• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Di Sungai Way Jelai Provinsi Lampung

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Di Sungai Way Jelai Provinsi Lampung"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 2022, 13(2) pp. 128-140 https://jurnalpengairan.ub.ac.id/ | p-ISSN : 2086-1761 | e-ISSN : 2477-6068

____________________________________________________________________________________

Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Di Sungai Way Jelai Provinsi Lampung

Water Quality Analysis and Assimilative Capacity of Way Jelai River in Lampung Province

Dede Pratama1, Rahma Yanda2*), Mutiara Fajar1

1Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera, Lampung 35365, Indonesia

2Program Studi Rekayasa Tata Kelola Air Terpadu, Jurusan Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera, Lampung 35365, Indonesia

Article info: Research Article

DOI:

10.21776/ub.pengairan.2022.013.02.01

Kata kunci:

daya tampung; kualitas air; Sungai Way Jelai

Keywords:

assimilative capacity; water quality;

Way Jelai River

Article history:

Received: 06-10-2021 Accepted: 18-07-2022

*)Korespondenemail:

[email protected]

(c) 2022 Dede Pratama, Rahma Yanda, Mutiara Fajar

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License

Abstrak

Sungai Way Jelai adalah salah satu sungai penting yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Daerah sepanjang bantaran sungai juga dimanfaatkan bagi kegiatan pertanian dan pemukiman yang berpotensi mempengaruhi kualitas air. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui status mutu air serta menganalisa daya tampung beban pencemaran di Sungai Way Jelai. Parameter kualitas air yang diuji adalah TDS, pH, DO, BOD dan Amonia (NH3-N). Sampel diambil pada tiga titik: hulu, tengah, dan hilir sungai. Metoda Neraca Massa digunakan untuk menghitung daya tampung beban pencemaran air Sungai Way Jelai dan dievaluasi menggunakan baku mutu air kelas 1 PP No. 22 Tahun 2021. Selain itu, pengaruh tata guna lahan terhadap kualitas air dikaji berdasarkan pengelompokan jenis aktifitas sepanjang aliran sungai. Dari hasil pengukuran parameter uji didapatkan kualitas air belum memenuhi baku mutu kecuali untuk kandungan Amonia pada titik hulu dan tengah. Beban pencemaran untuk setiap parameter uji hampir semuanya melebihi daya tampung.

Aktivitas pemukiman, persawahan dan perkebunan memiliki dampak yang sama terhadap nilai parameter uji di ketiga titik.

Sedangkan pada bagian hilir, Amonia terakumulasi mengakibatkan perbedaan yang signifikan dari titik lainnya.

Abstract

Way Jelai River is one of the important rivers in Tanggamus Regency Lampung Province and used for paddy field irrigation. The land along the river channel has been used for agricultural and residential purposes that can potentially affect water quality. This study aims to analyze the water quality and assimilative capacity of Way Jelai River. Water quality parameters such as pH, TDS, DO, BOD and Ammonia (NH3-N) were measured using water samples taken from 3 points (i.e., upstream, mid-stream, downstream) along the river. Assimilative capacity was calculated by using mass balance method. Land use types around each sampling point were also observed through GIS software. Water quality parameters analysis results show that generally, the value of each parameter exceeded water quality standard Class I Government Regulation No.

22 of 2021 except for Ammonia at the upper and middle streams.

Assimilative capacity calculation of the pollution load was also generally found to be exceeded the capacity for parameters DO, TDS, BOD and Ammonia. There was no significant difference observed in water quality value for each parameter for different locations except for Ammonia. The concentration of Ammonia in

(2)

129 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai

water was significantly higher in the downstream area. It can be caused by accumulation from the up and mid-streams.

Kutipan: Pratama, D., Yanda, R., Fajar, M. (2022). Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai Provinsi Lampung. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 13(2), 128-140.

https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2022.013.02.01

1. Pendahuluan

Kualitas air merupakan hal yang harus terus dijaga dan dikelola agar tetap sesuai dengan tingkatan mutu air yang baik sehingga dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Pentingnya peran air dalam berbagai kegiatan kehidupan membuat air dapat digunakan untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini tertuang dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Oleh sebab itu, upaya untuk melestarikan dan mengendalikan kondisi sungai sangat diperlukan.

Kegiatan manusia di area sungai dapat berakibat pada menurunnya tingkat kualitas air (Ibisch and Borchardt 2009). Tingginya kegiatan manusia di sekitar sungai menimbulkan peningkatan luas lahan perumahan dan pertanian yang dapat mengubah tata guna lahan dan juga berdampak pada penurunan kualitas air sungai (Astuti Ningrum, Muchlis and Astari 2020).

Sungai Way Jelai merupakan salah satu sungai penting selain Sungai Way Sekampung, Way Pisang dan Way Gatal. Secara administratif sungai ini termasuk ke dalam Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Berdasarkan berita lokal, Sungai Way Jelai juga adalah sungai yang berada dalam keadaan kritis di antara sungai lain di Kota Agung (Radartanggamus 2018). Lahan pada bantaran Sungai Way Jelai pada umumnya digunakan sebagai lahan pemukiman dan pertanian (RPHJP Kota Agung 2014-2023 2013) yang berpotensi mencemari air sungai apabila bahan anorganik maupun organik dari aktivitas manusia langsung dibuang ke dalam sungai tanpa diolah terlebih dahulu.

