• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI PADA 3 (TIGA) TITIK JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA (Studi Kasus : JPO Jln.Medan - L.pakam, Kec.Tanjung Morawa)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISA PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI PADA 3 (TIGA) TITIK JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA (Studi Kasus : JPO Jln.Medan - L.pakam, Kec.Tanjung Morawa)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami, khususnya penulis, serta shalawat dan salam atas kehadiran nabi besar kita Muhammad SAW yang kami harapkan syafaatnya di Akhir kata, sejauh ini penulis dapat menyelesaikan proyek kelulusan ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul “Analisis Perilaku Penyeberangan Pejalan Kaki di 3 (Tiga) Titik Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kabupaten Tanjung Morawa”. Teman-teman kuliah penulis dan semua teman-teman teknik sipil yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR TABEL

Latar Belakang

PAMASTA Tanjung Morawa dan menuju ke arah Jalan L.Pakam sebelum YAPENTRA (Yayasan untuk Pendidikan Tunanetra). Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kebutuhan sarana/prasarana penyeberangan lalu lintas di Tanjung Morawa.

Rumusan Masalah

Jembatan penyeberangan orang di Kota Tanjung Morawa ini dibangun pemerintah daerah sejak lama untuk memenuhi infrastruktur penyeberangan di Kota Tanjung Morawa. ANALISIS PERILAKU PEDUKTOR PADA 3 TITIK ORANG MENDAPAT JEMBATAN (JPO) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA” sebagai bagian dari pemenuhan syarat kelulusan program studi Teknik Sipil UMSU, dan untuk mengetahui lebih jauh pendapat masyarakat Tanjung Morawa dan luar Tanjung Morawa di Jembatan Penyeberangan Rakyat (JPO).

Batasan Masalah

3 Dengan realita di lapangan bahwa perilaku banyak pejalan kaki masih banyak yang tidak menggunakan JPO dan lebih memilih untuk menyeberang jalan. Survei dilakukan dengan mengamati jumlah pengguna JPO, pejalan kaki berhenti menunggu angkutan umum di bawah JPO dan memantau dari jarak ideal ke lokasi JPO.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

Bagian bab ini membahas tentang latar belakang penelitian ini, kemudian rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian dan sistem penulisan. Bagian ini memaparkan hasil dan pembahasan, dengan menggunakan nilai persentase dari perhitungan yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan.

Perilaku

Pejalan Kaki

  • Analisis Kelayakan Pejalan Kaki
  • Fungsi Jalur Pejalan Kaki
  • Trotoar
  • Lapak Tunggu
  • Penyeberangan

Berdasarkan keputusan Dirjen Bina Marga (1999), jalan setapak adalah jalan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki. Jalur pejalan kaki dapat berupa trotoar, perlintasan sebidang (zebra cross atau pelican crossings) dan perlintasan tidak sebidang (jembatan penyeberangan dan terowongan).

Tabel    2.1:  Standar    desain    trotoar  berdasarkan    lokasi  (Keputusan  Menteri  Perhubungan, 1993)
Tabel 2.1: Standar desain trotoar berdasarkan lokasi (Keputusan Menteri Perhubungan, 1993)

Fasilitas Penyeberangan

Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1999), ruang tunggu adalah fasilitas untuk menghentikan sementara pejalan kaki saat menyeberang, penyeberangan dapat berhenti sementara sambil menunggu kesempatan untuk melakukan penyeberangan berikutnya.

Jenis-jenis Penyeberangan Pejalan Kaki

Jembatan penyeberangan orang (JPO) adalah jembatan yang melintasi jalan raya atau rel kereta api, berada di atas dua objek, dan hanya untuk pejalan kaki yang melintasi/melintasi jalan raya atau rel kereta api. Jembatan penyeberangan juga dapat diartikan sebagai sarana pejalan kaki untuk melintasi jalan yang padat dan lebar, jalan tol atau jalur kereta api dengan bantuan jembatan, sehingga arus lalu lintas orang dan lalu lintas kendaraan secara fisik terpisah dan tidak menutup kemungkinan terjadinya penyeberangan. kecelakaan dapat dikurangi.

