• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KETERLAMBATAN PROSES PELAYANAN UNIT LAUNDRY DI RUMAH SAKIT BALIMED KARANGASEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISA KETERLAMBATAN PROSES PELAYANAN UNIT LAUNDRY DI RUMAH SAKIT BALIMED KARANGASEM "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Feb 2022, Vol. 8, No. 1, Hal.32-36

ANALISA KETERLAMBATAN PROSES PELAYANAN UNIT LAUNDRY DI RUMAH SAKIT BALIMED KARANGASEM

I Putu Wirama

*

Program Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit, Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia, 16424

Korespondensi: dr.wirama@gmail.com

Abstrak

Unit laundry di rumah sakit memiliki peran penting dalam memutus rantai penularan infeksi baik pada petugas maupun pasien, terlebih dalam situasi pandemi COVID-19. Dari pengamatan tim manajemen, pelayanan laundry di Rumah Sakit BaliMed Karangasem belum sesuai standar. Hal ini dilihat dari ketepatan waktu penyediaan linen dan kejadian linen hilang, kendati intervensi sudah dilakukan. Proses di unit laundry yang bergantung pada mesin tidak disadari oleh manajemen sehingga proses pemeliharaan mesin belum dijalankan secara baik dan terjadwal.

Selain itu, proses evaluasi proses pelayanan belum secara rutin dilaksanakan. Rumah sakit merupakan industri kompleks yang terus menerus harus melakukan evaluasi dan perbaikan proses pelayanan untuk menjamin mutu dan efisiensi bisa berjalan seiring. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus untuk mengevaluasi keterlambatan proses pelayanan di unit laundry. Brainstorming dilakukan bersama seluruh petugas di unit laundry yang selanjutnya digambarkan dalam diagram fishbone. Hasil penelian antara lain terdapat dua hal utama yang harus diperhatikan dan dibenahi oleh manajemen rumah sakit, yaitu pemeliharaan mesin dan evaluasi ulang proses pelayanan. Selain itu proses monitoring dan evaluasi pelaksanan proses pelayanan harus selalu dilakukan.

Kata kunci : unit laundry rumah Sakit, manajemen linen rumah sakit, pemeliharaan mesin laundry rumah sakit

Abstract

Laundry units in hospitals have an essential role in breaking the transmission chain of infection to staff and patients, especially during the COVID-19 pandemic. From the observation of the management team, the laundry service at BaliMed Karangasem Hospital needs to be revised. It can be seen from the timely provision of linen and incidents of lost linen, even though interventions have been carried out. Management has yet to realize the process in the laundry unit that depends on the machine, so the machine maintenance process has not been carried out correctly and on schedule. In addition, evaluating service processes has yet to be routinely carried out.

Hospitals are complex industries that must continually evaluate and improve service processes to ensure quality and efficiency go hand in hand. This research is qualitative research with a case study to evaluate the delay in the service process in the laundry unit. Brainstorming is carried out with all officers in the laundry unit, which is then depicted in a fishbone diagram. The results of the research include that hospital management must consider two main things: machine maintenance and re-evaluation of service processes. In addition, the process of monitoring and evaluating the implementation of the service process must always be carried out.

Keywords: hospital laundry unit, hospital linen management, hospital laundry machine maintenance

PENDAHULUAN

Unit Laundry merupakan salah satu unit penunjang pelayanan yang diselenggarakan dalam rumah sakit.

Tugas utama laundry rumah sakit adalah melakukan proses pencucian linen rumah sakit dalam upaya pencegahan infeksi melalui pemutusan mata rantai penularan infeksi. Selain itu laundry juga memastikan kebutuhan linen bersih siap pakai di ruang pelayanan bisa terpenuhi mulai dari ruang

IGD (Instalasi Gawat Darurat), ruang operasi sampai dengan ruang rawat inap.