Buangan limbah domestik maupun lahan pertanian ini juga menjadi sumber pencemar dominan untuk Amonia, Fecal Coliform, BOD, COD, Nitrat serta kekeruhan (Wafa, Nugraha dan Sumiyati 2014).

Karena tingginya kegiatan manusia di sepanjang bantaran Sungai Way Jelai maka perlu dilakukan upaya untuk mengelola kualitas pada air Sungai Way Jelai. Sebelum itu, kondisi kualitas air sungai dan daya tampung beban pencemaran sebagai dampak penggunaan lahan di sekitar wilayah sungai perlu dianalisa karena hal ini belum pernah dilakukan di Sungai Way Jelai sebelumnya dan studi ini adalah langkah awal untuk mengetahui kondisi daya tampung beban pencemarannya. Tujuan dilakukannya studi ini yaitu guna mengetahui daya tampung beban pencemaran sungai dari pengukuran parameter kualitas air diantaranya BOD, TDS, pH, DO, dan Amonia (NH3-N) dan pengaruh penggunaan lahan sepanjang aliran sungai. Penentuan daya tampung beban pencemaran dihitung melalui metode Neraca Massa berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor 110 tahun 2003 guna mengetahui kemampuan sungai untuk menerima masukan limbah tanpa menyebabkan air pada sungai tercemar. Baku mutu air kelas I digunakan untuk mengevaluasi kualitas air karena untuk mengetahui apakah air yang terdapat di Sungai Way Jelai dapat dijadikan sebagai air baku untuk berbagai pemanfaatan seperti untuk konsumsi, mandi, mencuci dan kegiatan lainnya. Penggunaan lahan di sekitar tiga titik sampel yang berada pada bagian hulu, tengah hilir sungai dianalisa menggunakan perangkat lunak sistem informasi geografis untuk melihat keterkaitannya dengan hasil pengukuran parameter kualitas air.

2. Bahan dan Metode

2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Proses sampling dan pengukuran debit dilakukan di pagi hari pada bulan Mei tahun 2021. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bulan Mei tahun 2021 masuk ke dalam masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Guna mengetahui pengaruh kegiatan di sepanjang daerah aliran sungai, maka perlu dilakukan pengujian kualitas air di daerah hulu, tengah, dan hilir sungai. Kemudian, untuk melihat jenis kegiatan yang mempengaruhi kualitas air, diamati dengan menghitung luas lahan untuk setiap jenis kegiatan disepanjang aliran sungai. Ketiga titik ini

(3)

130 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai diharapkan dapat mewakili kondisi tata guna lahan yang berbeda dalam penelitian sehingga kajian akan dampaknya terhadap penurunan kualitas air dapat dilakukan. Berdasarkan dua hal tersebut, ditentukan 3 (tiga) titik pengambilan sampel di mana:

 Titik 1: daerah hulu merupakan daerah yang memiliki potensi pencemaran paling kecil (titik koordinat 5°29’07,0”S 104°37’57,2”E). Pengambilan sampel pada titik ini dilakukan setelah Bendungan Teratas;

 Titik 2: daerah bagian tengah, merupakan daerah yang sudah menerima limbah dari kegiatan pemukiman, perkebunan dan persawahan (titik koordinat 5°29’24,8”S 104°37’05,9”E).

Pengambilan sampel dilakukan di bagian hilir setelah area yang didominasi perkebunan dan sawah;

 Titik 3: daerah hilir, yaitu daerah yang sudah tercemar oleh limbah pemukiman seperti limbah kegiatan mencuci, mandi dan buang air, dari perkebunan serta persawahan (titik koordinat 5°29’41,1”S 104°37’01,4”E) (Gambar 1 dan 2). Pengambilan sampel dilakukan pada area sebelum muara untuk menghindari dampak dari arus laut terhadap hasil analisa kualitas air sungai.

Gambar 2. Peta Lokasi Sungai Way Jelai Gambar 1. Peta Provinsi Lampung

(4)

131 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai

2.2. Pengambilan Data

Data primer pada studi ini meliputi: debit aliran sungai dan kualitas air secara fisika dan kimia (pH, TDS, DO, BOD dan Amonia). Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengikuti metoda grab sample di mana sampel secara langsung diambil dari sungai yang dipantau dan menunjukkan keadaan sungai hanya pada saat pengambilan sampel saja (Effendi 2003). Alat yang digunakan untuk mengambil sampel adalah gayung plastik dengan tangkai yang panjang serta botol plastik biasa (SNI 6989.57:2008). Sampel untuk pengujian kualitas air dilakukan dua kali untuk masing-masing titik.

Debit air didapatkan dengan melakukan pengukuran terhadap penampang basah, kecepatan aliran, dan kedalaman air sungai pada setiap area sampling. Kecepatan aliran diukur menggunakan current meter.