Ketentuan Pembangunan JPO

Superstruktur jembatan penyeberangan yang melintasi jalan raya dan jembatan kereta api akan menggunakan elemen beton pracetak. Jembatan penyeberangan adalah struktur jembatan yang dimaksudkan untuk memungkinkan pejalan kaki menyeberang dari satu sisi jalan.

Kapasitas Ruas Jalan

Di tengah tangga, jembatan penyeberangan harus dilengkapi dengan ramp yang dapat digunakan sebagai bantuan untuk penyandang cacat di kursi roda. Pemasangan dan konstruksi jembatan penyeberangan pejalan kaki harus sesuai dengan kebutuhan pejalan kaki dan estetika.

Kapasitas

FCPA = faktor penyesuaian pemisah jalan (hanya untuk jalan yang tidak terbagi) FCHS = faktor penyesuaian penghalang samping dan ambang.

Penelitian Terdahulu

Bagan Alir Penelitian

PAMASTA Tanjung Morawa dan pergi ke Jalan L.Pakam seberang YAPENTRA (Yayasan untuk pendidikan tuna netra) Tanjung Morawa.

Studi Pustaka

Survey Lapangan

  • Waktu dan Tempat Penelitian

Survey pendahuluan terdiri dari mencari informasi tentang objek penelitian yaitu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang terletak di tiga titik yaitu di simpang Tanjung Morawa Kayu Besar depan Y.P.

Survey Lalu Lintas

Menurut Sugiyono, data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kuantitatif yang dicatat (skor). Jadi data kuantitatif adalah data yang cenderung dianalisis dengan cara atau teknik statistik.

Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

  • Data Sekunder

Pada penelitian ini akan menggunakan peta lokasi yang tersedia di Google Maps dengan citra satelit. Dalam penelitian ini, penelitian terdahulu akan dijadikan referensi atau pembanding agar penelitian ini tetap relevan.

Populasi dan Sampel 1. Populasi

  • Sampel

Data Penelitian

Kondisi Jalan Pada JPO

Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitian kedua dilakukan di lokasi JPO II yang terletak di depan Yayasan Pendidikan Pengembangan Masyarakat Tanjung Morawa. Untuk lokasi penelitian ketiga dilakukan di lokasi JPO III yang terletak di depan Yayasan Pendidikan Tunanetra Tanjung Morawa.

Gambar 3.3. Lokasi Penelitian I JPO Simpang Kayu Besar.
Gambar 3.3. Lokasi Penelitian I JPO Simpang Kayu Besar.

Data Penelitian

30 data diperoleh langsung dari lapangan, seperti hasil survei simpang, survei lalu lintas, dan penyebaran kuesioner yang dibagikan secara acak kepada responden.

Tabel 3.2: Volume Kendaraan maksimum pada senin pagi JPO SKB  Waktu
Tabel 3.2: Volume Kendaraan maksimum pada senin pagi JPO SKB Waktu

Metode Analisis Data

  • Perilaku Pejalan Kaki Yang Tidak Menggunakan JPO
  • Analisa Perilaku Penyeberangan Berdasarkan Responden

Bagian ini menyajikan kompilasi data baik dari arus penyeberangan (P) maupun volume penyeberangan terukur di lokasi jembatan penyeberangan. Dalam hal ini jumlah pejalan kaki yang menggunakan jembatan penyeberangan dari barat dan timur akan dihitung.

Lokasi Geometrik JPO

  • Lokasi Geometrik JPO Simpang Kayu Besar Tanjung Morawa
  • Lokasi Geometrik JPO YP. PAMASTA Tanjung Morawa
  • Lokasi Geometrik JPO YAPENTRA Lubuk Pakam

Marka pada jalan adalah marka berupa garis putus-putus dan marka yang membagi jalan menjadi 2 lajur, yaitu berupa garis lurus menerus dan garis berhenti berupa garis lurus menerus. Jembatan Penyeberangan Orang ini berada di jalan Medan – Lubuk Pakam saat penggunaan jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi. Rambu lalu lintas dan marka jalan di jalan adalah marka yang membagi jalur lalu lintas dalam satu garis lurus berupa garis yang tidak terputus.

