• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diksi dalam Antologi Puisi Karya Ali Hasjmy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Diksi dalam Antologi Puisi Karya Ali Hasjmy"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

81

Analisis Diksi dalam Antologi Puisi Karya Ali Hasjmy

Yulsafli1;

Evi Karmila2

1,2Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Serambi Mekkah email: yulsafli@gmail.com

ABSTRAK

Karya sastra adalah hasil kreasi dan imajinasi seseorang dengan bahasa sebagai medianya. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang banyak ditekuni oleh para pengarang dan banyak dibaca oleh generasi muda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur diksi yang terdapat dalam antologi puisi karya Ali Hasjmy. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi penelaah pustaka yaitu menggali data dari bahan tertulis yang berupa teori-teori.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pilihan kata berdasarkan aspek denotasi dan konotasi, pilihan kata berdasarkan aspek kata-kata yang bermiripan.

Kata Kunci : Diksi, Puisi, Antologi PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan salah satu pekerjaan manusia yang berupa hasil kreasi dan imajinasi seseorang dengan bahasa sebagai medianya. Lewat karya sastra seseorang dapat menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan bahkan keinginan yang ada pada dirinya. Karya sastra mempunyai peranan positif yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Karya sastra juga bisa menjadi perintis perubahan pikiran, tata nilai dan kebangkitan kesadaran bangsa. Begitu pula sebaliknya, sikap dan tata nilai dalam kehidupan suatu bangsa sering tercermin dalam karya-karya sastra yang lahir dari bangsa tersebut.

Salah satu jenis karya sastra yang banyak ditekuni oleh para pengarang dan banyak dibaca oleh generasi muda adalah puisi. Puisi sebagai salah satu kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa yang mempunyai unsur-unsur pembentuk, yang dapat ditelusuri sebagai bahan mengajar, bukan hanya dalam cerita, drama dan cerpen saja.

Edgar (dalam Tarigan 1984:4) menjelaskan bahwa puisi merupakan kata sebagai kreasi keindahan yang berirama. Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang dari alam batinnya. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi difasilitasi melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan/pikiran penikmat puisi.

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani atau dalam bahasa latinnya

“poietes”. Mula-mula artinya adalah pembangun, pembentuk. Asal katanya poieo, poio atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan dan menimbulkan penyair. Arti mula-mula ini lama-kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kata- kata kiasan. Seseorang yang ingin memahami

(2)

puisi harus mampu menemukan makna terdalam dari setiap kata, frasa, bait ataupun imaji yang ada di dalam puisi itu.

Membuat/mengarang sebuah puisi harus memperhatikan kata-kata yang digunakan dan pemilihan kata harus jelas. Seorang penulis puisi harus memiliki pembendaharaan kata yang luas. Pilihan kata atau diksi sering menjadi bahan persoalan dalam sebuah puisi.

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (dalam KBBI, 2002:264). Selain itu Nurgiyantoro (2005:312) juga mengatakan puisi merupakan sebuah genre sastra yang amat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa puisi adalah bahasa yang tersaring.

Buku Rindu Bahagia merupakan salah satu karya Ali Hasjmy yang di dalamnya terdapat beberapa puisi yang akan menjadi objek pembahasan penulis. Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa kata digunakan dalam setiap proses interaksi.

Sedangkan kata yang dibahas dalam penelitian ini adalah kata yang diungkapkan melalui tulisan yang tertuang menjadi sebuah karya sastra yang berupa puisi.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik mengambil judul “Analisis Diksi dalam Antologi Puisi Karya Ali Hasjmy”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh data informasi tentang diksi dalam antologi puisi karya Ali Hasjmy

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta serta sifat- sifat keadaan. Sesuai dengan metode tersebut, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah menguraikan, menjelaskan, dan menggambarkan diksi dalam antologi puisi karya Ali Hasjmy.

Sumber data dalam penelitian adalah puisi-puisi karya Ali Hasjmy yang berjudul: puisi “Panggilan (1936)”, “Turun Ke Sawah (1936)”, “Disenjakala (1936)”, “MenampakPantai (1936)”, “Penganten Baru (1936)”, “Menyesal (1937)”, “Nasibku (1937)” dan Khayal (1938)”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi penelaah pustaka (library research). Data dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif untuk dapat memberikan penjelasan secara jelas dalam bentuk deskripsi tentang unsur diksi yang terdapat dalam puisi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Puisi-puisi yang terpilih untuk dianalisis sebanyak 8 puisi, yaitu: (1) Panggilan, (2) Turun Ke Sawah, (3) Disenjakala, (4) Menampak Pantai, (5) Penganten Baru, (6) Menyesal, (7) Nasibku.

