PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF EFFICACY KARANG TARUNA SEBAGAI BYSTANDER CPR DI MASA PANDEMI
COVID-19
Mila Wahyu Utami
1), Anissa Cindy Nurul Afni
2), Ririn Afrian Sulistyawati
3)1)Universitas Kusuma Husada Surakarta
2,3)Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]
ABSTRAK
Selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan jumlah kasus henti jantung di luar rumah sakit atau Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) sebesar 52%. Peningkatan jumlah OHCA disebabkan oleh menurunnya tingkat keberhasilan resusitasi dan menurunnya angka bantuan resusitasi oleh bystander. Keengganan seseorang melakukan CPR disebabkan oleh banyak hal, salah satunya self efficacy. Faktor-faktor yang berhubungan dengan self efficacy dalam memberikan CPR yaitu pengalaman, persepsi, kesadaran dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota karang taruna Desa Waru sebanyak 210 anggota. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan jumlah sampel sebanyak 44 responden. Analisa data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik.
Hasil dari uji chi-square menunjukkan p-value variabel pengalaman sebesar 0,000 (p<0,05) berarti bahwa ada hubungan antara pengalaman dengan self efficacy karang taruna. p-value variabel persepsi sebesar 0,155 (p>0,05) berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dengan self efficacy karang taruna. p-value variabel kesadaran sebesar 0,006 (p<0,05) berarti bahwa ada hubungan antara kesadaran dengan self efficacy karang taruna. p-value variabel pengetahuan sebesar 0,007 (p<0,05) berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan self efficacy karang taruna. Hasil uji regresi logistik menunjukkan hasil p-value 0,003. Hal ini berarti bahwa pengalaman merupakan faktor yang paling berhubungan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Kata Kunci : Self Efficacy, Karang Taruna, Bystander CPR Daftar Pustaka : 54 (2011-2021)
NURSING STUDY PROGRAM OF UNDERGRADUATE PROGRAMS FACULTY OF HEALTH SCIENCES UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING YOUTH ORGANIZATION SELF- EFFICIENCY AS A CPR BYSTANDER IN THE COVID-19 PANDEMIC
Mila Wahyu Utami
1), Anissa Cindy Nurul Afni
2), Ririn Afrian Sulistyawati
3)1) University of Kusuma Husada Surakarta
2, 3)
University of Kusuma Husada Surakarta [email protected]
ABSTRACT
During the Covid-19 pandemic, there was an increase in Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) cases by 52%. It was generated by a diminishing of the bystander success rate and resuscitation assistance rates. One of the people's reluctance in performing CPR is self-efficacy. Factors related to self-efficacy in providing CPR are experience, perception, awareness, and knowledge. This study proposed to analyze the affecting factors of self-efficacy in youth organizations as CPR bystanders during the Covid-19 pandemic.
This study adopted a quantitative analytic observational method with a cross- sectional approach. The sampling technique applied a non-probability sampling with 44 respondents from 210 population members of the youth organization at Weru Village. Its data were analyzed by using the chi-square test and logistic regression test.
The chi-square test obtained the experience variable p-value of 0.000 (p<0.05).
There was a relationship between experience and self-efficacy of youth organizations.
The p-value of the perception variable was 0.155 (p>0.05), which indicates that there was no relationship between perception and youth self-efficacy. The p-value of the awareness variable was 0.006 (p<0.05). It inferred a relationship between awareness and self-efficacy in youth organizations. The p-value of the knowledge variable was 0.007 (p<0.05), which implied that there was a relationship between knowledge and self- efficacy of youth organizations. The results of the logistic regression test presented a p- value of 0.003. This study concludes that experience is the most correlated factor to self- efficacy in youth organizations as CPR bystanders during the Covid-19 pandemic.
Keywords: Self Efficacy, Youth Organization, Bystander CPR.
Bibliography : 54 (2011-2021)
PENDAHULUAN
Coronavirus Disease atau Covid-19 merupakan virus RNA yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Covid- 19 menyerang dan menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan yang mengarah pada pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), sepsis, syok sepsis dan multiple organ dysfunction syndrome (MODS) (Willim, 2020).
