• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI JAWA TIMUR

Harwin Muhammad Akrom

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: akrom.harwin@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan model analisis cross section. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur. Kemudian PMDN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur. Sedangkan untuk pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh secara signifikan negatif terhadap pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur.

Kata kunci: pendapatan, PMDN, pengeluaran pemerintah, pengeluaran rumah tangga.

A. PENDAHULUAN

Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen utama dari Produk Nasional Bruto, karena itu perhatian utama perlu diperhatikan dan dipusatkan pada analisis faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi. Khusus untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga, ada faktor yang paling menentukan diantaranya yaitu tingkat pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau masyarakat secara keseluruhan maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi. ( Suyuti dalam Masagus, 2007:5).

Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh besarnya Pendapatan Nasional yang maknanya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga akan naik secara profesional bila terjadi peningkatan pendapatan nasional . Kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan. Besarnya kenaikan pengeluaran konsumsi itu tergantung dari hasrat keinginan masyarakat tersebut dalam berbagai konsumsi yang disebut Propensity to consume.

Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dengan kegiatan konsumsi, dikarenakan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan. Semakin tinggi penghasilan yang diterima seseorang maka akan cenderung semakin besar pengeluaran yang digunakan untuk konsumsi. Demikian juga dengan perilaku tabungan, apabila pendapatan seseorang meningkat, baik untuk konsumsi maupun tabungan akan sama-sama bertambah, akan tetapi berlaku pada masyarakat dengan kehidupan ekonomi yang relatif sudah mapan. Laju pertumbuhan ekonomi yang berubah dari tahun ke tahun berpengaruh pula terhadap pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh masyarakat serta perkembangan tekhnologi yang demikian pesat juga mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat dalam berkonsumsi.

Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sebenarnya melalui data pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk antar daerah khususnya dilihat dari segi ekonomi.

Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu pendapatan, penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan belanja pemerintah. Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan, PMDN dan belanja pemerintah memiliki hubungan yang erat. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan salah satu komponen

(2)

penting dalam pembiayaan pembangunan suatu negara, oleh sebab itu pemerintah menetapkan sebuah dasar kebijakan dalam penanaman modal yang mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanam modal untuk meperkuat daya saing perekonomian, dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Tetapi dengan adanya pembangunan ekonomi berarti di dalamnya terdapat sebuah proses pembangunan yang melibatkan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan beberapa perubahan. Perubahan-perubahan itu antara lain mencakup perubahan struktur ekonomi (dari pertanian ke industri atau jasa) dan perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri (Mudrajad Kuncoro, 2006).

Dalam perekonomian, Pemerintah sebagai pelaku ekonomi memiliki peranan penting dalam mengatur, mengawasi perekonomian, pemerintah juga mampu melaksanakan kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilaksanakan oleh pelaku ekonomi lainnya baik swasta maupun rumah tangga (Hidayat, 2010). Untuk itulah diperlukan campur tangan pemerintah dibutuhkan dalam satu perekonomian dan hanya untuk kegiatan yang menyangkut hidup orang banyak. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

B. KAJIAN PUSTAKA Konsumsi

Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk membeli yang diperlukan untuk hidup.

Dalam ilmu ekonomi dikatakan: dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Gilarso, 1992).

Konsumsi menurut Mankiw (2006) “Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, Kedua adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang seperti mobil, televisi, alatalat elektronik, Ketiga adalah jasa (Services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter”.

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Mangkoesoebroto, 2001).

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama.

Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien

(3)

pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 1991).

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam suatu periode tertentu (Halim, 2012:47). Pengeluaran konsumsi seseorang merupakan bagian dari pendapatannya yang dibelanjakan. Sementara bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut dengan tabungan.

Apabila pengeluaranpengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.

Selanjutnya, pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam periode waktu tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah, membeli kendaraan dan lain sebagainya. Barang- barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi (Sukirno,1994).

Pendapatan

Pendapatan seseorang juga didefinisikan sebagai banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan oleh seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu.

