• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAYA DUKUNG TANAH PADA LAPISAN SUBGRADE MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC CONE PENETROMETER DI JALAN TIGA RUNGGU KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISA DAYA DUKUNG TANAH PADA LAPISAN SUBGRADE MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC CONE PENETROMETER DI JALAN TIGA RUNGGU KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Konstruksi jalan yang baik akan tercapai jika didukung oleh daya dukung tanah yang memadai. Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengorganisasian beberapa jenis tanah yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan sifat ke dalam kelompok dan subkelompok berdasarkan kegunaannya. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butir dan plastisitas (Braja M. Das, 1998).

Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) dari bagian tanah yang lolos saringan No.40 (untuk tanah yang lolos saringan No.200 5% atau lebih). Tanah yang diklasifikasikan dalam A-1, A-2 dan A-3 adalah tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari jumlah total butir melewati saringan No.200. Kerikil: Bagian tanah yang lolos saringan berdiameter 75 mm (3 inci) dan lolos saringan No. saringan 20 (2 mm) dipertahankan.

Selain kelompok dan subkelompok tanah yang dimaksud, untuk menilai kualitas suatu tanah sebagai bahan bawah permukaan jalan raya juga diperlukan suatu angka yang disebut indeks kelompok (IG). Tanah yang benar-benar kering terdiri dari dua fase yang disebut partikel dan udara pengisi pori. Tanah yang jenuh sempurna juga terdiri dari dua fasa, yaitu partikel padat dan air pori.

Sedangkan tanah jenuh sebagian terdiri dari tiga fasa yaitu partikel padat, pori udara dan air pori (Braja M. Das, 1998).

Konsistensi Tanah

Gravitasi spesifik dari bagian yang lebih padat dari tanah berpasir berwarna terang, yang umumnya terdiri dari kuarsa, dapat diperkirakan sebesar 2,6. Untuk tanah lempung atau lanau bervariasi dari 2,6 hingga 2,9. Tanah dasar merupakan pondasi perkerasan jalan Sebagai pondasi perkerasan, selain kekuatan atau daya dukung beban kendaraan, tanah bawah tanah juga harus memiliki kestabilan volume akibat pengaruh lingkungan terutama air. Subsoil yang memiliki kekuatan volume dan stabilitas yang rendah akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami deformasi (misalnya gelombang atau alur) dan retak (Braja, 1998).

Bahan yang sangat plastik kelas A-7-6 tidak boleh digunakan sebagai substrat untuk kontrol kualitas pekerjaan tanah. Kelas A-7-6 batas dekat melampaui batas cair saringan No.200 36, indeks plastik 31 jika bahan tanah dasar disertakan. Stabilisasi subsoil subsoil adalah upaya untuk memperbaiki kualitas tanah, daya dukung tanah yang kurang baik, dan meningkatkan kualitas tanah untuk mendapatkan kondisi subsoil bawah tanah yang memenuhi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan.

Stabilisasi lapisan tanah bawah tanah bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah dan memperoleh tanah lapisan bawah yang stabil pada semua kondisi musim dan selama umur rencana perkerasan jalan (Siagian, Devi. Stabilitas mekanik adalah penambahan kekuatan tanah atau daya dukung tanah dengan penyesuaian dari gradasi tanah yang dimaksud, dengan tujuan untuk memperoleh tanah dengan daya dukung yang baik.Cara ini biasanya digunakan pada tanah-tanah berbutir kasar dengan fraksi tanah yang lolos saringan No.

Tanah yang telah berhasil distabilkan secara mekanis akan mempunyai kapasitas tertentu untuk mengalami deformasi oleh beban lalu lintas yang bekerja padanya. Stabilisasi kimia adalah penambahan bahan stabilisasi yang dapat mengubah sifat-sifat tanah yang kurang baik. Bahan pencampur yang digunakan seperti semen portland, kapur, abu sekam padi, abu batubara (sodium fly ash) dan lain-lain. digunakan sebagai semen portland, kapur, abu sekam padi, fly ash batubara, natrium dan lain-lain.