Selain menyerang dan menyebabkan infeksi pernapasan, virus Covid-19 menyebabkan terjadinya badai sitokin (cytokine strom) yang merupakan pelepasan sitokin pro-inflamasi yang abnormal oleh sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan terganggunya homeostatik endotel, sehingga terjadi peradangan pada otot jantung (miokarditis) yang menyebabkan kerusakan pada jantung, serangan jantung, gagal jantung, dan aritmia jantung, yang mengakibatkan seseorang tersebut mengalami henti jantung atau cardiac arrest (Rastogi dkk, 2020).
Cardiac arrest atau henti jantung merupakan keadaan hilangnya fungsi jantung untuk memompa darah yang terjadi secara mendadak. Hal tersebut menyebabkan kurangnya oksigen yang disalurkan ke seluruh tubuh terutama pada otak dan jantung. Apabila otak mengalami kekurangan oksigen, maka sel-sel otak akan mati dan mengakibatkan kehilangan kesadaran.
Mayoritas kejadian cardiac arrest terjadi di luar rumah sakit dan umumnya tidak diketahui (Buston dkk, 2020).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular atau PTM (39,5 juta dari 56,4 kematian). Seluruh kematian akibat PTM tersebut, 45% nya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian (KEMENKES RI, 2019).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia semakin meningkat yaitu sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung (IHA, 2019).
Kejadian henti jantung di Jawa Tengah belum diketahui data pastinya, namun angka kejadian seseorang yang terkena penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter sebesar 120.447 kasus. Berdasarkan diagnosis dan gejala, jumlah penderita penyakit jantung koroner sebesar 337.252 kasus (Riskesdas, 2018).
Selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan jumlah kasus henti jantung di luar rumah sakit (Out of Hospital Cardiac Arrest-OHCA). Rentang waktu dua bulan (bulan Februari-April) terdapat peningkatan kasus OHCA tahun 2020 sebesar 52% (490 kasus pada tahun 2020, 321 kasus pada tahun 2019) (Baldi dkk, 2020). Peningkatan jumlah OHCA disebabkan oleh menurunnya tingkat keberhasilan resusitasi, menurunnya angka bantuan resusitasi oleh orang awam yang ada disekitar korban karena merasa takut terpapar infeksi, meningkatnya angka henti jantung yang tidak disaksikan oleh penolong dan orang terdekat, khawatir untuk pergi ke fasilitas kesehatan terkait risiko infeksi, dan pada pasien yang terduga atau terdiagnosis Covid-19 kedatangan petugas EMS (Emergency Medical Service) sedikit lebih lama karena digunakan untuk mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi dan memperburuk kondisi korban (Baldi dkk, 2020).
Penurunan risiko kematian pada korban henti jantung tergantung pada penanganan segera yang dilakukan oleh bystander. Untuk masalah tersebut, AHA (2015) merekomendasikan untuk meningkatkan peran setiap orang di komunitas untuk menjadi seorang bystander CPR (Ahsan dkk, 2019).
Pemuda merupakan salah satu yang berpotensi untuk menjadi bystander CPR karena jumlahnya yang cukup banyak dan pemuda mempunyai fisik yang kuat, sigap dan mempunyai kemauan belajar yang tinggi serta siap dalam menerima perubahan (Estri, 2019). Salah satu pemuda yang dapat dikembangkan yaitu pemuda yang berada pada organisasi karang taruna.
Karang taruna merupakan organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat (Buston dkk, 2020). Tetapi potensi pemuda sebagai bystander CPR masih kurang dan banyak pemuda yang tidak percaya diri untuk menjadi bystander, mereka lebih percaya diri untuk menjadi call handler atau penangan panggilan respon darurat (Estri, 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yasin (2017) bahwa keengganan seseorang dalam melakukan RJP disebabkan oleh banyak hal, salah satunya dipengaruhi oleh efikasi diri atau self efficacy. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri remaja dalam memberikan RJP yaitu pengalaman, persepsi, kesadaran dan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Yasin dkk (2020) menyatakan bahwa efikasi diri pada remaja berhubungan dengan keengganan seseorang untuk melakukan RJP pada orang asing, ditambah dengan pengetahuan remaja tentang RJP masih sangat rendah dan efikasi diri remaja dalam melakukan RJP masih sangat kurang, dibuktikan dengan 77 remaja memiliki efikasi diri yang rendah.
