• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis efisiensi teknis dan nilai tambah agroindustri

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis efisiensi teknis dan nilai tambah agroindustri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI RENGGINANG KETAN DI DESA SAMBIGEDE KECAMATAN

SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG SKRIPSI

Oleh:

NOVIA KRISTIANINGSIH 21701032009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG 2021

(2)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI RENGGINANG KETAN DI DESA SAMBIGEDE KECAMATAN

SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)

Oleh:

NOVIA KRISTIANINGSIH 21701032009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG 2021

(3)

Abstract

White glutinous rice (Oryza sativa L. var glutinosa) is an ingredient that has a fairly high carbohydrate content, which is 36.1 grams in 100 grams of carbohydrates. ethanol, by converting carbohydrates contained in the substrate into glucose and finally the breakdown of glucose into ethanol and carbon dioxide. To obtain high levels of ethanol, it is necessary to pay attention to several factors that affect fermentation, namely media formulation, pH, temperature, oxygen, nutrients and microorganisms used. Glutinous rice is a type of rice that is usually used as a basic ingredient for processed foods. Glutinous rice is rich in carbohydrates and contains lots of copper which can strengthen connective tissue, support the immune system, and promote healthy brain function.

Abstrak

Beras ketan putih (Oryza sativa L. var glutinosa) merupakan bahan yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 36,1 gram dalam 100 gram bahan karbohidrat adalah bahan baku yang menunjang dalam proses fermentasi, dimana pada waktu proses fermentasi berlangsung mikroorganisme sangat berperan dalam menghasilkan etanol, dengan mengubah karbohidrat yang terdapat dalam substrat menjadi glukosa dan akhirnya terjadi pemecahan glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Untuk memperoleh kadar etanol yang tinggi perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi yaitu formulasi media, pH, suhu, oksigen, nutrien dan mikroorganisme yang digunakan. Beras ketan adalah jenis beras yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar makanan olahan. Beras ketan kaya karbohidrat dan banyak mengandung zat tembaga yang dapat memperkuat jaringan ikat, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan fungsi otak yang sehat.

(4)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian.

Strategi pengembangan agroindustri yang dapat ditempuh harus disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; (b) sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin; (c) kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun di pasar internasional; dan (d) sebagian besar industri berskala kecil dengan teknologi yang rendah. Efek multiplier yang ditimbulkan dari pengembangan agroindustri meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan karena karakteristik dari agroindustri yang

(5)

2 memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain: (a) memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri hilir, (b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui, (c) mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar internasional maupun di pasar domestik, (d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar khususnya pasar domestik.

Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri, yang mengolah bahan baku yang bersumber dari tanaman, binatang dan ikan.

Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan distribusi. Pengolahan dapat berupa pengolahan sederhana seperti pembersihan, pemilihan (grading), pengepakan atau dapat pula berupa pegolahan yang lebih canggih, seperti penggilingan (milling), penepungan (powdering), ekstraksi dan penyulingan (extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning) dan proses pabrikasi lainnya. Dengan perkataan lain, pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan operasi terhadap suatu bahan mentah untuk dirubah bentuknya dan atau komposisinya. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri pengolahan hasil pertanian berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau pengguna hasil agroindustri.

Dengan demikian dari uraian diatas menunjukan bahwa Agroindustri pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau

(6)

3 dimakan, (c) meningkatkan daya saing, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan bagi produsen.

Pemahaman tentang komponen-komponen pengolahan memerlukan pemahaman fungsi-fungsinya. Dari segi teknis, tiga tujuan pengolahan agroindustri adalah merubah bahan baku menjadi mudah diangkut, diterima konsumen, dan tahan lama. Fungsi pengolahan harus pula dipahami sebagai kegiatan strategis yang menambah nilai dalam mata rantai produksi dan menciptakan keunggulan kompetitif. Sasaran-sasaran ini dicapai dengan merancang dan mengoperasikan kegiatan pengolahan yang hemat biaya atau dengan meragamkan produk. Fungsi teknis pengolahan seharusnya dipandang dari perspektif strategis tersebut. Dengan demikian manfaat agroindustri adalah merubah bentuk dari satu jenis produk menjadi bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen, terjadinya perubahan fungsi waktu, yang tadinya komoditas pertanian yang perishable menjadi tahan disimpan lebih lama, dan meningkatkan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga meningkatkan harga dan nilai tambah.