Diksi Puisi Panggilan

Diksi atau pilihan kata dalam puisi Panggilan bahasanya menggunakan bahasa prismatis. Penyair memilih kata-kata yang menyebabkan pembaca berfikir terlebih

(3)

dahulu untuk memahami maknanya. Makna kata yang digunakan kebanyakan makna kias. Namun karena disusun cukup bervariasi dengan makna lugas, puisi di atas tidak menjadi gelap.

a. Makna Denotatif

Puisi panggilan kepada kaum muda untuk mencapai dan meraih cita-cita setinggi mungkin. Pilihan kata dalam puisi bervariasi antara makna denotatif dan makna konotatif. Pada bait pertama baris ketiga, terdapat kata-kata percaya beta aduhai tolan. Beta pada baris tersebut berarti saya ataupun aku, sedangkan tolan yang dimaksud adalah teman, kawan dan kerabat.

Selanjutnya, pada bait pertama baris keempat terdapat kata-kata di sana terletak kesuma raya. Kata kesuma berasal dari kata kusuma, yang berarti bunga. Ini merupakan kata denotatif, begitu juga halnya dengan kata raya yang berarti besar.

Kemudian, kata denotatif yang ditemukan berikutnya berada pada bait kedua baris keempat, yaitu pada kata-kata mencari mawar penawar sukma. Pada pada kumpulan kata tersebut terdapat kata sukma. Kata sukma di sini berarti jiwa.

b. Makna Konotatif

Puisi panggilan ini memiliki variasi pilihan kata yang beragam. Pada bait pertama baris keempat, yaitu pada kumpulan kata-kata di sana terletak kesuma raya.

Frasa kesuma raya bisa diartikan sebagai bunga besar. Namun dalam puisi di atas, kata- kata tersebut bermakna konotatif yang berarti disana terletak kebahagiaan yang indah.

Kemudian pada bait kedua baris kedua terdapat frasa kaum pencinta “mahkota mulia”,kata mahkota di atas berarti hiasan pada kepala raja atau ratu, sedangkan kata mulia bisa berarti kedudukan pangkat yang tinggi. Namun pada kata tersebut, kata mahkota mulia merupakan kata konotatif, yang berarti martabat dan harga diri yang tinggi.

Pada bait terakhir terdapat kalimat-kalimat konotatif, yaitu Dek udara kabut Ia hanya cobaan. Kata-kata itu merupakan kata-kata konotatif yang bermakna halang rintangan, serta cobaan yang datang.

Diksi Puisi Turun ke Sawah

Bahasa puisi yang digunakan adalah bahasa prismatis. Penyair memilih kata- kata yang menyebabkan pembaca berfikir dulu untuk memahami maknanya. Makna kata-kata kebanyakan makna kiasan. Karena disusun dengan cukup bervariasi dengan makna lugas maka puisi di atas tidak menjadi gelap.

a. Makna Denotatif

Puisi di atas terdapat beberapa kata-kata denotatif, seperti pada bait pertama baris kedua, yaitu pada kata-kata menderang dering genta kerbau. Pada kata-kata tersebut terdapat kata genta. Kata genta dalam puisi tersebut berarti lonceng kecil yang tergantung di leher kerbau.

Selanjutnya, masih pada bait yang sama pada baris ketiga terdapat kata dihalau.

Kata dihalau pada puisi tersebut berarti menyuruh pergi. Kemudian baris berikutnya pada bait yang sama terdapat kata kalbu, yang berarti batin. Pada bait kedua baris kedua terdapat kata-kata menjunjung beban atas kepala. Kata menjunjung pada larik tersebut berarti mengangkat dan membawa sesuatu di atas kepala.

Masih pada bait kedua pada baris keempat terdapat pada kata-kata sukmaku timbullah tembang. Pada larik tersebut terdapat dua buah kata denotatif, yaitu kata

(4)

sukma dan kata tembang. Kata sukma pada puisi tersebut berarti jiwa, sedangkan kata tembang yang dimaksud adalah lagu atau nyanyian.

b. Makna Konotatif

Puisi ini terdapat beberapa kata-kata konotatif, seperti pada bait pertama baris kedua, yaitu pada kata-kata menderang dering genta kerbau. Pada kumpulan kata-kata tersebut terdapat kata menderang dering. Kata menderang dering dalam puisi tersebut berarti bunyi yang gemerincing pada lonceng kecil yang tergantung di leher kerbau.