Berdasarkan studi pendahuluan wawancara singkat peneliti dengan 5 orang pemuda karang taruna di Desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, diketahui bahwa pernah ada warga yang mengalami kematian mendadak, kemudian jika menemukan korban tidak sadarkan diri pemuda meminta
pertolongan orang lain untuk menghubungi keluarga terdekat atau ambulance dan pemuda tidak berani untuk melakukan tindakan apapun karena takut jika korban terkena Covid- 19, akan memperburuk keadaan korban dan disalahkan oleh orang lain. Tiga dari lima pemuda mengatakan bahwa belum pernah melakukan dan belum mengetahui mengenai RJP sehingga tidak berani untuk memberikan pertolongan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor- faktor apakah yang mempengaruhi self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19
.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
Desa Waru, Kecamatan
Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota karang taruna Desa Waru sebanyak 210 anggota. Jumlah sampel penelitian sebanyak 44 sampel berdasarkan perhitungan besar sampel rule of thumb dan ditambah dengan prediksi sampel dropout sebesar 10% (Dharma, 2011).
Pengambilan sampel
menggunakan teknik Non probability sampling (sampel non random) dengan consecutive sampling.
Consecutive sampling adalah metode
pemilihan sampel yang dilakukan
dengan memilih semua individu yang
ditemui dan memenuhi kriteria
penelitian (Dharma, 2011). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini terdiri dari : karang taruna yang bersedia menjadi subjek penelitian, karang taruna yang dapat membaca dan menulis. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri dari :
karang taruna yang mengalami sakit selama proses penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 33 item pernyataan.
Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Penelitian ini sudah dinyatakan lulus uji etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta (Health Research Ethics Committee Kusuma Husada University of Surakarta) dengan No.
123/UKH.L.02/EC/VII/2021 pada tanggal 6 Juli 2021.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa UnivariatKarakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4. 1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n=44) Jenis
Kelamin
Frekuensi (f)
Persentase (%) Laki-laki
Perempuan
23 21
52,3%
47,7%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 responden (52,3%). Penelitian Alifia (2018) menunjukkan hasil bahwa dalam proses belajar laki-laki memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Peneliti menyimpulkan bahwa self efficacy pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan dalam berbagai hal seperti dalam proses belajar. Self efficacy yang tinggi pada laki-laki akan berpengaruh terhadap suatu tindakan yang akan dilakukan, dalam hal ini adalah sebagai bystander CPR.
Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 4. 2 Karakteristik responden berdasarkan usia (n=44)
Variabel Karakteristik Usia
Frekuensi (f)
Persentase (%) 16 Tahun
17-25 Tahun 26-30 Tahun
2 40
2
4,5%
90,9%
4,5%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia paling banyak yaitu berusia 17-25 Tahun (90,9%). Menurut Estri (2019) usia 16- 30 tahun mempunyai fisik yang kuat, sigap, mampu menerima perubahan dan mempunyai kemauan belajar yang tinggi.
Peneliti menyimpulkan bahwa pada usia remaja akhir atau semakin bertambahnya usia maka kognitif, motorik dan perilakunya akan semakin berkembang. Usia remaja akhir mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Sehingga harapannya pemuda karang taruna bersedia berperan sebagai bystander CPR khususnya dimasa pandemi Covid-19 ini.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengalaman Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengalaman (n=44)
Pengalaman RJP
Freku ensi
(f)
Persentase (%) Berpengalaman
Tidak berpengalaman
22 22
50%
50%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 44 (100%) responden penelitian, sebanyak 22 (50%) responden berpengalaman dalam melakukan tindakan RJP, dan responden yang tidak berpengalaman dalam melakukan tindakan RJP sebanyak 22 responden (50%).
Hasil penelitian dari Girianto (2020) menunjukkan hasil bahwa pengalaman beberapa responden yang telah mendapatkan pelatihan CPR sebelumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam melakukan hands only CPR. Seseorang akan lebih mengetahui dan lebih paham terhadap sesuatu hal jika seseorang tersebut telah melakukannya secara nyata. Pengalaman memegang peranan penting terhadap kemampuan seseorang dalam menangkap pengetahuan baru yang pada dasarnya telah didasari dengan pengetahuan terdahulu.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman seseorang di masa lalu mengenai pernah atau tidak pernah melakukan tindakan CPR atau melakukan pertolongan pertama pada korban henti jantung akan berpengaruh terhadap kemampuan dan kesediaan seorang bystander dalam melakukan tindakan hands only CPR.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan persepsi Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan persepsi (n=44)
Persepsi Frekuensi (f)
Persentase (%) Persepsi
positif Persepsi
negatif
28 16
63,6%
36,4%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi positif mengenai tindakan CPR di masa pandemi Covid- 19 sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai persepsi negatif mengenai tindakan CPR di masa pandemi Covid-19 sebanyak 16 responden (36,4%).
