurat koperasi desa. Saat Pambudi mengungkapkan bahwa PakDirgo
sudah pemah menggunakan danadaruat
koperasi desauntuk
keuntunganpribadi, Pambudi dibenci. Pak lurah Dirgo meminta Pambudi menyingkir dari
DesaTanggir"
Pambudi menyingkir ke
Yogyakartadan Pak Dirgo menyebarkan isu
bahwaPambudi pergi ke Yogyakarta
dengan membawauang
koperasi, padahal PakDirgo sendiri yang menggunakan uang itu unfuk
biaya pelantikannya. Kekasih Pambudi, Sanis,juga direbut
PakDirgo. Pambudi
membalasdengan mengungkapkan tindakan korupsi
Pak Dirgo melalui tulisan-tulisarlnya di harian
Kalawarta. Camat, atasperingatan dari
anaknya, Barnbang Sumbodo, menjebak PakDirgo melalui perjudian yang dilayani
gadis-gadis cantik. Pak Dirgo
terjebak, ditangkap, dan dipenjara.Deskripsi jalan setapak yang
semulamerupakan sebuah terowongan
menembussemak puyengfln. dengan
demikian
bisadilihat
64
Widyapanua, Volume 39, Nomorl
Juni 2011sebagai intr
o
terhadap kej adian-kej adian yan gmenimpa tokoh cerita. Deskripsi latar
yangmenggambarkan hilangnya suasana
damai dan tenteram(di
awal novel), merupakan intro terhadap suasana tak damai dan tenteram yangdialami
oleh Pambudi. Sebagaiintto,
suasanayang digambarkan lewat deskripsi latar itu merupakan metafora bagi
suasanahati
dan keadaanpikiran
Pambudi.Dalam
RDi
latar berupa suasanamusim kemarau yang kering dengan ribuan
hektarsawah kering-kerontang dan angin
tenggara yangkering pula
sehinggameluruhkan
daun danranting
pohon, merupakanintro
terhadapkehidupan wargalDukuh
Paruk yangmelarat bodolu dan terbelakang, serta
penderitaan Srintil, tokoh utama dalamtrilogi ini.
Sakarya,
kakek Srintil
sekaligus kamituaDukuh Paruk, menjadikan Srintil
sebagaironggeng, karena sudah lama
Dukuh
Paruk takmemiliki
ronggeng,dan tanpa
ronggengyang
menjaditradisi Dukuh
Paruk tak punya pa?nor.Rasus, teman Srintil sejak kecil
danmenyukai Srintil, tak suka Srintil dijadikan ronggeng. Dia pergi dari Dukuh
Parukdan tinggal di Pasar Dawuan, pasar
kotaKecamatan yang membawahi
Dukuh
Paruk.Di
Pasar Dawuan, Rasus mengenal
Islam
dengannilai-nilainya yarrg berbeda dengan nilai- nilai yang dianut warga Dukuh Paruk
yang berlandaskanpada
kepercayaankepada
roh nenek moyang dan tradisi ronggeng yang cabul.Selain itu, Rasus belajar membaca dan menulis,
kemudian menjacli tentara sehingga
statussosial-ekonominya meningkat-
Srintil menjadi
ronSyengyang
kesohorsehingga menarik Bakar, tokoh komunis, yang
kemudian
memanfaatkanSrintil
sebagai alatpropaganda partai. Ketika PKI
dibubarkankaret
a mendalangi pemberontakan
G.30.S,Srintit,
Sakarya,Kartareja (dukun
ronggeng) besertaistriny4 tlan Sakum (pemain
calungdalam
RonggengDukuh Paruk)
ditangkapdan ditahan oleh tentara. Srintil
ditahanselama
dua tahun. Peristiwa itu
meniadikan Sakarya,Srintil, dan seluruh warga Dukuh Paruk menjadi
sengsaradan menjadi
hina-clina karena dianggap
terlibat
pemberontakanPKI. Di pihak lain, peristiwa itu
menjadikanSrintil berubah pandangan. Semula
iaberpandangan bahwa status
ronggengleb*r ti.ggi
daripada status perempuan soruahan,kini ia
berpandanganbahwa
perempuan somahanlebih tinggi
derajatrya dibandingkan ronggeng dan ia berusaha mengubah statusnya menjadiperempuan
