• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis campur kode dalam film cut nyak dien

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis campur kode dalam film cut nyak dien"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM FILM CUT NYAK DIEN

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Joni Gunawan

1611010021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH

2021

(2)
(3)

DAFTAR ISI ABSTRAK

KATA PENGANTAR………...………..……i

DAFTAR ISI………..………ii

BAB 1 PENDAHULUAN……….…….………....……1

1.1.Latar Belakang……….………...….1

1.2Rumusan Masalah……….……….………....….8

1.3 Tujuan Penelitian………..…….………....8

1.4Manfaaat Penelitian……….………..……….…8

1.5Manfaat Teoritis……….…….……..……..……9

BAB II LANDASAN TEORI………..……10

2.1 Bahasa ………..………10

2.2 Variasi Bahasa……….………..12

2.3 Campur Kode ……….…….……..13

2.4 Fakor-Faktor Penyebab Campur Kode ……….………14

2.5 Bahasa Jame……….….….16

2.6 Penelitian Yang Relevan ………..16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….……….……..……..18

3.1 Pendekatan Penelitian ………..…..18

3.2 Data dan Sumber Data………..………. 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………..………..20

3.4 Teknik Analisis Data ………..22

3.5 Instrumen Penelitian……….……….23

3.6 Matode Penyajian Hasil Analisis Data……….….. 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….………... 26

4.1 Deskripsi Data……….……….…….. 26

4.2 Hasil Penelitian ……….….…27

4.3 Campur Kode ………...…………..27

4.3.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode……… 27

4.4 Bentuk-Bentuk Campur Kode ………..28

4.4.1 (Penyisipan Kata) ………28 4.3.2 Perulangan Kata atau Reduplikasi 28

(4)

4.4.3 Bentuk-Bentuk Campur Kode (Penyisipan

Klausa)………37

4..4.3.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode (Penyisipan Kata Dan Frasa)……….………37

4.4.4 Bentuk-Bentuk Faktor Campur Kode Dalam Interaksi Penjual Dan Pembeli di Pasar Rukoh,Lamyong,Banda Aceh……..……….40

1.Faktor Tujuan………...………40

2. Faktor Keterbatasan Penggunaan kode………..………42

3.Faktor Kebiasaan…….……….………..43

BAB V PENUTUP………..……….45

5.1 Kesimpulan………...…………45

5.2 Saran……….………..46

5.2.1 Bagi Peneliti Lain dan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia………...46

DAFTAR PUSTAKA………..48

6.1 Lampiran………...……… 49

(5)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual (menguasi dua bahasa atau lebih dengan baik) bahkan mulitilingual (mampu menguasai lebih dari dua bahasa), yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah bahkan bahasa asing (bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, dan lain-lain). Menurut Rahardi (2010:6) bilingualisme adalah penguasaan dua bahasa, yakni bahasa pertama dan bahasa kedua. Hal ini menunjukan bahwa adanya percampuran bahasa. Jika masyarakat mampu menguasain kedua bahasa sekaligus hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana masyarakat Indonesia berbicara di dalam kehidupan sehari-hari.

Pandangan sosiolingustik, bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala individu, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor lingustik, tetpai juga oleh faktor-faktor nonlingustik. Faktor nonlingustik yang mempengaruhi pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial (status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya). Faktor-faktor situasional menyangkut siapa pembicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Karena faktor-faktor di atas, maka timbul keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia.

(6)

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi, menyampaikan gagasan, menyampaikan informasi kepada pihak lain. Dalam aktivitas kehidupan, masyarakat tidak terlepas dari bahasa, saat berkomunikasi dengan lawan tutur, menonton film kesukaan, membaca novel yang menarik, saat itulah bahasa memiliki peran yang penting bagi kehidupan manusia. Tanpa kemampuan berbahasa, kegiatan berpikir secara sistematis dan terorganisir tentunya tidak dapat dilakukan. Dengan demikian, bahasa merupakan hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia.

Berdasarkan sarana tuturnya bahasa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu bahasa lisan dan bahas tulisan. Pada bahas lisan pembicara dan pendengar saling berhadapan secara langsung sehingga mimik, gerak dan intonasi pembicara dapat memperjelas maksud yang akan disampaikan. Sedangkan untuk bahasa tulisan walaupun penulis dan pembaca tidak berhadapan langsung, tulisan dapat dimengerti oleh pembaca berkat pengunaan tanda baca, pengunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Jadi bahasa juga sebagai alat mempengaruhi masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pendapat dan pikiran masyarakat lebih luas.Ketika seorang manusia saling berinteraksi satu sama lain dari berbagai daerah , tentunya akan menemukan pemakai bahasa yang mampu bicara lebih dari satu bahasa yang sering disebut dengan istilah bilingual.

