• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER BIALO D.I BETTU KABUPATEN BULUKUMBA”

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER BIALO D.I BETTU KABUPATEN BULUKUMBA” "

Copied!
85
0
0

Teks penuh

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER D.I BETTU KABUPATEN BULUKUMBA Oleh : Arlan Kurniadi1, Burhanuddin Badrun2, Satriawati Cangara3. Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KERUGIAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER BIALO KABUPATEN BULUKUMBA”.

DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Seberapa besar tingkat efisiensi Air pada Saluran sekunder Bialo sampai dengan Saluran Sekunder Tambokong D.I Bettu Kabupaten
  • Bagaimana upaya dalam mencegah kehilangan air pada Saluran Sekunder Bialo sampai dengan Saluran Sekunder Tambokong D.I
    • Tujuan dan manfaat penelitian .1 Tujuan
  • Untuk mengetahui efisiensi penyaluran air di Saluran Sekunder Bialo D.I Bettu Kabupaten Bulukumba mulai dari pemasukan
  • Untuk mengetahui upaya mencegah kehilangan air irigasi pada saluran irigasi selama dalam perjalanannya dari pintu pengambilan
    • Manfaat penelitian
    • Batasan masalah
  • Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
  • Tidak membahas mengenai rancangan anggaran biaya
    • Sistematika penulisan

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi perlu dilakukan upaya untuk menutupinya secara menyeluruh dan merata, terutama pada saat ketersediaan air terbatas. Oleh karena itu, saya menyusun tugas akhir dengan judul “Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air Pada Saluran Sekunder Bialo D.I Bettu Kabupaten Bulukumba”.

PENDAHULUAN

KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHSAN

PENUTUP

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dasar Teori

  • Irigasi
  • Tujuan Irigasi
  • Jenis-jenis Irigasi (a) Irigasi Utama
  • Sistem Irigasi

Irigasi jenis ini menggunakan gravitasi karena menggunakan irigasi dengan membiarkan air mengalir dengan sendirinya ke lahan pertanian. Nutrisi yang diperoleh dari akar disalurkan ke bagian lain tanaman dan memaksimalkan fungsi pendukungnya. e) Irigasi mikro atau irigasi tetes (drip irrigation).

Jaringan Irigasi

Bangunan intake digunakan untuk melayani/mengairi area yang lebih luas daripada area layanan jaringan sederhana. Kemungkinan intake digunakan untuk melayani/menyirami area yang lebih luas dari area layanan. Salah satu prinsip dalam jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran drainase.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan pengukuran debit, distribusi air irigasi dan pembuangan air lebih cepat dan efisien. Jika petak tersier hanya menerima air dari jaringan utama di satu tempat, maka akan membutuhkan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih baik, dan perawatan yang lebih banyak. Jaringan irigasi teknis berdasarkan prinsip-prinsip di atas adalah cara yang paling efisien untuk mendistribusikan air dengan mempertimbangkan waktu penurunan pasokan air serta kebutuhan pertanian.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan pengukuran aliran, distribusi air irigasi, dan drainase air yang lebih efisien.

Petak Sekunder

Irigasi teknik lanjutan adalah sistem irigasi di mana air dapat diatur dan diukur di seluruh jaringan dan diharapkan efisiensi yang tinggi. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang membentuk satu kesatuan dan menerima air irigasi melalui saluran tersier yang sama.

Bangunan Irigasi

Bangunan tersebut terletak pada saluran primer dan saluran sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk mendistribusikan aliran antara dua saluran atau lebih. Kotak terpisah di saluran tersier membagi aliran antara dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter). 5) Mengatur dan mengukur bangunan. Debit aliran akan diukur di hulu (hulu) saluran primer, di cabang-cabang saluran jaringan primer dan pembangunan cabang sekunder dan tersier.

Alat ukur yang dapat dibagi menjadi free flow meter dan underflow meter. Struktur kontrol ketinggian air dimaksudkan untuk menjaga ketinggian air di jaringan irigasi utama pada batas yang diperlukan untuk memastikan debit terus menerus ke fasilitas penyaluran tersier.

Kebutuhan Air Irigasi

Pemberian Air

Kebutuhan air tanaman akan terus berkurang, dan akan sulit diserap oleh tanaman jika tidak ada tambahan air hujan atau air tanah. Dalam keadaan ini pemberian air irigasi harus dilakukan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik dengan cara meningkatkan kadar air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 1978). Jadwal penyiraman, waktu penyiraman dan jumlah air yang diberikan merupakan masalah yang sangat kompleks. Faktor terpenting yang mempengaruhi jadwal penyiraman adalah kebutuhan air tanaman, sifat tanah yang menunjukkan kemampuan menyimpan air di akar, pertumbuhan akar tanaman dan toleransi tanaman terhadap. kelembaban berkurang.