somahan.Ia mengharapkan
bisamenikah
dengan Rasus. WargaDukuh
Parukpun menginginkan
agar Rasusmau
menikahdengan Srintil dan tinggal di Dukuh
Parukmelindungi
mereka.Rasus
tak ingin menikah
denganSrintil
karenaSrintil
senang menjadi ronggeng. Selainifu,
sebagai tentara, Rasustidak
bisa menikahdengan bekas tawanan politik. Oleh
karena Rasus tak mau menikah denganSrintil, Srintil pun menerima Baius (kepala projek
saluranair
dari Jakarta), tetapi Bajus mendekatiSrintil bukan unfuk menikah
dengannyakarena
ialelaki
peluh, impoten, melainkan hanyauntuk
menjadikan Srintil umpan dalam mendapatkan
tender proyek yang lebih
besar.Ia
memintaSrintil bersedia tidur
bersamaPak
Blengur, bos Bajus, dengan ancaman apabilatidak
mauSrintil akan dikembalikan ke
penjara. Situasiini
menjadikanSrintil
gila.Melihat Srintil gila Rasus terpukul.
Kehancuran
Dukuh Paruk serta
kehancuranSrintil merupakan akibat dari
kepercayaansyirik yang bodoh dan kehidupan
sosial-ekonomi yang berpusat pada
ronggengpenuh
kecabulan. Kebodohandan
kecabulanmenjadikan
masyarakatDukuh Paruk tidak
dapat mengembangkan
akal-budinya,tidak dapat mengenali
SeleraAgung.
Rasus kemudian membawaSrintil
berobat kerumah
sakit tentara dan mengajak warga Dukuh Paruk menyesuaikandiri
dengan Selera Agung, selera Ilahi.Dari
paparandi
atas tampak bahwa latarberupa musim kemarau yang kering
danpanjang (dengan beribu-ribu hektar
sawahkerontang, angin tenggara yang kering
danmeluruhkan daun-daun di
pepohonan) jelastampak
sebagaimetafora penderitaan Srintil dan warga Dukuh Paruk
secara keseluruhan.Kehidupan warga Dukuh Paruk,
terutamaSrintil, kering-kerontang bagaikan sawah di
musim kemarau. Ronggeng yang pada awalnya mendatangkan kemasyuran dan kemakmurantemyata kemudian hanya
menimbulkanpenderitaan demi penderitaan. Latar
berupasuasirna musim kemarau
kering-kerontangyang dideskripsikan di awal novel ini
merupakanintro
terhadap penderitaanSrintil
dan wargaDukuh
Paruk.Dalam
RDP,latar berupa
alam pedesaanmerupalan
metafora bagi keadaan batin tokoh-tokohnya. Gambaran tersebut tidak
hanya terdapatdi
awalnovel
pertamadalam trilogi
ini, melainkan juga terdapat di dua
novellainnya. Di buku kedua Lintang
KemungkusDini Hari, akhir Bab "t", kesedihan Srintil ditinggal
Rasustanpa pamit dan
kegagalanSrintil menemukan
Rasusdi
Pasar Dawuan (Rasus telah pergi ke markas batalion bersama sers:rn Slamet) digambarkan dalam perjalananpulang dari
PasarDawuan melalui
deskripsi alam di malamhari
dengan nada sendu."Pejalanan ke Dukuh Paruk diteruskan ketika bintang-bintang
mulai
terang. Lepas dari jalan besarSrintil
dan neneknya menapak pematang yang lurus menuju Dukuh Paruk.Gerumbul kecil
itu
meremangdi
kejauhan.Kiri-kanan'pematang adalah
hamparan sawah yang sangat luas dankini
ditanami berbagai palawija. Burung bence yang selalu berteriak-teriakbila ada
manusia berjalan dalam gelap terbang hanya beberapa depa diatas kepala cucu dan neneknya itu. Suaranya berisik, seakan-akan seluruh malam adalah miliknya yang sedang diusik.
t...1
Malam telah sempurna gelap sebelum Nyai Sakarya dan Srintil mencapai Dukuh Paruk.