Alur pengelolaan linen terdiri atas proses yang cukup panjang, khusus dan melibatkan banyak tenaga kesehatan. Proses pencucian linen dimulai dari pengumpulan ataupun penerimaan dan pemilahan linen infeksius dan non infeksius, pencucian, pemerasan, pengeringan, penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan sampai pada proses distribusi. Linen infeksius adalah linen yang

(2)

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Feb 2022, Vol. 8, No. 1, Hal.32-36

mengandung mikroorganisme, darah, tinja, urine, jaringan tubuh dan cairan lainnya termasuk linen yang berasal dari pasien terinfeksi virus HIV, hepatitis B dan C, dan agen infeksi lainnya (PHICS, 2014). Berbeda dengan laundry industri lainnya, pada laundry rumah sakit memiliki proses yang lebih kompleks dan terdapat standar pada setiap proses sehingga tujuan utama untuk pemutusan mata rantai penularan infeksi bisa dilakukan. Lama proses pencucian, penggunaan mesin pencuci, jenis dan jumlah deterjen yang diberikan, penggunaan cairan desinfektan, perbandingan antara jumlah air dan cairan, dan jenis linen. Secara garis besar terdapat empat faktor utama yang saling berkaitan yaitu durasi pencucian, penggunaan mesin, bahan kimia dan suhu untuk mencapai linen yang higienis ( Fijan,S & Sostar,S, 2012).

Unit laundry merupakan salah satu unit di rumah sakit yang tidak kontak dengan pasien secara langsung namun hasil kerja unitnya bisa berdampak besar bagi kesembuhan pasien dan keselamatan petugas rumah sakit terlebih dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini. Proses pelayanan yang terlambat bisa pula mengakibatkan terhambatnya pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Pengelolaan linen di rumah sakit tidak hanya berguna sebagai pencegahan terhadap kontaminasi yang ada di rumah sakit, tetapi juga berkontribusi sebagai pembentuk citra rumah sakit dimata pasien dan masyarakat. Linen yang bersih akan meningkatkan kepercayaan terhadap layanan yang diberikan oleh rumah sakit (Singh,2009).

Rumah Sakit BaliMed Karangasem memiliki unit laundry sendiri dalam rumah sakit yang bertanggung jawab dalam proses pencucian linen yang digunakan di rumah sakit. Kendati demikian pelayanan di unit laundry RS BaliMed Karangasem belum berjalan optimal karena beberapa kali terdapat komplain dari unit pengguna yang paling sering adalah terkait kekosongan stok linen di ruangan, kualitas hasil pencucian yang masih lembab, serta adanya kehilangan linen. Sebelumnya kendala kekosongan stok telah ditindaklanjuti dengan melakukan penambahan stok linen secara keseluruhan akan tetapi keluhan tersebut muncul kembali sehingga perlu dianalisa proses pelayanan pencucian linen di unit laundry yang menyebabkan keterlambatan proses.

Peningkatan beban cucian saat ini di unit laundry RS BaliMed Karangasem meningkat tiga kali lipat dari sebelumnya yang hanya 3 ton perbulan menjadi hampir sepuluh ton perbulan. Peningkatan ini masih mungkin akan terus terjadi mengingat semakin banyaknya pengembangan pelayanan medis yang dilakukan di RS BaliMed Karangasem. Peningkatan beban ini tentu tidak bisa menjadi alasan kinerja pelayanan laundry menjadi dibawah standar.

Pada Kepmenkes RI. 129 Tahun 2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit mengatur beberapa indikator kerja pelayanan laundry dirumah sakit diantaranya tidak adanya kejadian linen hilang dan ketepatan waktu penyediaan linen untuk unit pelayanan. Hal ini tentu menunjukkan penekanan pelayanan unit laundry juga sama seperti prinsip pelayanan rumah sakit yaitu efisien dan bermutu.

Laundry Rumah Sakit merupakan tempat dilaksanakan proses pencucian linen rumah sakit dalam upaya pencegahan infeksi, Healthcare Associated Infesction ( HAIs) di RS melalui pemutusan mata rantai penularan infeksi.

Bertangung jawab atas penerimaan dan pendistribusian semua linen yang memerlukan kondisi bersih, terbebas dari noda / kotoran dan microorganism penyebab infeksi, kering , rapih , utuh dan siap pakai ( Udarto, 2020 ).

Manejemen Linen dirumah sakit salah satunya dengan laundry dimana tahapan kerja laundry terndiri dari penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan, pemilahan dan penimbangan linen kotor, pencucian, pemerasan, pengeringan penyetrikaan , pelipatan , penyimpanan dan distribusi dan pergantian linen rusak (Mardiati, 2004). Peralatan yang ada pada instalasi laundry anatara lain mesin cuci, mesin peras, mesin pengering, mesin penyetrika, mesin penyetrika pres dan mesin jait. Indikator kinerja laundry bersih, tidak berbau , tidak bernoda, kering, pengepakan licin, pelipatan rapih, penampilan menarik, respon time baik dan pemberian informasi cukup (Udarto, 2020).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus untuk mengevaluasi keterlambatan proses pelayanan di unit laundry.