Reksoprayitno mendefinisikan bahwa pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu (Reksoprayitno, 2004:79).

Menurut Huda (2009:21), pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pendapatan rumah tangga menentukan tingkat konsumsi secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi. Pendapatan merupakan penghasilan yang diperoleh masyarakat yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Penghasilan tersebut biasanya dialokasikan untuk konsumsi, kebutuhn jasmani, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat material, pendapatan yang sebenarnya diperoleh rumah tangga dan dapat dipergunakan untuk membeli barang atau untuk ditabung.

Dengan kata lain bahwa pendapatan dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Dimana pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, atau deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson, 1992:258). Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya semakin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi.

Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak tidaknya semakin menuntu kualitas yang baik (Rahardja & Manurung, 2008:265).

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010).

Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan Keynes, dimana beliau menekankan peranan pertumbuhan modal dalam menciptkan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod- Domar memandang bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan atau jasa, maupun sebagai

(4)

pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan utnuk menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007).

Menurut Sukirno (2003) investasi secara luas bahwa dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi meliputi: (1) seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang dan modal dalam pembelanjaan untuk mendirikan industri-industri (2) pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah tempat tinggal dan (3) pertumbuhan dalam nilai stok barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.

Pengeluaran Pemerintah

Pengertian Pengeluaran pemerintah, yaitu merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) atau Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). dimana Setiap tahunnya ke berbagai sektor atau bidang dengan tujuan untuk mensejahtrakan rakyat/masyarakat melalui bermacam-macam program yang telah dibuat. Pengeluaran pemerintah berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh swasta. (Suparmoko, 1998).

C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia yang meliputi data Konsumsi Masyarakat, Pendapatan Daerah, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Belanja Pemerintah. Penelitian yang dilakukan ini bersifat Cross Sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dalam waktu tertentu, dimana hanya digunakan dalam waktu yang tertentu dan tidak dilakukan penelitian diwaktu berbeda untuk di perbandingkan.

Data dan Sumber Data

Dalam penelitian kuantitatif ini peneliti menggunakan satu jenis sumber data yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti literatur, artikel dari surat kabar, tulisan ilmiah, keteranganketerangan atau publikasi dari internet yang dapat memberikan informasi bagi penelitian yang diperoleh dari penelitian kepustakaan atau literature yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Pendapatan (X1), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (X2), Belanja Pemerintah (X3) terhadap Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Jawa Timur (Y) yang bersumber dari Badan Pusat Statistik provinsi Jawa Timur yang dapat diakses secara online melalui laman www.jatim.bps.go.id

Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengeluaran Rumah Tangga (Y)

Berdasarkan jenisnya, pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menjadi pengeluaran makanan dan bukan makanan. Dalam penelitian ini, jenis pengeluaran rumah tangga yang digunakan dalam analisis adalah pengeluaran rumah tangga untuk kelompok bahan makanan.

2. Pendapatan (X1)

Pendapatan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Dimana pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga, atau deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson & Nodhaus, 1998:258).

Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan perkapita atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Timur tahun 2017.

(5)

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. PMDN yang digunakan dalam penelitian ini adalah PMDN Provinsi Jawa Timur tahun 2017.

4. Belanja Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional.

Belanja pemerintah yang digunakan dalam penelitian ini adalah belanja pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2017.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan untuk metode analisis menggunakan uji regresi berganda dan uji t.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Data dapat dikatakan mengikuti distribusi normal dilihat dari penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik (Ghozali, 2013).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah dalam model ditemukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka digunakan problem multikolinierita. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah satu independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model regresi diulang kembali (Singgih Santoso, 2010:234).

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013), Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendekati heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) dan jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan program software Eviews versi 9 untuk melakukan pengujian heteroskedastisitas.

Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda. Menurut Sugiyono (2011:277) menyatakan bahwa analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah

Y = α + β1 X1i +β2 X2i + β3 X3i+εi

(6)

Keterangan :

Y = Pengeluaran Rumah Tangga α = Konstanta

I = Rumah Tangga ε = Kesalahan Pengganggu

X1 = Pendapatan Rumah Tangga (X1) X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri (X2) X3 = Belanja Pemerintah (X3)

β1 = Koefisien regresi variabel Pendapatan Rumah Tangga β2 = Koefisien regresi variabel Penanaman Modal Dalam Negeri β3 = Koefisien regresi variabel Belanja Pemerintah

Diketahui bahwa tujuan dari dilakukannya analisis tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat.

Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2,...Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Berikut langkah- langkah dalam uji t yaitu :

A. Merumuskan hipotesis

H0 : βi = 0, artinya variabel independen ke i tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen.

H1 : βi ≠ 0, artinya variabel independen ke i berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen.

B.Menentukan tingkat signifikansi (level of significance), α = 5%

C. Menghitung thitung dengan rumus menurut Sudjana (2005:377) yaitu sebagai berikut:

t =

^

(

^

)

D. Membandingkan thitungdan ttabel, yatu :

Jika thitung > ttabel atau sig < 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y).

Kaidah keputusan : Jika |thitung| > ttabel, berarti signifikan

|thitung|≤ ttabel, berarti tidak signifikan 2. Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)

Uji signifikansi secara simultan (Uji F) digunakan untuk melihat pengaruh variabl-variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependennya. Umumnya uji F ini memiliki tingkat signifikansi 0,05 (5%). Berikut merupakan kriteria pengujiannya :

A. Jika hasil nilai Fhitung≤ Ftabel maka seluruh variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan pada variabel dependen.

B. Jika hasil nilai Fhitung > Ftabel maka seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan pada variabel dependen.

(7)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam model OLS (Ordinary Least Square), diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah terdapat pelanggaran pada asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas berikut ini.

A. Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengentahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Cara untuk melihat normal atau tidaknya data dapat dilihat dari uji statistik Jarque-Berra. Jika Probabilitas Jarque-Berra < alpha (α = 0.05) maka data tidak terdistribusi normal, sebaliknya jika Probabilitas Jarque-Berra > alpha (α = 0.05) maka data terdistribusi normal.

Gambar: Uji Normalitas

Sumber: Hasil estimasi eviews (2019)

Uji normalitas dapat dilakukan dengan kriteria pengujian membandingkan nilai probability dengan α dengan ketentuan Prob > α=0,05, maka data berdistribusi normal. Dari data di atas didapatkan hasil 0,947488 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

B. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.

Hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

(8)

Tabel: Uji Multikolinearitas

Variable Centered VIF

Pendapatan 1.399392

PMDN 1.234802

Belanja Pemerintah 1.238686

Deteksi multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

Apabila nilai VIF<10, berarti tidak terdapat masalah multikoneliaritas. Dari hasil di atas diketahui bahwa centered VIF seluruh variabel bebas <10, maka disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam penelitian.

C. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah variasi residual konstan atau tidak. Untuk melihat terdapat masalah heteroskedastisitas atau tidak terdapat masalah heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Breusch-Pagan-Godfrey, dengan cara melihat nilai probabilitas Chi-Square.

Jika Probabilitas Chi-Square < alpha (α = 0,05) maka data dinyatakan tidak lolos uji heteroskedastisitas, sebaliknya apabila probabilitas Chi-Square > alpha (α = 0,05) maka data lolos uji heteroskedastisitas.

Tabel: Uji Heteroskadastisitas

Prob. Chi-Square 0,0512

Berdasarkan dari hasil tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah heteroskedastisitas karena nilai probabilitas Prob. Chi-Square adalah 0,0512 < alpha (α = 0,05).

2. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda

Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pendapatan, PMDN, dan belanja pemerintah terhadap pengeluaran masyarakat provinsi Jawa Timur adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil estimasi regresinya dapat dilihat pada gambar berikut:

(9)

Tabel: Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda

Variable Coefficient

Pendapatan 0.362677

PMDN 0.031482

Belanja Pemerintah -0.154698

C 8.480771

Dari hasil estimasi di atas, dapat ditulis persamaan model sebagai berikut:

Y = 8,48 + 0,36 X1 + 0,03 X2–0,15 X3

Pada persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 70,68 yang dapat interpretasikan bahwa dalam kondisi otonom (X1, X2, X3 bernilai 0), besarnya variabel produktivitas member adalah 8,48.

Berikutnya didapatkan koefisien regresi untuk variabel pendapatan (X1) sebesar 0,36 yang artinya variabel pendapatan memiliki arah pengaruh yang positif. Jika pendapatan meningkat sebesar satu persen, maka secara rata-rata pengeluaran akan meningkat sebesar 0,36 persen, cateris paribus.

Sedangkan pada variabel PMDN (X2) didapatkan koefisien regresi sebesar 0,03 dengan arah pengaruh yang positif. Jika PMDN meningkat sebesar satu persen, maka secara rata-rata pengeluaran akan meningkat sebesar 0,03 persen, cateris paribus. Terakhir, pada variabel belanja pemerintah (X3) didapatkan koefisien regresi sebesar 0,15 dengan arah pengaruh yang negatif. Jika belanja pemerintah meningkat sebesar satu persen, maka secara rata-rata pengeluaran akan menurun sebesar 0,15 persen, cateris paribus.

1. Uji t

Uji Statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t dengan α sebesar 0,05. Uji t untuk masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut:

(10)

A. Variabel Pendapatan (X1)

Pada variabel pendapatan, hipotesisnya adalah:

Ho: Pendapatan berpengaruh secara tidak signifikan pada pengeluaran H1: Pendapatan berpengaruh secara signifikan pada ppengeluaran

Dari hasil estimasi regresi didapatkan prob nilai t hitung variabel pendapatan sebesar 0,0018 < α 0,05 yang artinya variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran.

B. Variabel PMDN (X2)

Pada variabel PMDN, hipotesisnya adalah:

Ho: PMDN berpengaruh secara tidak signifikan pada pengeluaran H1: PMDN berpengaruh secara signifikan pada pengeluaran

Dari hasil estimasi regresi didapatkan nilai prob t hitung variabel PMDN sebesar 0,0772> α 0,05 yang artinya variabel PMDN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran.

C. Variabel Belanja Pemerintah (X3)

Pada variabel belanja pemerintah, hipotesisnya adalah:

Ho: Belanja pemerintah berpengaruh secara tidak signifikan pada pengeluaran.

H1: Belanja pemerintah berpengaruh secara signifikan pada pengeluaran.

Dari hasil estimasi regresi didapatkan nilai prob t hitung variabel belanja pemerintah sebesar 0,0097 <

α 0,05 yang artinya variabelbelanja pemerintah berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat signifikansi variabel bebas secara simultan/bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai Prob(F-statistic) dan membandingkannya dengan ɑ=0,05. Darihasil regresi di atas diketahui nilai Prob(F-statistic) adalah 0.000555 < 0,05 sehingga variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara simultan/bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau disebut juga dengan R2 adalah koefisien yang menunjukkan derajat kesesuaian penggunaan variabel di dalam model. Koefisien determinasi berkisar antara 0-1, di mana semakin tinggi koefisien maka variabel yang digunakan lebih baik dalam menjelaskan model.

Diketahui R2 dalam model ini adalah 0,398, artinya variabel yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan model dengan tepat sebesar 39,8 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model.