Selanjutnya masih pada bait yang sama pada baris keempat terdapat kata-kata aku tinggal berusuh hati. Kata berusuh hati pada puisi tersebut berarti kegalauan hati yang berkecamuk dan bergemuruh di dalam hati. Kemudian baris selanjutnya terdapat kata-kata kalbu kusut risau-semisau. Frasa kalbu kusut dalam frasa tersebut bukanlah kata sebenarnya, kata ini merupakan kata konotatif, yang berarti pikiran yang sedang kacau.

Diksi Puisi Di Senjakala Terpikir Tanah Air

Bahasa puisi yang digunakan adalah apa adanya tidak menggunakan perumpamaan dan tidak menggunakan kata-kata yang memperindah puisi tersebut.

Diksi atau pilihan yang terdapat dalam puisi “Disenjakala” terdapat pada beberapa baris puisi.

a. Makna Denotatif

Puisi diatas terdapat beberapa kata-kata denotatif. Seperti pada bait pertama, baris kedua, pada larik terkenang pusaka moyang. Pada kalimat tersebut terdapat kata moyang. Moyang yang dimaksud dalam puisi tersebut berarti leluhur.

Kemudian pada bait kedua baris kedua, terdapat kata-kata teringat tanggungan umat. Tanggungan umat di dalam puisi ini berarti beban yang menjadi tanggung jawab kepada makhluk manusia sekalian. Masih pada bait kedua, pada baris ketiga terdapat kata sukma yang berarti jiwa. Pada baris keempat terdapat kata daku sebagai pengganti orang pertama saya ataupun aku.

Kata denotatif terakhir yang ditemukan pada puisi ini terdapat pada bait ketiga baris ketiga, yaitu pada kata-kata adakah engkau taulan. Kata taulan di sini berasal dari kata tolan. Kata tolan itu sendiri berarti teman, kawan atau sahabat sekalian.

b. Makna Konotatif

Puisi diatas terdapat beberapa kalimat dan kata-kata konotatif seperti pada bait pertama baris kedua, pada frasa terkenang pusaka moyang. Pada kumpulan kata tersebut terdapat kata pusaka moyang. Frasa pusaka moyang yang dimaksud dalam puisi tersebut berarti peninggalan orang tua dan leluhur berupa tanah air dan negeri.

Masih pada bait kedua, pada baris ketiga terdapat kata-kata berduyun bisikan sukma yang berarti kata hati yang datang bertubi-tubi. Selanjutnya kata konotatif terakhir yang ditemukan pada puisi ini terdapat pada bait ketiga baris kedua, yaitu pada kata disenjakala. Kata disenjakala yang dimaksud di sini adalah hari tua.

(5)

Diksi Puisi Menampak Pantai

Pilihan kata yang terdapat dalam puisi “disenjakala” hampir pada semua baris. Bahasa puisi yang digunakan adalah bahasa prismatis. Penyair memilih kata-kata yang menyebabkan pembaca berpikir dahulu untuk memahami maknanya. Makna kata-kata kebanyakan makna kias dan lambang. Namun karena disusun cukupbervariasi dengan makna lugas, puisi di atas tidak menjadi gelap.

a. Makna Denotatif

Puisi di atas diawali dengan klauasa Ku layang pandang ke pantai daratan. Ku dalam klausa tersebut berasal dari kata Aku (orang pertama yang layang pandang ke pantai daratan). Kata ku merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata saya. Kata aku memiliki nilai rasa lebih kasar dibandingkan dengan kata saya yang memiliki nilai rasa lebih halus. Kata layang pandang merupakan bentuk makna denotatif yang dipilih untuk menggantikan kata melihat ke arah. Kata layang pandang lebih halus dari pada kata melihat ke arah yang terkesan kaku.

Kemudian pada bait kedua baris pertama terdapat kata-kata denotatif lainnya, yaitu kelapa melambai menggamit beta. Kata menggamit beta merupakan kata denotatif yang berarti menyentuh saya dengan jari. Selanjutnya, pada bait terakhir baris pertama terdapat kata-kata bidukku dayung dengan gembira. Biduk disini merupakan kata denotatif yang berarti sampan atau perahu kecil dari kayu.

b. Makna Konotatif

Puisi menampak pantai diawali dengan larik Ku layang pandang ke pantai daratan. Kata layang pandang dalam kata tersebut merupakan kata konotatif yang bermakna mengarahkan pandangan jauh ke depan. Kata layang pandang lebih halus dari pada kata melihat ke arah yang terkesan kaku.