Bulan tua baru akan muncul tengah malam sehingga cahaya bintang leluasa mendaulat
langit. Kilatan cahaya bintang
beralih memberi kesanhidup
pada rentang langit.Tetapi
bila
kilatan cahayaitu
berlangsung beberapa detik lamanya,dia
menimbulkan rasa inferior. Di bawah lengkung langit yang megah Nyai Sakarya beserta cucunya merasa menjadi semut kecil yang merayap-rayap di permukaan bumi, tanpa kuasa dan tanpa arti sedikit pun." (Tohari,2003: 135).Kalimat-kalimat dalam kutipan tersebuf
terutama kalimat-kaliamat pertama, "Pejalananke Dukuh Paruk diteruskan ketika
bintang-Alam Pedesaan dalam Novel-Novel Ahmad Tohari: Metonimi Kejadian dan Metafora Keadaan
Pikiran
55bintang mulai
terang. Lepasdari jalan
besarSrintil
dan neneknya menapak pematang yang lurus menuju Dukuh Paruk. Gerumbul kecilitu
meremang dikejauhan,"
dan kalimat terakhir,"Di
bawahlengkung langit
yang megahNyai Sakarya beserta cucunya merasa
menjadi semutkecil yang merayaq-rayaq di permukaanbumi,
tanpa kuasa dan tanpa arti sedikitP!f,",
menciptaknn suasana sedih. Perasaan sebagai semut kecil yang merayaP-rayap di permukaanbumi,
tanpa kuasa dan tanpaarti sedikit
pun,merupakan metafora dari
kesedihan mereka, terutamaSrinti|
karena ternyata kemasyurandan kekayaan tak menjadikannya
berjaya menahan Rasusuntuk
tetaptinggal di Dukuh
Paruk.Di
Bab 2,buku kedua,
terdapat deskripsilatar yang terjalin
dengan suara calung yangdimainkan
oleh Sakum. Deskripsi latar berupa paduan antara suara calung dengan suara alamdi malam hari menciptakan
suasana sendu, metafora bagi keadaan batin Srintil."Dengarlah suara mata calungyang menyusup ke bawah rumpun-rumpun bambu di Dukuh Paruk. Dari bambu pulang ke bambu. Mesra
dan penuh makna
seperti seorang anak yang menyurukkan wajah dalam-dalam ke selangkangan emaknya. Ketika angin malam membuat desah daun-daun bambu, suaranya menjadi latar yang paling alami bagi irama calung yang terus mengalir melalui ayunan kedua tangan Sakum.Tit-tuit tit-tuit
suara burung prit putih yang mulai terdengar sejakmatahari terbenam
menYemPumakan kidung Dukuh Paruk. Pedukuhan terpencilitu
sedang menembangkan kidung malam.Entahlah,
kini
yang terdengar bukan nada cepat bergairah, melainkan suarapilu
yang menggayut." (Tohari, 2003:153).Pada paragraf
terakhir buku ketiga,latar
berupalangit
malam yang berkabut dan kabutitu
membentuk janteramelingkari
bulanjalin- menjalin dengan deskrisi
kepercayaansyirik warga Dukuh Paruk dan
kepercayaan Rasus sendiri sebagaiMuslim.