Efisiensi Irigasi

Hansen, V.E dan O.W Israelsen (1962) menyatakan bahwa efisiensi irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang digunakan secara efektif oleh tanaman dengan jumlah air yang disediakan. Usaha pertanian yang intensif menuntut harga efisiensi pengairan agar penyediaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tidak semua air yang diambil dari sumber air atau sungai yang mengalir ke daerah irigasi digunakan oleh tanaman.

Efisiensi irigasi adalah perbandingan antara jumlah debit air irigasi yang digunakan dengan jumlah air irigasi yang disalurkan dan dinyatakan dalam persentase. Lengka, (1991) menjelaskan bahwa efisiensi irigasi adalah perbandingan antara air yang digunakan tanaman atau berguna bagi tanaman dengan jumlah air yang tersedia dan dinyatakan dalam satuan persentase. Efisiensi irigasi didasarkan pada asumsi bahwa sebagian volume air akan hilang baik di saluran maupun di sawah.

Oleh karena itu, kebutuhan air bersih di lapangan (NFR) harus dibagi untuk mendapatkan jumlah kebutuhan air di bangunan intake dari sungai. Sumber: Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, KP 03, 2013).

Efisiensi Penyaluran Air Irigasi

Debit aliran

Pengukuran debit langsung dilakukan dengan menggunakan struktur ukur yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibaca secara langsung atau dengan menggunakan tabel. Debit aliran adalah jumlah cairan yang mengalir melewati penampang aliran per satu satuan waktu, yang disebut laju aliran (Q). Laju aliran diukur dalam volume zat cair per satuan waktu, jadi satuannya adalah meter kubik per detik (m3/detik) atau satuan lain (liter/detik, meter/menit, dst).

Kehilangan Air

Kehilangan air yang berlebihan harus dicegah dengan menambah saluran agar permanen dan pengendalian operasional sehingga debit air yang tersedia dapat dimanfaatkan oleh petani secara maksimal (Sunaryo, 2016). Sedangkan menurut Kiyatsujono.P, (1987) kehilangan air pada saluran irigasi adalah berkurangnya volume air pada saluran irigasi yang ditandai dengan perbedaan antara laju aliran “input” dan “outlet”. -Faktor yang menyebabkan kehilangan air di saluran irigasi, termasuk penguapan dan limpasan dari struktur saluran irigasi.

Pengukuran kehilangan air menggunakan metode “Inflow-Outflow” artinya perbedaan debit yang terjadi di sepanjang saluran diamati.

Rembesan

Perlokasi

Perlokasi adalah pergerakan air ke bawah dari zona tak jenuh (antara permukaan tanah dan tabel air) ke zona jenuh (area di bawah tabel air). Setelah lapisan tanah jenuh air (semua pori terisi air) dan hujan terus turun, maka gaya berat air akan bergerak semakin turun ke permukaan air tanah. Perlokasi atau penyerapan air dalam tanah merupakan kejenuhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan tanah lapisan atas, letak permukaan tanah.

Evaporasi

Laju penguapan dinyatakan dengan volume air yang hilang oleh proses per satuan luas dalam satu satuan waktu, yang biasanya diberikan dalam mm/hari atau mm/bulan. Penguapan terjadi pada setiap kondisi suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Cara yang paling umum digunakan untuk menentukan volume yang diuapkan dari permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci evaporasi.

Berbagai percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa penguapan yang terjadi dari panci penguapan lebih cepat daripada dari permukaan air yang luas. Untuk itu, hasil pengukuran panci evaporasi harus dikalikan dengan koefisien seperti yang ditunjukkan pada rumus di bawah ini (Triatmodjo B, 2008). Analisis ini diperlukan untuk menentukan jumlah aliran permukaan atau pembuangan yang harus ditampung.

Luas DAS akan dipengaruhi oleh limpasan permukaan sedangkan DAS dapat ditentukan dari peta topografi atau foto udara.

Tabel 2.3 nilai evaporasi rata-rata
Tabel 2.3 nilai evaporasi rata-rata

Curah Hujan

Hujan Rencana

Penelitian terdahulu

Analisis efisiensi dan kehilangan air pada jaringan utama daerah irigasi Air Sagu oleh Wilhelmus Bunganaen, penelitian ini menjelaskan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya efisiensi dan kehilangan air pada jaringan irigasi Air Sagu yang terletak di Desa Noelbaka Kota Kupang Daerah. Kehilangan air akibat evaporasi sangat kecil, sehingga kehilangan air lebih banyak disebabkan oleh faktor fisik saluran, dengan kehilangan tertinggi pada saluran tanah sekunder 1, sekunder 4 dan tersier. Sedangkan kehilangan air pada saluran irigasi dianalisis dengan menghitung besarnya penguapan, infiltrasi dan kebocoran pada saluran.

Analisis Kehilangan Air Pada Saluran Tersier Daerah Irigasi Pattiro Kabupaten Bone oleh Asmaul Husna, Jumardi, Penelitian ini menjelaskan: Analisis Kehilangan Air Pada Saluran Tersier Daerah Irigasi Pattiro Kabupaten Bone dibimbing oleh Ratna Musa dan Muhammad Yunus Ali. Penelitian ini untuk menganalisis besaran efisiensi dan kehilangan air pada Jaringan Irigasi Pattiro Kabupaten Bone. Oleh karena itu, dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder untuk menghitung besarnya rembesan, penguapan dan debit pada saluran yang dilapisi semen dan tanah liat.

