• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Peristiwa KMB 1949 dengan Kebijakan Argaria di Indonesia

N/A
N/A
Kesya Kamila Ramadani

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Hubungan Peristiwa KMB 1949 dengan Kebijakan Argaria di Indonesia "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Hubungan Peristiwa KMB 1949 dengan Kebijakan Argaria di Indonesia

Muhammad Willy Satriansyah (21303802)

(2)

Table of contents

KMB 1949

01

Hubungan Antara KBM 1949 dengan Kebijakan Argaria di Indonesia

03

Kebijakan Argaria di Indonesia

02

(3)

Konferensi Meja Bundar

01 1949

(4)

KONFERENSI MEJA BUNDAR 1949

Konferensi Meja Bundar atau Perjanjian KMB merupakan merupakan sebuah pertemuan(konferensi) yang bertempat di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus sampai 2 November 1949antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg),yang mewakili beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di kepulauan Indonesia.

Sebelum konferensi ini berlangsung, sebenarnya Indonesia dan Belanda telah melakukan tigaperjanjian besar, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan PerjanjianRoem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan setujunya Belanda untuk menyerahkankedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.

(5)

Latar Belakang Terjadinya Konferensi Meja Bundar

Usaha untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengankegagalan. Dunia international mengutuk perbuatan Belanda tersebut.

Belanda dan Indonesialalu mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewatperjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville. Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan (PBB) Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskanresolusi yang mengecam serangan militer yang dilakukan Belanda terhadap tentara Republik diIndonesia dan menuntut dipulihkannya pemerintahan Republik Indonesia. Lalu diaturlahkelanjutan perundingan untuk menemukan solusi damai antara dua belah pihak. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik Indonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

(6)

Tujuan Diadakannya Konferensi Meja Bundar

Perjanjian ini dilakukan untuk mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan cara melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat antara Republik Indonesia dengan Belanda. Khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia SerikatV

Dengan tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka Indonesia telah diakui

sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Belanda, walaupun tanpa Irian Barat.

(7)

Perwakilan di KMB 1949

Indonesia diwakili oleh: Drs. Hatta (ketua)Nir. Moh.

Roem 3. Prof Dr. Mr. Supomo 4. Dr. J. Leitnena 5.

Mr. Ali Sastroamicijojo 6. Ir. Djuanda 7. Dr. Sukiman 8. Mr. Suyono Hadinoto 9. Dr. Sumitro

Djojohadikusumo 10. Mr. Abdul Karim Pringgodigdo 11. Kolonel T.B. Simatupang 12. Mr. Muwardi

Perwakilan BFO ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.

Perwakilan Belanda dipimpinoleh Mr. van

Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley.

(8)

Isi dari Konferensi Meja Bundar

1.

Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah negara yang merdeka.

2.

Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.

3.

Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk bekerja sama dengan status sukarela dan sederajat.

4.

Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak-hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.

5.

Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda yang dari tahun 1942.

Sementara itu, pada tanggal 29 Oktober 1949 dilakukan pengesahan dan tanda

tangan bersamapiagam persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat antara

Republik Indonesia dan BFO.

(9)

Kebijakan Argaria di Indonesia

02

(10)

Kebijakan Argaria di Indonesia

Pembentukan kebijakan agraria di Indonesia merupakan proses yang kompleks

dan panjang. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pemerintah telah

mengeluarkan berbagai kebijakan terkait agraria untuk mengatur hubungan

antara manusia dengan tanah dan sumber daya alamnya. Kebijakan agraria ini

meliputi regulasi terkait kepemilikan, penggunaan, pengelolaan, dan distribusi

tanah serta sumber daya alam lainnya

(11)

Tentang Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Kebijakan Agraria Di Indonesia

Faktor ekonomi juga memengaruhi pembentukan kebijakan agraria di Indonesia. Kebijakan agraria seringkali berkaitan dengan masalah ekonomi, seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Faktor politik sangat mempengaruhi pembentukan kebijakan agraria di Indonesia. Kebijakan agraria seringkali menjadi bagian dari program pemerintah untuk mencapai tujuan politik tertentu

Politik

Ekonomi

Kebijakan agraria dapat memengaruhi hubungan sosial, seperti hubungan antara pemilik tanah dan pekerja atau petani

Sosial

Budaya masyarakat Indonesia yang berbeda-beda memengaruhi cara pandang terhadap tanah dan sumber daya alam. Oleh karena itu, kebijakan agraria harus mempertimbangkan faktor budaya untuk menciptakan kebijakan yang efektif dan dapat diterima oleh masyarakat

Budaya

(12)