"sementara aku berdiri di panggung Dukuh Paruk yang
tua
dan masihnaif, langit
di atasku kelihatan bersih. Hanya kabut yang gaib, dan baru kasatmata setelah dia membuatjantera bianglala di seputar bulan. Mendiang Sakarya sering mengatakan, bulan berkalang bialanglala adalah pertanda datangnya masa
susah
dan Dukuh Paruk selalu
Percaya akan kata-kata kamituanya. Tetapi kiranya mendiang Sakarya mau mengertibila
akuberpendapat lain. Bulan berkalang bianglala
di
atas sana kuanggap sebagai sasmita bagidiriku
sendiri,untuk
mengambil wilayah kecil yang terkalang sebagai sasaran mencari makna hidup. Dukuh Paruk harus kubantu menemukan dirinya kembali, lalu kuangkat mencari keselarasan di hadapan Sang Wujud yang serba tanpa batas." (Tohari, 2004:403-404).
'\
Warren (1961:2A$ menyatakan
bahwa"setting matl be the expression of a hwnan ruill.
h
rnay,
if it
is a natural sefting, be proiection of thewill. [...]. a
sturmy, temptestuous hero rushesout into the
strom.A sunntl
disposition likessunlight."
Latar berupalangit malam
dengan bulan berkalang tersebut merupakan proyeksi bagipikiran
Rasus,yaitu
mengeluarkan wargaDukuh Paruk dari kegelapan
kepercayaansyirik menuju pencerahan
(kepercayaan terhadap Tauhid).Dalam BM, latar berupa
pohon-Pohonkelapa yang ditimpa hujan,
digambarkan seperti perawanmandi
basah, pertama-tamamerupakan keindahan yang nikmat untuk dibaca.
Gambarantersebut merupakan
lataryang netral, sekadar
sebagailatar
kejadian semata.Fungsi lain dari latar berupa
pohonkelapa yang ditimpa hujan
merupakanforeshadowing peristiwa kecelakaan
yang menimpa Darsa, yangjatuh
dari pohon kelapa sehinggakakinya lumpuh dan
terus-menerus kencing tanpa terasa.Latar alam dalam BM merupakan metafora
keadaan pikiran atau suasana hati
tokoh (tergambar pada bagian kedua novel ini). Latar berupa alam pegunungan dengan air mengalirdi parit berbatu digunakan
sebagai metaforabagi kehidupan warga
desa Karangsoga yang seolahhanyut di air mengalir di
antara batu-bafu, terbentur-bentur dan
kadang-kadang tenggelam."Musim pancaroba telah lewat dan kemarau tiba. Udara Karangsoga yang sejuk berubah
66 Widyapanr?,
volume 39, Nomorl
Juni 2011dingin dan
acapberkabut pada
malamhari.
Namun kemaraudi
tanah vulkanikitu
tak pemah mendatangkan kekeringan.Pepohonan tetap hijau karena tanah
di
sana kaya akan kandungan air. Suara gemercik air tetap terdengar dari parit-parit berbatu ataudari
dasar jurang yang tertutup rimbunan pakis-pakisan. Kemarau di Karangsoga hanya berarti tiadanya hujan dalam satu atau dua bulan.Alam
sangat memanjakan kampungitu
dengan memberinyacukup air
dan kesuburan. Lalu, mengapa para penyadap kelapadi
Karangsoga hidup miskin adalah kenyataan ironik, yang anehnya tak pemah dipermasalahkan apalagi dipertanyakan.Kehidupan
di
Karangsoga tetap mengalirseperti air di
sungai-sungaikecil
yang berbatu-batu. Manusianya hanyuf terbentur-bentur, kadang
tenggelamatau
bahkan membusukdi
dasarnya.Tak ada
yang mengeluh,tak ada yang punya
gereget, misalnya mencari kemungkinan memperoleh pencarian lain karena menyadap nira punyarisiko
sangattinggi
denganhasil
sangat rendah.Atau