Sehingga didapatkan nilai efisiensi penyaluran air yang terjadi pada saluran berlapis semen dan saluran tanah.

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Objek Penelitian
    • Permohonan izin
    • Mencari Data dan Informasi a. Tahap Persiapan
  • Studi Pustaka : Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga mempermudah pengumpulan
  • Observasi Lapangan : Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat dilakukannya
    • Mengolah Data
    • Penyusunan laporan
    • Analisa Data
    • Hasil Penelitian
    • Menghitung luas penampang basah (A)
    • Perhitungan Dimensi Saluran
    • Perhitungan Kehilangan Air
    • Perhitungan Rembesan
    • Perhitungan Evaporasi
    • Perhitungan Efisiensi Saluran

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa luas penampang saluran sekunder bialo hulu adalah 0,20 m2 sedangkan luas penampang saluran sekunder bialo hilir adalah 0,19 m2. Hasil analisis di atas menunjukkan debit air yang masuk ke saluran sekunder biolo sebesar 0,3138 m3/s sedangkan debit air yang keluar dari saluran sekunder biolo sebesar 0,1839 m3/s. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa saluran sekunder Bialo memiliki dimensi saluran 2,8 m2. Mengenai dimensi saluran, sketsa penampang saluran dapat dilihat pada tabel 4.1 dan Gambar 4.5.

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa saluran sekunder biolo dengan panjang 1,059 m mengalami kehilangan air sebesar 0,1299 m3/s. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada saluran sekunder jika terjadi kehilangan akibat rembesan sebesar 0,000909 m3/detik. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa saluran sekunder Bialo kehilangan air akibat penguapan sebesar 3.000 m3/detik.

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa akibat rembesan dan penguapan pada saluran sekunder Bialo menyebabkan kehilangan air sebesar 0,1368 m3/detik.

Gambar 4.1 kondisi pintu    Gambar 4.2 kondisi pintu
Gambar 4.1 kondisi pintu Gambar 4.2 kondisi pintu

KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan
  • Saluran sekunder Bialo memiliki tingkat efisiensi sebesar 58%
  • Saluran sekunder Bialo ini meskipun kondisi fisik bangunan masih baik, namun tetap mengalami kehilangan air yang
    • Saran
  • Bagi masyarakat pemakai air diharapkan dapat tetap menjaga dan memelihara kondisi fisik bangunan untuk meningkatkan
  • Bagi pihak yang terkait diharapkan dapat menjaga dan melakukan pembenahan serta pemeliharaan saluran irigasi

Bagi pihak terkait diharapkan dapat memelihara dan melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan saluran irigasi, melakukan perbaikan dan pemeliharaan saluran irigasi sekunder Bialo guna menjaga kestabilan tingkat efisiensi saluran irigasi sekunder Bialo.

DAFTAR PUSTAKA

  • Permohonan Izin Dengan Pemerintah Setempat
  • Kondisi Fisik Saluran
  • Pengukuran Kecepatan Aliran
  • Pengukuran Dimensi Saluran

ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DESA JOTANG KECAMATAN EMPANG KABUPATEN SUMBWA BESAR (Disertasi Doktor Universitas_Muhammadiyah_Matar). ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DESA JOTANG KECAMATAN EMPANG KABUPATEN SUMBWA BESAR (Disertasi PhD Universitas Muhammadiyah Mataram). ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DI DAERAH DAS DESA JOTANG KECAMATAN EMPANG KABUPATEN SUMBWA BESAR.

Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi di Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi, 2014 (Disertasi Doktor di Universitas Muhammadiyah Surakarta). Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung (Disertasi Doktor, Universitas Ngurah Rai). Analisis Waktu dan Biaya Irigasi pada Sistem Irigasi Pipa LEB dan Irigasi Tambak di Tanah Gersang Pringgabaya (Disertasi Doktor, Universitas Mataram).

EVALUASI KEBUTUHAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI REPOK PANCOR LINGSAR UNTUK TANAMAN PADI (Skripsi Doktor, Universitas_Muhammadiyah_Mataram).

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ................................................................III-1  Gambar 3.2 Pertemuan Dengan Pemerintah Setempat .
Tabel 2.1 Harga Rembesan Berbagai Jenis Saluran   .......................... II-19  Tabel 2.2 Harga Perlokasi Dari Berbagai Jenis Tanah   .......................
Tabel 2.1 Harga rembesan berbagai jenis saluran  jenis Bahan
Tabel 2.2 Harga perlokasi dari berbagai jenis tanah
+6

Referensi

Dokumen terkait

The Ummul Mukminin 'Aisyiyah Islamic Boarding School for the South Sulawesi Region has a Vision, "The Realization of Superior Alumni Girls, Cadres of Ulama, and