Pembahasan

1. Pengaruh Pendapatan pada Pengeluaran Rumah Tangga

Dari hasil pengujian regresi diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan berpengaruh signifikan pada pengeluaran rumah tangga di Provinsi Jawa Timur. Hasil ini sejalan dengan temuan Rinawati dkk (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan terhadap Konsumsi Masyarakat Tani Padi Sawah di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi“ bahwa pendapatan berpengaruh signifikan pada konsumsi. Dalam teori disebutkan pula, bahwa fungsi konsumsi ialah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan rumah tangga. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya. Sebaliknya, apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil maka hampir semua pendapatannya digunakan untuk konsumsi. Kecenderungan mengkonsumsi dapat dihitung berdasarkan analisis regresi Keynes menyatakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah antara nol dan satu.Kedua kecendrungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik. Ketiga tingkat konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan sekarang (Mankiw, 2003).

Beberapa penelitian lain (Damora dkk, 2008, Rahman dan Supriyati, 2004) menyatakan bahwa konsumsi pangan adalah faktor utama dalam melakukan konsumsi. Begitu pula menurut Nicholson (2001) dalam Hukum Engel bahwa rumah tangga yang mempunyai upah atau pendapatan rendah akan mengeluarkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli kebutuhan pokok seperti

(11)

makanan. Sebaliknya, rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan membelanjakan sebagian kecil saja dari total pengeluaran untuk kebutuhan pokok.

2. Pengaruh PMDN pada Pengeluaran Rumah Tangga

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian regresi didapatkan nilai prob t hitung variabel PMDN sebesar 0,0772 > α 0,05 yang artinya variabel PMDN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran. Namun hal ini ternyata tidak sejalan dengan penelitian terdahulu, menurut Murohman dan Rindayanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga Di Indonesia (Periode Tahun 2000-2010)” bahwa Pertumbuhan investasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Perbedaan hasil penelitian ini bisa terjadi karena adanya perbedaan jangka waktu pada variabel investasi pada penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis. Hal ini dikarenakan investasi harus dilihat dalam kurun jangka waktu yang panjang.

PMDN/ investasi dalam negeri tidak berpengaruh signifikan, hal ini dikarenakan sektor-sektor yang banyak diminati para investor adalah sektor-sektor yang memiliki kontribusi kecil terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, atau karena investasi adalah kegiatan ekonomi dimana hasilnya tidak dapat dilihat efek nya seketika. Karena investasi merupakan hal yang tidak bisa dilihat secara langsung dalam jangka pendek, investasi harus dilihat dari kurun waktu yang panjang. Sehingga besar kemungkinannya hasil dari PMDN/investasi ini baru bisa terlihat di masa depan, tidak secara langsung dalam jangka pendek. Sehingga hal inilah mengapa PMDN/investasi hasilnya tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga.

3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah pada Pengeluaran Rumah Tangga

Terakhir, dari hasil pengujian regresi didapatkan nilai prob t hitung variabel belanja pemerintah sebesar 0,0097 < α 0,05 yang artinya variabel belanja pemerintah berpengaruh secara signifikan negatif terhadap pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur. Jadi semakin tinggi belanja pemerintah misalnya pada sektor kenaikan gaji pada pegawai pemerintah belum tentu menaikan pengeluaran karena dalam hal ini juga menaikan inflasi sehingga kenaikan gaji tidak menaikkan konsumsi rumah tangga karena dapat menurunkan konsumsi rumah tangga. Namun hal ini ternyata tidak sejalan dengan penelitian terdahulu, menurut Rahmanta (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan di Sumatera Utara: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi” bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran rutin, pembangunan dan dana dekonsentrasi pemerintah memberikan dampak positif terhadap sektor produksi, institusi rumah tangga, dan nilai tambah faktor produksi.

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu teori makro dan teori mikro.

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut (Boediono,1999):

a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untu pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda.

(12)

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian terkait dengan faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga di provinsi Jawa Timur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya. Sebaliknya, apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil maka hampir semua pendapatannya digunakan untuk konsumsi.

2. PMDN akan meningkatkan pengeluaran rumah tangga secara tidak signifikan jika PMDN diteliti dalam jangka waktu yang pendek. Karena investasi harus dilihat dari kurun waktu yang panjang.