Hal ini terjadi karena dalam proses perbaikan sifat-sifat tanah terjadi proses kimia yang memerlukan waktu agar bahan kimia yang ada dalam bahan aditif dapat bereaksi dengan tanah dan air. Stabilisasi tanah liat A-7-6 sebagai media dengan campuran kapur CaOH2 dan abu sekam padi yang dilakukan pada penelitian ini di Universitas Sumatera Utara melibatkan stabilitas kimia. Dimana kapur CaOH2 dan abu sekam padi (rice husk ash) bekerja meningkatkan daya dukung tanah liat A-7-6 sebagai bahan dasar perkerasan jalan (Siagian, Devi. R, 2020).

Pemadatan Tanah

Pengujian Pemadatan Lapangan

Pengujian Dynamic Cone Parameter

  • Spesifikasi DCP
  • Bentuk Hubungan Nilai CBR–DCP
  • Rumusan Korelasi DCP-CBR Para Peneliti
  • Cara Menentukan Nilai CBR
  • Daya Dukung Tanah Dasar ( DDT)

Selain itu, DCP adalah metode pengujian tak merusak (NDT) yang digunakan untuk lapisan pondasi batu pecah, pondasi dasar batu pasir, stabilisasi tanah dengan semen atau kapur dan tanah dasar (Prisila I. L. Lengkong., Sartje Monintja., O.B.A. Sompie., J.F.R. Sumampouw, 2013). Pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP) merupakan pengujian untuk mengetahui nilai kerapatan tanah yang hasil akhirnya berupa nilai CBR (California Bearing Ratio). Untuk mendapatkan nilai CBR, hasil pengujian DCP dikorelasikan dengan rumus korelasi nilai DCP-CBR.

Hasil pengujian Dynamic Cone Penetrometer dikorelasikan dengan nilai CBR dengan menggunakan rumus korelasi DCP to CBR (Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum no 4 Tahun 2010). Format uji DCP di lapangan dengan mencatat jumlah tumbukan dan kedalaman yang dicapai dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Dari data yang diperoleh diambil nilai DCP sebagai rata-rata jumlah penetrasi per stroke (mm/stroke).

Semakin kecil nilai penetrasi DCP (mm/stroke) maka semakin besar nilai CBR yang terjadi, dan sebaliknya semakin besar nilai penetrasi DCP (mm/stroke) maka semakin kecil nilai CBR yang terjadi. Administrasi Jalan Raya Federal Departemen Transportasi AS menjelaskan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan memberikan korelasi antara DCP dan CBR, misalnya, Kleyn, 1975; Harrison, 1987; Livneh 1987; Livneh dan Ishai, 1988; Chua, 1988; Harrison, 1983; Van Buuren, 1969; Livneh, dll. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, banyak hubungan DCP dan CBR yang dijabarkan dalam rumus berikut.

Pada tahun 1994, Norwegian RRL (Norwegian Road Research Laboratory) (Ese et al, 1994) melakukan studi korelasi nilai DCP lapangan dengan nilai CBR laboratorium, dan menghasilkan rumus: Log10 CBRlab Lapangan Log10 DCP (A. Tatang Dahlan, 2005). Pada tahun 2010, Negara Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum mengeluarkan pedoman rumusan korelasi nilai DCP-CBR melalui Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 1992 (Webster et al, 1992) mengembangkan persamaan lain menunjukkan hubungan antara DCP dan CBR, yang didasarkan pada nilai uji DCP dan CBR uji laboratorium, yaitu: Log10 CBR log10 DCP atau CBR.

Hitung kedalaman lapisan yang mewakili titik-titik ini, yaitu selisih perpotongan garis dalam mm. Hitung kecepatan penetrasi rata-rata (DCP, mm/benturan atau cm/benturan) untuk lapisan yang relatif seragam. Untuk menentukan nilai CBR suatu bidang yang representatif dapat dihitung dengan menggunakan 2 cara, yaitu cara grafik dan cara analitik (SKBI, 1987).

Australian Road Research, (1986) untuk menentukan dan memperkirakan nilai CBR tanah atau material granular dapat menggunakan beberapa metode, namun yang cukup akurat dan termurah selama ini adalah dynamic cone penetration atau yang dikenal dengan Dynamic Cone Penetrometer ( DCP ) DCP adalah metode pengujian tak merusak (NDT) yang digunakan untuk lapisan pondasi batu pecah di bawah pondasi sirtu, stabilisasi tanah dengan semen atau kapur dan tanah dasar.