(7)

3

Pada umumnya masyarakat di Indonesia ialah bilingual hal ini karena masyarakat memiliki minimal dua bahasa sebagai bahasa komunikasi yaitu bahasa daerah digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia sebagai bahasa umum digunakan sebagai bahasa komunikasi dengan orang yang bukan dari daerah penutur , yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa daerah menjadi bahasa pertama, ataupun multilingual, yaitu masyarakat yang menggunakan beberapa bahasa, baik bahasa nasional (bahasa Indonesia), bahasa daerah, maupun bahasa asing. Hal tersebut terjadi, karena Indonesia terdiri dari bermacam-macam etnik dan memiliki berbagai macam dialek, serta kemampuan berbahasa yang berbeda tiap manusia.

Menurut Deumert & Mesthrie (dalam Sukartini, 2011: 2) bahwa berbagai pengaruh sosial maupun situasional terhadap pilihan bahasa akan mempengaruhi kondisi yang mendorong terciptanya variasi-variasi pilihan bahasa. Variasi pilihanbahasa semacam ini tentunya merupakan hal yang menarik untuk dikaji secarailmiah, khususnya dalam interaksi antar pengguna bahasa secara lisan dalam bentuk tuturan.

Bahasa merupakan identitas diri yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa tidak hanya dipakai untuk kepribadian sendiri saja, akan tetapi bahasa merupakan sebuah alat bantu yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Maka dari itu, bahasa sangat berperan penting dalam proses berinteraksi (Chaer, 2015)

.

(8)

Bahasa terbagi dua, bahasa resmi atau bahasa baku, dan bahasa tak resmi atau bahasa nonbaku. Dalam pemakainya harus diperhatikan pula siapa lawan bicaranya, dimana, dan kapan digunakan. Bahasa baku digunakan pada situasi resmi, misalnya dalam situasi rapat, situasi belajar mengajar, surat menyurat dinas dan sebagainya, sedangkan bahasa nonbaku umumnya digunakan sebagai bahasa sehari-hari, baik di rumah, di sekolah dengan teman-teman, maupun tempat-tempat lain yang tidak bersifat formal. Bahasa daerah termasuk bahasa nonbaku.Masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan bahasa daerah dikarenakan Indonesia memiliki ragam suku bangsa dan juga ragam bahasanya, sekaligus untuk mempertahankan bahasa khas daerah masing-masing.

Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi dalam tataran apa saja: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Biasanya yang tampak jelas adalah pada tataran leksikon, pada setiap waktu mungkin saja ada kosa kata baru yang muncul, tetapi ada juga kosa kata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi (Chaer 2010, 13-14).

Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual (menguasi dua bahasa atau lebih dengan baik) bahkan mulitilingual (mampu menguasai lebih dari dua bahasa), yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah bahkan bahasa asing (bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, dan lain-lain). Menurut Rahardi (2010:6) bilingualisme adalah penguasaan dua bahasa, yakni bahasa pertama dan bahasa kedua. Hal ini menunjukan bahwa adanya percampuran bahasa.

(9)

5

Jika masyarakat mampu menguasain kedua bahasa sekaligus hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana masyarakat Indonesia berbicara di dalam kehidupan sehari-hari.

. Dalam situasi pembicaraan yang formal campur kode tidak seharusnya digunakan karena akan membuat Audiens/pendengar kebingungan.

Dalam perfilman Indonesia, banyak sekali film yang melakukan peristiwa campur kode dalam dialog antar tokohnya. Hal ini terutama terjadi pada film yang mengangkat sejarah perang Aceh. Satu film yang menggunakan peristiwa campur kode dalam dialog antar tokohnya adalah Film Cut nyak dien. Dalam Film Cut nyak dien campur kode dilakukan antara bahasa Aceh dengan bahasa Indonesia dan bahasa Belanda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam proposal yang berjudul Analisis Campur Kode Bahasa Indonesia Dalam Film Cut Nyak Dien ini akan dibahas peristiwa campur kode pada film Cut nyak dien.