menggalang persatuan agar mereka bisa bertahan dari kekejaman pasar bebas yang sangat leluasa memainkan harga gula." (Tohari, 2005:53:54).Hubungan metaforik antara latar
alamdengan kehidupan warga desa
Karangsogadalam kutipan tersebut berbeda
deganhubungan metaforis yang
dikemukakansebelumnya. Hubungan metaforik itu
tidak melalui penciptaan suasana untuk menggambarkan keadaan hati
tokoh, melainkanmelalui
hubungan langsung antaralatar alam
sebagai oehicle dengan kehidupan war9a desa sebag ai tenor.Hubungan metaforik latar alam
dengan suasanahati tokoh
bisadilihat
pada halamanselanjutrya. Latar alam yang
berupamalam dengan bulannya digunakan unfuk menggambarkan
suasanahati tokoh, yaifu
EyangMus (imam masjid
Karangsoga) yang merupakan tokoh panutan warga Karangsoga."Namun malam
itu
EyangMus tak
ingin duduk termangu. Bulan hampir bulat yang dilihatnya sejenak ketika ia turun dari surautelah mengusik hatinya lalu
menuntun langkahnya ke pojok ruang depan.Di
sanaada
gambangkayu keling yang
usianyamungkin lebih tua
daripada Eyang Mus sendiri. Eyang Mus yang sering mendapat sebutansantri kuno, mahir
memainkan gambang tunggal untuk mengiringi bait-bait suluk yang biasa ditembangkannya dalam iramasinom atau dhandhang gula.Bagi seorang santri kuno seperti Eyang Mus, suluk yang diantar oleh gambang tak lain adalah tangis rindu seorang kawula akan Gusti-nya; tangis seorang pengembarayang ingin
menyatu kembali dengan asal-muasal dan tujuan akhir segala yang ada, sangkan paraning dumadi.Maka
bila
sudah tenggelam dalam suluk- nya Eyang Mus lupa lkan sekeliling, mabuk, keringat membasahi tubuh, dan air matanya berjatuhan. Suaranya ngelanptt menusuk malam, menusuk langit." (Tohari, 2005: 54- s6).Kutipan
tersebut menggambarkan malam denganbulannya menjadi Iatar bagi
suasiil:ra hati Eyang Mus, bahkan menggerakkan hatinyauntuk
memainkan gambang tunggalmengiringi
suluk y angdildntunkan. Malam d".rgarr cahayabulan yang sejuk merupakan metafora
bagikesejukan hati Ey*g Mus dan
kesejukankerinduan kepada Tuhan yang
terpancarmelalui
suluk yangdilantunkan
dengan suara gambang yang mengiringinya.Uraian tersebut menunjukkan bahwa latar
alam pedesaan dalam novel-novel Ahmad Tohari berfungsi
sebagaimetafora
keadaanfikiran
atau suasana hati tokoh-tokohoyu.4.3 Keindahan yang Memberi Kenikmatan
Latar berupa alam pedesaan,
selain merupakanlatar bagi
kejadian atau peristiwa dalam novel dan metafora bagi keadaanpikiran dan suasana hati tokoh, juga
merupakan keindahan yang memberi kenikmatan kepada pembaca.Kutipan-kutipan dari DKCB,
RDRdan BM, yang telah dikemukakan
(terutama dalam RDP dan BM), menunjukkanbagaimanadeskripsi alam
pedesaandalam
novel-novel tersebut terasa sangat indah.Kalimat-kalimat pertama dalam
DKCB,memberi keindahan melalui citra
yangmenjadikan pembaca membayangkan
suatu semak puyengan yangrimbun
dandibawahnya
Alam Pedesaan dalam Novel-Novel Ahmad Tohari: Metonimi Kejadian dan Metafora Keadaan Pikiran 67
ada terowongan tempat
kerbau-kerbauberlaiu
menuju hutan. Kata"dulu"
pada awalparagraph tersebut menjadikan citra
semak puyenganifu
terasa romantis."Dulu, jalan setapak
itu
adalah terou/onganyang
menembusbelukar
puyengan. Bila iring-iringan kerbau leu,at,tubuh
mereka tenggelamdi bawah
terowongan semakitu.