Selanjutnya, kata konotatif berikutnya pada puisi di atas dapat dilihat pada bait keempat baris ketiga, yaitu pada larik di mana ranahku sudah menanti. Kata ranahku dalam larik tersebut bermakna sebagai kampung halaman si penulis atau orang pertama dalam puisi tersebut.

Diksi Puisi Penganten Baru

Bahasa puisi yang digunakan adalah bahasa apa adanya, tidak menggunakan perumpamaan dan tidak juga menggunakan kata-kata yang memperindah puisi tersebut.

Kata-kata yang dipergunkan penyair juga dapat mensugesti pembaca tentang perasaan bangga dengan negeri Indonesia ini. Penyair menggunakan pilihan kata-kata secara structural terjadilah kekompakan atau koherensi kata-kata yang sesuai dengan arti puisi di atas yang ungkapannya menunjukkan bahwa perasaan penyair memancarkan kegembiraan seperti yang dirasakan penganten baru tersebut.

a. Makna Denotatif

Puisi di atas juga mengandung beberapa kata denotatif, seperti pada bait pertama baris kedua, yaitu mengepit tangan dara jelita. Mengepit di sini berarti membawa atau menjepit dengan badan. Selanjutnya, pada bait kedua bari terakhir terdapat kata denotatif lainnya, yaitu pada klausa duduk bersanding diloka gembira.

Kata diloka pada klausa tersebut merupakan kata denotatif yang berarti berarti ruang atau tempat.

(6)

Kemudian pada bait ketiga baris kedua, terdapat kumpulan kata kalau mulia sudah menjelma. Pada kalimat tersebut terdapat kata menjelma, kata tersebut berarti muncul kembali atau mewujudkan diri.

b. Makna Konotatif

Puisi penganten baru tidak banyak mengandung kata-kata konotatif. Peneliti hanya menemukan satu kata konotatif saja, yaitu pada bait pertama baris kesatu, yaitu pada kumpulan kata tersenyum simpul penganten baru. Kata senyum simpul yang dimaksud dalam kalimat tersebut berarti kiasan senyum yang menunjukkan kesenangan, kesayangan, dan kegembiraan hati.

Diksi Puisi Menyesal

Diksi dalam puisi “Menyesal” penyair menggunakan diksi atau pemilhan kata-kata erat dengan makna. Diksi yang digunakan dalam puisi ini sesuai dengan arti puisi yaitu menggambarkan penyesalan penyair di hari tua. Diksi yang terdapat dalam puisi ini terdapat hampir semua baris puisi. beta, lengah, meracun, hati, menyesal, padang.

a. Makna Denotatif

Puisi ini memiliki banyak kata kiasan, hanya sedikit saja menggunakan kata- kata denotatif atau kata yang sebenarnya. Salah satunya adalah pada bait ketiga baris terakhir pada menambah luka sukma. Sukma dalam puisi ini berarti jiwa ataupun nyawa.

Selain itu, masih ada satu kata lagi yang bermakna denotatif, yaitu pada baik keempat dan baris terakhir, menuju ke arah padang bakti. Pada larik tersebut terdapat frasa padang bakti. Kata padang disini berarti tanah luas dan datar, sedangkan kata bakti yang dimaksud adalah tunduk dan hormat, atau dengan kata lain bakti merupakan perbuatan yang menyatakan setia dan memperhambakan diri sendiri.

b. Makna Konotatif

Bait pertama baris kesatu terdapat larik pagiku hilang sudah melayang. Larik tersebut merupakan kata kiasan, kata-kata tersebut merupakan kata-kata konotatif yang bermakna masa muda orang pertama (penulis) yang sudah lewat dan berlalu.

Selanjutnya, pada baris ktiga bait pertama kini petang datang membayang. Kata petang pada baris tersebut bukanlah berarti sore ataupun senja, namun kata petang tersebut bermakna konotatif yang berarti masa tua yang segera akan datang.

Baris terakhir pada bait pertama batang usiaku sudah tinggi, laris tersebut bermakna konotatif yang berarti umur orang pertama sudah tua, atau mencapai angka yang banyak.

Hal yang sama juga terlihat pada bait kedua baris kesatu, yaitu aku lalai di pagi hari¸ kata pagi hari pada kalimat tersebut bukanlah arti sebenarnya, namun merupakan simbol dan kiasan untuk mengatakan masa muda. Begitu juga halnya pada baris keempat pada kalimat miskin ilmu miskin harta. Kata miskin ilmu pada kalimat tersebut berarti buta dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki.