Perbedaan Pembangunan, Pemeliharaan, dan Peningkatan Jalan

Pembangunan jalan

Pemeliharaan Jalan

Pemantauan IKP secara terus menerus dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerusakan perkerasan jalan yang dapat digunakan sebagai dasar identifikasi awal kebutuhan rehabilitasi. IKP juga dapat memberikan umpan balik tentang kinerja perkerasan, yang diperlukan untuk memvalidasi atau meningkatkan metode desain tebal perkerasan saat ini dan prosedur pemeliharaan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2012). Pemeliharaan rutin jalan adalah kegiatan merawat dan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan.

Pemeliharaan jalan secara berkala merupakan kegiatan perawatan untuk mencegah kerusakan yang lebih luas dan setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam perancangan agar kondisi jalan yang rusak kembali ke kondisi stabil sesuai rencana (Dirjen Pembinaan Konstruksi, 2018). Rehabilitasi jalan adalah kegiatan untuk mencegah kerusakan berat dan kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan, yang mengakibatkan berkurangnya kondisi kemantapan bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan yang mengalami kerusakan ringan, sehingga pengurangan dan keadaan kemantapan dapat dikembalikan ke keadaan stabil sesuai dengan rencana (Dirjen Bina, 2018). Pekerjaan penimbunan j) Persiapan substrat m) Slip untuk perkerasan jalan tidak beraspal dan tidak beraspal, dan.

Perbaikan struktur yang merupakan kegiatan perawatan untuk memungkinkan peningkatan kapasitas ruas jalan yang berada dalam kondisi rusak berat agar ruas jalan tersebut memiliki kondisi yang stabil sesuai dengan umur rencana perbaikan struktur atau jalan kegiatan yang telah ditentukan. termasuk bangunan pendukung dan fasilitas jalan lainnya (Dirjen Pembinaan Konstruksi, 2018).

Peningkatan Jalan

Penelitian yang dilakukan oleh (Tatang Sumarna, 2015), penelitian yang mengarah pada kekuatan tanah dasar jalan tanah prototipe memiliki nilai California Bearing Ratio (CBR) yang merupakan korelasi dari nilai Dynamic Cone Penetrometer (DCP), dimana pada kedalaman 0-340 mm, 340-590 mm dan 590-950 mm masing-masing diperoleh nilai rata-rata CBR sebesar. Penelitian yang dilakukan oleh (Azwarman, 2015), penelitian yang menghasilkan hasil pengujian dengan metode DCP menunjukkan pola yang sama dengan hasil CBR In Place Test. Nilai CBR yang berbeda pada kedua metode tersebut akan menghasilkan nilai CBR segmen yang berbeda pula.

Penelitian yang dilakukan oleh (Syahruddin, 2010) penelitian pengujian daya dukung perkerasan jalan dengan DCP sebagai standar evaluasi perkerasan jalan. Pengujian DCP relatif sangat cepat untuk mengidentifikasi nilai CBR lapis perkerasan jalan eksisting di lapangan, untuk investigasi atau pemeriksaan ketebalan dan daya dukung perkerasan jalan. Oleh karena itu, uji DCP harus digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi nilai CBR lapangan di Indonesia.

Dalam melakukan kajian untuk menganalisis daya dukung tanah di lokasi pembangunan, perlu dilakukan pengolahan beberapa sumber data guna mendapatkan nilai kekuatan daya dukung tanah di lokasi tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan data demi kelancaran dan kelengkapan analisis, terkadang perlu turun ke lapangan untuk melakukan pengujian langsung, dan terkadang perlu mencari berbagai sumber pendukung untuk dijadikan referensi dalam pembuatan data. analisis.

Lokasi Peneliatian

Data Umum Proyek

Survey Pendahuluan

Pengumpulan Data

Data Gambar

Data Tanah

Metodologi Penelitian

Diagram Alir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams Achievement Division) dengan pendekatan kontekstual

Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade). Karena sistem ini