Hanyabunyi
korukan yang tergantung pada leher mereka terdengar dengan suara berdentang-dentang, iramanyatetap
dan datar. Burung-burung kucica yang terkejut, terbang mencicit." (Tohari, 2005:5),Dalam halaman pertama buku
kedua:Lintang Kemukus
Dinihari,
pemandangan pagihari di Dukuh Paruk dideskripsikan
dengan indah, sebagai berikut."Dukuh Paruk masih diam
meskiPun beberapa jenis satwanya sudah terjaga oleh pertanda datangnya pagi. Kambing-kambingmulai
gelisahdalam
kandangnya. Kokok ayam jantan terdengar satu-satu, makin lamamakin
sering.Burung
sikatan mencecet- cecetdari
tempat persembunyiannya. Dia siap melesat bila terlihat serangga pertama melintas dalamsudut
pandangnya. Dari sarangnya di pohon aren keluar seekor bajing karena tercium bau lawan jenisnya. Merekaberkejaran. Dahan-dahan
bergoyangan.Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara serempak. Seekor codot
melintas di
ataspohon pisang. Tepat di atas daun yang masih kuncup, binatang mengirap
itu
mendadak menghentikan kecepatannya. Tubuh yang ringan jatuh begitu sajake
dalam lubang kuncup daun pisang itu." (Tohari, 2003:111).Deskripsi
tersebut menggambarkan citra pagi di Dukuh Paruk, sebagaimana citra pagi c{i desa-desa pada umumnya, tenang dan damai.Gambaran alam pedesaan
di
pagihari
tersebut tentu merupakan hasil penghayatan yang lama terhadap kehidupandi
desa.Latar alam
pedesaanyang paling
indahadalah latar BM sebagaimana ytrrg
telahdikutip di
depan."Dari balik tirai hujan
sorehari
pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah: segar, penuh gairah,
68 Widyapanvil,
Volume 39, Nomorl
Juni 2011dan daya hidup.
Pelepah-pelepah yangkuyup
adalah rambttt basah yang tergerai danjatuh di
belakang punggunS. Batang- batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh embusanangin seperti tubuh
semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.Ketika angin tiba-tiba bertiup lebih kencang pelepah-pelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikui irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung terbanjar dan bergurau
di
bawah curah pancuran." (Tohari, 2005:5).Paragraf
tersebut dibangun oleh
pengu- langan-pengulangapstruktur
frasa dan klausa yangmenimbulkan
paralelisme. Padakalimat pertama terdapat paralelisme:
segar, penuh gairah, dan dayahidup. Struktur kalimat
beri-kutrya, "Pelepah-pelepah yar.g
ku5rup...,"paralel
denganstruktur kalimat di
belakang-nya,
"Batang-batangyang ramPing dan ..."
Pada
kalimat terakhir, strukfur
frasa, "Seperhi tangan-tanganpenari y*8 mengikui
iramahujan,"
diulangi
olehstruktur
frasa berikutnya,"seperti
gadis-gadistanggung terbaniar
danbergurau di bawah curah pancuran."
Pengu- langan yang menimbulkan paralelismeitu
me-nimbulkan
irama yang indah.Selain itu, paragraf tersebut dibangun oleh metafora yang membandingkan pohon-pohon
kelapa yang diguyur hujan dengan
gadis-gadis
mandi
basah, membandingkan pelepah-pelepah yang sejajar karena tertiup
angin dengan tangan-tangan penari yangmengikuti
iramahujan. Metaforaini
merangsang imajinasipembaca untuk membayangkan citra
yangdibenthrk oleh
perbandingan-perbandingantersebut
sehingga menimbulkan kenikmatan.Pengulangan-pengulangan
dan
metaforatersebut menjadikan
bahasadalam
paragraftersebut
terasapuitis dan imajinatif,
sepertibahasa puisi-puisi romantik'
Bandingkanbahasa
tersebut
dengan bahasadalam puisi William Wordswoth, tokoh aliran
Romantikdi
Inggris,berikut, "l
wandered lonely as a cloudl That floats on higlt o'er aales andhills,lWen
allat once
I
sazo n crousd,lA host, of goldendffidils,l
Beside the lake, beneath the trees,lFluttering and dancing
in
the breeze.lContinuous as the stars that shinelAnd twinkle on the milky way.lThey stretchedin
neoer-ending linelAlong the margin of a bay:/Ten thousand saw
I
at a glance,/Tossing their headsin
sprightly dance." (Bait pertama dan kedua"I
Wandered Lonely as A
Cloud").
