• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis evaluasi kebun plasma yang dikelola - Repository UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis evaluasi kebun plasma yang dikelola - Repository UMA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

Judul : Analisa Evaluasi Perkebunan Plasma Yang Dikelola Oleh Perkebunan Inti Dan Dikelola Oleh Peserta Plasma Sendiri Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Kasus Pt. Pinago Utama Kabupaten Musi Banyu Asin Provinsi Sumatera Selatan). ANALISIS EVALUASI KEBUN PLASMA YANG DIKELOLA OLEH KEBUN INTI DAN DIKELOLA DIRI OLEH PESERTA PLASMA. Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Evaluasi Perkebunan Plasma yang Dikelola Kebun Nuklir dan Swakelola Peserta Plasma Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Kasus) .Pt. Pinago Utama, Kabupaten Musi Banyu Asin, Provinsi Sumatera Selatan)”.

BAB I

Latar Belakang

Harga tetap tersebut biasanya berbeda dengan harga pasar (harga plafon) dan karena penjualannya berada di bawah satu manajemen (perusahaan inti), maka harga jual TBS hasil (Tandan Buah Segar) adalah antara TBS yang diproduksi oleh Inti dan dikelola. oleh peserta plasma itu sendiri. Perkebunan inti dan plasma/peserta kemitraan saling berinteraksi secara teknis, menunjang biaya dan menyediakan sarana produksi lainnya untuk meningkatkan produksi pada usaha perkebunan plasma.

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan di dua wilayah yang berbeda yaitu di wilayah KUD Sriwijaya (yang dikelola oleh petani/masyarakat) dan di wilayah KUD Sejahtera (yang dikelola oleh perusahaan INTI) kedua fasilitas tersebut telah membayar penuh biaya pengembangan perkebunannya dengan cara bahwa pada pembahasan selanjutnya tidak akan ada pemotongan biaya dalam pengembangan taman tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua wilayah yang berbeda yaitu di wilayah KUD Sriwijaya (yang dikelola oleh petani/masyarakat) dan di wilayah KUD Sejahtera (yang dikelola oleh perusahaan INTI) kedua fasilitas tersebut telah membayar penuh biaya pengembangan perkebunannya sehingga dalam pembahasan berikut ini tidak akan dilakukan pengembangan perkebunan dengan pengurangan biaya.. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produksi terhadap pendapatan petani kelapa sawit plasma yang dikelola secara mandiri dan dikelola secara terpusat di PT.

Kegunaan Penelitian

Kerangka Pemikiran

Pada aspek hulu, kemajuan yang ditunjukkan oleh perusahaan perkebunan swasta dalam dan luar negeri tidak membuat perusahaan perkebunan rakyat dalam keadaan lesu. Pola kemitraan merupakan salah satu kebijakan yang tepat untuk membantu pekebun kecil dalam mengembangkan pendapatan pekebun kelapa sawit.

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran  1.6. Hipotesis
Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran 1.6. Hipotesis

Perkebunan Kelapa Sawit

Petani swadaya (mandiri) di sekitar pabrik kelapa sawit memiliki beberapa pilihan jika ingin menanam kelapa sawit. Secara umum, petani swadaya menghabiskan delapan jam setiap bulannya untuk mengelola dan memanen kelapa sawit di lahan seluas 2 hektar (Li, 2015). Rendahnya tingkat tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengelolaan kelapa sawit membuatnya lebih diminati dibandingkan tanaman pangan lainnya (Feintrenie et al, 2010).

Oleh karena itu, petani kecil mandiri memerlukan sumber pendapatan lain atau lahan kelapa sawit dengan areal yang lebih luas untuk mengimbangi tekanan finansial (Li, 2015). Persyaratan kelembagaan yang diberlakukan oleh pekebun swadaya ketika mereka mulai menanam kelapa sawit juga akan menentukan keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh dari penanaman kelapa sawit (McCarthy, 2010). Hal serupa juga terjadi ketika petani berbisnis langsung dengan perkebunan kelapa sawit (McCarthy dan Cramb, 2009).

Hal lain yang juga penting adalah jenis lahan yang dibuka oleh pekebun untuk menanam kelapa sawit dan dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Seiring dengan meningkatnya fokus pada rantai pasokan minyak sawit berkelanjutan, penderitaan yang dialami petani kecil mandiri juga harus diakui.

Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Ekonomi Nasional

Pekebun kelapa sawit di Indonesia menguasai sekitar 44 persen dari total lahan yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit atau setara dengan 4,4 juta hektar pada tahun 2014 (Ditjen Perkebunan, 2014). Produktivitas pekebun kelapa sawit di Indonesia sangat rendah, rata-rata di bawah pekebun plasma atau pekebun yang bekerja sama dengan perusahaan perkebunan (International Finance Corporation, 2013). Perkembangan subsektor kelapa sawit memberikan kesempatan kerja yang cukup besar dan menjadi sumber pendapatan bagi petani.

Pada tahun 2017, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16 juta ha, dimana luas perkebunan rakyat mencapai 53. Perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, khususnya perkebunan rakyat, telah menciptakan lapangan kerja yang besar. di bidang ekonomi. Secara keseluruhan, total tenaga kerja yang terserap di perkebunan kelapa sawit rakyat meningkat dari 2,7 juta menjadi 7,8 juta.

Goenadi (2008) menyatakan lebih dari 6 juta orang yang terlibat dalam perkebunan kelapa sawit telah keluar dari kemiskinan. World Growth (2009) mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan bagian penting dalam pengentasan kemiskinan.

Pola PIR-Perkebunan

Perkebunan kelapa sawit tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang inklusif (PASPI, 2014), namun juga secara internasional dengan menciptakan manfaat ekonomi bagi negara-negara pengimpor. Pekebun plasma dan petani kecil penerima bantuan mempunyai semacam hubungan kontrak dengan perusahaan perkebunan untuk memperdagangkan dan memproduksi minyak sawit. Minyak sawit sebagai komoditas yang muncul pada pertengahan tahun 1970-an (saat itu minyak sawit menggantikan minyak kelapa sebagai pemasok utama kebutuhan minyak nabati dalam negeri) juga dikembangkan dengan menggunakan model PIR di atas.

Perusahaan Inti Kemitraan Rakyat (PIR) merupakan kemitraan perkebunan generasi pertama yang dimulai pada tahun 1980. Skema perkebunan lainnya antara lain Skema Revitalisasi Perkebunan yang diluncurkan pada tahun 2006 dan subsidi peremajaan lahan perkebunan plasma (Inobu, 2016). Plasma merupakan kawasan perkebunan yang dibangun oleh perusahaan induk kelapa sawit sebagai bentuk kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar perkebunan.

Oleh karena itu, wajib bagi perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan hal ini juga telah diatur dan berdasarkan keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pengembangan Usaha Kecil No. 73/Kpts/KB.510/2/1998. Model ini semakin meremehkan partisipasi langsung pekebun dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dan lebih mengutamakan upaya mendorong investasi skala besar (Inobu, 2016).

Pendapatan Usahatani

Pendapatan bersih adalah total pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi biaya produksi selama proses produksi. Pendapatan bersih pertanian mengukur imbalan yang diterima keluarga petani dari penggunaan faktor produksi, tenaga kerja, manajemen, dan ekuitas atau utang yang diinvestasikan di pertanian. Pendapatan bersih pertanian diperoleh dari pendapatan bersih pertanian dengan dikurangi bunga modal utang.

Ukuran ini menggambarkan pendapatan yang diterima dari pertanian untuk kebutuhan keluarga dan merupakan imbalan atas seluruh sumber daya keluarga yang digunakan dalam pertanian. Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produk yang akan diproduksi, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Keberhasilan pertanian dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani atau pengusaha dalam pengelolaan usaha pertanian.

Pendapatan usahatani dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Menurut Soekartawi (2010), ukuran pendapatan usahatani meliputi nilai transaksi barang dan perubahan nilai stok atau aset usahatani selama periode tertentu dapat dihitung.

Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kemitraan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi pada dasarnya telah berhasil menciptakan petani mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi petani plasma, namun belum konsisten dengan proses pengelolaan kemitraan dan sistem yang tepat. tahapan kegiatan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kinerja kemitraan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang selama ini berjalan dengan baik belum memberikan dampak terhadap peningkatan nilai tambah yang dapat dinikmati oleh petani peserta karena hanya meningkatkan pendapatan usaha perkebunan kelapa sawit. Wildayana, dkk (2013) meneliti Partisipasi Petani Plasma dalam Pola Kemitraan PIR-Trans Sawit di Sumatera Selatan.