Musim pandemi membuat orang takut berobat ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19 sehingga banyak yang mengalami kejadian henti jantung (Cardiac Arrest) di luar rumah sakit (Magdalena J, dkk, 2021). Peneliti menyimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu hal akan mempengaruhi kesediaan seseorang untuk menjadi bystander CPR. Persepsi seorang individu terhadap kemampuan yang dimilikinya akan menimbulkan suatu keyakinan dan kemantapan diri individu tersebut, sehingga dapat digunakan untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai suatu target yang telah ditetapkan (Ghufron & Rini, 2012).
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kesadaran Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kesadaran (n=44)
Kesadaran Frekuensi (f)
Persentase (%) Kesadaran
tinggi Kesadaran
rendah
28 16
63,6%
36,4%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kesadaran tinggi mengenai henti jantung di masa pandemi Covid-19 sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai kesadaran rendah mengenai henti jantung di masa pandemi Covid-19 sebanyak 16 responden (36,4%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasin (2017), yang menyatakan bahwa kesadaran untuk memberikan pertolongan sebagai bystander CPR dalam lingkungan masyarakat dan kesadaran untuk menghubungi Emergency Medical Service (EMS) perlu untuk ditingkatkan guna meningkatkan survival rate korban henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit.
Peneliti menyimpulkan bahwa ketika seseorang menemukan korban henti jantung di luar rumah sakit maka seseorang tersebut sadar akan kejadian tersebut, sehingga efikasi diri pada seseorang tersebut akan timbul dan seseorang tersebut akan bersedia berperan sebagai bystander CPR.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengetahuan Tabel 4. 6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pengetahuan (n=44)
Pengetahuan Frekuensi (f)
Persentase (%) Pengetahuan
tinggi Pengetahuan
rendah
20 24
45,5%
54,5%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 20 responden (45,5%), dan responden yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 24 responden (54,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yasin (2017), yang menunjukkan hasil bahwa hampir semua siswa SMK Negeri 2 Singosari mempunyai pengetahuan yang rendah dalam melakukan Resusitasi Jantung Paru yaitu sejumlah 83 responden penelitian (75,5%).
Pengetahuan bantuan hidup dasar dianggap merupakan keterampilan yang mendasar (Parajulee & Selvaraj, 2011).
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku tetapi pengetahuan sangat penting diberikan sebelum suatu tindakan dilakukan.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan pemuda di Desa waru mengenai henti jantung dan CPR khususnya di masa pandemi Covid- 19 masih rendah. Hal tersebut terjadi karena masih kurangnya pengetahuan pemuda mengenai henti jantung dan CPR.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan self efficacy Tabel 4. 7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan self efficacy (n=44)
Self Efficacy
Frekuensi (f)
Persentase (%) Self
efficacy tinggi
Self efficacy
rendah
28 16
63,6%
36,4%
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai self efficacy tinggi sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai self efficacy rendah sebanyak 16 responden (36,4%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2018) menyatakan bahwa
efikasi diri yang tinggi dapat menciptakan semangat yang tinggi dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi mampu melakukan RJP dengan baik meskipun memiliki kompetensi yang rendah.
Peneliti menyimpulkan bahwa pemuda karang taruna Desa Waru mempunyai self efficacy yang tinggi terhadap kejadian henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit. Self efficacy yang tinggi pada diri individu akan mempengaruhi individu tersebut dalam pengambilan keputusan sebagai bysatnder CPR dan kemampuannya dalam melakukan hands only CPR.
Analisa Bivariat
Hubungan Pengalaman RJP dengan Self Efficacy Karang Taruna sebagai Bystander CPR di Masa Pandemi Covid-19
Tabel 4. 8 Hubungan pengalaman RJP dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19
Pengalam an
Self Efficacy p- Val
ue Tinggi Rendah
n % n %
Berpengal aman Tidak berpengala man
2 1 7
95,5
% 31,8
% 1 1 5
4,5
% 68,2
% 0,0
00
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.8 hasil penelitian setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 sehingga nilai p<0,05.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara pengalaman RJP dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, Dudella & Septi (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,007 (p<0,05).