2.3. Analisis sampel

Pengujian kualitas air untuk pH dan TDS dilakukan secara in-situ, sedangkan untuk DO, BOD dan Amonia dilakukan secara eks-situ di Laboratorium BPLHD Provinsi Lampung. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter, sedangkan TDS menggunakan TDS meter. DO meter digunakan untuk mengukur konsentrasi oksigen terlarut dalam air (mgO2L-1). Untuk pengukuran BOD mengacu pada SNI 6989.72-2009. Sementara untuk pengukuran NH3-N menggunakan acuan metode SNI 6989.30-2005. Dalam penelitian ini dilakukan 2 kali pengujian untuk setiap parameter uji agar didapatkan nilai yang valid. Dua pengujian nilai parameter tersebut kemudian dirata-ratakan.

2.4. Metode Penentuan Status Mutu Air Sungai

Metoda Indeks Pencemaran (IP) digunakan untuk penentuan status mutu air Sungai Way Jelai sehingga didapatkan nilai IP yang dapat digunakan dalam memberikan masukan dan saran terhadap pengambilan keputusan (KemenLH 2003). Range nilai Indeks Pencemaran (IP) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Range Nilai Indeks Pencemaran (IP) Range Nilai Kategori

0 ≤ PIj ≤ 1,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1,0 < PIj ≤ 5,0 cemar ringan

5,0 < PIj ≤ 10 cemar sedang PIj > 10 cemar berat

2.5. Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Way Jelai

Penentuan daya tampung beban pencemaran dilakukan dengan menggunakan metode neraca massa di mana ini adalah model matematika guna menghitung konsentrasi rata-rata debit sungai pada bagian hilir (down stream) baik dari sumber pencemar point sources maupun non-point sources (KemenLH 2003). Dalam penggunaannya, metoda neraca massa memiliki beberapa prosedur di antaranya: Pertama, menentukan debit air dan konsentrasi parameter kualitas air sungai sebelum sumber pencemar; Kedua, menentukan debit air dan konsentrasi parameter kualitas air pada sumber pencemar; Ketiga, menentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir yang sudah tercemar oleh sumber pencemar. Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan kualitas baku mutu air kelas 1 menurut PP Nomor 22 Tahun 2021. Konsentrasi di bagian hilir dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝑪𝑹= ∑ 𝑪𝒊𝒙 𝑸𝒊

∑ 𝑸𝒊 = ∑ 𝑴𝒊

∑ 𝑸𝒊 Keterangan:

CR = konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan (mg/l);

Ci = konsentrasi konstituen pada aliran ke-i (mg/l);

Qi = laju alir aliran ke-i (m3/s);

Mi = massa konstituen pada aliran ke-i.

(1)

(5)

132 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai

2.6. Pembuatan Peta Jenis Penggunaan Lahan

Sistem Informasi Geografis digunakan untuk membuat peta jenis penggunaan lahan di sekitar Sungai Way Jelai menggunakan data Informasi Geospasial Dasar (IGD) tahun 2019 yang didapatkan dari Badan Informasi Geospasial (BIG) dengan skala 1:50000 (data diakses pada laman https://tanahair.indonesia.go.id).

Peta daerah sepanjang aliran sungai dibuat menjadi 3 (tiga) segmen mewakili titik-titik pengambilan sampel (Gambar 2). Segmen ditentukan menggunakan metode Polygon Thiessen dengan membuat garis-garis sumbu pada garis-garis penghubung antara dua titik yang saling berdekatan. Ini dilakukan dengan membuat poligon yang memotong secara lurus di posisi tengah pada garis penghubung di antara dua titik (Ningsih 2012).

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Profil Sungai Way Jelai

Sungai Way Jelai adalah salah satu sungai yang berlokasi di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Sungai Way Jelai dari hulu hingga ke hilir melewati tiga Kelurahan (Pekon), yaitu di bagian hulu adalah Pekon Teratas, di bagian tengah adalah Pekon Negeri Ratu dan di bagian hilir adalah Kelurahan Baros. Aliran Sungai Way Jelai mengalir ke arah selatan Kecamatan Kota Agung dan bermuara di Pantai Teluk Semangka.

Panjang Sungai Way Jelai dari Bendungan Teratas hingga muara memiliki panjang 3,25 km dengan bentuk sungai yang meliuk dan memanjang. Sungai Way Jelai merupakan jenis sungai berbatu yang memiliki kedalaman dangkal antara 20 cm–50 cm. Panjang Sungai Way Jelai diukur menggunakan ArcGis yang datanya bersumber dari Badan Informasi Geografis, sedangkan kedalaman sungai diukur langsung di lapangan. Berdasarkan Google Earth Pro, Sungai Way Jelai memiliki kemiringan rata-rata 1,5%-3%. Menurut Rosgen (1994) Nilai ini termasuk ke tipe sungai G dengan kemiringan relatif landai.

3.2. Analisis Kualitas Air Sungai Way Jelai 3.2.1. Kadar Derajat Keasaman (pH)

Polusi pada air dapat mengubah derajat keasaman air. Dari pengukuran pH air Sungai Way Jelai didapatkan bahwa pH air pada titik 1, titik 2 dan titik 3 berada pada kondisi normal yaitu masuk dalam rentang 6–9, rentang tesebut menurut PP Nomor 22 Tahun 2021. Terjadi penurunan pH dari bagian hulu (titik 1) bagian tengah (titik 2) dengan nilai pH sebesar 7,75 yang turun menjadi 7,52, kemudian nilai pH kembali naik pada bagian hilir (titik 3) menjadi 7,6 (Gambar 3). Nilai pH pada ketiga titik masih masuk dalam kriteria baku mutu sungai menurut PP Nomor 22 Tahun 2021 karena masuk pada kondisi normal.