Pendapatan rata-rata petani plasma dengan pola kemitraan sebesar Rp44,870 juta/lot/tahun dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pola kemitraan terdapat korelasi positif antara partisipasi petani plasma sebagai anggota KUD dengan pendapatan yang diperoleh petani plasma sawit PIR-Trans di Sumatera Selatan. Saputra, Anggreni dan Dharma (2017) meneliti Pola Kemitraan Usaha Tani Sawit Kelompok Tani Telaga Biru dengan PT.

Kewajiban yang harus dilakukan petani adalah menyediakan tanaman kelapa sawit/TBS (Tandan Buah Segar) yang berkualitas, sedangkan kewajiban perusahaan menyediakan kebutuhan petani seperti pupuk, alat panen, bahan pestisida dan hak panen. . 2) Efektivitas kemitraan yaitu kejelasan peran petani Telaga Biru terhadap perusahaan dalam kemitraan belum berjalan maksimal, namun di sisi lain peran perusahaan berjalan dengan baik. Petani Telaga Biru biasanya berprofesi sebagai nelayan dan pegawai negeri sipil (PNS), sehingga petani jarang melihat perkebunan kelapa sawitnya.

Tempat dan Waktu Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Metode Penentuan Sampel

Pengumpulan data dan independensi data dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada, sehingga data tersebut dapat dijadikan bahan acuan perbaikan dan berguna untuk menyimpulkan hasil, sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitar perkebunan inti dan perusahaan di perkebunan inti. masa depan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling, dimana kriteria pengambilan sampelnya adalah antar strata homogen dan antar strata heterogen. Populasi setiap staratum terdiri dari 60 orang plasma yang dikendalikan oleh inti dan 60 orang plasma yang tidak dikendalikan oleh inti.

Oleh karena itu, metode pengambilan sampel yang tepat adalah metode pengambilan sampel bertingkat dan proporsional (stratified random sampling method) dengan kriteria: 50% x 60 subjek = 30 subjek untuk plasma kontrol inti dan 50% x 60 subjek = 30 subjek untuk plasma yang diberikan secara sampingan. . Pengambilan sampel ini mewakili seluruh sampel yang ada, sehingga dapat digunakan secara akurat untuk menunjang validitas dan reliabilitas data.

Metode Analisis Data

Definisi dan Batasan Operasional

Pinago Utama merupakan perusahaan inti perkebunan yang melakukan pengembangan perkebunan mitra dan berperan sebagai bapak angkat bagi peserta Plasma dengan memberikan modal dan biaya operasional lainnya dalam bentuk pinjaman/hutang kepada petani peserta Plasma.

Kesimpulan

Petani plasma yang mengelola secara mandiri disarankan untuk mengikuti pedoman penggunaan faktor produksi, khususnya pupuk dan pestisida, guna meningkatkan pendapatan. Petani plasma mandiri juga disarankan untuk mencatat penggunaan faktor produksi dan biaya yang dikeluarkan untuk operasional perkebunan. Inti (PT Pinago Utama) disarankan untuk memberikan nasehat, pelatihan dan memberikan bukti transparansi data, rencana dan pelaksanaan laporan kerja harian, bulanan dan keuangan kepada petani plasma yang mengelola secara mandiri sehingga dapat dikelola kembali oleh induk. perkebunan.

Transaksi dalam rantai pasok buah kelapa sawit dan relevansinya dengan konversi lahan petani kecil di Indonesia. Dampak dan peluang kelapa sawit di Asia Tenggara: Apa yang kita ketahui dan apa yang perlu kita ketahui. Perancangan Model Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Berkelanjutan Berbasis Pendekatan Sistem Dynamin (Studi Kasus Perkebunan Kelapa Sawit Plasma PTP Nusantara V Sei Pagar Kabupaten Kampar Provinsi Riau).

Gambar

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran  1.6. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

2.2.2 Tujuan Perusahaan PKS Sungai Dua sebagai unit pabrik pengolahan tandan buah segar TBS kelapa sawit menjadi CPO dan inti sawit memiliki tujuan kedepan sebagai unit yang palling