38 Rambu lalu lintas dan marka jalan di jalan adalah marka yang membagi jalur lalu lintas dalam garis lurus yang berbentuk garis menerus.

Tabel 4.2: Kondisi dimensi JPO YP. Pamasta Tanjung Morawa   No  Bagian Yang Diamati
Tabel 4.2: Kondisi dimensi JPO YP. Pamasta Tanjung Morawa No Bagian Yang Diamati

Data Volume Lalu Lintas

  • Data Volume Lalu Lintas Pada Jam Puncak Pagi
  • Data Volume Lalu Lintas Pada Jam Puncak Sore

Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa puncak volume kendaraan pada JPO Simpang Tanjung Morawa Kayu Besar terjadi pada Senin pagi dengan volume kendaraan sebanyak 1.391 kendaraan. Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa pagi hari puncak jumlah kendaraan di jembatan penyeberangan di YP. Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa puncak volume kendaraan di JPO YAPENTRA Lubuk Pakam pada pagi hari terjadi pada Senin pagi dengan volume kendaraan sebanyak 1.304 kendaraan.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa puncak volume kendaraan sore hari di JPO Penyeberangan Kayu Besar Tanjung Morawa terjadi pada Selasa sore dengan volume kendaraan sebanyak 1084 kendaraan. Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa puncak volume kendaraan pada sore hari di JPO YP. Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa puncak volume kendaraan sore hari di JPO YAPENTRA Lubuk Pakam terjadi pada hari Jumat sore dengan volume kendaraan sebanyak 1093 kendaraan.

Tabel 4.5: Volume kendaraan puncak pagi pada JPO YP. PAMASTA  Hari  Waktu
Tabel 4.5: Volume kendaraan puncak pagi pada JPO YP. PAMASTA Hari Waktu

Data Penyeberang Pejalan Kaki

Tabel 4.10 dan Gambar 4.10 menunjukkan hasil bahwa banyak tempat penyeberangan pejalan kaki menggunakan jalan sebagai pengganti jembatan penyeberangan. Jumlah pejalan kaki terbanyak yang melintasi jalan tersebut adalah pada hari Rabu pukul 25.00, dan jumlah pejalan kaki terbanyak yang melintasi jembatan tersebut pada hari Selasa pukul 16.00. Tabel 4.11 dan Gambar 4.11 menunjukkan hasil bahwa banyak tempat penyeberangan pejalan kaki menggunakan jalan raya daripada jembatan penyeberangan orang.

Puncak penyeberangan pejalan kaki melalui jalan pada hari Selasa pukul 31, sedangkan puncak penyeberangan pejalan kaki melalui jembatan pada hari Kamis pukul 7. Tabel 4.12 dan Gambar 4.12 menunjukkan hasil penyeberangan pejalan kaki yang banyak menggunakan jembatan penyeberangan daripada jalan raya. Puncak penyeberangan pejalan kaki melalui jembatan penyeberangan adalah hari Minggu pukul 6 pagi, sedangkan puncak penyeberangan pejalan kaki melalui jalan tersebut adalah hari Kamis pukul 4 sore.

Tabel 4.10: Volume pejalan kaki pada JPO SKB Tanjung Morawa.
Tabel 4.10: Volume pejalan kaki pada JPO SKB Tanjung Morawa.

Hasil Penelitian

  • Gambaran Distribusi Frekuensi Identitas Responden 1. Berdasarkan Jenis Kelamin
  • Hasil Jawaban Responden
  • Pengujian Data

52 Dari pernyataan “Saya selalu menggunakan titian dalam keadaan apapun”. Responden yang tidak setuju sebanyak 7 orang atau 7,9% dan responden yang setuju sebanyak 82 orang atau 92,1%. Dari keterangan “Saya menggunakan transfer karena merasa lebih aman”. Responden yang setuju sebanyak 54 orang atau 60,7%. Dari keterangan “Fasilitas jembatan penyeberangan yang disediakan cukup memadai dan nyaman”. Responden yang setuju sebanyak 60 orang atau 67,4% dan yang sangat setuju sebanyak 29 orang atau 32,6%.