3.2.2. Kadar Total Dissolved Solid (TDS)

TDS atau zat padat terlarut yaitu padatan yang berukuran lebih kecil dibandingkan padatan tersuspensi. Senyawa terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik yang jika berlebihan mampu meningkatkan kekeruhan serta menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air. Hal ini dapat mempengaruhi proses fotosintesis di perairan (Kustiyaningsih and Irawanto 2020).

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada nilai TDS pada ketiga titik (Gambar 4) dan nilai TDS melebihi baku mutu air Kelas I. Sungai Way Jelai memiliki kemiringan rata-rata 1,5%-3% di mana menurut Rosgen (1994) kemiringan ini termasuk kepada sungai tipe sungai G yang memiliki laju erosi tepi yang sangat besar dengan suplai sedimen yang sangat tinggi.

3.2.3. Kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Hasil pengukuran BOD pada Sungai Way Jelai berkisar 2,5 mg/L – 3 mg/L (Gambar 5). Untuk baku mutu air Kelas I (BOD sebesar 2 mg/L), air Sungai Way Jelai tidak sesuai dengan peruntukannya. Namun masih sesuai apabila dibandingkan dengan baku mutu air kelas II sebesar 3 mg/l, maka kualitas air Sungai Way Jelai masih sesuai dengan peruntukan mutu air kelas II. Nilai

(6)

133 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai BOD paling tinggi didapatkan dari pengukuran di titik 2. BOD mengindikasikan banyaknya senyawa organik yang masuk ke dalam air. Tingginya nilai BOD diduga karena masuknya limbah organik dari aktivitas pemukiman maupun persawahan dan perkebunan di daerah bantaran yang masuk ke sungai. Hal ini didukung oleh pengamatan di mana aktivitas mandi, mencuci hingga buang air masih dilakukan di sungai. Selain itu, limpasan air dari aktivitas persawahan dan perkebunan diduga mengangkut sisa pupuk masuk ke dalam sungai.

Nilai BOD yang tinggi mengindikasikan banyaknya penggunaan oksigen oleh mikroorganisme dalam penguraian proses bahan organik. Adanya limbah organik yang membusuk di dalam sungai dapat mengakibatkan naiknya kadar BOD (Rahmawati 2011). Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah kecepatan air sungai yang relatif rendah di mana kecepatan air Sungai Way Jelai yang pada titik 1, titik 2 dan titik 3 yaitu sebesar 0,3 m/s, 0,3 m/s dan 0,2 m/s. Kecepatan aliran yang rendah tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sungai untuk mendegradasi bahan organik (Sara, Astono and Hendrawan 2018).

3.2.4. Kadar Dissolved Oxygen (DO)

Nilai DO di Sungai Way Jelai didapatkan lebih rendah dari baku mutu air Kelas I di setiap titik sampling dan yang paling rendah berada pada daerah hilir (Gambar 6). Menurut USGS, kandungan DO tinggi pada sungai beraliran cepat. Meskipun titik 1 berada pada bagian hulu Sungai Way Jelai dengan kemiringan yang relative lebih tinggi, nilai DO masih rendah bahkan jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas 2 untuk DO (4 mg/L) (USGS n.d.).

Meskipun perlu dilakukan investigasi lebih lanjut, rendahnya DO pada daerah hulu ini kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya bendungan sebelum titik sampling 1, di mana bendungan dapat meningkatkan suhu air sehingga menurunkan kadar DO pada saat dialirkan ke hilir (United States Enviromental Protection Agency 2021). Selain itu, faktor lain yang dapat

Gambar 3. Hasil pengukuran derajat keasaman (pH)

6 6.5 7 7.5 8 8.5 9

1 2 3

pH

Lokasi Sampling

Nilai Rata-rata Baku Mutu

Gambar 4. Hasil analisa TDS

800 900 1000 1100 1200

1 2 3

TDS (mg/L)

Lokasi Sampling

Nilai Rata-rata Baku Mutu

(7)

134 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai mempengaruhi DO adalah aktivitas pertanian yang intensif berupa sawah dan kebun yang sisa pupuknya terbawa ke dalam sungai dan menimbulkan limbah berupa bahan organik. Aktivitas pertanian juga ditemukan di sekitar titik 1. Apabila kandungan bahan organik terlalu tinggi, maka kebutuhan DO bagi bakteri untuk menguraikan bahan organik semakin meningkat sehingga berakibat pada turunnya kadar DO di badan air (Alfionita, Patang and Kaseng 2019). Jika kadar DO rendah akan mengakibatkan biota tidak dapat bernafas kemudian menjadi lemah atau mati (Rajwa- Kuligiewicz, Bialik and Rowiński 2015).