Brainstorming dilakukan bersama seluruh petugas di unit laundry yang selanjutnya digambarkan dalam diagram fishbone.

Pengambaran dengan fishbone diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh terkait kendala pelayanan di unit laundry sehingga nantinya intervensi yang dilakukan dapat memberikan dampak yang besar bagi pelayanan di unit laundry.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit laundry di RS BaliMed Karangasem beroperasi dua shift dimulai dari jam 6 pagi sampai dengan jam 8 malam. Proses awal pencucian linen dimulai dari pengumpulan linen oleh unit laundry di ruang rawat inap, ruang IGD, maupun ruang bersalin. Setelah itu

(3)

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Feb 2022, Vol. 8, No. 1, Hal.32-36

linen ditimbang dan dimasukkan ke mesin cuci infeksius ataupun non infeksius sesuai dengan kategori linen. Setelah diproses dengan mesin cuci kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemerasan di alat extractor untuk mengurangi kandungan air sebelum dilakukan pengeringan. Setelah dilakukan pengeringan dilanjutkan dengan proses setrika, pelipatan sebelum selanjutnya dilakukan pencatatan dan distribusi kembali ke ruang pelayanan. Satu siklus proses dari awal sampai linen terdistribusi menghabiskan kurang lebih empat jam.

Mesin cuci yang digunakan oleh rumah sakit saat ini masih manual, baik proses penambahan maupun pengurangan air serta penambahan chemical.

Jumlah penambahan air maupun chemical yang digunakan untuk setiap kali proses bergantung pada kilogram cucian yang diproses. Ketidaktepatan dosis penggunaan tentu berpengaruh kepada kualitas cucian linen yang dihasilkan terlebih tidak hanya satu jenis chemical yang digunakan dan dosis penggunaan juga berbeda beda tiap chemical.

Menariknya pada diskusi yang dilakukan pada seluruh petugas unit laundry semua mengeluhkan kinerja mesin yang membuat proses menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Sebagian besar kualitas pekerjaan unit laundry ditentukan oleh mesin seperti pada mesin cuci, pemeras maupun mesin pengering. Beberapa kali terjadi kendala pada alat pemeras yang menyebabkan linen dari mesin cuci yang masih basah tidak mengalami proses pemerasan yang baik langsung diproses pada mesin pengering. Hal ini menyebabkan proses di mesin pengering menjadi lebih lama dan menghabiskan bahan bakar gas sebagai sumber bahan pemanasan di mesin pengering lebih banyak dari yang seharusnya.

Proses selanjutnya setelah dilakukan pencucian menggunakan mesin cuci adalah proses pemerasan, akan tetapi sebelum itu linen yang sudah selesai proses pencucian dipindahkan ke alat extractor secara manual oleh petugas. Beberapa petugas pula mengeluhkan hal ini karena linen dalam kondisi masih basah sehingga cukup menguras tenaga untuk proses pemindahannya.

Unit laundry memiliki jadwal distribusi linen ke unit unit yang sudah ditetapkan sebelumnya, namun dalam pelaksanaanya pada kondisi tertentu distribusi tidak dilakukan pada jadwal seharusnya.

Setelah ditanyakan terkait lama detail proses masing-masing kegiatan ternyata dijawab berbeda oleh petugas kendati sudah ditetapkan standar prosedur operasional masing masing proses. Dengan proses cuci serta pemerasan yang tanpa hitungan yang jelas dan tepat tentu akan mempengaruhi lama proses secara keseluruhan proses penyediaan linen.

Prosedur perawatan alat-alat yang digunakan di laundry sudah ada namun karena keterbatasan jumlah dari teknisi rumah sakit menyebabkan perawatan alat tidak dilakukan secara rutin dan tepat waktu. Selain itu proses perawatan yang dilakukan oleh teknisi rumah sakit hanya dilakukan untuk kerusakan ringan dan perawatan ringan saja akan tetapi ketika kerusakannya berat harus menunggu teknisi alat pabrikan untuk melakukan perbaikan yang tentu tidak bisa langsung didatangkan tetapi harus dijadwalkan terlebih dahulu setelah adanya persetujuan biaya perbaikan.

Rumah sakit merupakan industri padat karya, padat modal dan teknologi. Hal tersebut tentu harus sudah dipersiapkan oleh manajemen rumah sakit sejak awal utamanya terkait dengan peralatan yang digunakan di rumah sakit. Tidak hanya peralatan medis yang menjadi perhatian utama dari pengadaan maupun perawatan akan tetapi peralatan diluar peralatan medis juga harus dipertimbangkan sejak awal. Pemilihan peralatan tidak hanya mempertimbangkan investasi awal yang harus dikeluarkan namun juga bagaimana perawatan alat tersebut agar selalu dalam keadaan optimal.