Dari pernyataan “Kondisi jembatan penyeberangan saat ini perlu mendapat perhatian”. Jumlah responden yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 9 orang atau. Dari pernyataan “Jembatan pejalan kaki membantu mengurangi resiko kecelakaan”. Dari responden yang menyatakan setuju sebanyak 50 orang atau 56,2%, dan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 39 orang atau 43,8%. Dari pernyataan “Jembatan pejalan kaki dapat meningkatkan ketertiban pejalan kaki”. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang atau 14,6%, responden yang menyatakan setuju sebanyak 68 orang atau 76,4%, dan.

Tabel 4.13: Volume tertinggi pejalan kaki yang menggunakan JPO.
Tabel 4.13: Volume tertinggi pejalan kaki yang menggunakan JPO.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kapasitas jalan di JPO Simpang Kayu Besar Tanjung Morawa, puncak volume lalu lintas terjadi pada Senin pagi dengan jumlah kendaraan ringan sebanyak 368 kendaraan/jam atau 368 cur/jam dan jumlah kendaraan berat sebanyak 25 kendaraan/jam atau 32,5 cur/jam adalah jumlah sepeda motor 986 kendaraan/jam atau 493 cur/jam. PAMASTA memiliki lalu lintas tertinggi pada Selasa pagi dengan jumlah kendaraan ringan sebanyak 261 kendaraan/jam atau 261 kur/jam, jumlah kendaraan berat sebanyak 20 kendaraan/jam atau 26 kur/jam, jumlah sepeda motor sebanyak sebanyak 967 kendaraan/jam atau 483,5 kur/jam. Sedangkan JPO YAPENTRA memiliki volume lalu lintas tertinggi pada Senin pagi dengan jumlah kendaraan ringan sebanyak 342 kendaraan/jam atau 342 cur/jam, jumlah kendaraan berat sebanyak 17 kendaraan/jam atau 22,1 cur/jam, jumlah sepeda motor sebanyak 940 kendaraan/jam atau 470 cur/jam.

Berdasarkan data survei selama periode penelitian, jumlah pejalan kaki yang menggunakan JPO Tanjung Morawa sebanyak 156 orang atau 39%. PAMASTA adalah jumlah pejalan kaki yang menggunakan jembatan penyeberangan sebanyak 54 orang atau 34%, dan yang menggunakan jalan raya sebanyak 104 orang atau 66%. Di JPO YAPENTRA jumlah pejalan kaki yang menggunakan jembatan penyeberangan sebanyak 51 orang atau 84%, dan yang menggunakan jalan raya sebanyak 10 orang atau 16%.

Saran

Supriadi Kota Malang” (studi kasus: untuk kampus Unikama) (skripsi, Institut Teknologi Nasional Malang). 2005) Investigasi efektivitas jembatan penyeberangan pejalan kaki di pusat-pusat komersial di Kota Semarang. Kementerian Pekerjaan Umum 1995, Tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Pembangunan Teknik. Anonim, Keputusan Dirjen Bina Marga Tahun 1999 tentang Pedoman Perencanaan Pejalan Kaki Jalan Umum.

Analisis Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Transjakarta Sebagai Alternatif Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau Terpadu Menggunakan Analisis Sistem Informasi Geografis (Sig). Analisis kinerja fasilitas jembatan untuk penyeberangan manusia berdasarkan karakteristik pejalan kaki (studi kasus Jpo Karet Sudirman). ANALISIS PERILAKU PENDUKUNG SAAT MENYELANG DI 3 TITIK JEMBATAN RAKYAT (JPO) V. Studi Kasus: JPO Jln. Medan - L. Pakam, Kec. Tanjung Morawa).

PETUNJUK PENGISIAN

JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG

Charts

Daftar Riwayat Hidup

Gambar

Tabel    2.2:  Standar  desain  trotoar  berdasarkan  jumlah  pejalan  kaki  (Keputusan  Menteri Perhubungan, 1993)
Tabel 2.5: Penelitian Terdahulu.
Gambar 3.1. Bagan alir penelitian.
Gambar 3.3. Lokasi Penelitian I JPO Simpang Kayu Besar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

In prolonged DoC of nontraumatic origin, there is insufficient evidence to support or refute the prognostic value of an MCS diagnosis (as opposed to VS/UWS) for better than