Gambar 5. Hasil analisa BOD

0 1 2 3 4

1 2 3

BOD (mg/L)

Lokasi Sampling

Nilai Rata-rata Baku Mutu

Gambar 6. Hasil analisa DO

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 3

DO (mg/L)

Lokasi Sampling

Nilai Rata-rata Baku Mutu

Gambar 7. Hasil analisa NH3-N

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

1 2 3

Lokasi Sampling Nilai Rata-rata

Baku Mutu

NH3-N (mg/L)

(8)

135 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai 3.2.5. Kadar Amonia (NH3-N)

Hasil analisa Amonia di Sungai Way Jelai menunjukkan peningkatan nilai dari hulu ke hilir (Gambar 7). Titik 3 memiliki nilai tertinggi diduga karena adanya limpasan pupuk dari persawahan dan perkebunan yang berada di daerah hulu dan tengah yang terbawa sampai daerah hilir (Putri, et al. 2019). Berdasarkan data kecepatan air Sungai Way Jelai pada Titik 1, 2 dan 3 yang mengalami penurunan kecepatan dengan nilai berturut-turut sebesar 0,3 m/s, 0,3 m/s dan 0,2 m/s. Berdasarkan kondisi tersebut, NH3-N sulit untuk mengalami pengenceran. Tingginya nilai Amonia pada titik 3 dapat mempengaruhi rendahnya DO pada titik 3 karena kadar Amonia yang tinggi dalam perairan dapat berpotensi menurunkan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan dalam proses nitrifikasi (Odds 2016). Selain itu juga dikarenakan tingginya aktivitas manusia pada pemukiman di sekitar Sungai Way Jelai khususnya pada bagian hilir sungai yang terindikasi menyebabkan tingginya kadar NH3- N. Akumulasi kandungan Amonia dari hulu dan tengah di bagian hilir dapat terjadi sehingga nilai Amonia pada titik 3 berbeda secara signifikan.

3.3. Indeks Pencemaran (IP) Air Sungai Way Jelai

Pada penelitian ini, metode Indeks Pencemaran (IP) dipakai sebagai metode penentuan status mutu air Sungai Way Jelai berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 mengenai Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Nilai rata-rata dari setiap parameter penentu (TDS, pH, BOD, DO dan NH3-N) digunakan untuk menentukan nilai Indeks Pencemaran (IP) pada masing- masing titik. Rekapitulasi nilai IP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Indeks Pencemaran (IP) Titik Range Nilai Nilai PIj Kategori 1 1,0 < PIj ≤ 5,0 1,16 Cemar Ringan 2 1,0 < PIj ≤ 5,0 1,46 Cemar Ringan 3 1,0 < PIj ≤ 5,0 4 Cemar Ringan

Dapat dilihat bahwa seluruh nilai IP pada Titik 1, Titik 2 dan Titik 3 masuk dalam range nilai 1,0

< PIj ≤ 5,0. Berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 mengenai Pedoman Penentuan Status Mutu Air, nilai IP pada range 1,0 < PIj ≤ 5,0 dikategorikan cemar ringan, karena nilai indeks pencemaran (IP) Sungai Way Jelai dari titik 1 hingga titik 3 masuk dalam range nilai 1,0

< PIj ≤ 5,0, maka Sungai Way Jelai dikelompokkan sebagai sungai dengan status mutu yaitu cemar ringan.

3.4. Tata Guna Lahan Sekitar Sungai Way Jelai

Penggunaan lahan di ketiga titik pengambilan sampel di Sungai Way Jelai dianalisa untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas air sungai. Aktivitas di sekitar bantaran sungai dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu pemukiman, persawahan dan perkebunan. Pengelompokan aktivitas dapat dilihat pada Gambar 8. Area dibagi menjadi tiga sesuai dengan titik sampling yang kemudian disebut sebagai segmen. Luas area sungai yang menjadi kajian berdasarkan ketiga titik sampling yaitu sebesar 98,69 Ha (Tabel 3).

Titik 1 diambil di dekat bendungan yang terletak di Pekon Teratas, Kecamatan Kota Agung. Area pada segmen 1 terdapat tata guna lahan berupa pemukiman dengan luas 10,53 Ha, sawah dengan luas 8,23 Ha dan kebun dengan luas 11,94 Ha. Luas keseluruhan segmen 1 sebesar 30,72 Ha. Dari nilai tersebut, lahan perkebunan merupakan lahan yang paling luas dibandingkan dengan lahan pemukiman dan persawahan.

Titik 2 diambil di Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Kota Agung. Area sekitar titik 2 (segmen 2) terdapat tata guna lahan berupa pemukiman dengan luas 15,61 Ha, sawah dengan luas 21,45 Ha dan kebun dengan luas 5,79 Ha. Luas keseluruhan segmen 2 sebesar 44,38 Ha. Dari nilai tersebut, lahan persawahan merupakan lahan yang paling luas dibandingkan dengan lahan pemukiman dan perkebunan.

(9)

136 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai

Titik 3 diambil di Kelurahan Baros, Kecamatan Kota Agung. Area sekitar titik 3 (segmen 3) terdapat tata guna lahan berupa pemukiman dengan luas 13,63 Ha, sawah dengan luas 3,76 Ha dan kebun dengan luas 3,46 Ha. Luas keseluruhan segmen 3 sebesar 23,59 Ha. Dari nilai tersebut, lahan pemukiman merupakan lahan yang paling luas dibandingkan dengan lahan persawahan dan perkebunan.