Rumah sakit perlu memiliki program perawatan mesin yang rutin terjadwal baik oleh teknisi langsung mesin maupun teknisi rumah sakit.

Dengan perawatan dan pengecekan rutin tentu akan diketahui kondisi mesin sebelum mengalami kerusakan untuk selanjutnya dilakukan perencanaan penggantian bagian mesin yang akan mengalami kerusakan sebelum terjadinya kerusakan pada mesin yang beresiko terhadap terjadinya keterlambatan dalam pelayanan ataupun menurunnya kualitas pelayanan. Selama tahun 2020 ini lebih dari tiga kali mesin pemeras mengalami masalah yang menyebabkan terganggunya proses pelayanan di unit laundry. Kurang baiknya pemeliharaan peralatan sering kali berakibat pada pendeknya masa pakai peralatan tersebut, dan berdampak pada meningkatnya tambahan biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan.

Berbeda dengan unit lain dalam rumah sakit, proses pelayanan di laundry menggunakan mesin yang secara langsung mempengaruhi kualitas dan waktu proses pengerjaan di unit laundry. Sehingga proses pengadaan dan pemeliharaan alat harus benar benar menjadi perhatian utama manajemen rumah sakit.

Pengadaan mesin harus dilakukan yang benar benar mengakomodir proses kerja petugas di laundry, sebisa mungkin semua proses kompleks dilakukan otomatis oleh mesin mulai dari penambahan air maupun pencampuran chemical yang digunakan.

Hal ini untuk memastikan proses pemutusan rantai infeksi benar benar tercapai di unit laundry serta pelayanan yang bermutu bisa dilakukan secara konsisten tidak bergantung pada petugas.

(4)

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Feb 2022, Vol. 8, No. 1, Hal.32-36

Pemeliharaan mesin ringan seharusnya sudah bisa dilakukan oleh teknisi rumah sakit karena proses pemeliharaan harus dilakukan sesuai jadwal. Proses pemeliharaan yang tidak sesuai dan terlambat akan berpotensi menyebabkan potensi kerusakan pada mesin. Kemampuan dan jumlah teknisi rumah sakit yang ada tentu harus disesuaikan dengan beban kerja teknisi.

Petugas laundry juga mengeluhkan kerjasama yang kurang dari unit lainnya mulai dari telepon yang terus menerus ke unit meminta linen segera berulang kali maupun pengelompokan linen yang tidak dilakukan di unit. Hal ini dirasakan menghambat pekerjaan yang dilakukan diunit laundry karena harus melayani permintaan dari unit lain ketika sedang melakukan proses pencucian.

Pengaturan tugas juga belum dilakukan dengan baik di unit laundry, ini terungkap ketika keluhan yang terjadi hanya pada petugas yang sama saja. Keluhan hasil pekerjaan dan respon time tidak ada bila petugsa lain yang bertugas. Hal ini terutama ketika proses linen berada di mesin, ada petugas memilih untuk menunggu saja tetapi beberapa lainnya proaktif melakukan koordinasi ke ruang pelayanan terkait dengan kondisi linen apakah ada yang bisa diambil untuk diproses ataupun perlu diantarkan cadangan sementara sambil menunggu proses pencucian selesai secara keseluruhan.

Beban kerja juga dikeluhkan oleh beberapa petugas yang menyampaikan peningkatan beban cucian ini dan dibukanya beberapa ruang pelayanan baru pada gedung baru menyebabkan proses menjadi lebih lama, terutama dalam proses pengumpulan linen dan distribusi linen bersih ke ruang pelayanan. Kendati sudah dilakukan penambahan jumlah petugas namun tetap ada petugas yang merasa masih belum memadai.

Keluhan peningkatan beban kerja ini selain memang karena peningkatan jumlah cucian bisa diakibatkan karena pengaturan tugas yang belum terbagi secara jelas. Penambahan jumlah petugas tentu tidak boleh menjadi jalan pertama dalam penyelesaian kendala di unit karena rumah sakit harus tetap efesien dan efektif sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali alur pelayanan dan observasi tiap kegiatan dari masing masing petugas sehingga bisa dianalisa dan dimodifikasi menjadi alur yang terbaik.