3. Hubungan Antara KBM 1949 dengan Kebijakan Argaria di Indonesia

Big numbers may help you catch your audience’s attention

(13)

Kebijakan agraria di Indonesia berkaitan erat dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan pada tahun 1949 di Den Haag, Belanda. Konferensi ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik antara pemerintah Indonesia dan Belanda terkait kemerdekaan Indonesia dan pembebasan tahanan perang. Salah satu hasil dari KMB adalah

penyelesaian masalah agraria dan reforma agrarian Dalam konteks Indonesia, hasil KMB sangat berpengaruh terhadap kebijakan agraria di Indonesia. Salah satu hasilnya adalah kebijakan agraria nasional yang diwujudkan dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (PPA). UU PPA ini menjadi landasan hukum bagi pengaturan hubungan antara manusia dengan tanah dan sumber daya alamnya di Indonesia.

Namun, pembentukan kebijakan agraria di Indonesia tidak berhenti pada UU PPA.

Seiring dengan perubahan sosial, politik, dan ekonomi, kebijakan agraria juga terus

berkembang dan mengalami perubahan. Contohnya adalah kebijakan reforma agraria

yang dicanangkan pada tahun 1960-an dan program redistribusi tanah pada tahun

2005.

(14)

implementasi kebijakan agraria di Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar

Setelah Konferensi Meja Bundar, pemerintah Indonesia mulai mengimplementasikan kebijakan agraria yang baru. Salah satu kebijakan penting yang diadopsi oleh pemerintah adalah Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tahun 1960. UUPA mengatur tentang hak atas tanah dan sumber daya alam lainnya serta memberikan perlindungan kepada masyarakat yang memiliki hak atas tanah.

Secara keseluruhan, implementasi kebijakan agraria di Indonesia setelah Konferensi

Meja Bundar tidak berjalan dengan baik karena adanya masalah-masalah yang muncul

dan pengaruh dari faktor-faktor lainnya. Namun, pemerintah Indonesia terus berupaya

untuk mengatasi masalah-masalah ini dan meningkatkan efektivitas implementasi

kebijakan agraria di Indonesia.

(15)

Implementasi

Ada perlakuan

diskriminatif terhadap masyarakat adat dan petani kecil yang kehilangan tanah mereka karena kebijakan pengambilalihan tanah oleh pemerintah.

Pemerintah tidak mampu memantau dan mengatur

pelaksanaan UUPA dengan efektif. Hal ini menyebabkan banyak konflik tanah yang terjadi karena tumpang tindihnya

hak atas tanah.

:Beberapa pejabat pemerintah

menyalahgunakan wewenang mereka dalam mengeluarkan surat-surat tanah, sehingga terjadi penjualan tanah yang ilegal.

Banyak batas tanah yang tidak

jelas, sehingga seringkali terjadi perselisihan antara

pemilik tanah

Masalah administratif Penyalahgunaan wewenang Perlakuan diskriminatif Ketidakjelasan batas tanah

Namun, implementasi UUPA tidak berjalan lancar. Ada beberapa masalah yang

muncul dalam implementasi UUPA, seperti:

(16)

Famous quotes

“Venus has a beautiful name and is the second

planet from the Sun”

“Mercury is the closest planet to the Sun and the

smallest of them all”

—Jane Doe —James Smith

“Despite being red, Mars is actually a cold place. It’s

full of iron oxide dust”

—Nick Bowman

(17)

Dampak dari KMB terhadap Kebijakan Argaria di Indonesia

Setelah Konferensi Meja Bundar, kebijakan agraria yang diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak yang dihasilkan:

Pengambilalihan tanah oleh pemerintah: Salah satu dampak utama dari kebijakan agraria di Indonesia adalah

pengambilalihan tanah oleh pemerintah. Pengambilalihan tanah ini dilakukan untuk kepentingan pembangunan, seperti pembangunan jalan raya, perumahan, dan proyek-proyek lainnya. Namun, pengambilalihan tanah ini seringkali dilakukan tanpa memberikan kompensasi yang layak kepada pemilik tanah, sehingga masyarakat seringkali merasa dirugikan.

Konflik tanah: Dampak lain dari kebijakan agraria di Indonesia adalah terjadinya konflik tanah antara pemerintah dan masyarakat. Konflik ini seringkali terjadi karena pengambilalihan tanah yang dilakukan oleh pemerintah tanpa

memberikan kompensasi yang layak atau karena adanya tumpang tindih hak atas tanah antara masyarakat.

Kesenjangan sosial: Kebijakan agraria di Indonesia juga memiliki dampak pada kesenjangan sosial antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota biasanya lebih mudah mendapatkan akses ke tanah dan sumber daya alam lainnya daripada masyarakat pedesaan, sehingga kesenjangan sosial semakin membesar.