3. Belanja pemerintah akan menurunkan pengeluaran rumah tangga. Hal ini dikarenakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah kabupaten/ kota di provinsi Jawa Timur tidak mendukung untuk bertambahnya pengeluaran rumah tangga.

Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan antara lain:

1. Dalam Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat provinsi Jawa Timur di tahun 2017. Dalam hal konsumsi maka saran yang dapat diberikan yaitu masyarakat Jawa Timur harus bijaksana dalam menggunakan pendapatan 2. Pemerintah harus berupaya menjaga kestabilan investasi dengan memperhatikan perkembangan investasi dari tahun ke tahun. Karena dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa PMDN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga masyarakat di Jawa Timur pada tahun 2017. Sehingga akan lebih baik jika PMDN berpengaruh signifikan setiap tahunnya terhadap pengeluaran rumah tangga.

3. Pemerintah seharusnya lebih bijak dalam hal belanja pemerintah, karena pemerintah juga harus memperhitungkan faktor inflasi dalam menaikkan pengeluaran pemerintah. Hal ini dikarenakan inflasi dapat menghambat konsumsi rumah tangga.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

A Samuelson, dkk. 2003. “Ilmu Makro Ekonomi”, Jakarta : PT Media Global Edukasi.

A Samuelson. Paul & William D Nordhaus. 1998. Mikroekonomi. Jakarta : Erlangga.

Alimul Hidayat A.A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.

Jakarta: Heath Books.

Bahmani-Oskooee, Kutan, and Xi. 2015. “Does Exchange Rate Hurt Domestic Consumption? Evidence from Emerging Economies”. International Economics Vol 144, Pages 53 65.

Badan Pusat Statistik. 2018. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Tahun 2015-2017. Diakses dari www.bps.go.id pada 24 November 2018.

Boediono. 1990. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Damodar N. Gujarati and Dawn C. Porter. 2012. Dasar dasar Ekonometrika. Jakarta:

Salemba Empat.

Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomika Bagian Makro. Yogyakarta : KANISIUS.

Halim dkk, 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.

Hildayanti, S.K, Tirta J.J, & Harris O. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani Karet di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Ecoment Global : Kajian Bisnis dan Manajemen, Vo;. 2 No. 2.

Indriantoro, Nur dan Bambang, Supomo. 2011. Metodelogi Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: BPFE.

Mankiw N,Gregory. 2006. Makro Ekonomi, Terjemahan: Fitria Liza, Imam Nurmawan, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mankiw N,Gregory, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.

Masykur, Syechalad, M.N, dan Nasir M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Megister Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Unsyiah, Vol. 3 No. 3.

Nicholson, Walter. 1995. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(14)

Persaulinan, dkk. 2013. Analsis Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02.

Rosyidi, Suherman. 2011. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Rahardja dan Manurung. 2004. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Reksoprayitno, 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Bina Grafika, Jakarta.

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta PT. Media Edukasi.

Sugiarto, Agus, dkk. 2005. Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta.: Gava Media.

Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo.

Samuelson, Paul.A., dan William D.Nordhaus. 1992. Makroekonomi, Edisi Terjemahan, Edisi 4, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sri Utami, S., dan Wibowo, E. 2013. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Pendapatan dengan Lama Usaha Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 13 No.2, 2013.

Sumarwan, U. et al. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen: Panduan Riset dan Kajian Kepuasan, Perilaku, Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi Risiko. IPB Press. Bogor.

Sekaran, Uma. 2007. Metode Pnelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salmba Empat.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi 3. Rajawali Pers.

Jakarta.

(15)

Suparmoko. 1998. Pengantar Ekonomi Makro. BPFE-UGM Yogyakarta

Yuliana, Bangun P, dan Mardiningsih. 2013. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin (Studi Kasus di Kelurahan

Sidomulyo Kecamatan Medan Tuntungan). Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 249 259.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dalam produksi jagung di Desa Singgamanik adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3), pupuk

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah Langsung dan Pengeluaran Pemerintah Tidak