(7)

Diksi Puisi Nasibku

Bahasa puisi yang digunakan adalah apa adanya. Namun kata-kata yang digunakan penyair secara apa adanya juga dapat mensugesti pembaca sehingga mampu merasakan kegundahan/kebimbangan hati si penyair. Kebimbangan penyair terlihat pada semua baris puisi. yang mengungkapkan tentang nasib si penyair akan kekasih yang jauh.

a. Makna Denotatif

Puisi ini memiliki kata-kata yang singkat, padat dan jelas. Tidak banyak katakiasan yang digunakan dalam puisi tersebut. Namun terdapat kata-kata denotative seperti pada bait pertama baris keempat, yaitu pada kalimat kalbuku bimbang. Kata kalbuku yang dimaksud dalam puisi di atas berarti batin atau pun hati yang sedang mengalami kebimbangan atau tidak tetap hati dan ragu-ragu.

b. Makna Konotatif

Puisi nasibku memiliki kata-kata yang singkat, padat dan jelas. Tidak banyak kata kiasan yang digunakan dalam puisi tersebut. Namun terdapat beberapa kata-kata konotatif seperti pada bait kedua baris ketiga, yaitu jauh dibalik ombak bergulung, kata-kata kiasan yang bermakna jauh dan berada di seberang lautan.

Selanjutnya, pada bait ketiga baris kedua berbunyi darahku berdesir, kata berdesir tersebut berasal dari kata desir yang berarti bunyi tiruan tiupan angin, namun dalam puisi ini, kata berdesir tersebut merupakan kata kiasan atau kata konotatif yang berarti mengalir deras. Kata yang sama juga ditemukan pada bait keempat baris pertama.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada bab sebelumnya, dan berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan puisi-puisi yang menjadi objek penelitian dalam antologi puisi Rindu Bahagia karya Ali Hasjmy mengandung diksi, kata denotatif dan kata konotatif.

Diksi/pilihan kata yang ditemukan dalam antologi puisi Rindu Bahagia karya Ali Hasjmy adalah seperti tolan, kesuma, raya, mahkota, mulia, mawar, penawar, sukma, menderang dering, genta, halau, kalbu kusut, risau semisau, tercenung, menjunjung, tembang, nasib, miskin dan papa, pusaka, moyang, darah, berdesir, berkobar, bangsa, umat, berduyun, daku, berjihad, pantai, permai, bukit barisan, buih memutih, kelapa, menggamit, beta, burung, bersiul, kerabat, biduk, ranah, simpul, mengepit, dara jelita, gemilang, membayang, batang, usiaku, lengah, meracun, hati, menyesal, padang, memancar, sinar, bercumbu, bersanding, diloka, mulia, menjelma, benderang, membayang, kalbuku, ombak, ditawan, berdesir, berkobar, tabir, lembah, bujang, ombak, bunga kemuning, kelana, guring, cemerlang, caya bercaya.

Kata-kata denotatif yang ditemukan dalam antologi puisi Rindu Bahagia karya Ali Hasjmy adalah seperti beta, daku, tolan, sukma, genta, dihalau, kalbu, menjunjung, tembang, moyang, layang, biduk, mengepit, menjelma, padang bakti, bujang terbaring, kelana, guring, dan mendamba.

Kata-kata konotatif yang ditemukan dalam antologi puisi Rindu Bahagia karya Ali Hasjmy adalah seperti kesuma raya, mahkota, dek udara kabut, menderang dering, berusuh, kalbu kusut, pusaka moyang, disenjakala, layang pandang, tanahku, senyum

(8)

simpul, pagiku hilang, petang, batang usiaku, miskin ilmu, ombak bergulung, berdesir, tabir, dipukul laut ombak kenangan, bunga kemuning, dan caya bercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1983. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung.

Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Azwardi. 2008. Menulis Ilmiah: Materi Kuliah Bahasa Indonesia Umum untuk Mahasiswa FKIP Unsiyah: Banda Aceh.

Djojosuroto, Kinayati. 2004. Puisi dan Pendekatan Pembelajaran. Jakarta: Nuansa.

Esten, Mursal. 2007. Memahami Puisi Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.

Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak “Pengantar Pemahaman Dunia Anak”.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R

& D. Bandung: Alfabeta.

Suprayogo, Imam dan Topbroni. 2003. Methodologi Penelitian Sosial Agama Cet. XII.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

The students‟ needs in using ICT to learn English in 21 st Century The phenomenon of obstacles faced by MAN 4 Cirebon students in using ICT in the English learning