Tabel 3. Luas Tata Guna Lahan sekitar Sungai Way Jelai Luas Keseluruhan (Ha)

98,69 Segmen 1

30,72

Pemukiman Sawah Kebun

10,53 8,23 11,94

Segmen 2 44,38

Pemukiman Sawah Kebun

15,61 21,45 5,79

Segmen 3 23,59

Pemukiman Sawah Kebun

13,63 3,76 3,46

3.5. Daya Tampung Beban Pencemaran Air dengan Metode Neraca Massa

Daya tampung beban pencemaran merupakan kemampuan perairan dalam menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan perairan tercemar. Kemampuan ini dipengaruhi oleh karakteristik hidraulika sungai seperti kecepatan aliran, debit sungai, serta kandungan polutan yang telah ada di sungai (Zubaidah, Karnaningroem and Slamet 2019). Daya tampung beban pencemaran air Sungai Way Jelai dihitung menggunakan metode Neraca Massa dari parameter TDS, DO, BOD

Gambar 8. Peta Tata Guna Lahan sepanjang Sungai Way Jelai

(10)

137 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai dan NH3-N yang kemudian dilakukan pembandingan dengan baku mutu air kelas I berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2021. Tabel 4 menunjukkan nilai daya tampung beban pencemaran.

Tabel 4. Nilai Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) Air Sungai Way Jelai dengan Metode Neraca Massa

Titik Kecepatan aliran (m/s)

Debit (m3/s)

TDS (mg/l)

DO (mg/l)

BOD (mg/l)

NH3-N (mg/l)

1 0,3 1,12 1060 3,5 2,5 0,015

2 0,3 0,64 1066 4 3 0,075

3 0,2 0,28 1063 3 2,5 0,75

Nilai DTBP 1042 3,52 2,6 0,13

Baku Mutu 1000 6 2 0,1

Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran air Sungai Way Jelai untuk nilai beban pencemar untuk TDS, BOD dan DO sudah melampaui baku mutu air sungai Kelas I dan daya tampung Sungai Way Jelai di ketiga titik sampling. Sedangkan untuk parameter Amonia, kelebihan beban pencemaran hanya diamati pada daerah hilir (titik 3). Besarnya beban pencemaran melebihi daya tampung sungai mengindikasikan bahwa dengan kondisi kecepatan air dan debit pada Sungai Way Jelai polutan yang masuk ke badan air tidak mampu secara alami dinetralisir oleh sungai sehingga dapat mendegrarasi lingkungan.

3.6. Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Way Jelai

Guna untuk mengetahui korelasi antara kondisi penggunaan lahan dan perubahannya di sepanjang sungai yang terdiri dari pemukiman, persawahan dan perkebunan dengan parameter kualitas air maka dilakukan uji korelasi Spearman (Tabel 5) menggunakan Program Statistik SPSS 25 dengan interval nilai koefisien dan klasifikasi kekuatan hubungan dapat dilihat pada Tabel 6. Jumlah data yang dianalisa sesuai dengan pengukuran pada masing-masing segmen (N = 3) dan tingkat kepercayaan 95 % (p-value = 0,05). Berdasarkan Tabel 5 dan 6, perubahan luas penggunaan lahan pemukiman dan sawah (Tabel 3) mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap BOD dan nilai rho = 0,8666 dan positif yang berarti peningkatan luas lahan untuk pemukiman dan sawah berdampak pada meningkatnya. Sedangkan untuk peningkatan luas lahan perkebunan memiliki korelasi yang positif namun sangat lemah. Hal ini dapat terjadi mengingat bahwa waktu tanam dan pola tanam yang berbeda antara kegiatan persawahan dan perkebunan berpotensi mempengaruhi penyerapan senyawa organik oleh tumbuhan dimana senyawa organik yang tidak terserap ini merupakan sumber dari tingginya BOD di dalam air (Jiang dkk. 2022). Sementara itu, untuk korelasi DO didapatkan hubungan yang sedang dan sangat kuat serta positif dengan adanya perubahan luas dan penggunaan lahan.

Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Penggunaan Lahan dan Parameter Kualitas Air Correlations

BOD DO NH3 pH TDS

Spearman's rho

Pemukiman Corr. Coefficient 0,866 0,500 0,500 -1,000** 1,000**

Sig. (1-tailed) 0,167 0,333 0,333 . .

Kebun Corr. Coefficient 0,125 0,500 -1,000** 0,500 -0,500 Sig. (1-tailed) 0,500 0,333 . 0,333 0,333 Sawah Corr. Coefficient 0,866 1,000** -0,500 -0,500 0,500 Sig. (1-tailed) 0,167 . 0,333 0,333 0,333

**Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(11)

138 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai

Untuk pH, rata-rata memiliki korelasi yang negatif, dimana dengan adanya peningkatan luas lahan untuk pemukiman dan sawah menyebabkan turunnya kadar pH air. Meskipun demikian, turunnya pH masih dalam batas normal untuk air sungai dimana pH normalnya berkisar antara 6-9. Pada studi yang dilakukan oleh Djoharam dkk (2018) di Sungai Pesanggarah didapatkan bahwa meskipun pada titik sampling dengan titik sampel yang lebih banyak dan sungai yang lebih panjang dengan berbagai jenis kegiatan, pH yang didapatkan masih dalam batas baku mutu air sungai.