Beras ketan putih (Oryza sativa L. var glutinosa) merupakan bahan yang mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 36,1 gram dalam 100 gram bahan (Zulaikah, 2002, dalam Rustriningsih, 2007). karbohidrat adalah bahan baku yang menunjang dalam proses fermentasi, dimana pada waktu proses fermentasi berlangsung mikroorganisme sangat berperan dalam menghasilkan etanol, dengan mengubah karbohidrat yang terdapat dalam substrat menjadi glukosa dan akhirnya terjadi pemecahan glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Untuk memperoleh kadar etanol yang tinggi perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi yaitu formulasi media, pH, suhu,

(7)

4 oksigen, nutrien dan mikroorganisme yang digunakan (Sa’id, 1987, dalam Rustriningsih, 2007).

Menurut Zulaikah, (2002) dalam Rustriningsih, (2007) serelia merupakan sumber karbohidrat utama di dunia. Di Indonesia beras dipakai sebagai sumber protein 45-55% dan sumber kalori 60-80%. Komposisi kimia beberapa serelia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Serelia dalam 100 Gram Bahan Komposisi Beras

Sosoh

Beras Tumbuk

Ketan Putih

Ketan Hitam

Beras Merah

Gandum Jagung

Energi (kal) 366 365 361 366 352 333 366

Protein (g) 7,6 9,7 7,4 8,0 7,3 9,0 9,8

Lemak (g) 1,0 1,4 0,8 2,3 0,9 1,0 7,3

Hidrat arang (g) 78,9 75,9 78,4 74,5 76,2 77,2 69,1

Serat (g) 0,4 0,5 0,4 1,0 0,8 0,3 2,2

Abu (g) 0,6 0,9 0,5 1,5 1,0 1,0 2,4

Kalsium (mg) 59 72 13 10 15 22 30

Fosfor (mg) 258 205 157 347 257 150 538

Besi (mg) 0,8 0,9 3,4 6,2 4,2 1,3 2,3

Karotin (mg) 0 0 0 0 0 0 641

Vitamin A (SI) 0 0 0 0 0 0 0

Vitamin B1 (mg)

0,26 0,34 0,28 0,24 0,34 0,10 0,12

Vitamin C (mg) 0 0 0 0 0 0 3,0

Air (g) 11,9 12,1 12,9 13,7 14,6 11,8 11,5

B.d.d 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Zulaikah, (2002) dalam Rustriningsih

Rengginang merupakan makanan tradisional jenis kerupuk yang saat ini masih diminati masyarakat desa maupun kota untuk di konsumsi sendiri atau dijadikan oleh-oleh. Bahan utama rengginang adalah beras ketan (Oryza sativa L.

var glutinosa). Cara pembuatannya masih sangat sederhana yaitu di cetak menjadi bulat dengan cetakan yang terbuat dari bahan plastik, lalu dikeringkan di bawah

(8)

5 sinar matahari sampai kering setelah itu dapat di goreng di dalam minyak panas.

Beras ketan sama dengan beras pada umumnya, hanya saja teksturnya sedikit lebih lengket dari beras yang biasa kita makan. Hal inilah yang menjadikan beras ketan mudah dibentuk dan banyak dijadikan bahan dasar makanan salah satunya yaitu dijadikan rengginang. Selain dibuat cemilan, rengginang juga bisa dibuat sebagai pelengkap makanan. Dalam masyarakat Jawa biasanya rengginang banyak dijumpai ketika hari raya idul fitri, karena rasanya yang gurih dan renyah banyak sekali yang mencarinya sebagai salah satu suguhan yang wajib di suguhkan ketika hari raya tiba. Tidak sulit untuk mencari rengginang ketan di kota Malang, rengginang ketan banyak dijumpai di toko oleh-oleh karena rengginang merupakan salah satu kerupuk favorit masyarakat Jawa khususnya di kota Malang.

Sumberpucung merupakan salah satu daerah dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang dimana banyak di jumpai adanya usaha home industry rengginang, dan 2 desa diantara desa yang ada di Kecamatan Sumberpucung adalah Desa Senggreng dan Desa Sambigede dengan hasil pertanian khususnya berasdan beras ketan.

Beras ketan adalah jenis beras yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar makanan olahan. Beras ketan juga bisa dikonsumsi langsung setelah masak tanpa ditambah pelengkap hidangan karena rasanya yang gurih. Penduduk desa juga memanfaatkan beras ketan ini sebagai bubur ketan yang seringkali dibuat untuk acara-acara tasyakuran. Beras ketan kaya karbohidrat dan banyak mengandung zat tembaga yang dapat memperkuat jaringan ikat, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan fungsi otak yang sehat (Baroto, 2002 dalam Mumpuni,

Dewa, & Widarti,2017).

(9)

6 Disamping berbagai olahan beras ketan di atas, beras ketan juga banyak digunakan oleh masyarakat menjadi industri rumahan (home industry) rengginang.