Perubahan kondisi pelayanan sebaiknya sebisa mungkin direspon oleh manajemen. Proses monitoring dan evaluasi harus dipastikan tetap berjalan, sehingga tidak ada hal yang terkesan selalu mendesak harus dilakukan. Standar prosedur operasional harus menjadi pedoman bagi petugas dalam melakukan seluruh kegiatan pelayanan dan harus selalu dievaluasi mengikuti perkembangan

pelayanan. Peningkatan beban kerja yang dirasakan petugas pula harus coba dianalisa kembali, apakah memang penambahan petugas menjadi jalan keluar ataupun perubahan pada proses diperlukan atau bahkan penambahan mesin yang mempermudah proses untuk menghindari penambahan petugas yang terlalu banyak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Unit laundry memiliki peran penting didalam rumah sakit, tidak hanya menyiapkan linen bersih untuk pasien dan petugas namun lebih dari itu adalah sebagai salah satu unit yang memiliki tugas untuk memotong mata rantai penularan infeksi di rumah sakit baik kepada petugas maupun pasien yang mana infeksi yang terjadi di rumah sakit secara langsung menunjukan mutu pelayanan rumah sakit.

Rumah sakit BaliMed Karangasem perlu untuk melakukan intervensi yang tepat terhadap permasalahan yang ada di unit laundry agar kendala keterlambatan proses dan penurunan kualitas pelayanan linen bisa segera teratasi. Menurut penulis, dua hal utama yang harus diperhatikan dan dibenahi oleh manajemen rumah sakit adalah pada pemeliharaan mesin dan evaluasi ulang proses pelayanan.

Mutu pelayanan unit laundry yang salah satunya dinilai dari ketepatan waktu penyediaan linen sangat bergantung pada kondisi alat yang digunakan sehingga proses pemeliharaan mesin menjadi kunci utama memastikan pelayanan berjalan lancar dan bermutu. Selain itu proses monitoring dan evaluasi pelaksanan proses pelayanan harus selalu dilakukan mengingat kondisi pelayanan rumah sakit utamanya unit laundry di kondisi pandemi saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat.

Rumah sakit harus selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan di seluruh aspek pelayanan yang dilakukan baik pelayanan yang langsung dirasakan oleh pasien maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Fijan, S. Sostar, S. ( 2012). Hospital Texles, Are They a Possible Vehicle For Healthcare – Associated Infecons?. Internaonal Journal of Enviromental Research and Public Health Vol 9, p. 3330 -3343

Kepmenkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 129/Menkes/SK/II2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Mardiati, Ratna Gempari Rarit, Dermawan Wahyu.

(2004). Pedoman Manajemen Linen di Rumah

(5)

JURNAL ADMINISTRASI RUMAH SAKIT INDONESIA Feb 2022, Vol. 8, No. 1, Hal.32-36

Sakit. Departemen Kesehatan RI Direktoran Jenderal Pelayanan Medik: Jakarta

Philippine Hospital Infecon Control Society (PHICS), 2014. Linen and Laundry Management Guidelines For Hospitals and Other Healthcare Facilies.

Singh, Dara. Qadri, QJ. Monica, Kotwal.( 2009).

Quality Control in Linen and Laundry Service at A Terary Care Teaching Hospital in India.

Internaonal Journal of Health Sciences, Qassim University, Vol. 3, No.1.

Udarto. ( 2020 ). Manajemen Linen Laundry &

Leadership Behavior SDM Laundry Ditengah Pandemi COVID-19. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

ﻚﻠﺘﺑ ﺎﻫاﻮﺘﳏ ﻂﺑﺮﻳو ،ﺎﻬﻓاﺪﻫأ دﺪﲢ ،ﺔﻤﻜﳏ ﺔّﻴﻤﻴﻠﻌﺗ ﺔّﻄﺧ فاﺪﻫﻷا ﻩﺬﳍ ًﺎﺳﺎﻜﻌﻧا بﺎﺘﻜﻟا نﻮﻜﻳ نأ ّﺪﺑ ﻻو ،فاﺪﻫﻷا ّﻚﺷ ﻻو ،ﺎﻬﻘﻴﻘﲢ ﱃإ ًﺎﻴﻋﺎﺳو أﺪﺒﻳ دﺎﺟ ﻞﻤﻋ ّيأ ّنأ ﰲ ﻖﻘﲢ ﱵﻟا ﻞﺋﺎﺳﻮﻟا رﺎﻴﺘﺧا ّﰒ ،ّمÃ