(18)

Dampak dari KMB terhadap Kebijakan Argaria di Indonesia

Kerusakan lingkungan: Implementasi kebijakan agraria di Indonesia juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Pengambilalihan tanah untuk kepentingan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan lainnya, sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Perubahan pola hidup: Kebijakan agraria di Indonesia juga membawa dampak pada perubahan pola hidup masyarakat.

Perubahan ini terjadi karena adanya pengambilalihan tanah untuk kepentingan pembangunan, sehingga masyarakat seringkali harus meninggalkan tanah mereka dan mencari nafkah di kota atau di tempat lain.

Secara keseluruhan, kebijakan agraria di Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat Indonesia. Beberapa dampak tersebut positif, namun sebagian besar dampaknya negatif, seperti konflik tanah, kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, dan perubahan pola hidup. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih besar dari pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan agraria dan meningkatkan manfaatnya bagi masyarakat.

(19)

Upaya-upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Dampak Negatif Kebijakan Agraria Pada Masyarakat Indonesia

Kompensasi yang adil: Untuk mengurangi dampak negatif dari pengambilalihan tanah oleh pemerintah, diperlukan kompensasi yang adil bagi pemilik tanah. Kompensasi yang adil tidak hanya berupa uang, tetapi juga bisa berupa pengalihan tanah atau pemberian alternatif lain kepada pemilik tanah.

Penguatan hak atas tanah: Penguatan hak atas tanah bagi masyarakat bisa membantu mengurangi konflik tanah. Penguatan hak atas tanah bisa dilakukan melalui pengakuan hak atas tanah oleh pemerintah, pendampingan hukum, dan sosialisasi hak atas tanah kepada masyarakat.

Pembangunan infrastruktur di pedesaan: Pembangunan infrastruktur di pedesaan bisa membantu

mengurangi kesenjangan sosial antara masyarakat kota dan masyarakat pedesaan. Pembangunan

infrastruktur di pedesaan juga bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka

lapangan pekerjaan baru.

(20)

Upaya-upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Dampak Negatif Kebijakan Agraria Pada Masyarakat Indonesia

Pengembangan model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan: Pengembangan model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan bisa membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat kebijakan agraria. Pengembangan model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan bisa dilakukan melalui program rehabilitasi lingkungan, penggunaan teknologi hijau, dan promosi ekowisata.

Pemberdayaan masyarakat: Pemberdayaan masyarakat bisa membantu mengurangi dampak negatif kebijakan agraria pada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan melalui pelatihan dan pembinaan usaha kecil menengah, program pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan agraria.

Secara keseluruhan, upaya-upaya tersebut di atas dapat membantu mengurangi dampak negatif kebijakan

agraria pada masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa upaya-upaya tersebut membutuhkan dukungan dan

koordinasi yang baik dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Selain itu, upaya-upaya tersebut juga

membutuhkan konsistensi dan kesinambungan dalam implementasinya.

(21)

Kesimpulan

Konferensi Meja Bundar menjadi titik awal perubahan dalam kebijakan agraria Indonesia.

Kebijakan agraria di Indonesia harus berkelanjutan dan memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.

Pemerintah harus memiliki peran penting dalam pengembangan kebijakan agraria yang berkelanjutan dan memperhatikan hak atas tanah masyarakat serta menjaga keberlanjutan lingkungan.

Masyarakat dan sektor swasta perlu diberdayakan untuk berpartisipasi dalam

pengembangan kebijakan agraria yang berkelanjutan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, R. D., & Suryadi, S. (2018). Konsep Agraria dalam Konteks Pembangunan Nasional. Jurnal Hukum Agraria, 2(2), 1-20.

Satria, A., & Nugraha, R. (2020). Agrarian Reform Policy in Indonesia: A Review of Law, History, and Reality. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, 23(1), 1-13.

Sumartono, A. (2015). Analisis Kebijakan Pertanahan: Strategi Pengentasan Masalah Tanah di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

World Bank. (2020). Indonesia's Agrarian Reform: Toward More Equitable and

Sustainable Development. Washington, DC: World Bank.

(23)

Terima

Kasih

Referensi

Dokumen terkait

76 nu nnriluiouas aC.t 25.08 ,{a:?rl1o.1141l?noflgtllasn?la1:'llJnu!rl?1tJlll,lun r'ruru as nu finriluiounv t+.8s r6onnuriutfinnr':lu:rflrani tra;nrrlfi!r06 druru lz nu finr{Juiouov