Pengalaman-pengalaman pribadi individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan berpengaruh terhadap efikasi diri seorang individu.
Pengalaman keberhasilan akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkan efikasi diri seseorang.
Peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara pengalaman melakukan tindakan CPR dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19. Karena pengalaman merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efikasi diri seorang individu. Seorang individu yang mempunyai pengalaman keberhasilan dimasa lalu akan mempengaruhi efikasi diri seorang individu tersebut.
Pengalaman keberhasilan seseorang akan menciptakan efikasi diri yang tinggi pada individu tersebut, begitu pula sebaliknya.
Hubungan Persepsi dengan Self Efficacy Karang Taruna sebagai Bystander CPR di Masa Pandemi Covid-19
Tabel 4. 9 Hubungan persepsi dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid- 19
Persep si
Self Efficacy p- Valu
e Tinggi Rendah
n % n %
Persep si positif Persep si negatif
2 0 8
71,4
% 50,0
% 8 8
28,6
% 50,0
%
0,15 5
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil penelitian setelah dilakukan uji Chi
Square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,155 sehingga nilai p>0,05.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, Dudella & Septi (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,588 (p>0,05) bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi dengan efikasi diri remaja dalam melakukan resusitasi jantung paru di SMK Negeri 2 Singosari. Penelitian yang dilakukan oleh Becker, dkk (2018) menyatakan bahwa 63% responden menyatakan alasan kekhawatiran dalam memberikan CPR pada lansia adalah takut menyebabkan injuri dan 2%
responden lainnya menyatakan takut jika disalahkan oleh orang lain.
Peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan antara persepsi dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19 karena dimasa pandemi Covid-19 ini penolong awam khususnya pemuda karang taruna khawatir dan takut jika akan memberikan pertolongan pertama hands only CPR kepada korban henti jantung akan tertular virus Covid-19.
Hubungan Kesadaran dengan Self Efficacy Karang Taruna sebagai Bystander CPR di Masa Pandemi Covid-19
Tabel 4. 10 Hubungan kesadaran dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid- 19
Kesadar an
Self Efficacy p- Val
ue Tinggi Rendah
n % n %
Kesadar an
2 2
78,6
% 6 1
21,4
%
0,00 6
tinggi Kesadar an rendah
6 37,5
%
0 62,5
%
Sumber : Data Primer (2021) Berdasarkan Tabel 4.10 hasil penelitian setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,006 sehingga nilai p<0,05.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara kesadaran dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, Dudella & Septi (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,000 (p<0,05) bahwa terdapat hubungan antara kesadaran tentang henti jantung dengan efikasi diri remaja dalam melakukan resusitasi jantung paru di SMK Negeri 2 Singosari.
Selama masa pandemi Covid-19, tindakan CPR merupakan salah satu tindakan dengan risiko tertinggi penularan penyakit. Risiko ini semakin nyata seiring dengan kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) di seluruh dunia.
Hal inilah yang menyebabkan menurunnya standar untuk mengontrol infeksi selama prosedur tindakan CPR.
Penolong (bystander) di komunitas kemungkinan besar tidak memiliki APD yang cukup memadai, sehingga mereka mempunyai risiko lebih besar terpapar virus Covid-19 selama melakukan tindakan CPR (IHA, 2020).
Peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara kesadaran dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Kesadaran pemuda karang taruna sebagai bystander CPR perlu untuk ditingkatkan kembali guna meningkatkan survival rate korban henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit (OHCA). Selain kesadaran bystander CPR dalam melakukan tindakan hands
only CPR, kesadaran penolong (bystander) dalam menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker dan memakaikan masker pada korban OHCA dan kesadaran dalam menghubung atau call Emergency Medical Service (EMS) juga merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang bystander CPR.
Hubungan Pengetahuan dengan Self Efficacy Karang Taruna sebagai Bystander CPR di Masa Pandemi Covid-19
Tabel 4. 11 Hubungan pengetahuan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19
Pengetah uan
Self Efficacy p- Val
ue Tinggi Rendah
n % n %
Pengetah uan tinggi Pengetah uan rendah
1 7 1 1
85,0
% 45,8
% 3 1 3
15,0
% 54,2
% 0,00
7
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil penelitian setelah dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai p-value sebesar 0,007 sehingga nilai p<0,05.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid- 19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, Dudella & Septi (2020) yang didapatkan hasil nilai p=0,003 (p<0,05) bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan efikasi diri remaja dalam melakukan resusitasi jantung paru di SMK Negeri 2 Singosari. CPR membutuhkan pengetahuan dan
kemampuan motorik karena tindakan ini merupakan tindakan yang cukup sulit dan membutuhkan suatu pelatihan (Yasin dkk, 2020).
Peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid- 19. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki mengenai tindakan CPR maka semakin tinggi pula self efficacy yang dimiliki oleh seorang individu. Begitu pula sebaliknya.
Analisa Multivariat
Tabel 4. 12 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik
K oe fi- sie n
S.
E.
W al d
d f
N il ai
O R
IK95%
M in
M ak
Pen gala man
- 4, 39 6
1, 47 4
8, 89 8
1 ,0 0 3
,0 12
,0 01
,22 1
Pers epsi
,7 87
1, 23 7
,4 05
1 ,5 2 5
2, 19 6
,1 94
24, 80 6 Kes
adar an
- ,8 48
1, 10 0
,5 94
1 ,4 4 1
,4 28
,0 50
3,6 99 Pen
geta hua n
- 2, 36 5
1, 31 5
3, 23 5
1 ,0 7 2
,0 94
,0 07
1,2 36
Kon stan ta
1, 92 6
,9 77
3, 88 8
1 ,0 4 9
6, 86 3 Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi self efficacy adalah pengalaman dengan nilai Sig 0,003 atau p-value 0,003. Karena p- value 0,003 < alpha 0,05 maka Ha
diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa pengalaman merupakan faktor yang paling berhubungan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Girianto (2020) yang menunjukkan hasil bahwa pengalaman beberapa responden yang telah mendapatkan pelatihan CPR sebelumnya tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah hands only CPR. Seseorang akan menjadi lebih tahu dan lebih paham jika telah melakukannya secara nyata. Pengalaman terbentuk dari tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang, pelaku atau faktor pada pihak yang mempunyai pengalaman, faktor obyek atau target yang dipersepsikan dan faktor situasi dimana pengalaman itu dilakukan.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman melakukan tindakan CPR merupakan faktor yang paling berhubungan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19. Karena seseorang yang mempunyai pengalaman yang nyata baik melihat atau melakukan tindakan CPR secara otomatis akan menaikkan keyakinan diri seseorang tersebut untuk menjadi seorang bystander CPR. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Bandura yang menyatakan bahwa efikasi diri seorang individu berkembang dari pencapaian secara berangsur-angsur akan kemampuan dan pengalaman tertentu secara terus menerus. Bahkan, kegagalan dapat diatasi dengan usaha yang dapat memperkuat motivasi diri seseorang yang dapat ditemukan melalui pengalaman (Ghufron & Rini, 2012).
KESIMPULAN
1.
Karakteristik responden pada penelitian ini, jenis kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23responden (52,3%) dan mayoritas responden berusia 17-25 tahun (90,9%). Pengalaman melakukan tindakan RJP, responden yang berpengalaman melakukan tindakan RJP yaitu sebanyak 22 responden (50%). Persepsi positif responden mengenai tindakan CPR di masa pandemi Covid-19 sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai persepsi negatif sebanyak 16 responden (36,4%).
Responden yang mempunyai kesadaran tinggi mengenai henti jantung di masa pandemi Covid-19 sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai kesadaran rendah sebanyak 16 responden (36,4%). Responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 20 responden (45,5%), dan responden yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 24 responden (54,5%).
Responden yang mempunyai self efficacy tinggi sebanyak 28 responden (63,6%), dan responden yang mempunyai self efficacy rendah sebanyak 16 responden (36,4%).
2.
Ada hubungan antara pengalaman dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19, dengan nilai p- value 0,000 (p<0,05).3.
Tidak ada hubungan antara persepsi dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19, dengan nilai p- value 0,155 (p>0,05).4.
Ada hubungan antara kesadaran dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19, dengan nilai p- value 0,006 (p<0,05).5.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19, dengan nilai p- value 0,007 (p<0,05).6.
Faktor yang paling berhubungan dengan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR di masa pandemi Covid-19 yaitu pengalaman dengan nilai p-value 0,003 (p-value 0,003< alpha 0,05).SARAN
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait faktor apa saja yang mempengaruhi self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR dan dapat dijadikan evaluasi untuk meningkatkan pengetahuan karang taruna melalui pelatihan yang dapat dilakukan oleh kader posyandu remaja setempat.
2. Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk memberikan edukasi dan pelatihan-pelatihan mengenai pertolongan pertama henti jantung ataupun pertolongan pertama gawat darurat kepada orang awam guna meningkatkan survival rate dan meningkatkan jumlah bystander.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi di lokasi penelitian guna meningkatkan self efficacy karang taruna sebagai bystander CPR.
4. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi kepustakaan bagi mahasiswa terutama di bidang kegawatdaruratan.
5. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam memberikan CPR dengan mengembangkan variabel- variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, D.D.F.Y. & Septi D.R. (2019).
Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Efikasi Diri Remaja Dalam Melakukan Resusitasi Jantung Paru SMK Negeri 2 Singosari. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 8(2), 8-24.
Alifia, N.N., & Intan, A.R. (2018).
Kajian Kemampuan Self Efficacy Matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika.
American Heart Association. (2015).
Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan ECC.
Baldi, E., Giuseppe, M.S., Claudio, M., Fabrizio, C., Antonella,B., Roberto, P., et al. (2020).
Covid-19 Kilpls At Home:
The Close Relationship Between The Epidmic And The Increase Of Out-Of- Hospital Cardiac Arrest.
European Heart Journal, 41, 3045-3054.
Buston, E., Afifah, A.D.P., Muhammaad, I., & Meidyah, P. (2020). Pengaruh Poster Terhadap Peningkatan Pengetahuan Karang Taruna Tentang Pertolongan Korban Henti Jantung. Mahakam Nursing Journal, 2(7), 279- 285.
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan :
Panduan Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil
Penelitian. Edisi Revisi.
Jakarta Timur : CV.Trans Info Media.
Estri, A.K. (2019). Peran Bystander Dalam Penanganan Henti Jantung Di Komunitas : Studi Literatur. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu, 1(1), 1-6.
Ghufron, M.N. & Rini, R.S. (2012).
Teori-Teori Psikologi.
Cetakan III. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
Girianto, P.W.R. (2020). Pemberian Feedback pada Home Learning CPR untuk Meningkatkan Kemampuan Bystander CPR. Jurnal Ners
& Kebidanan. 30-36.
IHA. (2020). Pedoman Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Jantung Lanjut pada Dewasa, Anak, Neonatus Terduga/Positif COVID-19.
Jakarta Barat : Perhimpunan
Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia.
KEMENKES RI. (2019). Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat, SDM Unggul.
Diakses 2 Desember 2020.
https://kegiatan-p2ptm/pusat- /hari-jantung-sedunia-hjs- tahun-2019-jantung-sehat- sdm-unggul.go.id/
Magdalena, J. Borkowska., Jacek, Smereka., Kamil, Safiejko., Klaudiusz Nadolny., Maciej, Maslanka., et al. (2021). Out- of-hospital cardiac arrest treated by emergency medical service teams during COVID-19 pandemic:A retrospective cohort study.
Cardiology Journal, 28(1), 15-22.
Parajulee, S., & Selvaraj, V. (2011).
Knowledge of Nurse Towards Cardiopulmonary Resuscitation in a Tertiary Care Teaching Hospital in Nepal. Journal of clinical and diagnostic research.
Rastogi, Amit & Prabhat Thewari.
(2020). Covid 19 and its Cardiovascular Effects. Ann Card Anaesthesia, 23(4), 401-407.
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional. Diakses 2
Desember 2020.
https://dinkes.kalbarprov.go.i d/wp-
content/uploads/2019/03/Lap oran-Riskesdas-2018- Nasional.pdf
Susilawati, L. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Self Efficacy dengan Tingkat Stres pada Perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
Psikologi Udayana. 5(1):
145-157.
Willim, H.A., Infan, K., & Alice, I.S.
(2020). Dampak Coronavirus Disease 2019 Terhadap Sistem Kardiovaskular. e- CliniC, 8(2), 237-245.
Yasin, D.D.F. (2017). “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Efikasi Diri Remaja dalam Melakukan Resusitasi Jantung Paru di SMK Negeri 2 Singosari”. Tesis.
Universitas Brawijaya, Malang.
Yasin, D.D.F., Ahsan, & Septi, D.R.
(2020). Pengetahuan Remaja Tentang Resusitasi Jantung Paru Berhubungan Dengan Efikasi Diri Remaja Di SMK Negeri 2 Singosari Malang.
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(1), 116-126.