Pengolahan beras ketan menjadi rengginang tersebut akan menghasilkan nilai tambah berupa penyerapan tenaga kerja dan keuntungan bagi pengusaha untuk mengetahui permintaan pasar terhadap produk rengginang sebagai makanan khas dari Jawa Timur khususnya Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Untuk menjaga makanan khas daerah maka pemerintah perlu turun tangan dan lebih memperhatikan pengusaha UMKM dalam menjalankan usaha mereka. Bentuk perhatian bisa dengan cara membuat seminar untuk pengusaha UMKM agar mereka dapat mengembangkan usaha mereka menjadi lebih kreatif dan bervariasi lagi soal rasa atau packaging agar dapat diterima di semua kalangan. Atau bisa dalam bentuk pinjaman modal untuk para pengusaha UMKM yang memiliki modal kecil atau dalam bentuk perhatian lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah nilai tambah pada agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang?

2. Bagaimanakah efisiensi teknis agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui nilai tambah pada agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang?

(10)

7 2. Untuk menganalisis efisiensi teknis agroindustri rengginang ketan di Desa

Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang?

1.4 Batasan Penelitian

1. Agroindustri yang diteliti adalah rengginang ketan oleh masyarakat Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang adalah suatu usaha skala industri rumah tangga.

2. Industri rumah tangga yaitu suatu unit usaha dengan jumlah pekerja tidak banyak yaitu sekitar satu sampai empat orang.

3. Rengginang ketan adalah makanan tradisional yang sampai saat ini masih eksis dan populer di masyarakat dengan berbagai rasa seperti rasa bawang, rasa terasi, dan rengginang ketan hitam yang menggunakan ketan hitam sebagai bahan utamanya.

4. Pengolah rengginang ketan adalah pengusaha atau pemilik industri rumah tangga rengginang ketan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian yang akan datang, serta mengetahui model analisis efisiensi teknis dan nilai tambah agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dalam penyusunan kebijakan pengembangan agroindustri UMKM di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Serta menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha untuk meningkatkan pendapatan UMKM.

(11)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis efisiensi teknis dan nilai tambah agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Analisis Pendapatan

a) Rata-rata biaya tetap produksi per satu kali produksi yaitu sebesar Rp 1.157, dengan rata-rata biaya variabel sebesar Rp542.889, dari hasil tersebut dapat diperoleh rata-rata biaya total sebesar Rp 544.046

b) Rata-rata nilai penerimaan setiap satu kali produksi yaitu sebesar 43 kg, dengan rata-rata harga Rp 16.000/ kg, sehingga diperoleh total penerimaan sebesar Rp 688.000/ satu kali proses produksi.

c) Analisis pendapatan rata-rata per satu kali proses produksi yaitu sebesar Rp 143.954 per satu kali proses produksi.

2. Analisis efisiensi tersebut diperoleh R/C Ratio sebesar 1,26 yang artinya agroindustri rengginang ketan di Desa Sambigede tersebut efisien dan layak untuk diusahakan.

3. Hasil dari analisis efisiensi teknis VRS pada 40 responden yaitu pengusaha rengginang ketan di Desa Sambigede menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh yaitu 0,538, dengan nilai rata-rata terendah yaitu sebesar 0,025, sedangkan nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 1.000, dimana rata-rata nilai efisiensi < 1 maka menunjukkan bahwa rata-rata usaha rengginang yang berada di Desa Sambigede belum efisien.

(12)

4. Dari analisa tersebut menunjukkan bahwa dari besarnya nilai tambah agroindustri rengginang ketan per kg menghasilkan keuntungan sebesar Rp 14.744,5 dengan tingkat keuntungan sebesar 65%.

6.2 Saran

Seorang pengusaha akan mencari keuntungan dalam menjalankan usahanya, maka dalam proses produksinya harus mempunyai perhitungan dalam usahanya agar memperoleh hasil yang optimal. Maka saran yang diberikan oleh penulis pada pengusaha rengginang adalah sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan usahanya rata-rata output yang dihasilkan masih belum efisien. Maka pengusaha harus memperbaiki perencanaan seperti penambahan input atau pengurangan input tersebut sesuai dengan perhitungan agar menghasilkan output yang optimal maka usaha yang dijalankan layak untuk di usahakan.

2. Pengusaha rengginang ketan di Desa Sambigede perlu mempelajari manajemen keuangan dan manajemen pengelolaan agar dapat menjalankan usahanya dan mencapai efisiensi teknis.

3. Harga beras ketan yang naik turun menyebabkan pengusaha sedikit bingung dalam memproduksi usahanya. Jika harga beras ketan sedang turun maka pengusaha akan memproduksi rengginang dengan 100% beras ketan atau tanpa di campur oleh beras biasa . Namun jika harga beras ketan sedang naik maka pengusaha akan memproduksi rengginang dengan campuran beras namun dalam prakteknya tidak akan mengurangi rasa dari rengginang tersebut jika beras ketan di campur oleh beras biasa. Pemerintah setempat diharapkan membantu dalam menstabilkan harga beras ketan di pasaran.