Citra tentang alam yang indah merupakan
bahasa penyair-penyair Romantik
Inggrispada abad ke-19. Abrams dkk
(197a:B)mengemukakan bahwa
penyair-penyairRomantik menggunakan alam
sebagaiobjeknya. Mereka memberi warna
ekspresifpada alam yang meniadi objek puisi-puisi
mereka. Deskripsi alam pedesaan dalam novel- novelAhmad
Tohar memancarkan keindahanromantik
semaceunitu, meskipun Ahmad Tohari mengatakan bahwa
novel-noveLrya bercorak realistik.5. Simpulan
Novel-novel Ahmad Tohari didominasi
oleh alam pedesaan sebagai latar
bagi kehidupan tokoh-tokohy*g
semuanyahidup di
desa. Latar berupa alam pedesaan tersebut berfungsi sebagailitar
kejadlan. Namun, latar yang berupa alam pedesaan dalam novel-novel Ahmad Tohari juga berfungsi sebagai metaforabagi
keadaanpikiran
atau suasanhati
tokoh-tokohnya. Selain itu, deskripsi latar
dalam novel-novel tersebut memberi keindahan yang menimbulkan kenikmatan tersendiri.Daftar
PustakaBergeq,
A. A.
2000. Media and Communicatian ResearchMethods, an lntroduction
toQualitatizte
and
Quantitatiae Ayproaches.Thousand Oaks: Sage Publications.
Coope4,
N. I.
2004. "Tohari'sTrilogy:
Passages of Power and Time in ]ava." DalarnJournal of SoutheastAsian
Studies,Vol. 35 No.
3,June 2004.
Hardjana, Andre
A.1994.
"Romantisme dalam Sastra:dari Inggris sampai
Indonesia."Dalam majalah Horison,
No.
3, th.XXVII,
Maret 1994.Miles,
Matthew
B. danA.
Michael Huberman.1984. Qualitatiae
Data Analysis.
BeverlyHills:
Sage Pbulication.Perrine, Laurence. 1977. Sound
and
Sense, an lntroduction to Poetry.New
York: Flarcourt Brace Jovanovictu Inc.Scholes, R. 1978. Struct\ralism
in
Literah.ffe, anIntroducton New
Haven: YaleUniversity
Press.
Silverman, Kaja. 1983. The Subjects of Sendotics.
New York: Oxford
University
Press.Todorov, T. 1985. Tata Sastra. Penerjemah: Okke
K.S. Zaimar, Apsanti Djokosujatro
dan Talha Bachmid. ]akarta: Djambatan.Tohari,
Ahmad.
2003. Ronggeng Dukuh Paruk.]akarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.Tohari, Ahmad.
2005.Di Kaki Bukit
Cibalak.Jakarta: Penerbit Gramedia
Pustaka Utama.Tohari, Ahmad.
2005. Bekisar Merah. ]akarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Warren,
Austin.
1961."The Nafure
and Modeof Narrative." Dalam Robert
Scholes, ed., Approachesto
the Nooels. Califomia:Chandler Publishing Company.
Yudiono KS.
2003.Ahmad
Tohari:Karya
dan Dunianua. ]akarta: Penerbit PT Grassindo.Catatan:
)
Naskah masuk tanggal 25 Februari 2011. Editor: Drs. Herry Mardianto. Edit I: 3-12 Maret 2011. Edit tr: 20-27 Maret 2011.*) Mugiiatna, Drs., M.Si., Ph"D., Pengajar di |urusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
Alam Pedesaan dalam Novel-NovelAhmad Tohari: Metonimi Kejadian dan Metafora Keadaan