Penulis meneliti campur kode dalam Cut Nyak Dien yang dikelompokkan dalam bentuk kalimat atau tuturan.Film Cut Nyak Dien Ini menampilkan berbagai tuturan yang digunakan oleh masyarakat yang heterogen.Hal itu terlihat dari banyaknya tuturan campur kode yang digunakan oleh para tokoh.Campur kode tersebut dilakukan guna memperjelas makna tuturan sehingga menjadi lebih mudah memahami informasi yang diberikan.Film Cut Nyak Dien mengambil lokasi dibeberapatempat di daerah Aceh. Di daerah tersebut ada masyarakat tutur yang berasal dari tingkat sosial dan tingkat pendidikan yang berbeda.

(10)

Bahasa terbagi dua, bahasa resmi atau bahasa baku, dan bahasa tak resmi atau bahasa nonbaku. Dalam pemakainya harus diperhatikan pula siapa lawan bicaranya, dimana, dan kapan digunakan. Bahasa baku digunakan pada situasi resmi, misalnya dalam situasi rapat, situasi belajar mengajar, surat menyurat dinas dan sebagainya, sedangkan bahasa nonbaku umumnya digunakan sebagai bahasa sehari-hari, baik di rumah, disekolah dengan teman-teman, maupun tempat-tempat lain yang tidak bersifat formal. Bahasa daerah termasuk bahasa nonbaku.Masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan bahasa daerah dikarenakan Indonesia memiliki ragam suku bangsa dan juga ragam bahasanya, sekaligus untuk mempertahankan bahasa khas daerah masing-masing.

Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi dalam tataran apa saja: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Biasanya yang tampak jelas adalah pada tataran leksikon, pada setiap waktu mungkin saja ada kosa kata baru yang muncul, tetapi ada juga kosa kata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi (Chaer 2010, 13-14).

Berdasarkan beberapa pengertian bahasa tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bahasa adalah sistem yang teratur berupa lambang- lambang bunyi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran bahasa tersebut.Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser, digantikan dengan

(11)

7

dalam tuturan sehari-hari maupun dalam film biasanya memiliki dampak negatif, karena penutur tidak konsisten dengan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi.Namun, selain memiliki dampak negatif, campur kode juga memiliki dampak positif, karena mempermudah pemahaman mitra tutur dalam menangkap informasi yang disampaikan oleh penutur.

Penelitian ini meneliti campur kode bahasa Indonesia dalam film cut nyak dien, dipilinya film cut nyak dien karena peneliti menyadari terdapat bahasa campur dalam film cut nyak. campur kode bahasa Indonesia menjadi batasan dalam penelitian ini. Alasan penelitian ini adalah peneliti menyadari telah terjadinya bahasa campur kode dalam film cut nyak setelah menonton film tersebut.

Maka penulis tertarik menganalisis Analisis Campur Kode Bahasa Indonesia Dalam Film Cut Nyak Dien” campur kode yang terdapat dalam film tersebut,selain merupakan film sejarah peneliti menyadari bahwa dialog anter tokoh menggunakan bahasa campur kode dalam setiap tuturannya.

(12)

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian

tercapai. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah membahas bentuk dan faktor campur kode dalam film cut nyak dien.

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Bagaiman bentuk campur kode dalam film cut nyak dien

2.Faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya campur kode dalam film cut nyak dien

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalahnya, penelitian ini bertujuan memaparkan : 1. bentuk campur kode yang terdapat dalam film cut nyak dien

2. Faktor campur kode yang terdapat di dalam film cut nyak dien.

b. Dapat dijadikan sebagai gambaran dan bahan acuan bagi pihak yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia pada khususnya

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis.

(13)

9 1.5.1 Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya mengenai campur kode.

2. Penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu linguistik, khususnya sosiolinguistik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian sosiolinguistik selanjutnya, khususnya yang berkaitan langsung dengan campur kode dalam film cut nyak dien.

2. Penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan masyarakat mengenai penggunaan campur kode bahasa Indonesia yang terjadi dalam film cut nyak dien.

.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Referensi

Dokumen terkait

Calon pengurus BEM FK Unud Kabinet Pelurus 2018 dapat menukar jadwal wawancara dengan mahasiswa yang lain dengan konfirmasi ke Contact Person terlebih dahulu.. Setiap calon pengurus