(13)

4. Pada kondisi pandemi saat ini untuk pengusaha yang belum efisien maka dampak yang ditimbulkan sangat terasa, dengan efek pandemi maka permintaan pada rengginang ketan juga berkurang dari hari biasanya. Maka sebaiknya pengusaha rengginang memperhatikan input maupun output agar usaha yang dijalankan menjadi efisien dan pengusaha tidak merugi atau sampai gulung tikar di masa pandemi saat ini.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Linda. 2013. Analisis Efisiensi Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo (Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro).

ASTRI, W. (2019). Analisis Usahatani Padi Ketan Putih (Oryza sativa glutinosa) di Nagari Batipuah Baruah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Asyarif, M. I., & Hanani, N. (2018). Analisis efisiensi teknis usahatani tebu lahan kering di Kabupaten Jombang. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 2(2), 159-167.

Badan Pusat Statistik. 2021. Badan Pusat Statistik Kab. Malang, 2016. BPS Kota Malang

Bangun IP. 2012. Peranan sektor-sektor produksi berbasis pertanian dalam perekonomian Indonesia. Pendekatan SNSE Tahun 2008. [Tesis].

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Budhisatyarini, T. 2008. Seminar Nasinal Dinamika Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan : Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani ; Nilai Tambah Diversifikasi Hasil Usahatani Bawang Merah Menjadi Bawang Goreng. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian : Bogor.

Charnes, A., Cooper, W.W., & Rhodes, E. (1978). Measuring the Efiiciency of Decision Making Units. European Journal of Operational Research (2) Hlm. 429-444.

Coelli, TJ. (1996) A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis(Computer) Program. Armidale: Department of Econometrics, University of New England Australia. Hlm. 17-19.

Daryanto A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor : IPB Press.

Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Downey, W.D dan Erickson, S.P. 1989. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua.

Erlangga. Jakarta.

Fadholi, Hermanto. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Bandung.

Fatahillah, K. (2018). Analisis Efisiensi dan Strategi Pengembangan Agroindustri Terasi di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.

Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro. Universitas Jember. Jember

Hidayat, A. (2013). Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Kecil dan Menengah Batik di Kelurahan Kauman Kota Pekalongan (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Kasmir, 2008. Studi Kelayakan Usaha. Penerbit Swadaya. Jakarta.

(15)

Mumpuni, I. D., Dewa, W. D. A., & Widarti, D. W. (2017). ibM Industri Rumah Tangga Rengginang Ketan Di Desa Lingkup Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. JurnalDedikasi, 14, 21-26.

Priyarsono DS, Backe D. 2007. Industri berbasis pertanian: arah pengembangan industri di Indonesia. SOCA 8(3): 256-264

Rahim, ABD dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. (Pengantar, Teoridan Kasus).

Penerbit Swadaya. Jakarta.

Rohman, N. N. T. 2020. Analisis Keputusan Petani Berusahatani Melon di Desa Klotok Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Malang.

RUSTRININGSIH, T. (2007). Pengaruh Penambahan Ammonium Sulfat Terhadap Produksi Etanol pada Fermentasi Beras Ketan Putih (Oryza sativa L. Var glutinosa) dengan Inokulum Saccharomyces cerevisiae (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. CV Rajawali. Jakarta.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, 2002. Ekonomi Pertanian. Universitas Indonesia, Press. Jakarta.

Soekartawi, 2002. Faktor Produksi Usahatani. Universitas Indonesia, Press.

Jakarta.

Soekartawi, 2002. Kelayakan Usaha. Universitas Indonesia, Press. Jakarta.

Soekartawi, 2006. Analisis Revenue Cost. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soetriono, dkk. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.

Suriani, S. (2015). Analisis Proksimat pada Beras Ketan Varietas Putih (Oryza sativa glutinosa). Al-Kimia, 3(1), 81-91.

Sutawi. 2002. Managemen Agribisnis. Malang: Bayu Media dan UMM Pers.

Udayana, I. G. B. U. (2011). Peran agroindustri dalam pembangunan pertanian.

Singhadwala, 44, 3-8.

Wibowo, R. 2000. Kinerja dan Refleksi. Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jember: Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Wicaksono, F. F. T. (2013). Analisis Nilai Tambah Serta Kelayakan Finansial Agroindustri Keripik Singkong di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.

Zakaria, W.A. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindustri Tahu dan Tempe di Kota Metro. Jurnal SosioEkonometrika, Volume 13 Nomor 1 Juni 2007. Bandar Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat potensi yang dimiliki kacang tanah yang dapat dilakukan pengolahan menjadi ting-ting kacang dalam meningkatkan nilai tambah pada produk, maka penelitian ini