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6, TDS rata-rata memiliki hubungan yang positif dengan adanya perubahan tata guna lahan. Gambar 6 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa TDS melebihi baku mutu dan daya tampung. TDS dapat disebabkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan maupun pembuangan limbah di mana pada penelitian ini konsentrasinya hampir sama di semua titik. Selain itu, pengambilan sampel dilakukan pada saat peralihan musim hujan ke musim kemarau di mana air limpasan maupun curah hujan berperan terhadap meningkatnya kadar TDS dalam air. Menurut studi, konsentrasi TDS lebih tinggi pada saat musim kemarau dibandingkan musim hujan (Ngabirano dkk 2016; Gadhia, Surana & Ansari 2013).

Pengaruh peningkatan aktivitas pemukiman terlihat jelas pada naiknya kandungan Amonia atau juga dikenal dengan Amonia nitrogen (NH3-N). Berdasarkan pengamatan pada Tabel 3, luas area pemukiman pada segmen 2 lebih besar daripada segmen 3 ini seharusnya menyebabkan kandungan Amonia pada segmen 2 juga tergolong tinggi. Namun, titik sampling pada segmen 2 dilakukan pada bagian sebelum area pemukiman sehingga dapat menyebabkan rendahnya kandungan Amonia yang terukur pada segmen 2. Berdasarkan uji korelasi didapatkan bahwa persawahan dan perkebunan mempunyai korelasi sedang dan kuat namun negatif dengan kandungan Amonia. Hal ini dapat terjadi mengingat bahwa waktu tanam dan pola tanam yang berbeda antara kegiatan persawahan dan perkebunan berpotensi mempengaruhi penyerapan kandungan Amonia (NH3-N) (Jiang dkk. 2022).

Studi ini juga didukung oleh FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) bahwa senyawa nitrogen termasuk Amonia yang digunakan tanaman dapat bervariasi bergantung masa pertumbuhan tanaman tersebut di mana pada masa awal pertumbuhan akan lebih banyak diserap dibandingkan saat tanaman sudah berbunga atau berbuah (Ayers & Westcot 1985). Sehingga dapat disimpulkan dari hasil ini pemukiman berperan penting dalam mempengaruhi kandungan Amonia dalam air. Hal ini diperkuat oleh laporan dari koran digital (Radartanggamus 2019) bahwa belum ada sarana dan prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK) yang memadai di sekitar daerah ini. Amonia yang dibawa dari hulu ke hilir berpotensi meningkatkan Amonia di segmen 3. Tingginya kandungan Amonia di perairan atau sungai akan berdampak pada matinya biota air karena tidak bisa bernafas (Zhang, et al. 2012).

Analisa luas lahan dan penggunaanya dengan parameter kualitas air ini memiliki nilai signifikan (p-value) > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara perubahan luas dalam penggunaan lahan dengan parameter kualitas air. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh jumlah data yang sangat sedikit untuk dilakukan uji signifikan (Holland dan Wainer 1993).

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kondisi Sungai Way Jelai termasuk ke dalam kategori tercemar ringan. Dari beberapa parameter kualitas air yang diuji, yaitu pH, TDS, BOD, DO, dan Amonia didapatkan bahwa nilai dari parameter tersebut pada umumnya melebihi baku mutu air Kelas I. Sementara itu, perbedaan nilai dari masing-masing parameter tersebut di ketiga lokasi titik sampling pada umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan kecuali untuk parameter

Tabel 6. Interval Nilai Koefisien dan Klasifikasi Kekuatan Hubungan Interval Koefisien (Spearman’s rho) Klasifikasi Kekuatan Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

(12)

139 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai Amonia di mana nilainya sangat besar di hilir yang dapat diakibatkan oleh akumulasi kandungan Amonia dari daerah hulu dan tengah.

Untuk studi selanjutnya, pengujian kualitas air secara berkala dengan pemilihan waktu dan titik sampling yang lebih rapat akan dapat memberikan gambaran lebih lengkap mengenai fluktuasi kualitas air pada sungai. Investigasi lanjut terhadap karakteristik hidraulika sungai terkait daya tampung beban pencemaran diperlukan sebagai upaya dalam mengatasi penurunan kualitas lingkungan sungai.

Pengelolaan dan manajemen lingkungan yang terintegrasi agar kualitas dan kuantitas air sungai perlu diupayakan seiring makin meningkatnya aktivitas di bantaran sungai. Solusi dan pengawasan terhadap limbah MCK, persawahan dan perkebunan yang dibuang tanpa memperhatikan parameter kualitas limbah/polutan perlu diterapkan guna menjaga kelestarian air sungai.

Daftar Pustaka

Alfionita, Andi Nur Afia, Patang, and Ernawati S. Kaseng. 2019. "Pengaruh Eutrofikasi Terhadap Kualitas Air di Sungai Jeneberang." Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 5: 9-23.

Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Astuti Ningrum, Sri, Muchlis, and Anggia Novri Astari. 2020. "Pengaruh Tata Guna Lahan Terhadap Kualitas Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Selokan Mataram Yogyakarta." Jurnal Teknologi Technoscientia 12.

Ayers, R. S and Westcot, D. W. 1985. Water quality for Agriculture. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djoharam, V., Riani, E., & Yani, M. 2018. "Analisis Kualitas Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Pesanggrahan di Wilayah Provinsi DKI Jakarta." Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal Of Natural Resources And Environmental Management), 8(1), 127-133.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Yogyakarta: Kanisius.

Gadhia, M., Surana, R., & Ansari, E. 2013. "Seasonal Variations in Physico-Chemical Characterstics of Tapi Estuary in Hazira Industrial Area." Our Nature, 10(1), 249-257.

Holland, Paul W & Howard Wainer (ed). 1993. Differential Item Functioning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Ibisch, R, and D Borchardt. 2009. "Integrated Water Resources Management (IWRM)." From Research to Implementation. www.wasserressourcen-management.de.

Jiang, J., Li, J. Wang, Z., Wu , X., Lai, C., and Chen, X.. 2022. "Effects of different cropping systems on Amonia nitrogen load in a typical agricultural watershed of South China.” Journal of Contaminant Hydrology 246.

Joko, Subagyo P. 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Melton Putra.

KemenLH. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air. Jakarta:

Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

—. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

KPHL Kota Agung. 2013. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kota Agung Utara 2014 - 2023.

(13)

140 Pratama, Yanda, Fajar: Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Way Jelai Kustiyaningsih, Elisa, and Rony Irawanto. 2020. "Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) dalam

Fitoremediasi Deterjen Dengan Tumbuhan Sagittaria Iancifolio." Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 7: 143-148.

Ngabirano, H., Byamugisha, D., & Ntambi, E. 2016. "Effects of Seasonal Variations in Physical Parameters on Quality of Gravity Flow Water in Kyanamira Sub-County, Kabale District, Uganda." Journal Of Water Resource And Protection, 08(13), 1297-1309.

Ningsih, Dewi Handayani Untari. 2012. "Metode Thiesen Polygon untuk Ramalan Sebaran Curah Hujan Periode Tertentu pada Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah Hujan." Jurnal Teknologi Informasi Dinamik 17: 154-163.

Purwadi, Taufik Ofik, Dyah Indriana K., and Astika Murni Lubis. 2016. "Analisis Sedimentasi di Sungai Way Besai." Jurnal Rekayasa 20.

Putri, Wike Ayu Eka, Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Fauziyah, Fitri Agustriani, and Yulianto Suteja.

2019. "Kondisi Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat dan BOD di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 11: 65-74.

Radartanggamus. 2019. "Manfaatkan Way Jelai Sebagai Sarana MCK." Mei 17 2018. "Kondisi Sungai di Tanggamus Mengkhawatirkan." April 23.

Rahmawati. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Semarang: Tesis MIL Universitas Diponegoro.

Rajwa-Kuligiewicz, A, R. J. Bialik, and P. M. Rowiński. 2015. "Dissolved Oxygen and Water Temperature Dynamics in Lowland Rivers Over Various Timescales." Journal of Hydrology and Hydromechanics 4: 353-363.

Rosarina D, Laksanawati EK. 2018. "Studi Kualitas Air Sungai Cisadane Kota Tangerang Ditinjau Dari Parameter Fisika." Jurnal Redoks 3:38-43.

Sara, Potjut Siti, Widyo Astono, and Diana Irvindiaty Hendrawan. 2018. "Kajian Kualitas Air di Sungai Ciliwung dengan Parameter BOD dan COD." In Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap. Jakarta: Seminar Nasional Cendekiawan.

Simbolon, A. R. 2016. "Pencemaran Bahan Organik dan Eutrofikasi di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang." Jurnal ProLife 3.

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pers UGM.

Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

United States Enviromental Protection Agency. 2021. "Dissolved Oxygen." CADDIS Volume 2, September 23. USGS. n.d. "Dissolved Oxygen and Water." Water Science School.

M. A. Wafa, W. D. Nugraha, and S. Sumiyati. 2014. "Studi Pengaruh tata guna Lahan Terhadap kualitas air sungai dengan Metode Indeks Pencemaran (studi Kasus Sungai plumbon – Semarang barat)." Jurnal Teknik Lingkungan.

Zhang, J. Y., W. M. Ni, Y. M. Zhu, and Y. D. Pan. 2012. "Effects of different nitrogen species on sensitivity and photosynthetic of three common freshwater diatoms." Aquat Ecol 47: 25-35.

Zubaidah, Tien, Nieke Karnaningroem, and Agus Slamet. 2019. "The Self-Purification Ability in the Rivers of Banjarmasin, Indonesia." Journal of Ecological Engineering.

Referensi

Dokumen terkait

To draw attention to oneself appears as the most frequent function to occur in Alpha dog movie because it can represent the speaker’s intention of using taboo words

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Status kesuburan tanah di lahan sawah irigasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan cara melakukan analisis tanah